Setelah selesai membereskan barang-barang dan sisa makanan acara tahun baru tadi Ustad Hamdan bersiap-siap di dalam kamarnya sambil mengambil beberapa barang seperti sejadah, sarung, dan baju koko favoritnya yg berwarna hitam. Lalu setelah itu ia pun memanggil istri dan anak perempuannya.
Ustad Hamdan: "Umi, Rania sudah siap-siap belum?" Tanya ustad.
Ustz Aisyah: "udah itu Bi lagi di kamarnya, kayaknya lagi nyari mukenah dulu."
Jawab Ustazah Aisyah.
Ustad Hamdan: "ya sudah nanti jangan lupa kunci pintu terus matikan lampunya yah, oiya kasih tau Rani kalau malam ini Umi yg jima sama Abi, terus Rani yg murotal."
Ucap Ustad Hamdan.
Tiba-tiba Rania datang dan berbicara dengan nada sedikit kesal.
Rania: "loh kok aku yg murotal Bi? Bukannya harusnya Umi? Masa udah hampir 3 Minggu ini aku murotal terus sih, kapan dong aku dapat jatah jima'nya?"
Ustz Aisyah: "sabar dong sayang, kan minggu pertama sama kedua kemarin Umi yg murotal, baru minggu kemarin aja Umi jima'nya, masa mbak lupa sih?"
Ucap Ustazah Aisyah lembut seraya mendekap tubuh Rania sambil perlahan memeluk tubuh anak angkat kesayangannya itu. Tangan Ustazah Aisyah yg begitu lembut perlahan mengusap pinggang Rania naik ke daerah perut dan semakin naik lagi menyentuh payudara sebelah kanan Rania yg saat itu masih menggunakan piyama bergaris warna biru laut yang senada dengan warna kerudung yg dipakainya saat ini.
Rania: "emmmh..." Desah Rania perlahan menikmati tangan ibu angkatnya yg menjamah lembut tubuhnya.
Ustz Aisyah: "mbak sayang yg sabar yah, kan minggu depan sudah gilirannya mbak lagi, jadi minggu ini biar Umi dulu yg nyelesaikan jatahnya... nih biar mbak nggak ngambek lagi, mmuach..."
Bisik ustazah Aisyah begitu lembut di telinga Rania seraya memberikan kecupan hangat di bibir anak perempuannya itu yg kemudian dibalas oleh Rania dan akhirnya mereka berdua pun berpagutan bibir untuk beberapa saat.
Ustad Hamdan yg sedang berdiri sambil membereskan tempatnya untuk beribadah nanti tersenyum lembut melihat kedua wanita yg sangat disayanginya itu bercumbu dengan mesra.
Ustad Hamdan: "eeehem ehem, kan acaranya belum mulai, udah nyolong start aja nih kedua permaisuriku hihihi..."
Ucap ustad Hamdan yg membuat Rania dan ustazah Aisyah sedikit kaget dan akhirnya menghentikan percumbuan mereka.
Rania: "eh iya hihihi maaf ya Bi, aku sampai khilaf, habisnya aku ngga bisa tahan kalau Umi udah begini, lagian aku cuma bisa begini sama Umi aja, kalau sama Abi kan ngga bisa..."
Jawab Rania.
Ustz Aisyah: "ya sudah sayang, sana gih ambil wudhu lalu habis itu gantian Umi sama Abi jg mau wudhu."
Rania: "iya Umi... cup..." Jawab Rania lagi sambil mencuri cium ibu angkatnya itu, lalu segera pergi ke kamar mandi. Ustazah Aisyah dan Ustad Hamdan yg kemudian saling tatap hanya bisa tertawa kecil melihat kelakuan putri angkatnya itu.
Ustaz Aisyah: "nggak sangka ya Bi ternyata selama ini Rania cepat juga adaptasinya, bahkan Umi kadang masih nggak percaya kalau Rani sudah 5 tahun ini ikut ibadah bareng kita, terus penguasaan ilmunya juga makin kesini makin bagus."
Ustad Hamdan: "ya itu berkat Umi juga kok yg selalu melatih Rania dengan sabar dan telaten, Abi saja dulu waktu dilatih sama Bapak dan Ibunya Umi makan waktu cukup lama sampai akhirnya bisa seperti sekarang."
Ustazah Aisyah: "ya tapi kan nggak sia-sia Bi selain memang sebagian besar ilmunya Bapak turun ke Abi kan gagahnya juga sama ikut nurun ke Abi juga..." ucap Ustazah Aisyah sambil tangannya perlahan mengusap-usap batang kemaluan suaminya dari luar celana panjangnya.
Ustad Hamdan yg hanya tersenyum dan tidak menjawab lalu mencium bibir istrinya dan dibalas dengan begitu lembut juga oleh istrinya. Ketika ustad Hamdan dan Ustazah Aisyah sedang asik berpagutan bibir lalu terdengar suara Rania dari luar kamar.
Rania: "Umi Abi aku udah selesai dari kamar mandinya, aku mau beres-beres diruang tengah dulu bentar sekalian mati-matiin lampu, abis beres-beres baru nanti aku ke kamar ya..."
