"Siiiiuuuuu..."
"Tar... Tar... Tar..."
Suara kembang api menghiasi suasana pegantian malam tahun baru saat itu. Aji dan keluarganya yang memutuskan untuk merayakan malam tahun baru hanya dirumah saja, pada saat itu tengah sibuk di teras halaman depan rumahnya sambil berbincang-bincang dengan tetangga. Pak Ardi dan Bu Ira sepasang suami istri yg tinggal di sebelah rumah mereka ikut nimbrung untuk meramaikan suasana malam itu.
Pak Ardi: "Ayo yg semangat dong mas Aji, nyalain lagi kembang apinya, masa cuma 1 doang?"
Aji: "males om ah, ke anak kecil aja, gini-gini aku tuh udah mau jadi sarjana tau om, ya kali masih aja maen kembang api? Ini jg kalau bukan diajak mba sama umi aku mah ogah..."
Pak Ardi: "ealaaaah, iya iya deh si anak jenius yg cuma lahir 100 tahun sekali, siaaap si paling sarjanaaa... Pak Ustad gimana nih anaknya masa masa belum 20 tahun api masa mudanya redup begini? Kalah sama bapaknya yg dari tadi udah gagah banget bisa bakar sate sampe 3 kodi, hahaha..."
Goda Pak Ardi pada Aji
Ustad Hamdan: "bukan nggak semangat itu Di, dia kayaknya cuma lagi OVT aja gara-gara bentar lg mau sidang skripsi, takut nanti hasil sidangnya jelek itu pasti, makannya jadi loyo begitu..."
Rania: "huuu humble braging itu namanya so soan ngerendah padahal mau pamer, kapasitas otak setara A.I aja masih overthinking, gaya mu Jiiii Ji..."
Aji: "yeee apa sih Mba nih, itu kan manusiawi Mba, artinya aku juga masih manusia bukan robot..."
Bu Ira :" hahaha iya ya mas Aji nih lucu juga, orang prestasi udah seabrek kayak gitu masih bisa overthinking juga, lagian apa yg bakal ditakutin sih mas? Lah wong katanya skripsinya aja langsung approve, nggak pake revisian segala, kok masih aja stres mikirin sidang, mbok ya yg nyantai dikit gitu loh Mas..."
Rania: "percuma tante mau diomongin kaya apa juga, ini anak kalau udah fokus sama satu hal, pasti orang lain ngomong apa juga yg ada cuma masuk kuping kanan keluar lewat pintu tol tante, hahaha"
Gurau Rania.
Ustz Aisyah: "sudah-sudah kalian ini, mbok ya dihibur gitu loh anak bungsunya, kasian kalau diledekin terus buyar itu nanti isi kepalanya, Mas juga udah jangan banyak pikiran terus, yg namanya mahasiswa kalau sudah menjelang sidang itu harus tenang nggak boleh stres kayak gitu, udah nih habisin satenya, terus habis itu istirahat biar besok fresh lagi..."
Aji: "iya, makasih Umi, emang cuma umi doang yg ngertiin aku, yg lain rese ih..."
Rania: "cieee ngadu hahaha..."
Bu Ira: "udah Mba Rani kasian itu adiknya hahaha, kita juga sekalian pamit kalau gitu, Pak Ustad dan Bu Ustadzah makasih banyak ya jamuannya, sekali lagi selamat tahun baru..."
Pak Ardi: "Iya Pak Ustad, Bu Ustad, makasih banyak ya, terus buat Mas Aji udah mas santai aja, kita-kita disini mah udah pasti yakin kalau Mas Aji pasti lulus jadi sarjana, chill aja brooo hahaha..."
Ustad Hamdan: "iya Di, sama-sama, selamat tahun baru juga buat kalian ya, semoga tahun ini nanti kita semua dilimpahkan berkah yg banyak Amiiiin..."
Ustz Aisyah: "iya mas Ardi mba Ira, terimakasih kembali sudah mau nemenin kita sampai larut malam begini sekali lagi selamat tahun baru juga ya..."
Pak Ardi: "Kalau begitu kami pamit ya Pak Bu, Assalamualaikum..."
Ustad Hamdan: "Iya Di, Walaikumsallam."
Akhirnya Pak Ardi dan Bu Ira pun pulang ke rumah mereka yg hanya berjarak 30 meter saja dari rumah Ustad Hamdan dan Ustadzah Aisyah, sementara itu Ustad Hamdan dan lainnya pun membereskan barang-barang serta sisa makanan yg mereka makan tadi.
