
Namaku Pramudya perkasa
Meskipun aslinya tak seperkasa itu dengan979Please respect copyright.PENANAb8GAhqLIBo
bentuk tubuh sedikit gemuk dan ukuran MrP 14 cm kecil si bagian Helmnya979Please respect copyright.PENANAvWjpoWRSWy
membesar ke pangkal tapi masi cukup kecil di banding yg lainnya, aku biasa di979Please respect copyright.PENANA3qka4orn7T
panggil Pram. Umurku 26 tahun. Dan aku seorang suami—setidaknya di mata dunia.
Enam tahun lalu, aku menikahi seorang gadis979Please respect copyright.PENANAqCd03I9EXm
muda bernama Juli. Kala itu dia masih 18 tahun , hamil tiga bulan, dan ditinggal pacarnya979Please respect copyright.PENANAXadlgErDxE
yang kabur entah ke mana. Orang tuanya memohon-mohon padaku—anak baik yang979Please respect copyright.PENANAA7s6St8K1k
polos dan menurut—agar menikahinya. “Demi menutup aib,” kata mereka. Kataku979Please respect copyright.PENANA0PlJz2dn3C
saat itu: “Kalau itu bisa menyelamatkan hidup seseorang… aku bersedia.”
Lalu aku hidup dalam kebohongan.
Kami pindah ke Bali setelah menikah. Aku dapat979Please respect copyright.PENANAdNU5RZI08b
pekerjaan sebagai tukang kebun di vila megah milik seorang pengusaha dari979Please respect copyright.PENANAzb75F7wsUH
Jakarta—Jhoni El-Hasan, pria 36 tahun keturunan Arab. Kharismatik. Kaya. Tegas.979Please respect copyright.PENANAROhANxd9FM
Lelaki yang bisa membuat wanita mengunci bibir tapi membuka paha.
Jhoni tinggal di Jakarta. Vila itu hanya tempat979Please respect copyright.PENANAoAENA9ofDj
singgah, tempat istirahat saat ia membawa keluarganya berlibur. Istri ke 2 nya Naomi, wanita berusia 30 tahun, adalah979Please respect copyright.PENANA8p9K7i2qtS
perpaduan Chindo asal Bandung yang memesona. Wajah khas chindo yang oriental979Please respect copyright.PENANAaqtT4k2AE7
mempesona, suara lembut, tapi aura matanya menyimpan sesuatu yang tak bisa979Please respect copyright.PENANAaKmTabV9I1
kutebak.
Mereka sering datang ke Bali bersama anak2nya
Alya, 12 tahun. Putih eksotis sedikit bongsor979Please respect copyright.PENANAnbIn27dreE
untuk anak seumurannya supel dan kepo
Nia, 10 tahun. Ceria dan penuh rasa ingin tahu.
Samuel, 8 tahun. Anak satu-satunya yang979Please respect copyright.PENANAR0b7Tux80u
laki-laki, pendiam dan manja.
Sedangkan anaknya dan istrinya yg pertama979Please respect copyright.PENANAtKPSDQzrKw
jarang datang
Lisa, anak yang kupanggil "putriku",979Please respect copyright.PENANAGRZ5bJQayN
kini berusia 6 tahun. Kukira dia hadiah dari cinta—padahal, aku tak tahu darah979Please respect copyright.PENANA76rPhbJkgX
siapa yang mengalir dalam tubuhnya. Karena saat aku menikahi Juli, aku tak979Please respect copyright.PENANAjbEjDnayfq
pernah tahu siapa ayah kandung janin yang ia bawa. Dan… aku tak pernah979Please respect copyright.PENANARtnbGizFKy
menanyakannya.
Juli mulai sering ke vila. Alasannya: “Biar979Please respect copyright.PENANAvMFkJ6WBPl
bisa bantu jagain anak-anak bos, toh kamu kerja di sana juga.”