Ucap Rania dari kejauhan.
Ustazah Aisyah: "iya nak... Ranianya udah selesai tuh Bi, Abi duluan deh ambil wudu habis itu gantian, sini biar Umi yg lanjutin beres-beresnya..."
Ucap Ustazah Aisyah.
Ustad Hamdan: "ok Mi..."
Setelah itu ustad Hamdan pun pergi menuju kamar mandi, sementara ustazah Aisyah yg menggantikannya untuk beres-beres. Selesai mempersiapkan kamarnya ustazah Aisyah keluar dari kamar untuk memeriksa Rania dan suaminya, setelah berjalan mendekati kamar Rania lalu ustazah Aisyah mengetuk pintu kamar Rania.
"Tok... tok... tok..."
Ustz Aisyah: "mbak, udah siap belum?"
Tanya ustazah Aisyah dari luar kamar.
Rania: "bentar Umi aku lagi nyari mukenahku, dari tadi belum nemu, nanti kalau udah ketemu dan habis touch up aku langsung ke kamar kok, aku udah wudu ini..."
Balas Rania dari dalam.
Ustz Aisyah: "ok mba kalau gitu umi juga mau ambil wudu dulu nanti kalau sudah langsung ke kamar ya nak..."
Rania: "siap umi..."
Lalu ustazah Aisyah pun pergi ke kamar mandi, ternyata di kamar mandi masih ada suaminya yg baru selesai bersih-bersih setelah buang air dan ingin mengenakan kembali celananya.
Ustazah Aisyah: "loh Abi kok masih belum wudu? Terus kenapa ngga pake celana Bi?"
Ustad Hamdan: "iya Umi tadi Abi buang air dulu, ini baru selesai dibersihin, kalau tadi pas kencing Abi ngga lepas celana takut nanti pipisnya malah nyiprat ke celana, kalau celananya kena najis kan malah jadi ngga bisa dipake lagi nanti..."
Ucap Ustad Hamdan menjelaskan.
Ustazah Aisyah: "boleh Umi bantu bersihin sekali lagi nggak Bi?" Tanya Ustazah Aisyah sambil mengedipkan matanya dengan genit. Ustad Hamdan pun tersenyum lalu menjawab.
Ustad Hamdan: "boleh dong sayang..."
Lalu ustazah Aisyah ikut masuk ke dalam kamar mandi sambil menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Setelahnya ia langsung duduk bersimpuh tepat di depan kemaluan suaminya yg sudah kembali menggunakan celana. Lalu ustad Hamdan bermaksud untuk membuka kembali celananya namun dicegah oleh Ustazah Aisyah.
Ustz Aisyah: "udah ngga usah semuanya dibuka, cukup kancing celana sama resletingnya aja yg dibuka biar gak ribet Bi."
Ustad Hamdan pun menurutinya lalu sambil membuka kancing resletingnya ia mengeluarkan batang kemaluannya yg masih belum ereksi, sehingga walaupun ukuran penisnya yg besar tapi masih begitu lemas dan loyo. Kemudian ustazah Aisyah yg sudah memposisikan wajahnya tepat di depan batang kemaluan suaminya, memejamkan matanya sambil mulutnya melantunkan suatu doa, setelah membuka mata iya meniup lembut penis suaminya. Sesaat kemudian penis Ustad Hamdan bergerak membesar dan mengeras sebesar terong ungu yg berukuran jumbo.
Lalu tanpa basa basi lagi ustazah Aisyah kembali memejamkan matanya seraya membuka mulutnya lebar-lebar seperti hendak melahap seluruh batang penis suaminya yg jika dilihat dari ukurannya mustahil baginya untuk bisa menelan seluruh kemaluan suaminya. Namun bagai ular titano boa yg memiliki elastisitas tinggi pada rahangnya Ustazah Aisya mampu menelan seluruh batang penis milik suaminya itu tanpa menyisakan satu inchi pun terlewat.
"Ock... ock.. occhhhok..."
Ustazah Aisyah lalu memaju mundurkan kepalanya sambil sedikit terbatuk-batuk karena ukuran penis ustad Hamdan yg begitu besar. Sementara ustad Hamdan yg hanya tersenyum sambil memejamkan mata, menikmati servis yg diberikan oleh sang istri tercinta, tangannya hanya diam disilangkan dibalik pinggangnya seperti posisi istirahat di tempat yg biasa dilakukan oleh murid-murid sekolah ketika sedang upacara. Dan setelah beberapa saat sambil tetap tangan kirinya masih berada dibalik punggung tangan kanan ustad Hamdan menyentuh ubun-ubun istrinya sambil ikut memaju mundurkan kepala istrinya dengan lebih cepat lagi. Hijab instan warna coklat muda yg dikenakan oleh ustazah Aisyah pun menjadi sedikit berantakan karna tangan ustad Hamdan yang mencengkeramnya dengan agak kuat, tapi sambil terus menghisap penis suaminya dan memaju mundurkan kepalanya ustazah Aisyah merapihkan kembali posisi hijabnya agar tidak jadi berantakan.
