"Itu orang kulit hitam itu kenapa ngikutin kita dah?"
"Eh, jangan gitu, rasis banget kamu!"
Aku menjawab Yuna sambil membisik. "Orang hitam" yang ditanyakan Yuna adalah Zuri Nyota. Dia akan mengawaliku kemana saja aku pergi. Tapi Yuna tidak salah sih, rasanya tidak biasa.
"Tapi aku tidak salah, kan? Kurasa dia mengikuti kita dari tadi. Umurnya juga seumuran. Apa dia murid baru?"
"Emang kenapa kalo ada orang yang mengikutimu terus?"
"Bahaya."
Benar juga sih.
"Trauma ya?" aku tanya dengan nada menggoda dan senyum jahil.
"SHHH!"
Aku pun ketawa pelan. Tapi hanya sebentar, soalnya kupingku menangkap bisik-bisik dari kelilling. Lagi-lagi, mereka ngomongin aku.
Biasa sih.
Menjadi anak dari dua hewan terdengar seru, tetapi beginilah rasanya.
Aku pun menghela napas.
"Kamu belom bilang dia siapa." Yuna berkata sambil berjalan.
Sepanjang waktu ke kelas aku pun menceritakan tentang "orang hitam" itu.
"Eh, pengawal pribadimu kemana, Sel?" Yuna bertanya saat kami duduk di kelas. Tempat duduk kami berduaan, jadi pertemanan kami terasa lebih kuat.
"Kelas mau mulai kamu malah ngomongin dia. Dia tunggu diluar lah! Masa masuk ke dalam!"
"Luar mana?"
"Mana aja kek. Taman, kantin, bebas dah!"
"Ok, ok."
"Huh, aneh."21Please respect copyright.PENANAG6UkeNmNrA
"Biarin, wek."
Sebelum aku sempat bales, suara guru terdengar.
"Selamat pagi, anak-akan!"
"Selamat pagi, bu!"
"Anak-anak! Hari ini kita akan berlatih untuk Talent Show minggu depan! Yang nggak siap, awas ya! Jangan sampai dapat nilai nol!"
Aku dan Yuna pun saling pandang saat ibu guru mengatakan kata Talent Show. Oh, iya ya! Kok aku bisa lupa!
Setelah ibu guru menjelaskan dan keluar kelas, aku dan Yuna langsung melakukan persiapan.
"Kamu mau tunjuk bakat apa, Yun?"
"Biasalah! Bakat hipnotisku dan bakat pembuatan ilusi pasti akan dapat nilai 100!"
"Bener juga ya."
Yuna memang berasal dari keluarga burung hantu. Jadi, kekuatan sihirnya Yuna memang jelas.
Tetapi...
Karena aku berasal dari dua keluarga yang berbeda, kekuatan sihirku belum jelas. Aku juga belum menguasainya. Susah sekali menjadi anak dari dua klan.
"Kamu bingung mau tunjuk bakat apa ya?"
"Iya," aku berkata dengan nada pelan. "Tunjuk bakat apa ya?"
"Kamu melupai sesuatu, Xia."
"Dan itu..." aku masih bingung dengan apa yang mau disampaikannya.
"Kamu kan bisa merajut. Bahkan hal yang kamu rajut itu luar biasa."
"Oh, iya ya!"
Selama kelas kami mempersiapkan diri untuk Talent Show minggu depan.
Kriiinggg!
Bel pulang berbunyi. Aku pun keluar kelas, hanya untuk melihat Zuri sedang menunggu aku di depan. Aku pun meneguk. Hubungan antara kita berdua masih canggung.
"Selene, aku pulang duluan ya. Aku harus menghafal not untuk les viola. Susah."
"Oh, sip! Dadah!"
"Da,"
Huh, aku di tinggal sendirian sama pengawal pibadiku. Dasar.
Aku pun bergerak menuju kamar mandi. Zuri mengikut di belakangku. Banyak mata yang menatapi kita berdua.
"Zuri tunggu di luar aja ya. Nanti didalam sempit."
Aduh, aku masih tidak bisa ngomong biasa dengan dia. Tapi sopan kan tadi?
"Baiklah, tuan putri."
"Mmm, kalo di luar sini jangan memanggilku tuan putri, ya Zuri." aku bilang sambil membisik. "Saya tidak nyaman dengan panggilan tersebut." aku mengatakan sambil memastikan tidak ada yang mendengar.
"Baiklah."
Aku pun memasuki kamar mandi, dibutakan dengan hal buruk apa yang akan terjadi selanjutnya.
ns3.144.199.9da2