Aji: "Umi, apa ngga papa nih? Aku jadi agak kurang enak nih sama om Ardi dan tante Ira, kesannya kita jadi kayak yg ngusir mereka gitu..."
Ustad Hamdan: "ya udah nggak papa deh, lagian sekarang kan malam Jumat, waktunya Umi, Abi sama Mbakmu "ibadah", jadi ya apa boleh buat, toh kita juga nggak sering-sering ngadain acara begini..."
Ustadzah Aisyah: "tuh dengar kata Abi, sudah ayo cepat diberesin, habis ini langsung tidur yah..."
Aji: "Iya umi, tapi aku penasaran, emang "ibadah" yg dimaksud sama Abi Umi tuh ibadah apa sih? Kalau cuma solat jamaah atau ngaji kan kita selalu bareng-bareng? Tapi kok kenapa kalau ibadah tiap malam Jumat ini cuma mbak Rani yg boleh ikut, aku enggak?"
Tanya Aji penasaran.
Rania: "kan waktu itu Abi udah pernah bilang kalau kamu baru boleh ikutan pas umurmu udah 18 nanti, ultah 18 tahunmu aja masih 5 bulan lagi udah kepo aja, sabar dong..."
Aji: "hmm iya deh iya ya udah kalau gitu aku masuk kamar duluan..."
Akhirnya setelah selesai beres-beres Aji pun masuk ke kamarnya, tapi sebelum masuk kamar ia mendapati kalau Ayah Ibu dan kakaknya masuk ke kamar mandi bergantian untuk mengambil wudhu. Sebenarnya selain sidang skripsi hal yg membuat Aji akhir-akhir ini menjadi sering overthinking adalah permasalahan soal "ibadah" ini, karena beberapa hari sebelumnya Aji mengalami sebuah mimpi dimana di dalam mimpi itu ia bertemu dengan kakeknya, dan kakeknya berkata kepada Aji untuk mempersiapkan dirinya bahwa sebentar lagi Aji akan mengemban suatu takdir yg besar dan akan segera ikut "beribadah" seperti ke dua orang tua dan kakaknya. Anehnya mimpi itu terus terulang berkali-kali selama hampir beberapa minggu ini dan yg lebih anehnya lagi setelah Aji mengalami mimpi itu beberapa hari kemudian Ayahnya berkata pada Aji bahwa setelah ulang tahun yg ke 18 nya nanti, Ayahnya akan menyampaikan tentang suatu hal besar menyangkut keluarga ini yg mana ada kaitannya juga dengan "ibadah" misterius yg disebutkan oleh kakek Aji dalam mimpi.
Sungguh suatu kebetulan hal yg disampaikan oleh kakeknya di dalam mimpi bisa sama dengan apa yg ingin disampaikan oleh Ayahnya. Ditambah lagi Rania sudah lebih dulu mengikuti "ibadah" ini sejak 5 tahun yg lalu dimana usia Rania saat itu sama yaitu berusia 18 tahun juga. Aji yg memang sudah sejak dulu bersifat overthinking, tidak henti-hentinya penasaran dengan hal yg dirasa janggal ini, karena setiap Ayah dan Ibunya berkata bahwa mereka akan melakukan "ibadah" maka ada beberapa hal yg selalu dilakukan lebih dulu seperti mematikan seluruh lampu rumah kecuali lampu teras dan hanya menyisakan lampu kamar orang tuanya yg dibiarkan menyala, itu pun hanya menggunakan lampu tidur yg mana pencahayaannya tidak seterang lampu utama kamar mereka sehingga membuat kondisi di dalam kamarnya menjadi temaram atau remang-remang, lalu seisi rumah diwajibkan untuk hening dan tidak diperbolehkan ada suara sekecil apapun agar "ibadah" yg mereka lakukan tidak terganggu. Terakhir ketika kedua orang tua dan kakaknya sedang melakukan "ibadah", Aji sering mendengar suara seperti orang yg sedang mengaji atau solat namun diiringi dengan suara-suara aneh lainnya yg tidak bisa ia tebak kegiatan apa tepatnya yg sedang mereka bertiga lakukan di dalam.