Ustad Hamdan: "ooouuuuhhh nikmat Umi, Abi mau keluar nih kayaknya...."
Ucap ustad Hamdan sambil mendongakan kepalanya dan masih tetap terpejam. Mendengar ucapan suaminya itu tiba-tiba ustazah Aisyah langsung menghentikan gerakan kepalanya dan mencoba untuk melepas kulumannya dengan perlahan karena kepala penis milik suaminya yg begitu besar berhasil menembus tenggorokannya sejak tadi. Setelah terlepas kemudian ustazah Aisyah langsung mengangkat gamis dan menurunkan celana dalamnya yg sudah basah kuyup sejak tadi, lalu mengangkat kaki kirinya tinggi-tinggi sampai tegak lurus sehingga lutut kirinya menyetuh payudara jumbonya yg berukuran 38 D itu, lalu diletakkannya tumit kaki kirinya ke diding sebelah kanan tepat di samping bahu kanan ustad Hamdan. Kini ustazah Aisyah berdiri dengan satu kaki kanannya yg ia jadikan sebagai tumpuan dan membuatnya seolah sedang melakukan "Split legs" tapi dengan posisi berdiri. Ustad Hamdan yg langsung paham dengan apa yg diinginkan oleh istrinya itu segera memposisikan bahu kanannya di bagian lipatan lutut kaki kiri istrinya yg membuat tubuhnya jadi menempel ke tubuh ustazah Aisyah dan sekaligus berperan sebagai penyangga tubuhnya.
Ustazah Aisyah: "keluarin dalam vagina Umi Bi, Umi mau Abi keluarin di dalam situ bukan di mulut Umi, ayo Bi cepat..."
Pinta ustazah Aisyah.
Ustad Hamdan: "wah wah wah hebat banget istri Abi, udah umur segini tapi masih bisa ngasih pose menantang kayak gini, nggak percuma ya Umi ikut kelas Yoga dan Pilates tiap minggu..."
Puji Ustad Hamdan.
Ustazah Aisyah: "udah Bi cepetan masukin Umi juga nggak bisa lama-lama nahan pose ini, nanti bisa keram, ayo buru cepet masukin... ssshhh..."
Melihat istrinya yg sudah tidak sanggup menahan birahi, ustad Hamdan pun lalu menuruti permintaan istrinya, bagian bawah dari baju gamis warna coklat yg digunakan ustazah Aisyah otomatis tersingkap karena kaki kirinya yg sudah terangkat dengan tingi sehingga membuat ustad Hamdan jadi tidak kesulitan untuk membuka pakaian istrinya itu. Hanya dengan menggesernya sedikit kini kedua kelamin Ustad Hamdan dan Ustazah Aisyah sudah saling berhadapan tanpa penghalang apapun lagi.
Ustad Hamdan: "karena Umi sudah totalitas sampe berpose menantang kayak gini, kalau begitu Abi juga nggak akan menahan diri yah, Umi siap-siap... Bissmillahirohmanirohim..."
"Bless... PLAK..." suara dari hantaman pertama ustad Hamdan kepada istrinya terasa begitu nyaring.
Ustz Aisyah: "ouuuhhh ya Allah..."
Pekik ustazah Aisyah pelan dan tertahan. Setelah sempat diam beberapa detik untuk memberikan kesempatan istrinya mengambil nafas seketika ustad Hamdan menggerakan pinggulnya dengan kecepatan tinggi.
Ustad Hamdan: "Abi mulai yah..."
"PlakPlakPlakPlakPlakPlakPlak..."
Layaknya jarum yg terpasang pada mesin jahit gerakan pinggul ustad Hamdan begitu cepat dan akurat tanpa pernah meleset sekalipun, selalu menghujam dengan tepat keluar masuk vagina milik ustazah Aisyah yg membuat gesekan di lubang vaginanya terasa begitu hangat. Sambil menggerakan pingul dengan kecepatan tinggi dan juga posisi tangan yg tetap "istirahat di tempat" ustad Hamdan tersenyum dan berkata
Ustad Hamdan: "Gimana rasanya sayang?"
Tanya ustad Hamdan menggoda. Tapi ustazah Aisyah yg terlihat sedang begitu menikmati hujaman kelamin milik suaminyapun tidak menjawab dan hanya terpejam sambil sesekali mendesah menikmati apa yg sedang iya rasakan saat ini. Dan setelah beberapa saat kemudian ustazah Aisyah mulai terasa akan mendekati klimaksnya.
Ustz Aisyah: "Abi ayo kita keluar barengan, ini Umi sudah diujung uuuuhhhh..."
Lenguh ustazah Aisyah dengan suara bergetar akibat gempuran pinggang suaminya yg begitu cepat, yg kemudian hanya dijawab singkat oleh Suaminya.
Ustad Hamdan: "Iya ayo Umi..." pungkas ustad Hamdan.
Lalu seketika goyangan pinggang ustad Hamdan menjadi semakin bertambah cepat.
"PlakPlakPlakPlakPlakPlakPlak sherrrr crrrt crrrt crrt..."
