Ririn Damayanti (30 tahun) seorang wanita yang telah menikah dengan Supri (31 tahun) Yang bekerja sebagai ojek online.
Keduanya telah 8 tahun menikah dan memiliki seorang anak perempuan dan sudah menginjak kelas 1 SD.
Ririn dan Supri tinggal di sebuah kontrakan sederhana milik Pak Timo, keduanya sudah tinggal disana sejak menikah.
Sehari-harinya Yanto bekerja sebagai ojek online, ia berangkat tiap pagi dan pulang pada malam harinya. Tuntutan biaya hidup yang besar membuatnya harus bekerja extra keras.
Meskipun sudah bekerja sangat keras, Namun itu masih tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarga kecilnya. Saat ini, ia bahkan sudah menunggak uang kontrakan selama 2 bulan terakhir.
Sementara itu, Ririn hanya berdiam diri di rumah untuk mengurus rumah dan anak semata wayang mereka.
Sebenarnya ia sangat ingin bekerja, untuk membantu keuangan keluarga, namun supri tak mengizinkannya untuk bekerja.
Bukan hal yang sulit bagi Ririn untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, mengingat ia merupakan lulusan S1, ditambah dengan wajah cantik serta tubuh montok meskipun sudah melahirkan seorang anak.
Ia sudah berulang kali meminta izin kepada suaminya untuk bekerja, namun Supri selalu menolaknya dengan berbagai alasan. Seburuk apapun ekonomi keluarganya, Supri tak pernah mengizinkan sang istrinya untuk bekerja. Bagi Supri mencari uang adalah tugasnya.
Suatu hari, Pak Timo diminta oleh istrinya untuk menagih uang kontrakan Supri dan Ririn yang sudah menunggak selama 2 bulan terakhir.
"Mas, nanti kamu tagih uang kontrakan Supri. Aku mau ke pasar dulu" Ujar istrinya yang sudah bersiap-siap untuk pergi ke pasar.
Pak Timo yang tengah duduk di atas kursi sambil menyeruput segelas kopi langsung menyanggupi permintaan sang istri. Ia tidak mungkin melewatkan kesempatan untuk melihat Ririn yang sudah lama menarik perhatiannya, ditambah lagi ia tahu jika Ririn tengah sendirian di rumah karena Supri tengah bekerja, sedangkan anak semata wayangnya tengah berada di sekolah.
"Iya Ma, nanti aku tagih." Sahut Pak Timo.
"Pokoknya, pas aku balik, duitnya udah ada." Ujar Istri Pak Timo, lalu melangkahkan kakinya menuju pintu.
Sesaat setelah kepergian sang istri, Pak Timo langsung bangkit dari atas tempat duduknya.
Ia kemudian meninggalkan rumahnya dan melangkahkan kakinya menuju rumah Ririn.
Tak lama setelah itu, Pak Timo akhirnya tiba di depan kontrakan Supri dan istrinya. Kebetulan saat itu, situasinya tengah sepi. 2 kontrakan yang berada di samping Kontrakan Maya tengah kosong, karena sang pemilik tengah bekerja.
Tak berlama-lama, Pak Timo kemudian mengetuk pintu kontrakan Ririn yang terbuka lebar.
Berulang kali ia mengetuk, Namun tak ada respon dari dalam rumah.
Tak lama setelah itu, Sesosok perempuan yang mengenakan celana pendek serta baju kaos tanpa lengan serta celana pendek yang sangat ketat keluar dari kamar mandi. Kemudian berjalan menghampiri Pak Timo yang berada di depan pintu
Saat itu Ririn menggunakan pakaian yang agak ketat, sehingga membuat tubuhnya terlihat sangat menggoda. Siapa pun yang melihatnya pasti akan langsung tergoda.
Terbukti dengan Pak Timo yang melongo memandangi Ririn. Matanya tak berkedip sedikitpun memandangi gundukan vagina Ririn yang tercetak dari balik celana pendek dan ketat yang dikenakannya.
Tak berselang lama, Ririn akhirnya sampai di depan Pak Timo, sementara Pak Timo masih terus memandangi selangkangannya.
"Iya Pak, Ada perlu apa?" Tanya Ririn kepada laki-laki tua yang berdiri di hadapannya itu.
Pak Timo tak merespon pertanyaan Ririn, ia masih saja memandangi selangkangan wanita montok itu.
"Hallo Pak!" Ujar Ririn sambil menggerakkan tangannya tepat di depan muka laki-laki tua itu.
Panggilan itu membuat Pak Timo tersadar dari lamunannya.