965Please respect copyright.PENANA0UPBEcZdEX
Dulu Aji sering berpikir bahwa mungkin ibadah yg dimaksud kedua orang tuanya adalah kegiatan yg biasa dilakukan oleh pasangan suami istri yaitu bersetubuh atau bersenggama. Aji berfikir bahwa karena aktifitas kedua orang tuanya yg begitu sibuk dan menyita waktu, mungkin itu jadi salah satu cara alternatif mereka untuk melampiaskan rasa cinta dan kasih sayang diantara satu sama lain, tapi jika memang demikian orang tua Aji selalu melakukannya di hari Selasa malam dan dengan cara yg normal-normal saja, karena sebelumnya Aji sendiri pernah tidak sengaja melihat kedua orang tuanya itu sedang bercinta dan semenjak itu pun Aji jadi sudah terbiasa ketika dia melihat orang tuanya bercinta, malah terkadang beberapa kali Aji memang sengaja mencuri pandang atau mengintip kegiatan orang tuanya tersebut hanya untuk sekedar menghibur diri ketika Aji sedang merasa bosan atau penat. Tapi menurut Aji pergumulan kedua orang tuanya itu dirasa membosankan dan tidak terlalu seru, tidak seperti yg ada di film-film porno yg pernah diperlihatkan oleh teman-temannya sewaktu di sekolah dulu. Gara-gara hal ini akhirnya Aji tidak terlalu tertarik untuk melihat persetubuhan kedua orang tuanya tersebut tetapi dia tetap hafal kapan jadwal kedua orang tuanya akan melakukan hubungan badan yaitu pasti pada hari Selasa malam Rabu, sampai suatu ketika pikirannya berubah semenjak 5 tahun yg lalu orang tuanya mengajak Rania untuk ikut serta melakukan "ibadah" bersama mereka. Aji berfikir bahwa jika kedua orang tuanya memang ingin bercinta maka mereka tidak akan mungkin untuk mengajak pihak ke tiga untuk dijadikan sebagai penonton atau jauh lebih gila lagi untuk ikut serta melakukan kegiatan pasangan suami istri itu, tapi tetap saja, setiap kedua orang tuanya melakukan "ibadah" itu maka lantunan suara bacaan doa dan suara orang mengaji serta suara yg dianggapnya aneh itu tetap kembali terdengar, bahkan setelah 5 tahun yg lalu Rania ikut serta, suara-suara yg misterius itu selalu kembali terdengar.
Dan kali ini rupanya rasa penasaran Aji mulai menggerogoti isi kepalanya, meskipun batinnya menolak karena ia sadar bahwa mengintip adalah kegiatan yg salah tapi tetapi tetap saja otaknya mendukungnya untuk melakukan hal itu.
Aji: "Anjir lah jadi ga bisa tidur gini, lagian Umi sama Abi udah tau kalau anaknya suka OVT gini malah pake main rahasia-rahasiaan segala, mana suaranya kedengeran banget lagi, hadeeeh..."
Bukan Aji namanya jika dia tidak bisa berfikir secara kreatif dan diluar kotak, alih-alih untuk mengintip, Aji akhirnya memutuskan untuk menguping tepat dari depan pintu kamar kedua orang tuanya.
Aji: "kalau ngintip kan jatohnya visual nah kalau nguping doang kan berarti audio tuh, paling enggak kalau pun dosa ya dosanya cuma setengahnya lah ya, hihihi"
Begitulah fikirnya dalam hati tapi Aji masih saja tidak bisa menjernihkan isi kepalanya dari hal-hal yg selama ini iya fikirkan, lalu iapun berjalan perlahan sambil mengendap-endap untuk membuka pintu kamarnya berharap agar orang tua dan kakaknya tidak mendengar suara pintu kamarnya ketika dibuka. Lalu dengan hati-hati iya berjalan keluar untuk lalu menuju ke arah kamar orang tuanya. Dan benar saja ketika iya sudah berhasil mendekati kamar yg dituju sayup-sayup mulai terdengar suara lantunan ayat-ayat suci yg tengah disuarakan oleh kakaknya.
Aji: "hmm betulkan, ini suara ngajinya mbak, tapi kok kayak ada suara orang tepuk tangan? Apa suara tamparan? Tapi masa iya orang ngaji sambil ditamparin?"
Lalu ketika Aji mulai mencoba untuk lebih memfokuskan pendengarannya lagi kali ini terdengar seperti suara ibunya yg tengah berdizikir namun seperti sambil berlari atau berloncat-loncat karena suara yg terdengar ibunya seperti sedang terengah-engah. Lalu kali ini gantian terdengar suara Ayahnya yg seperti sedang memerintahkan sesuatu.