Ustad Hamdan: "uuuhhhh ALLAAAH..."
Ustz Aisyah: "uuuhhhh ALLAAAH..."
Keduanya sedikit berteriak bersamaan sambil ustad Hamdan yg kemudian berjinjit dan tetap dengan posisi istirahat di tempatnya sementara ustazah Aisyah yg badannya ikut terangkat karna ustad Hamdan yg berjinjit, langsung mengaitkan kaki kirinya ke pundak kanan ustad Hamdan seraya memeluk leher ustad Hamdan dan kaki kirinya sendiri sementara kaki kanannya yang ikut terangkat, bergetar hebat sambil terus mengalirkan cairan orgasme bercampur dengan sperma ustad Hamdan yang keluar dari kelamin mereka berdua yang sedang terhubung.
Ustad Hamdan: "fiuuuh, ini mah namanya mesti mandi lagi dong Umi ngga cuma bisa wudu doang..."
Ucap ustad Hamdan sambil tersenyum.
Ustazah Aisyah: "hihihi iya Abi, maaf yah habis Umi ngga kuat banget, udah ngga ketahan tadi begitu liat punya Abi..."
Ustad Hamdan: "ya udah gapapa kalau gitu abis ini kita langsung mandi aja yah, ngga usah lanjut lagi, kasian Rania barang kali nunggu lama..."
Setelah itu mereka berdua pun mandi bersama dan langsung bersiap-siap untuk melakukan "ibadah" mereka yang sesungguhnya. Mereka pun beranjak untuk masuk ke dalam kamar tidur yang mana disana sudah ada Rania yang sedang duduk menunggu di tepi kasur.
Rania: "Ronde satunya udah selesai Bi, Mi?" Tanya Rania.
Ustazah Aisyah: "Lah kok mbak tau? Kan pintu kamar mandinya udah Umi tutup sekalian Umi kunci juga?" Tanya ustazah Aisyah heran.
Rania: "Hehehe maaf Mi, tadi waktu aku abis ngambil wudu aku iseng masukin "mata ketiga"ku ke dalem cermin yang ada di kamar mandi, makannya aku liat tadi Abi sama Umi ngapain aja di kamar mandi. Itu juga sambil nyesel sih akunya..."
Ustad Hamdan: "wah priiit pelanggaran itu, harus dikasih kartu kuning itu Mi, kena pasal penyalahgunaan kemampuan ini hahaha" ucap Ustad Hamdan bercanda.
Ustazah Aisyah: "sudah-sudah ngga papa Bi, lagian kok nyesel sih mba? maksudnya nyesel gimana?"
Rania: "iya nyesel Mi abisnya kalau tiap aku ngeliat Abi sama Umi jima' pasti aja bikin aku minder, padahal selama ini aku mikir kalau aku udah bisa muasin Abi, tapi tiap kali abis liat Abi jima sama Umi, aku ngerasa ngga ada apa-apanya dibanding sama Umi, yg selalu bisa ngasih servis spesial disetiap kesempatan kalau Abi abis jima sama Umi pasti ekspresi puasnya Abi tuh beda gitu, beneran yang sepuas itu dan selega itu, sementara kalau abis jima' sama aku Abi cuma senyum-senyum doang, malahan lebih mentingin kepuasan akunya..."
Ustad Hamdan: "ya sudah ngga usah murung begitu dong Ran, kan memang sudah aturannya begitu, Abi cuma boleh jima sama kamu tapi ngga boleh nyentuh bagian tubuhmu yang lain, walaupun Abi boleh menjamah bibirmu tapi kan tetap cuma bisa pakai penis Abi ngga boleh nyentuh bibirmu pakai anggota badan yg lain, jadi ya wajar dong kalau Abi mentingin kepuasan kamu, tapi Abi tetap happy kok tiap jima sama kamu, makannya kamu nggak usah sedih gitu..." hibur ustad Hamdan.
Ustz Aisyah: "sudah-sudah mbak sayang cintanya Umi, jangan sedih ya, kalau sudah nurun semua ilmunya Umi ke mbak pasti nanti mbak juga bisa kok muasin suaminya mbak, makannya sekarang mbak harus sering-sering ngelatih ilmunya, sama yg rajin ikut Murratul Jima dan Sallatun Jima bareng Umi Abi..."
Rania: "iya Umi, aku juga udah sering latihan bukan cuma ngelatih ilmu tapi juga stamina, biar bisa kuat ikutan sampai akhir pas lagi jadi partner Sallatun Jimanya Umi Abi, tapi tetep aja, mentok aku cuma bisa 90 menitan kalau sama Umi, bahkan sama Abi ngga sampe 45 menit udah tumbang aku, sementara Abi sama Umi bisa jima sampai berjam-jam, apalagi kalau udah Sallatun Jimatil Janah, bisa sehari semalem nonstop jima terus, pokoknya aku masih jauh untuk bisa ikut ngimbangin Umi sama Abi..."
