Mama melengos malas, "Yaudah nggak usah. Kamu tidur diluar aja nanti."
"Pahhhh" Aku menegur Papa yang tadi menolak permintaan Mama.
Papa yang melihat wajah sang istri sudah memelas dan teguran anaknya pun hanya menghela nafas pasrah.
Cup Cup
Papa mencium bibir Mama kilat karena merasa malu masih ada anaknya disini.
Namun sayangnya, berbeda dengan apa yang dipikiran Mama.
Saat dirasa Papa ingin menjauhkan wajahnya, Mama justru merangkul erat leher Papa dan menahan kepalanya supaya tidak menjauh.
Mama langsung saja mencium bibir Papa rakus.
Menyesap, menarik, melumat habis bibir Papa yang tebal dan sexy.
Papa yang mendapat serangan mendadak pun sontak mendelikan mata dan mencoba menjauhkan kepalanya dari Mama.
Namun, Mama dengan keras menahan kepala Papa supaya tidak membuat ciuman mereka terlepas.
Mama sengaja menggoda Papa di depan Ira supaya anak gadisnya itu paham bahwa Papanya sendiri sangat bringas dan ganas.
Mama menyeringai saat merasakan Papa mulai mengambil kendali ciuman. Semakin berani, Mama tanpa aba-aba langsung mendudukan diri dipangkuan suami.
Bak kerbau dicucuk hidungnya, Papa langsung meremas pinggang ramping Mama dan terus mengecupi bibir sang istri dengan ganas.
Bahkan, tanpa disadari tangan Papah sudah bergerilya kemana-mana. Meraba dan meremas kedua bongkahan padat dan kenyal sang istri.
Aku hanya terbengong dan menatap adegan live Mama dan Papa dengan wajah memerah.
Melihat kedua orang tuanya berciuman panas sukses membuatnya merinding.
Apalagi melihat Papa yang begitu ganas mencium Mama dan meremas p4yud4r4nya dari luar daster yang Mama kenakan.
Shhh..
Aku merinding, mendadak merasakan put1ngku gatal dan bagian bawahku becek.
Melihat urat-urat menonjol di tangan Papa dan bagaimana wajah Papa merem melem keenakan sukses membuatku terangsang.
"Ah..."
Aku semakin menggerakan kedua pahaku tak nyaman saat mendengar Mama mend3s4h lirih.
P3nt1lku yang awalnya sudah terceplak jelas di croptop yang ku pakai menjadi semakin mengacung jelas karena aku yang tiba-tiba bergairah.
Gimana aku nggak bergairah kalau melihat adegan plus-plus di depan mata secara langsung.
Apalagi saat ini Mama sudah mulai menggerakan badannya maju mundur. Saling menggesekan inti tubuh mereka masing-masing.
"Ngghhhhh.... babyhh..."
Aku merinding. Bagian bawahku semakin basah saat mendengar geraman tertahan Papa.
Entah karena faktor live di depan mata atau bagaimana, aku merasa bahwa suara Papa tadi sangat seksi.
Bahkan sangat seksi jika dibandingkan dengan suara laki-laki pada puluhan video bokep yang pernah ku tonton.
Aku jadi membayangkan bahwa yang diposisi Mama itu aku dan Papa menggeram karena merasakan nikmat akan tubuh seksi ku ini.
"AHHHHH"
Astaga-astaga.
Mendengar d3s4han keras Mama, aku langsung menggelengkan kepala cepat saat pikiran tak senonoh tadi mampir di kepalaku.
Jangan gila lo Mi, dia bokap kandung lo. Ucapku dalam hati.
Lo mau dicap durhaka ngebayangin bokap lo ngegagahin lo di depan nyokap. Ucapku mengingatkan diri sendiri.
"Ahhh... ahhh..." Mama mend3s4h tertahan saat cairan cintanya muncrat keluar. Membasahi celana Papa.
Dengan kepala yang bersandar pada bahu sang suami, Mama menyeringai penuh makna saat melirik anak gadisnya yang wajahnya sudah memerah dengan paha yang saling bergesekan.
Mama juga tak luput memperhatikan p3nt1l Ira yang semakin tercetak jelas di baju.
Ternyata anak gadisnya memang benar-benar terangsang melihat adegan tadi. Hehe.
Turun dari pangkuan suami, Mama kembali duduk di tempat semula sambil melepas celana dalamnya yang basah.
Tanpa malu, Mama langsung mengusap jari jemarinya di intinya yang becek dan menyodorkannya ke Papa minta dijilat.
"Pa, jilat."
"Udah Maa" Ucap Papa menolak.
Apalagi tadi Papa sempat bertabrakan mata dengan anak gadisnya yang memerah.
Ia benar-benar merasa bersalah sudah menampilkan kegiatan tak senonoh di depan anak kandungnya sendiri.
"Cepet, Pa. Jilat ini, kan gara-gara Papa juga Mama becek gini." Ucap Mama memaksa sambil kembali menyodorkan tangannya yang penuh lendir ke depan mulut Papa.