Ustd Hamdan: "Umi tolong dipercepat lagi, dan volume suara dzikirnya tolong sedikit ditambah biar Abi jadi lebih jelas dengarnya."
Ucap ustad Hamdan dengan suara pelan, lalu tanpa menjawab Ustadzah Aisyah pun langsung menuruti perintah suaminya yg membuat Aji jadi semakin mendengar dengan jelas dari balik luar pintu kamar.
Ustz Aisyah: "Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah..."
"Plak... Plak... Plak..."
Seiring dengan makin kerasnya suara dzikir ustadzah Aisyah semakin kencang pula suara "tamparan" itu terdengar. Dan kali ini giliran Rania yg diperintah oleh ustad Hamdan.
Ustad Hamdan: "Ran tetap fokuskan bacaanmu tapi jangan tahan perasaanmu, luapkan saja apa yg kamu rasakan, faham kan?"
Tanya ustad Hamdan, yg kemudian hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Rania. Sementara Aji yg sedang menguping dari balik sisi luar pintu berusaha dengan seksama untuk mendengarkan lebih jelas dan lebih detail lagi agar dia setidaknya bisa menebak aktifitas apa yg mereka lakukan di dalam. Aji yg mendengarkan itu semua makin terpancing rasa penasarannya dan mulai berfikir untuk benar-benar mengintip melalui celah lubang kunci pintu.
Aji: "duh sial, ujung-ujungnya tetep harus ngintip kalau gini caranya, ah bodo amat lah udah kepalang tanggung juga, biar sekalian aja dosanya..."
Pikirnya dalam hati. Lalu Aji pun perlahan menutup sebelah matanya untuk kemudian mencoba melihat dari lubang pintu, tapi kemudian yg awalnya Aji hanya membuka mata kanannya saja perlahan jadi membuka kedua matanya karena terkejut melihat aktifitas yg dilakukan ketiga anggota keluarganya itu didalam kamar. Walaupun samar dan agak remang tapi Aji mampu melihat setidaknya bayangan atau siluet yg terpantul di dinding kamar orang tuanya tersebut. Dan dari bayangan yg dilihatnya tampak terlihat ustad Hamdan yg duduk bersila di lantai sementara dipangkuannya terlihat sosok wanita yg menggunakan mukenah duduk sambil naik turun dengan posisi membelakangi ustad Hamdan dan dengan bertumpu pada kedua kakinya yg berada di atas kedua paha ustad Hamdan, dan satu lagi bayangan wanita yg terlihat sama menggunakan mukenah sedang berdiri sambil memegang sesuatu yg terlihat seperti sebuah buku namun dengan cara bediri yg aneh. Dia berdiri tepat di tengah-tengah antara ustad Hamdan dan wanita yg terlihat sibuk naik turun tadi dengan posisi menghadap ke ustad Hamdan sehingga terlihat seolah si wanita ini berdiri "mengangkangi" ustad Hamdan karena posisi kepala ustad Hamdan yg terlihat berada di area bawah perut si wanita yg sedang berdiri ini.
Aji: "Astaghfirulah, ibadah apaan sih ini? Kenapa posisi orang-orangnya begitu? Duh mana yg kelihatan cuma bayangannya doang lagi..."
Gumam Aji dalam hati. Cukup lama ia mengintip dari celah lubang kunci pintu itu sampai tanpa sadar Aji tidak sengaja menyenggol handel pintu.
"Ceklik..."
Terdengar suara handel pintu itu ditekan, tapi ternyata pintu tidak terbuka karna rupanya sudah dikunci dari dalam.
Aji: " Aw shit!!!"
Teriak Aji dalam hati, tanpa basa basi lagi diapun langsung lari menjauh dari depan pintu kamar orang tuanya itu, namun karena terkejut dengan kondisi pikiran yg tidak siap bukannya berlari ke arah kamarnya Aji malah berlari ke arah dapur dan karena bingung akhirnya Aji pun segera masuk ke kamar mandi.
Aji: "ah bego, bego, begooooo, kenapa malah lari kesini sih..."
Gumam Aji sambil menepuk dahinya sendiri.
Aji: "itu tadi apa ya? Umi Abi sama Mba ngapain sih kenapa posisi dan gerakannya aneh-aneh gitu? Masa iya sih mereka beneran threesome sambil ngaji dan dzikir?"
Tanya Aji pada dirinya sendiri sambil kebingungan.
"Tok... tok... tok..."
Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi diketuk dari luar.
Rania: "Ji... kamu di dalam?"
