778Please respect copyright.PENANAAjLMMFXhtg
Dalam perjalanan meninggalkan kantor, suasana di dalam mobil terasa hangat meski diselimuti keheningan. Gerald tampak fokus mengemudi, sesekali melirik ke arah Vero yang duduk di sebelahnya. Sementara itu, Vero menyimpan senyuman kecil di wajahnya, pikirannya sesekali melayang pada momen yang terjadi sebelumnya. Namun, ia kembali sadar saat Gerald mulai membuka percakapan tentang rencana mereka malam itu.
778Please respect copyright.PENANA5iqkYONZac
Gerald : (melirik Vero sambil tersenyum)
"Kita langsung dinner ya, sesuai janji aku tadi. Kamu udah kepikiran mau makan apa yang belum, Babe?"
Vero: (berpura-pura berpikir, sambil memainkan ujung rambutnya) "Hmm... gak tahu deh, aku ikut aja. Kamu aja yang pilih. Yang penting ada dessert."
Gerald: (tertawa kecil, lalu kembali fokus pada jalan)
"Makanan penutup, ya? Oke. Gimana kalau kita ke tempat steak yang ada lava cake favorit kamu itu? Sekalian biar aku lihat kamu makan sambil bahagia, Babe."
778Please respect copyright.PENANAbgHASQRLAK
Vero : (tersenyum tipis sambil menatap Gerald)
"Hihi... Boleh juga. Tapi jangan cuma lihat, kamu juga makan dessertnya dong. Jangan cuma nontonin aku."
Gerald : (mengangguk, tersenyum lembut)
"Yaudah, kalau begitu kita pesan dua, ya. Tapi aku yakin, senyum kamu bakal lebih manis daripada hidangan penutupnya nanti."
Vero: (tertawa kecil, pura-pura menggerutu)
"Ciee... mulai gombalnya, Babe. Jangan bikin aku senyum-senyum terus, nanti pipiku pegel."
Gerald: (tertawa lepas, menggenggam tangan Vero sejenak) "Kalau pegel, aku kan yang pijetin, Babe. Tenang aja."
778Please respect copyright.PENANAjcXSO3lUOZ
Mobil melaju dengan tenang menuju restoran steak favorit mereka. Vero menyandarkan kepalanya ke kursi, menikmati perjalanan sambil sesekali tersenyum.
778Please respect copyright.PENANA2h3ONfR4oN
Gerald dan Vero akhirnya tiba di restoran steak favorit mereka. Sesuai janji Gerald, ia memesan ruangan VIP agar suasana makan malam lebih tenang dan nyaman. Pelayan segera mencatat pesanan mereka, termasuk lava cake favorit Vero yang selalu ia tunggu-tunggu. Sambil menunggu makanan datang, mereka berbincang ringan, menikmati kebersamaan setelah hari yang cukup panjang.
778Please respect copyright.PENANAFVXzQzZrcd
Gerald: (menyenderkan punggung ke kursi, memperhatikan Vero dengan lembut)
"Eh, Babe, aku perhatiin kok rambut kamu agak berantakan ya? Bukannya tadi kamu baru dari salon?"
Vero: (tertegun, jantungnya berdegup kencang, tapi segera menguasai diri dan tersenyum santai)
"Iya, tadi abis dari salon, kok. Mungkin gara-gara tadi pas nunggu kamu di luar, aku iseng jalan-jalan di parkiran. Eh, anginnya gede banget, jadi berantakan deh."
Gerald: (tertawa kecil sambil menggeser kursinya mendekati Vero) "Makanya Babe, jangan suka mondar-mandir kayak gitu. Yaudah, sini aku bantu benerin rambut kamu biar rapi lagi."
Vero: (menahan tegang, berusaha tetap tenang sambil menghindari Gerald)
"Aduh, Babe, nggak usah repot-repot deh. Nanti aku benerin sendiri aja di kamar mandi. Lagian juga nggak terlalu parah, kan?"