Merasa suaminya akan menolak lagi, Mama langsung saja mengeluarkan jurus andalan. "Ini dede bayinya loh Pa yang minta."
Mendengar sang istri sudah bawa-bawa bayinya, Papa dengan pasrah menjilat habis bukti keberingasannya di tangan Mama.
Sudah kepalang malu dan biar saja anak gadisnya melihat kelakuan tak senonoh kedua orang tuanya.
Toh benar kata istrinya tadi kalau anaknya sudah besar.
Setelah dirasa tangannya bersih dari lendir-lendir percintaannya, Mama kembali memasukan jarinya ke dalam v4g1n4nya dan menyodorkannya pada sang anak minta dijilat.
"Jilat sayang."
Aku yang disodorkan tangan penuh lendir Mama hanya mengernyitkan bingung. "Nggak mau Ma."
"Ma! Kamu yang bener aja dong." Tegur Papa sedikit keras.
Sedikit terkejut dengan permintaan istrinya.
"Sini biar Papa aja Ma." Tambah Papa membujuk Mama.
Sejujurnya Papa merasa tak enak dengan putrinya.
Sudah disuguhkan adegan tak senonoh, kini disuruh menjilat hasil dari kegiatan tersebut.
"Kamu nggak mau ya nurutin kata Mama." Ucap Mama dengan sendu.
Aku yang mendengar ucapan Mama pun sontak kelimpungan. Melirik Papa minta pendapat.
Setelah melihat Papa menganggukan kepala, aku langsung saja memasukan jari-jari basah penuh lendir Mama ke mulutku.
"Iya-iya sini Ira jilat Ma."
Aku mengernyitkan dahi sedikit jijik merasakan lendir Mama yang kujilat.
"Khoookkk" Aku sedikit tersedak karena Mama yang tiba-tiba semakin mendorong jari-jarinya masuk ke dalam mulutku.
"Nghhhh"
Mama mend3s4h lirih dengan tubuh sedikit bergetar.
Melihat wajah anaknya yang sedikit memerah dengan mulut yang sedang menjilati tangannya.
Melihat wajah sang anak, Mama jadi membayangkan bahwa sang anak kini sedang menjilati p3n1s besar Papa yang penuh lendir.
Oleh karena itu tadi ia mendorong jari-jari tangannya semakin masuk ke dalam mulut sang anak.
Membayangkan bahwa itu adalah p3n1s besar sang suami yang sedang dikulum oleh Ira.
Uhh... Mama merinding dan semakin terangsang membayangkannya.
Apalagi tadi tangannya sudah lebih dulu dijilat oleh sang suami.
Melihat tubuh Mama bergetar.
Aku mengernyitkan dahi bingung, kenapa Mama mendadak aneh hari ini?
Masih dengan jari sang Mama dimulutku, aku menengokan kepala ke arah Papa yang kini memandangiku dengan sorot tak terbaca.
Gleg
Papa menelan ludah melihat mimik sang anak yang sedang menatapnya.
Dengan muka polos dan lidah yang tak berhenti menjilati tangan Mama, Papa mendadak menjadi bergairah dan memikirkan yang tidak-tidak.
Gila lo Ken, dia anak lo sendiri. Ucap Papa dalam hati saat mendadak terpikirkan bahwa jari-jari sang istri itu tadi rudal miliknya.
Mendengar suara putrinya, Papa bergidik dan menggelengkap kepala lirih.
Mengusap wajahnya lelah lalu berdiri dari duduknya.
"Udah bersih Ma." Ucapku setelah tangan Mama bersih ku jilati.
Mama menyeringai puas.
Apalagi tadi ia tak sengaja melihat kilat nafsu dari sang suami.
Hehe... sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
"Udah ayo Ma kita ke kamar, udah malem. Biar Ira cepet istirahat." Celetuk Papa sambil menarik tangan Mama berdiri.
"Bentar Pa."
"Cium Mama sama Papa dulu dong sayang." Seru Mama tiba-tiba setelah berdiri dari duduknya.
"Sayang!" Selak Papa sebelum aku sempat mengeluarkan suara.
"Kenapa sih Pa, aku kan cuma mau minta dicium sama anak. Bukan minta di apa-apain."
Cup Cup
Malas melihat tingkah Mama yang semakin aneh dan wajah keruh Papa, aku sontak menghampiri mereka dan dengan cepat mengecup singkat kedua pipi kedua orang tuaku.
"Good night, Ma, Pa." Ucapku singkat sebelum sedikit berlari menuju kamar.
"Yuk Pah, kita ke kamar." Ucap Mama.
Papa yang sedang berdiam pun sontak menatap sang istri dalam diam.
Ia masih sedikit terkejut mendapat ciuman dari sang anak.
Entah tadi Ira sadar atau tidak, anaknya itu menciumnya tepat di ujung bibir miliknya.
Untung saja tadi Mama tidak melihat.
......
Upload seminggu sekali, kalau mau baca lebih awal
https://karyakarsa.com/kishikama
ns216.73.216.197da2