
Chapter 7
777Please respect copyright.PENANAQzeCKX8OjT
Di dalam rumah, suasana agak canggung. Umi Lilis mencoba mencairkan suasana dengan membuka obrolan ringan, sementara Cencen duduk dengan sikap hormat, sesekali cencen curi curi pandang ke Ustadzah Aminah dengan tatapan yang penuh perasaan.
Pembicaraan mereka pun mengalir begitu saja, membahas banyak hal tentang agama, kehidupan, dan saling memahami. Meski Cencen masih memiliki pandangan yang berbeda tentang Tuhan dan keyakinannya, namun sikapnya yang penuh rasa ingin tahu dan respek membuat Ustadzah Aminah merasa lebih nyaman.
Namun, ditengah obrolan mereka yang semakin seru, dari luar rumah terlihat sebuah mobil berhenti tepat di depan gerbang rumah ustadzah aminah, dan tidak berselang lama, 4 orang dengan tampang sangar turun dari mobil itu dan berjalan mendekat ke arah rumah ustadzah aminah.
”bu aminah bagaimana, sudah bisa kami ambil uang pembayaran hutang ibu...?” tanya seorang pria dengan kulit hitam dan wajah sangar nya tanpa permisi yang membuat semua orang yang ada di ruang tamu ustadzah aminah.
”astagfirullah... pak, bapa tau sopan santun atau tidak, permisi pun tidak ada, ini rumah saya pak.. saya sedang ada tamu juga... permisi dulu lah pak.. jangan seperti itu...” hardik ustadzah aminah kepada pria itu sambil berdiri.
”eh.. ko kamu yang marah.. saya kesini mau menagih hutang hutang suamimu.. kalau kamu sudah bayar baru kamu bisa tolak kami... sekarang ga usah kamu banyak bicara, mana uang nya... kalau tidak rumah ini kami ambil sertifikatnya...”
”ya, tapi tidak seperti itu caranya pak.. ini rumah saya, bapa tidak bisa seenaknya seperti itu...”
”aaalllaaahhh.. diam kamu... kamu yang punya hutang.... kamu yang seharusnya diam..” ucap pria itu sambil mengarahkan tangan nya yang kekar ke arah ustadzah aminah.
Namun cencen yang memang tepat berada di sebelah pria itu segera mencegah tangan pria itu dengan sigap.
”weeiitttsss... santai bung... santai.. jangan main fisik seperti itu... menagih ya menagih tapi bukan berarti anda bisa seenaknya bung...” ucap cencen sambil memegang tangan pria itu.
”eeehhh.. siapa kamu...? jangan ikut campur urusan kami ya.... jangan sampai tangan kami yang mendarat di badan kamu ya....”
”saya teman dari ustadzah aminah, bung bisa panggil saya cencen... sekarang coba bung jelaskan kepada saya, gimana keadaan nya, tadi saya dengar ada soal hutang.. coba bung jelaskan...”
”dek cencen... jangan dek ini urusan saya...” ustadzah aminah mencoba menghentikan cencen.
””sudah umi tenang saja... umi lilis tolong di ajak masuk aja umi aminah kedalam.. disini biar saya yang coba urus...”
”udah umi.. ayo ikut ana...” ucap umi lilis sambil memegan pundak ustadzah aminah seraya menariknya kedalam rumah...
”tapi umi... itu...” ustadzah aminah mencoba menolak tarikan umi lilis.
”udah umi.. ayo... ikut ana...”
Ustadzah aminah pun mengikuti umi lilis dan meninggalkan cencen dan ke empat penagih utang itu di ruang tamu.
Keempat pria itu menjelaskan kepada cencen kalau suami ustadzah aminah yaitu ustadz kosim berhutang kepada mereka, dan memperlihatkan dokumen dan rekaman saat transaksi pinjaman itu.
”oh begitu rupanya.. berapa semua hutang nya...?”tanya cencen
”650 juta, dan bunga nya sampai hari ini 150 juta... kalau tidak bisa dia bayar.. rumah ini dan asrama itu kjadi milik kami...”
”ooohhh... ok.. kemana harus di bayar..?”
”dia sudah tau harus bayar kemana.. mau di kasihkan ke kami atau ke nomor rekening yang kami kasih kemarin....”
”berapa nomor rekening nya biar saya yang selesaikan, tapi dengan syarat kalian jangan pernah berani mendekati daerah ini lagi... cepat berapa nomornya..?” ucap cencen sambil memegang hp nya dan membuka aplikasi banking nya.
”waahahahah.. kamu serius... ok ok... sebentar....... ini nomornya.. silahkan transfer ke rekening BANK AKAMSI nomor nya 980069696969 atas nama SUKONTO LOLBED...”
Cencen mengetikan nomor rekening itu di hp nya, lalu setelah beberapa saat dan beberapa langkah verifikasi notifikasi uang terkirim pun masuk di hpnya.
”ok.. done.. ini buktinya kamu bisa baca, dan bung bisa konfirmasi ke bos bung... sekarang bung semua silahkan pergi, dan jangan pernah kembali kesini apalagi sampai meneror, silahkan...”
”anda tenang saja... asal sudah terbayar, kami tidak akan lagi datang kesini.. ok.. kami pergi sekarang.. thank you ya.. hahahaha”
Keempat penagih utang itupun berjalan meninggalkan rumah ustadzah aminah.777Please respect copyright.PENANA9wcfnd29QD
777Please respect copyright.PENANAXB1rKE5Tqb
777Please respect copyright.PENANA8fdTXY4NZ2
selengkapnya bisa di baca di>>>> disini<<<<
jangan lupa follow dan bookmark juga victie.com/app/author/15487
ns216.73.216.200da2