Ustad Hamdan: "sekali lagi pokoknya ngga usah berkecil hati Ran, benar kata Umimu, nanti kalau sudah waktunya pasti kamu juga bisa seperti Umi, sama halnya kayak Aji, nanti juga pasti dia bakalan bisa seperti Abi..."
Ustazah Aisyah: "makannya kalau gitu sekarang kita mulai aja yuk Bi, mbak, Umi dah siap nih..."
Rania: "iya Umi..."
Ustad Hamdan: "ok Mi..."
Setelah itu ustad Hamdan bersiap dan beridiri di shaft depan sebagai Imam dan memulai solat sunahnya sebelum melakukan Murratul Jima, dan setelah solat iya bersalaman dengan istri dan anaknya, mereka berdua mencium tangan ustad Hamdan bergantian, sambil membalikan badannya ustad Hamdan duduk bersila di atas sajadahnya lalu dari bawah lipatan sarung berwarna biru yg dipakai ustad Hamdan, iya membuka celah sarung itu dan perlahan mengeluarkan penisnya yg sama sekali masih belum ereksi. Rupanya sarung itu sudah dimodifikasi oleh Ustazah Aisyah sehinga ada celah dibagian bawah lipatan sarung yang membuat ustad Hamdan jadi bisa mengeluarkan kemaluannya tanpa harus melepas atau menyingkap sarung tersebut. Setelah mengeluarkan penisnya yg masih terkulai lemas ustad Hamdan kemudian menggenggam tasbih di tangan kanannya sementara tangan kirinya hanya diam di atas paha kirinya. Sesaat kemudian ustad Hamdan memejamkan matanya sambil membaca suatu doa, lalu perlahan-lahan penisnya yg semula lemas kini mulai berdiri mengeras dan menegang dengan garis urat yg berkedut-kedut. Masih dengan mata tertutup ustad Hamdan pun berkata
Ustad Hamdan: "silahkan Umi, Rani, Abi sudah siap."
Ustazah Aisyah bangkit lebih dulu dan berjalan perlahan mendekati suaminya dengan mata tertutup lalu kemudian duduk bersimpuh menghadap suaminya, setelah itu Ustazah Aisyah pun membungkuk seperti hendak melakukan sujud namun dengan tujuan untuk mengulum kemaluan suaminya, lalu sesaat kemudian seperti yg terjadi di kamar mandi tadi Ustazah Aisyah dengan sigap mengulum penis suaminya secara deepthroaat hingga membasahi semua permukaan penis ustad Hamdan, setelah selesai mengulumnya ustazah Aisyah bangkit sambil membalikan badannya dan dengan posisi setengan berdiri seperti atlit sumo, setelah menyingkap bagian bawah mukenah berwarna cream muda yg dikenakannya kini posisi penis ustad Hamdan tepat berada di bawah vagina ustazah Aisyah, meski dengan mata terpejam dan tanpa dibantu oleh tangan ustazah Aisyah mampu memposisikan vaginanya dengan sangat akurat dan presisi tepat diatas batang kemaluan suaminya.
Ustazah Aisyah: "Umi mulai Bi... Bissmillaaaaah..."
"Bless..."
Dengan mata terpejam dan ekspresi wajah yg datar ustazah Aisyah berhasil menelan penis suaminya hanya dengan satu gerakan menggunakan vaginanya.
"Plak Plak Plak Plak..."
Ustazah Aisyah langsung menggoyangkan pinggulnya naik turun sambil mulai berdzikir.
Ustadzah Aisyah: "Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah..."
Lalu Rania yang juga kini bangkit bersiap untuk membaca Murotal Qur'an berdiri tepat di antara ibu dan ayah angkatnya itu yg tengah saling terhubung melalui kelamin mereka. Rania lalu mengangkat bagian bawah mukenah biru muda yg dipakainya sambil kemudian menyelipkannya sedikit ke bagian kolor karet mukenah itu agar tidak jatuh lalu memposisikan vaginanya tepat di depan bibir ustad Hamdan, sambil kemudian berkata pada Ayahnya
Rania: "Silahkan Bi, Aku juga mulai ya..."
Ustad Hamdan: "Bissmillahirohmanirohim..."
Sambil membaca dzikir di dalam hati ustad Hamdan mencium dan menjilati vagina Rania yg mulus tanpa ditumbuhi bulu sehelaipun berbeda dengan ustazah Aisyah yg meski ditumbuhi bulu namun dirawat dengan baik dan rapih sehingga tidak menggangu ketika mereka ingin berjima. Dari mulai bibir vagina sampai rongga dalamnya rata tersapu oleh lidah ustad Hamdan yg dengan cepat tapi lembut memberikan sensasi kenikmatan pada Rania, bahkan terkadang ustad Hamdan menjilat dan menghisap dengan kuat kelentit milik putri semata wayangnya itu.
Begitulah mereka bertiga melakukan ibadah itu dengan begitu hikmat dan nikmat, Ustazah Aisyah yg memfokuskan dirinya untuk memberi kepuasan pada suaminya sambil terus berdzikir, Rania yg fokus mengaji sembari merasakan kenikmatan yg diberikan oleh ayah angkatnya, sementara ustad Hamdan yg melakukan tugas ganda selain membuat putrinya merasa nikmat, ia sendiri pun fokus merasakan kenikmatan yg dilakukan oleh istrinya. Setelah beberapa puluh menit mereka bertiga melakukan Murratul Jima tiba-tiba mereka mendengar suara handel pintu yg ditarik.