Terdengar suara Rania dari luar pintu.
Aji: "i.. iya mba, ada aku, ke.. kenapa mba?
Jawab Aji terdengar gugup.
Rania: "masih lama ngga?" Tanya Rania lagi.
Aji: "ma.. masih lama kayaknya mba, perut sakit banget nih, kayaknya gara-gara sate tadi deh.."
Jawab Aji berbohong.
Rania : "Oh ya udah kalau gitu..."
Lalu Aji pun berdiri dan beranjak dari closet duduknya sambil dengan hati-hati dan perlahan mendekatkan telinganya ke pintu kamar mandi untuk memastikan apakah kakaknya sudah pergi atau belum, setelah dirasa aman akhirnya Aji pun perlahan membuka pintu kamar mandi sambil mengintip untuk benar-benar memastikan kondisi di luar sudah aman atau belum.
Aji: "fiuuuh, kayaknya mba udah balik ke kamar, kalau gitu aku juga balik ke kamar deh."
Lalu Aji pun keluar dari kamar mandi. Ketika dia berbalik badan hendak menutup pintu kamar mandi tiba-tiba Rania kembali berada di sana dan tepat berdiri di belakang tubuh Aji.
Rania: "katanya masih lama? Kok malah keluar?
Tanya Rania yang sontak membuat adiknya terkejut.
Aji: "ASTAGFIRULLAH, ah mbak nih lo, ngagetin aku aja ah..."
Jawab Aji terkejut.
965Please respect copyright.PENANAEubsMwTgQv
Dan hal yg lebih membuatnya terkejut lagi sampai-sampai darahnya terasa mengalir naik ke ubun-ubun dan membuatnya menelah ludah yaitu penampilan Rania yg saat itu hanya menggunakan sepasang mukenah tipis berwarna biru langit tanpa menggunakan pakaian dalam apapun lagi dibaliknya. Pantulan cahaya lampu kamar mandi makin memperjelas siluet tubuhnya yg sintal dengan sepasang bongkahan payudara dan pantatnya yg padat, dan bahkan puting payudaranya nampak tercetak jelas dibalik mukena yg dikenakan Rania saat itu.
Rania: "Ji... kok bengong?"
Tanya Rania memecah lamunan Aji yg terpana melihat penampilan kakaknya saat itu.
Aji: "eh... apa mbak? Eh... umm... nggak kok aku nggak bengong..."
Jawab Aji terbata-bata karena gugup.
Rania: "mbak tanya, kenapa kamu sudah keluar dari kamar mandi? Tadi katanya bilang masih lama?"
Tanya Rania lagi.
Aji: "oooh... umm... nggak kok itu, anu mbak, aku mikir barang kali mba mau pake kamar mandinya mau cebok atau bersih-bersih gitu, makannya aku cepetin pake kamar mandinya..."
Jawab Aji berusaha menutupi rasa gugupnya.
Rania: "tau dari mana kamu kalau mbak mau bersih-bersih? Memang mbak ada bilang sama kamu?"
Tanya Rania lagi yg membuat Aji makin gugup.
Aji: "hah? Eh... oh itu, nggak kok aku cuma nebak aja hehehe..." Jawab Aji cengengesan sambil terbata-bata karena sudah tidak bisa lagi menutupi rasa gugupnya dihadapan kakak perempuannya itu.
Tiba-tiba saja Rania mengangkat bagian bawah mukenahnya lalu memasukan jari manis dan jari tengahnya ke dalam vaginanya sendiri yg sudah becek berlumuran cairan orgasme bercampur dengan lubricant alami yg sudah keluar sejak tadi, lalu dua jarinya yg basah itu dioleskannya ke bibirnya sendiri seraya berkata
Rania: "dasar bocah nakal, bikin repot aja..."
Lalu langsung menarik kerah kaos yg dipakai Aji dan melumat habis bibir adiknya itu, sementara Aji yg benar-benar terkejut hanya berdiri mematung dan pasrah menerima perlakuan dari kakaknya itu, sesaat kemudian tiba-tiba kesadaran Aji hilang. Tubuhnya langsung ambruk terjatuh ke lantai karena pingsan. Rania pun berkata
Rania: "maaf ya Ji, kalau waktunya sudah tiba nanti kamu sendiri juga akan tau, tapi bukan sekarang..."
Setelah itu tubuh Rania pun tiba-tiba perlahan berubah menjadi asap lalu menghilang.
Bersambung ke Chapter 2.
ns216.73.216.12da2