Gerald: (mendekat lebih jauh, jemarinya mulai menyentuh rambut Vero dengan lembut)
"Nggak apa-apa. Aku suka kok ngelihat kamu kayak gini, tapi aku lebih suka kalau rambut kamu kelihatan rapi, Babe."
778Please respect copyright.PENANAmnFefvk8Nk
Vero: (tersenyum kaku, berusaha mengalihkan perhatian Gerald)
"Ih, ganggu banget, deh. Babe kan nggak ngerti cara benerin rambut perempuan. Nanti malah bikin acak-acakan lagi."
Gerald: (tertawa kecil, lalu duduk kembali)
"Oke, oke. Kalau gitu aku pasrah aja, deh. Tapi janji ya, nanti kamu benerin."
Vero : (mengangguk cepat, tersenyum sambil berusaha menghilangkan kegugupannya)
"Iya, iya. Nanti aku benerin kok."
778Please respect copyright.PENANAyncP7ZEalS
778Please respect copyright.PENANAow8KgoxfCd
Obrolan mereka melanjutkan dengan candaan ringan, meski di dalam hati Vero merasa cemas. Gerald yang begitu perhatian membuat Vero sedikit merasa bersalah, tetapi ia dengan cepat menepis perasaan itu. Baginya, yang terpenting adalah menjaga suasana tetap menyenangkan malam itu. Makanan pun akhirnya datang, memberikan alasan untuk Vero fokus pada hidangan di depan mereka.
778Please respect copyright.PENANAEjxPQxXgyf
Saat hidangan mereka sedang dinikmati, Vero tiba-tiba meletakkan alat makannya dengan senyum tipis. Gerald mengangkat alisnya, memperhatikan Vero yang mulai berdiri.
778Please respect copyright.PENANAXmtAlr3PcN
Vero: (menyeka sudut tepi dengan tisu, tersenyum ke Gerald) "Sayang, aku ke toilet dulu ya. Sebentar aja kok."
Gerald : (mengangguk sambil tersenyum)
"Oke, Babe. Jangan lama-lama, nanti makanannya keburu dingin." Vero: (tertawa kecil sambil penggantian tangan)
"Iya, iya. Nanti aku buru-buru balik."
778Please respect copyright.PENANAkXfuhTjCaT
778Please respect copyright.PENANAFkoFfWKrw4
Vero masuk ke dalam bilik toilet, memastikan tidak ada orang di sekitarnya, lalu mengeluarkan ponselnya. Ia kontak membuka Leo, menelepon sambil menahan senyum penuh arti.
778Please respect copyright.PENANAXvzH6awtj8
Vero: (nada menggoda)
"Leo udah sampai belum? Gue di sini lagi dinner sama Gerald loh."
Leo : (dari seberang telepon, terdengar suara berisik seperti di luar ruangan) "Udah kok. Lagi di parkiran depan. Lo kenapa nelpon? Gak takut ketahuan?"
Vero: (tertawa kecil, suaranya dibuat lebih pelan)
"Gue kan pintar nyari celah. Tapi tadi tuh, gue masih kepikiran yang di mobil." (nada menggoda) "Kayaknya... gue masih kurang puas deh."
Leo: (terdengar mencurigakan)
"Gue juga kepikiran terus. Kapan mau lanjut? Sekarang gak mungkin kan? Lo kan lagi sama Gerald."
778Please respect copyright.PENANASzeT6nxp4x
Vero : (tersenyum kecil, memejamkan mata sejenak)
"Ya iya lah, gak sekarang. Tapi... nanti kita cari waktu lagi ya. Gimana?" Leo: (nada penuh keyakinan)
"Tenang aja, pasti. Gue juga gak bakal biarin lo lama-lama penasaran, kok."
Vero: (tertawa pelan)
"Gue tunggu ya. Udah dulu, nanti Gerald curiga kalau gue kelamaan di toilet."