"Ceklik..."
Namun pintu tidak terbuka karena Ustadzah Aisyah sudah menguncinya ketika baru masuk kamar bersama ustad Hamdan tadi. Dan benar saja suara itu memecah kekhusyuan ibadah mereka saat itu, ustad Hamdan yg pertama kali membuka mata dan menghentikan aktifitasnya pada vagina Rania berkata pada Rania
Ustad Hamdan: "bisa tolong kamu cek pakai "mata ketiga"mu Ran, ada apa di luar?"
Perintah ustad Hamdan. Rania yg hanya menjawab dengan anggukan lalu menutup Al-Qur'an yg sedang dibacanya sambil menunduk dan memejamkan matanya sebentar kemudian kembali mendongakan kepalanya dengan membuka kedua matanya yg tiba-tiba memutih dan kehilangan pupilnya. Lalu cermin di kamar mandi mengeluarkan asap ghaib yg kemudian terbang menembus ventilasi udara kamar mandi menuju ke ruang tengah tepat di depan kamar Ustad Hamdan dan Ustazah Aisyah berada. Lalu terlihat Aji yg sedang panik berlari menuju dapur kemudian masuk ke dalam kamar mandi lalu mengunci pintunya. Sesaat kemudian asap ghaib itu perlahan memadat lalu mewujud menjadi sosok yg persis seperti Rania. Karena mengetahui bahwa Aji rupanya tadi hendak mencoba untuk mengintip akhirnya Rania memutuskan untuk membuat Aji pingsan sementara waktu dan kembali ke dalam raganya dan melaporkan kejadian itu pada Ayahnya.406Please respect copyright.PENANAmWwheyqRgK
Rania: "gimana ini Bi? Si Aji udah mulai nakal tuh udah nyoba-nyoba ngintip, akhirnya ku sirep aja deh biar pingsan, sekarang udah ku pindahin ke dalem kamarnya..."406Please respect copyright.PENANA1tfR1FpwBF
Ujar Rania yg kini sudah duduk di samping Ayahnya.406Please respect copyright.PENANANLOCNhu0Gz
Ustad Hamdan: "kira-kira bisa nggak kamu hapus sedikit ingatannya? sisakan saja memori terkahirnya waktu kita bakar-bakaran sate bareng Ardi dan Ira tadi..."406Please respect copyright.PENANAF3NM8NbuJC
Tanya ustad Hamdan. 406Please respect copyright.PENANAUK55bSLF00
Rania: "aduh maaf Bi, energi ku rasanya habis deh, mungkin karena sambil ngelakuin Murratul Jima, energi yang keluar jadi 2x lipat, untuk bisa bikin "mata ketiga" ngewujud dan punya fisik yg padat biar bisa ngetok pintu kamar mandi tadi aja aku udah setengah mati, belom lagi tadi Aji aku bikin pingsan pake mani dari memek aku, aku udah nggak punya tenaga ini Bi..."406Please respect copyright.PENANAAwL9j2iC3r
Ustazah Aisyah: "Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah, vagina mbak sayang, ingat jaga lisanmu Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah..."406Please respect copyright.PENANAdbu9rVnlmw
Potong ustazah Aisyah yg sedari tadi masih terus menghujam penis ustad Hamdan tanpa henti dengan vaginanya sambil terus memejamkan mata dan berdzikir.406Please respect copyright.PENANAYxi3t7ngYY
Ustad Hamdan: "ya sudah nggak papa Ran kalau kamu memang nggak bisa, ini kalau kamu sudah kecapean dan nggak bisa nerusin Murratul Jimanya juga nggak papa, kamu istirahat saja situ di kasur." Ucap ustad Hamdan.406Please respect copyright.PENANASnFj7VDzGt
Rania: "iya Abi." Jawab Rania singkat.406Please respect copyright.PENANAY7V5Ux1yce
Ustad Hamdan: "kalau gitu Abi lanjut lagi sama Umimu ya." Ucap ustad Hamdan mengakhiri percakapan.406Please respect copyright.PENANArRJm02Xd4W
Ustad Hamdan: "Umi, karena sekarang tinggal kita berdua kalau nanti sudah Azl kita sudahi dulu ya Jima'nya, masalah Aji sepertinya harus cepet-cepet diberesin..." ujar ustad Hamdan.
Dengan hanya memberikan jawaban berupa anggukan kepala, ustazah Aisyah pun lalu mengganti posisi bersenggamanya, sambil tetap terpejam dan berdzikir sekarang ustazah Aisyah merentangkan kedua kakinya ke kanan dan ke kiri, lalu meletakkannya di atas bantal kursi yg sudah disiapkan tadi sehingga kali ini membuatnya benar-benar melakukan posisi "Split Leg". Sementara itu kedua tangannya yg dari tadi hanya diam di atas pahanya kini dilipat dan disilangkan ke depan tepat di bawah kedua payudaranya yg jumbo sambil kemudian mempercepat gerakan dan melantangkan suara dzikirnya.