Kupikir itu baik—karena itu mendekatkannya979Please respect copyright.PENANA1ie3RysoZi
padaku. Dan juga senang melihat dia kembali ceria dan dekat dengan suaminya
Bagian 1: Vila yang Damai
POV: Pram
Pagi di vila itu selalu terasa tenang. Udara979Please respect copyright.PENANAJkgXB5Tls6
laut menyusup lembut lewat jendela yang terbuka setengah, membawa aroma asin979Please respect copyright.PENANAbF8o2XG9MD
dan suara burung camar yang sesekali terdengar nyaring. Pram menyapu halaman979Please respect copyright.PENANAnqsxeHcnwS
depan vila dengan gerakan santai, tidak terburu-buru. Keringat menetes di979Please respect copyright.PENANA5Ryh3dvTwa
pelipisnya, tapi dia tersenyum—karena ini bukan pekerjaan, ini rutinitas yang979Please respect copyright.PENANAczSTcb19V5
menenangkan.
"Dua gelas jeruk hangat, buat pahlawan979Please respect copyright.PENANAGPXaT8TRg5
pagi kita," suara lembut menyapa dari belakang.
Pram menoleh dan tersenyum. Istri kedua Pak979Please respect copyright.PENANA52F6VyQHJx
Jhoni—Mbak Naomi—berjalan menghampiri sambil membawa nampan kecil. Senyumnya979Please respect copyright.PENANA0SiQWYoWbs
hangat, sehangat matahari pagi yang menyelinap dari balik pohon kelapa.
"Mbak Naomi… gak usah repot-repot. Saya979Please respect copyright.PENANAyAoiV7X8rz
bisa ambil sendiri di dapur," kata Pram sambil menyeka tangannya ke kain979Please respect copyright.PENANArKvKJl2QrC
lap.
"Ah, Pram. Kamu ini. Kamu kerja dari pagi,979Please respect copyright.PENANAntTWdf3sxJ
masa gak boleh dimanja sedikit?"
Mereka duduk di bangku panjang dekat taman979Please respect copyright.PENANAINPHaareil
kecil. Di dalam rumah, terdengar suara tawa dua anak kecil yang berlarian ke979Please respect copyright.PENANAxtTnXCRZiU
arah mereka.
"Om Pram! Om Pram! Ayo main! Aku udah979Please respect copyright.PENANAZXbmRhiSrj
pakai baju renang!" jerit Alya, gadis kecil usia 12 tahun yang ceria.
"Aku juga! Aku bawa bola pantai!"979Please respect copyright.PENANAfupJh79rr6
timpal samuel, adiknya yang berusia tujuh tahun, melompat-lompat dengan979Please respect copyright.PENANA107fNLyi8y
semangat.
Pram tertawa kecil. "Waduh… kalian mau979Please respect copyright.PENANAm4EnsXTCEk
main di mana sih pagi-pagi begini?"
"Ke pantai dong!" rengek Alya,979Please respect copyright.PENANAqVfo2bHBdT
memeluk kaki Pram sambil menatap ke atas dengan mata memohon.
"Tapi kata Papa gak bisa. Katanya banyak979Please respect copyright.PENANApcZ3SO14QH
kerjaan," sahut Samuel dengan wajah kecewa.
Mbak Naomi mengusap kepala anak-anaknya sambil979Please respect copyright.PENANAOo9MBv8BYz
berjongkok. "Papa kalian lagi banyak urusan, sayang. Tapi Mama bisa979Please respect copyright.PENANAPibdgLOweF
temani. Asal kalian janji gak bandel."
"Tapi… kita mau Om Pram ikut juga!"979Please respect copyright.PENANAYSl8V0Er2O
protes Alya sambil menatap Pram penuh harap.
Pram tergagap sejenak. "Eh… Om harus979Please respect copyright.PENANAhUKuD90KwO
bersihin dapur dulu. Lantai belakang juga belum dipel…"
"Aku bantuin nanti!" potong Samuel979Please respect copyright.PENANAHJASXFWIQq
cepat.
"Iya, nanti Mama bantu juga. Biar semua979Please respect copyright.PENANAHhLM5bXqLl
beres, kamu temani kita sebentar aja, Pram," kata Mbak Naomi sambil979Please respect copyright.PENANA0JgCuE0OkD
tersenyum.