"I... Iya neng, Saya ke sini mau nagih uang kontrakan neng yang udah nunggak!" Ujar Pak Timo gelagapan.
"Maaf ya Pak, saya belum bisa bayar sekarang, suami saya belum ngasih uangnya. Nanti kalo sudah ada, pasti langsung kami bayar." Sahut Ririn dengan nada memelas.
" Saya sih gak masalah neng, Tapi istri Saya bakal marah kalo neng masih belum bayar uang kontrakan, Neng bisa aja di usir sama istri saya, minimal Neng cicil dulu buat sebulan." Pak Timo sebenarnya bisa saja membiarkan Ririn tinggal Secara gratis, Bisa melihat tubuh montok Ririn setiap hari sudah lebih cukup untuknya.
"Gimana ya Pak, saya benar-benar belum ada uang sekarang!" Ujar Ririn dengan nada memelas.
"Gimana kalo bayar pake ini, non?" Ujar Pak Timo sambil mencolek gundukan vagina Ririn yang tercetak oleh celana ketat yang dikenakannya.
Laki-laki tua itu sudah tidak sanggup lagi menahan hasratnya terhadap Ririn yang sudah membuatnya terangsang.
Gerakan tangan Pak Timo membuat Ririn terkejut, tubuhnya terlonjak.
"Maksudnya Pak?" Tanya Ririn keheranan dengan maksud perkataan laki-laki tua itu.
Pak Timo kemudian mendekatkan mulutnya ke telinga Ririn sambil mengendus aroma wangi rambut wanita montok itu.
"Saya yakin neng tahu, apa maksud saya!" Bisik Pak Timo di telinga Ririn.
Setelah itu, Ia tersenyum ke arah Ririn lalu masuk ke dalam rumah dan langsung melangkahkan kakinya menuju salah satu kamar yang merupakan kamar Ririn dan suaminya itu, tanpa menunggu persetujuan wanita montok itu.
Saat itu, Ririn benar-benar bingung, ia tidak tahu harus berbuat apa.
Dengan ragu-ragu ia kemudian memperhatikan situasi di sekitar, lalu menutup rapat pintu kontrakannya setelah memastikan tidak ada siapa-siapa di sekitar dirinya.
Setelah menutup pintu, Ia mulai melangkahkan kakinya secara perlahan menuju kamar, langkah kakinya terasa berat.
Namun setelah cukup lama, Ririn akhirnya sampai di depan pintu kamarnya, lalu memberanikan dirinya untuk membuka pintu kamar dengan ragu-ragu.
Di dalam kamar, Ririn melihat Pak Timo tengah berbaring di atas kasur dengan kondisi telanjang bulat.
Ririn langsung menundukkan kepalanya, ia tak berani melihat laki-laki tua itu. Namun secara samar-samar Ia melihat kontol Pak Timo yang sudah mengeras serta tubuhnya yang berotot.
Meskipun usianya sudah menginjak 50 tahun, namun tubuhnya masih berotot karena ia rutin berolahraga.
Tak hanya itu, Ririn juga melihat tubuh Pak Timo yang di penuhi bulu-bulu halus dari kaki, paha, hingga dadanya.
Sementara itu, Pak Timo yang tengah berbaring di atas kasur melempar senyum ke arah Ririn.
Ririn kemudian menutup pintu kamar, lalu melangkahkan kakinya menuju ranjang dengan sedikit malu-malu dan menundukkan kepalanya.
Sesampainya di dekat ranjang, Ririn langsung duduk di atas kasur membelakangi Pak Timo.
Melihat Ririn terduduk diantara kedua kakinya, Pak Timo langsung bangkit dan langsung mendekatinya.
Pak Timo kemudian merapatkan tubuhnya ke tubuh montok Ririn dan memeluknya dari arah belakang, sehingga membuat kontolnya yang sudah mengeras menyentuh bongkahan pantat montok Ririn yang masih tertutup celana ketat yang dikenakannya.
Tak lama setelah itu, Salah satu tangan Pak Timo menyingkap rambut yang menutupi leher Ririn, Lalu lansung menjilati leher mulus wanita montok itu.
Namun Ririn langsung menghentikannya.
"Tunggu Pak! Gimana dengan uang kontrakan Saya?" Tanya Ririn dengan nada panik sambil menahan kepala laki-laki tua itu.
"Seluruh tunggakan kamu, saya anggap lunas!" Ujar Pak Timo yang sudah sangat bernafsu dan tak ingin berlama-lama lagi.
=================
Baca cerita lengkapnya disini 👇
https://victie.com/novels/binor_montok_&_pemilik_kontrakan_
https://victie.com/m/works/637
ns216.73.216.45da2