Ustazah Aisyah: "Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah..."
Rania: "uuuuhhhh kok bisa sih Umi sama Abi ngelakuin hal senikmat itu tapi tanpa ngeluarin ekspresi sedikitpun? Bisa-bisanya muka mereka cuma datar aja kayak gitu, butuh kemampuan fokus yg kayak gimana lagi ya biar bisa kayak mereka..."
Gumam Rania dalam hati yg rasa birahinya sudah mulai meninggi lagi, padahal ia tau sebagai seorang keturunan pewaris ilmu dari keluarga ustazah Aisyah, pantang bagi dirinya untuk membiarkan hawa nafsu menguasainya ketika melakukan ibadah Murratul Jima ataupun Sallatun Jima, tapi rupanya selama ini pertahanan diri Rania ternyata belum sekuat itu, ditambah karena dirinya baru saja mengeluarkan begitu banyak energi untuk menggunakan "mata ketiga" maka hal itu membuat Rania jadi sangat kelelahan sehingga ikut melemahkan pertahanan Imannya. Perlahan tubuh Rania mulai merasa hangat, dia berusaha untuk tetap waras dan menahan diri untuk tidak meraba payudara atau vaginanya sendiri, tapi rasa "gatal" itu perlahan menjalar ke seluruh tubuhnya, tapi Rania masih mencoba untuk melawan, iya membaringkan dirinya di tempat tidur orang tuanya, sambil memejamkan mata agar pandangannya teralihkan dari hal yg sedang dilakukan kedua orang tuanya yg terasa begitu nikmat di matanya. Rania melipat kedua tangannya di atas perut, mencoba untuk tertidur agar fikirannya teralihkan dari godaan hawa nafsu yg sedang mencoba menguasai dirinya. Namun jangankan melihat, hanya dengan mendengar suara kedua orang tuanya yg sedang berdzikir saja membuat Rania merasa semakin terangsang dengan kuat. Semakin kencang suara dzikir yg terdengar, semakin kencang suara hentakan pantat ustazah Aisyah yg beradu dengan penis ustad Hamdan, dan suara merdu dari tasbih yg sedari tadi digenggam oleh ustad Hamdan membuat Rania semakin tak kuasa menahan serangan Syahwat yg semakin memuncak. Sementara itu meski dengan mata terpejam tapi Ustad Hamdan mengetahui apa yg sedang dirasakan oleh Rania, karenanya ia memberi tahu istrinya agar segera menyelesaikan persenggamaan mereka, lalu tangan ustad Hamdan yg semula hanya diam dan menghitung biji tasbih kemudian meraih bagian paha dalam kedua kaki ustazah Aisyah. Ustad Hamdan lalu berdiri sambil mengangkat tubuh ustazah Aisyah dengan memegangi kedua pahanya dan tetap melakukan penetrasi pada vagina istrinya yg masih tetap dalam posisi melakukan Split Leg dengan kedua tangan yg dilipat dibawah dada serta mata yg masih terpejam. Setelah berdiri dengan tegak ustad Hamdan semakin menaikan ritme penetrasinya dengan tujuan agar cepat mencapai klimaks yg membuat tubuh ustazah Aisyah jadi naik turun dengan cepatnya.
Ustazah Aisyah & Ustad Hamdan: "Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah..."
"PlakPlakPlakPlakPlakPlakPlak..."
Terdengar suara bacaan dzikir Ustad Hamdan dan Ustazah Aisyah yg semakin cepat seiring dengan suara hantaman pantat ustazah Aisya dan penis ustad Hamdan yg semakin nyaring dan semakin cepat juga.
Ustazah Aisyah & Ustad Hamdan: "Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah... ALLAHU AKBAAAARRRR..."
"PlakPlakPlakPlakPlakPlakPlak... PLAK sherrrr crrrt crrrt crrt..."
Ustad Hamdan yg mengakhiri gerakan cepatnya dengan hujaman penis yg begitu kuat sampai mengeluarkan suara nyaring seperti suara tamparan. Lalu mengucurlah semua cairan senggama yg sudah bercampur satu sama lain milik kedua orang itu.
Ustazah Aisyah & Ustad Hamdan: "Alhamdulillahhirabil Alamiiiiiiin..."
Ustazah Aisyah: "akhirnya selesai juga Bi..."
Ucap ustz Aisyah lega.
Ustad Hamdan: "iya Mi, habis ini tolong pulihkan Rania Mi, kasihan dia, udah harus ikutan jima bareng kita, ngesirep Aji juga, sekarang dia berusaha keras nahan efek samping dari ilmunya, pasti dia kecapean banget itu..."
Ustazah Aisyah: "iya Bi, pasti Umi tolongin Rania..."
Setelahnya Ustazah Aisyah pelan-pelan menurunkan kedua kakinya yg tadi terbentang lebar dengan posisi split leg, sementara ustad Hamdan perlahan-lahan mencabut batang kemaluannya dari lubang senggama istrinya.