Pram melihat mata ketiga orang itu—dua anak979Please respect copyright.PENANAwQwDXDFn9J
polos dan seorang ibu lembut yang tampak tulus. Dia mengangguk pelan.
"Ya udah deh. Tapi Om Pram cuma sebentar979Please respect copyright.PENANA4BjpoGal8t
ya."
Sorak sorai anak-anak mengisi pagi itu. Mereka979Please respect copyright.PENANARThsOErsyc
langsung berlarian masuk rumah, mengambil ember, sekop kecil, dan segala mainan979Please respect copyright.PENANA1uh0klvuFH
pantai yang bisa ditemukan. Mbak Naomi hanya tertawa kecil, lalu menatap Pram979Please respect copyright.PENANAQetEWmVIWu
dengan rasa terima kasih.
"Kamu itu udah kayak keluarga sendiri,979Please respect copyright.PENANAnUqO76SCSs
Pram. Gak tahu gimana jadinya kalau kamu gak ada di sini."
Pram tersenyum. Ada kehangatan yang menyusup979Please respect copyright.PENANAoTwaGbSdOt
pelan di dadanya. Bekerja di vila milik Pak Jhoni memang awalnya hanya soal979Please respect copyright.PENANAMRlIZWHzdY
uang, tapi entah sejak kapan, semuanya jadi lebih dari sekadar pekerjaan.
Dan istrinya—Juli—juga senang tinggal di sini.979Please respect copyright.PENANARGy0AoLtGu
Ia tampak lebih tenang, lebih bahagia. Senyumnya tak pernah serapuh dulu, saat979Please respect copyright.PENANAch067oQ4ZO
mereka masih di kota. Di vila ini, semua terasa lebih… damai.
Pram tidak tahu, pagi itu adalah pagi terakhir979Please respect copyright.PENANAmTQWeJR9Uh
ia bisa merasakan damai seperti ini.
POV: Pram
Ombak memukul pantai dengan suara lembut, seperti nyanyian yang diciptakan979Please respect copyright.PENANAGC60Y21klY
alam untuk anak-anak yang berlarian tanpa beban. Samuel dan Alya tertawa, kaki979Please respect copyright.PENANAQPaMSrzAs5
mereka tenggelam separuh di pasir basah, tangan mereka membawa ember kecil979Please respect copyright.PENANAo0cbq2MbTn
penuh kerang.
Pram duduk di tikar, sesekali tertawa melihat kelakuan mereka. Mbak Naomi979Please respect copyright.PENANA9RgG0OYi8L
duduk di sebelahnya, memakai kacamata hitam dan topi lebar, meneguk air kelapa.
"Anak-anak suka banget kamu temani," katanya pelan.
"Ah, mereka lucu sih, Mbak. Gak bisa diem," jawab Pram, tersenyum.
"Kadang aku mikir... kamu ini lebih cocok jadi guru TK daripada kerja979Please respect copyright.PENANAqCcDIJSOFH
bersih-bersih," gurau Mbak Naomi.
Pram hanya tertawa, menatap laut. Matanya sempat melirik ponselnya. Juli979Please respect copyright.PENANACEVat89hnb
belum mengirim pesan apa pun sejak ia pergi. Tapi Pram tidak berpikir buruk.979Please respect copyright.PENANAVPymhayhEK
Mungkin sedang istirahat, mungkin tidur. Atau mungkin memang sedang membantu979Please respect copyright.PENANAuY39xepmAL
Pak Jhoni, seperti yang sering ia lakukan belakangan ini.
"Aaaaaa Om Pram! Kebelet pipis!" jerit Alya, tiba-tiba berdiri979Please respect copyright.PENANA4atMNM0hQJ
kaku.
"Hah? Di sini? Gak bisa, dong!"
"Di toilet vila aja, Om! " kata Naomi ibunya lalu Samuel langsung979Please respect copyright.PENANAZByW1m4htG
berdiri juga. "Aku juga mau ikut!"
Mbak Naomi bangkit, tapi Pram lebih dulu berdiri. "Biar saya aja, Mbak.979Please respect copyright.PENANAOzdxqE1Q4Q
Mereka aman sama saya."
"Oke, tapi langsung balik ya. Jangan kasih mereka jajan aneh-aneh di979Please respect copyright.PENANAUna4GcHbUU
jalan," ucap Naomi, separuh bercanda.
"Siap, Bu Guru!" jawab Pram, membuat Alya tertawa.
Mereka berjalan cepat ke arah vila. Jalanan kecil di antara pohon kelapa979Please respect copyright.PENANAoFUMa86T1T
mulai sunyi, dan vila putih itu terlihat teduh dari kejauhan. Saat mereka979Please respect copyright.PENANAmbwZluIN9M
sampai, Pram membiarkan anak-anak masuk lebih dulu ke kamar mandi dekat dapur.979Please respect copyright.PENANAHoQSbbko6d
Ia menunggu di luar, bersandar pada dinding kayu yang sudah mulai hangat karena979Please respect copyright.PENANAToQuzmbfi5
matahari siang.
Tapi kemudian…
Sesuatu terdengar.
“Ahh... pelan… jangan di situ…”
Pram mengerutkan alis. Itu… suara perempuan?
Ia menegakkan badan. Suara itu… terdengar dari arah kamar utama. Ia979Please respect copyright.PENANAAqUi48jwEG
melangkah perlahan, memastikan anak-anak tetap di kamar mandi, lalu berjalan979Please respect copyright.PENANAmlcR8SFjaS
mendekati koridor panjang yang mengarah ke kamar Pak Jhoni.
Lalu suara itu terdengar lagi.
Lebih keras.
“Jhon... oh Tuhan, jangan berhenti…”
Deg.
Langkah Pram membeku. Ia tidak ingin percaya pada apa yang ia dengar.979Please respect copyright.PENANA46Pv90LqSM
Mungkin... mungkin ini televisi. Mungkin...
Tapi siapa yang nonton film seperti itu... siang-siang... di kamar979Please respect copyright.PENANAr49lAy4XH0
tertutup... saat istrinya sendiri ada di dalam vila ini? Atau jangan2 ada979Please respect copyright.PENANAJqcJ9VZJL3
rampok ?
Perlahan... dia mencari celah agar bisa melihat siapa atau apa yang terjadi
Suara kasur berderit.
Desahan panjang dari perempuan yang amat dikenalnya. Terlalu dikenalnya.979Please respect copyright.PENANAuA9Qp2Daf3
Pram berdiri kaku di balik pintu yang sedikit terbuka, tubuhnya gemetar. Dunia979Please respect copyright.PENANAbkqp3VL9eg
seperti berhenti. Waktu seolah kejam membiarkannya berdiri terlalu lama,979Please respect copyright.PENANAqFRrIuufFB
menyaksikan semua perlahan-lahan, tanpa bisa menoleh atau lari.
Dari celah sempit itu…
Ia melihat Juli.
Istrinya. Perempuannya.
Telanjang. Menunggang. Menggoyang. Di atas tubuh Pak Jhoni seperti Penari979Please respect copyright.PENANArmHuOILWfG
Perut yang Profesional
Gerakan pinggul Juli pelan tapi dalam, naik-turun, memutar… menggeliat979Please respect copyright.PENANAco2Y45K3Vj
dengan mahir seolah tubuh itu bukan milik perempuan sederhana yang ia nikahi979Please respect copyright.PENANA7YwgXLrDjE
bertahun lalu.
Kepala Juli tengadah ke langit-langit, rambutnya berantakan menempel di dahi979Please respect copyright.PENANAo1fVDQktVF
dan pipi, payudaranya bergoyang setiap kali pinggulnya menumbuk bawah. Dan979Please respect copyright.PENANAWyTtvoQeTg
suara itu—rintihan lembut yang dulu hanya untuknya—kini keluar liar dari979Please respect copyright.PENANAnDMOq9LAC5
mulutnya.
"Ohh... Jhon... dalem banget… jangan berhenti… ya Tuhan… aku gila, aku979Please respect copyright.PENANAXiERsUHuDo
gila..."