"Plop... Krucuuuuuk tres tes tes tes..."
Saat ustad Hamdan mencabut penisnya, mengucur lagi sisa-sia cairan senggama yg mengucur lebih deras dari sebelumnya.
Ustad Hamdan: "loh masih ada yg ketinggalan ya Mi..?" Tanya ustad Hamdan.
Ustazah Aisyah: "iya nih kayaknya cuma sisa-sisanya aja sih tapi, ya udh gpp biar nanti Umi yg bersikan sehabis mulihin Rania Bi..."
Ustad Hamdan: "ya udah kalau gitu Abi juga mau ngecek Aji dulu Mi..."
Lalu ustad Hamdan bergegas keluar dari kamarnya dan menuju kamar Aji, sementara itu ustazah Aisyah yg melihat Rania sedang menggelinjang ke kanan dan ke kiri karena berusaha menahan gejolak syahwatnya yg semakin menjadi-jadi.
Ustazah Aisyah: "ya Allah sayangnya Umi, kasihan banget sampe kesiksa kayak gini..." ujar ustazah Aisyah yg iba melihat putri angkatny tersiksa oleh hawa nafsunya yg sedang membara.
Ustazah Aisyah: "mbak tenang aja habis ini Umi akan angkat semua siksaan ini dari mbak..." Bisik ustazah Aisyah lembut ke telinga Rania.
Lalu ustazah Aisyah menyingkap bagian bawah mukena Rania yg sedari tadi sudah basah kuyup. Vaginanya yg sudah seperti aliran air sungai, meski arusnya deras tapi airnya tetap mengalir tenang sama halnya dengan vagina Rania saat ini. Setelah menyingkapkan mukenah Rania, ustazah Aisyah lalu memejamkan matanya, dan membaca suatu doa sambil jari manis dan jari tengahnya mengocok-ocok vaginanya sendiri, kemudian kedua jarinya yg sudah berlumuran cairan vaginanya sendiri dioleskan ke area sekitar perut Rania lalu diusap-usapkan semakin kebawah ke daerah di bawah pusarnya.
Ustazah Aisyah: "Bissmillahirohmanirohim..."
Ustazah Rania menekan suatu titik tepat di atas klitoris Rania.
Rania: "heeeeennnngggghhhkkk..."
Tubuh Rania yg semula terbaring di atas kasur langsung mengejang kuat-kuat, dengan posisi pinggul yg terangkat tinggi dan kedua kaki yg terbuka lebar serta vagina mengeluarkan cairan orgasme seperti air yg keluar dari selang yg ditekan dibagian ujungnya. Begitu deras dan begitu kencang memancur keluar yg kemudian diikuti dengan hilangnya kesadaran Rania dan membuat tubuhnya kembali ambruk ke kasur. Setelah merasa kondisi tubuh Rania sudah aman ustazah Aisyah berjalan menghampiri ustad Hamdan yg ada di kamar Aji.
Ustazah Aisyah: "Aji gimana Bi?" Tanya ustazah Aisyah.
Ustad Hamdan: "udah aman Mi Abi udah pindahin dia ke kamarnya."
Ustazah Aisyah: "ngga terasa anak-anak kita sudah pada besar ya Bi, pertumbuhan mereka pada cepet-cepet banget, Umi kadang jadi suka khawatir, apalagi sama Aji, dia sampe berani ngintip kayak gini, Umi takut kalau pergaulannya di luar sana yg ngasih dampak buruk ke Aji, apalagi kalau nanti sampai ngeganggu prosesi menitisnya Bi..." ucap ustazah Aisyah cemas.
Ustad Hamdan: "Umi tenang aja, percaya aja sama gusti Allah, biarkan nanti beliau yg menuntun Aji ke jalan yg sudah ditetapkannya, Aji itu anak yg istimewa Mi, terlepas dari fakta kalau memang Aji adalah garis keturunan utama dari keluarga Umi tapi diluar itu dia memang anak yg cerdas selama ini dia mampu menyelesaikan masalah-masalahnya dengan cara yg mungkin ngga terfikirkan oleh orang lain, itu tandanya memang Aji anak yg kreatif tapi jg tetap baik hati Mi, jadi mulai sekarang Umi juga ngga usah ikut-ikutan overthinking lg kayak Aji yah..."
Ustadzah Aisyah: "humm iya Bi, Umi percaya kok, makasih ya sudah nenangin Umi, sekarang kita bersih-bersih aja yuk Bi, terus istirahat, rasanya udah capek semua nih badan Umi..." ajak ustazah Aisyah.
Ustad Hamdan: "iya Mi, ayo..."
Akhirnya ustad Hamdan dan ustazah Aisyah pun segera membersihkan diri dan membereskan kamar mereka dari sisa-sisa cairan pergumulan yg tadi mereka lakukan, lalu beranjak masuk ke kamar tamu untuk beristirahat bersama, sementara Rania dan Aji tertidur pulas sampai keesokan paginya.
406Please respect copyright.PENANAvmj2YYaEyO