Mata Pram membelalak. Nafasnya tercekat. Ia ingin berteriak, menerjang,979Please respect copyright.PENANAcxSsxwM2Hg
menghancurkan semua. Tapi kakinya tak bisa digerakkan. Ada sesuatu yang979Please respect copyright.PENANAFu5jj3zMg6
menahannya. Luka. Syok. Kebingungan. Dan… sesuatu yang lebih parah.
Karena matanya... tak sengaja melihat.
Batang itu.
Benda asing, kejam, dan... besar.
Keluar masuk dari antara paha istrinya. Mengeras dan memukau, menggoyang979Please respect copyright.PENANAmbn6blvrjC
tubuh Juli dengan kekuatan yang membuatnya bergetar.
Pram… untuk sepersekian detik, hanya menatap.
Otaknya kosong. Perasaannya terbakar.
Batinnya robek.
Istrinya… menggoyang seolah dunia milik mereka.
Seolah ia tak pernah ada.
Seolah cinta dan janji suci mereka hanya lelucon yang dibuang.
"Juli!" teriak batin Pram. Tapi mulutnya tak mengeluarkan apa pun.
Tangannya terkepal. Lututnya siap melangkah. Ia akan membuka pintu itu. Akan979Please respect copyright.PENANA6UjOaPmUOQ
melempar mereka keluar dari neraka yang diciptakan bersama. Akan—
"Om Pram dimana ?"
Suara kecil itu seperti bom yang meledak di belakangnya.
Pram menoleh. Samuel berdiri di ujung lorong, menggigit bibir, celananya979Please respect copyright.PENANAtRjpnUZWmn
sudah berganti, wajahnya polos tak tahu apa-apa.
"Om ayo ke pantai lagi! Kakak uda duluan!" rengeknya sambil979Please respect copyright.PENANA54QijbNUni
menarik tangan Pram.
Pram diam. Masih gemetar.
Tangannya masih terbakar karena genggaman amarah. Tapi Samuel menariknya cepat2.979Please respect copyright.PENANArTtgXFzIO2
Mata anak itu penuh harap. Dan entah bagaimana... amarah yang mendidih perlahan979Please respect copyright.PENANAYt2zBGMvkE
disiram dengan air dingin bernama "kebaikan yang sialan."
Pram menoleh sekali lagi ke arah celah pintu.
Juli masih menggoyang. Masih merintih. Masih menginginkan sesuatu yang bukan979Please respect copyright.PENANAxqOTvvBD8d
dirinya.
Ia mengatupkan rahang.
Lalu memalingkan wajah.
"Dasar Lonte Pendosa Ternyata ini Sifat Aslimu di belakangku "
“ sudah aku tutupi aibmu tapi dirimu sendiri yang khianat dan kembali ke lembah979Please respect copyright.PENANAOGy95eoYFX
aib itu “
“ menyesal aku mulai mencintaimu, dan Kau Jhoni BAJINGAN , kukira kebaikanmu979Please respect copyright.PENANAnv34w1Ymma
tulus ternyata ..”
Luka itu tak selesai. Tapi Pram memilih menundanya.
Demi anak-anak. Demi kasih sayang. Atau mungkin… karena ia belum tahu harus979Please respect copyright.PENANAwM5dX35X4O
bagaimana menghadapi kebenaran yang terlalu telanjang.
Sesampainya di pantai Pram hanya termenung Terdiam Tenggelam dalam pergolakan979Please respect copyright.PENANAgX3g4BP3Ic
batin
Suara kasur berderit.
Desahan panjang dari perempuan yang amat dikenalnya. Terlalu dikenalnya.979Please respect copyright.PENANArMOX8UIIuP
Pram berdiri kaku di balik pintu yang sedikit terbuka, tubuhnya gemetar. Dunia979Please respect copyright.PENANA3p4J5fascY
seperti berhenti. Waktu seolah kejam membiarkannya berdiri terlalu lama,979Please respect copyright.PENANA7lwoJcrl71
menyaksikan semua perlahan-lahan, tanpa bisa menoleh atau lari.
Dari celah sempit itu… Menghancurkan Hatinya....
ns18.188.99.22da2