Leo:
"Siap. Lo hati-hati, jangan sampai ketahuan."
Vero: (menutup telepon dengan senyum misterius, lalu merapikan diri sebelum kembali ke meja makan)
778Please respect copyright.PENANAiT1fx6KzAJ
Vero kembali ke meja dengan senyum manis, seolah tidak ada yang terjadi. Gerald yang sedang sibuk memotong steaknya mengangkat kepala, menatap Vero dengan penuh perhatian.
778Please respect copyright.PENANA73D80fgmKg
Gerald : “ Cepet banget, Babe. Udah selesai urusan toiletnya?” Vero: (tertawa kecil, duduk kembali)
"Iya dong. Aku kan gak mau ninggalin kamu lama-lama." Gerald : (tersenyum hangat)
"Baik banget sih, kamu. Yuk, kita lanjutin makannya."
778Please respect copyright.PENANA0Rq5Kt7ODH
Vero : (mengangguk, mengambil garpunya) “Oke, Babe.”
778Please respect copyright.PENANAN6TIju7AIu
Setelah menyantap hidangan utama, Gerald dan Vero menikmati hidangan penutup favorit mereka. Gerald tampak santai, sementara Vero sesekali mencuri pandang, pikirannya mulai mengembara.
778Please respect copyright.PENANA895EN2AE8D
Gerald: (mengusap sudut bibir dengan tisu, tersenyum ke arah Vero) "Dessert-nya sesuai ekspektasi gak, Babe? Atau ada yang kurang?" Vero: (tersenyum sambil memainkan sendok kecil di tangan) "Enak banget kok, Babe. Kamu selalu tahu yang terbaik buat aku." Gerald: (tertawa kecil, menyandarkan punggung ke kursi)
"Baguslah kalau suka. Nah, ngomong-ngomong soal terbaik buat kamu, aku mau bahas sesuatu."
Vero : (mengangkat alis, berpura-pura penasaran) "Hmm? Apa tuh?"
Gerald : (tersenyum sambil menatap Vero serius)
"Tahun baru nanti, aku mau ajak kamu liburan. Rencananya ke Labuan Bajo. Kita bisa lihat komodo, snorkeling, dan nikmati matahari terbenam di kapal." Vero: (matanya sedikit berbinar, tapi segera menutupi antusiasmenya dengan pura-pura ragu)
"Labuan Bajo? Liburan bareng kamu aja, atau gimana?"
778Please respect copyright.PENANA2cC7nvcg4W
Gerald : (mengusap dagunya, tersenyum)
"Liburan keluarga sih. Ada aku, adik aku, terus mungkin beberapa saudara yang lain."
Vero : (berpura-pura berpikir sambil menunduk, tapi dalam hati langsung memikirkan tentang Leo)
"Kayaknya seru ya... Tapi..."
Gerald : (mendekat sedikit, nadanya memohon)
"Eh, jangan bilang kamu mau nolak, Babe. Aku udah pengen banget liburan sama kamu."
Vero: (tersenyum tipis, memainkan ujung rambutnya)
"Aku nggak nolak, kok. Cuma... nggak tahu, aku jadi malu aja kalau ikut acara keluarga kamu."
Gerald: (tertawa kecil, menggenggam tangan Vero di atas meja)
"Apaan sih, Babe. Malu kenapa? Keluarga aku pasti suka sama kamu. Lagian kan ada aku. Aku bakal selalu ada buat bikin kamu nyaman."
Vero: (pura-pura menghela nafas sambil tersenyum kecil) "Hmm... Ya udah deh, kalau kamu maksa gitu. Aku ikut." Gerald : (tersenyum lebar, terlihat puas)
"Ya! Ini bakal jadi tahun baru terbaik kita, Sayang. Aku berjanji!" Vero : (tertawa kecil, berpura-pura malu)
"Iya-iya, Babe. Aku percaya kok. Tapi nanti kamu harus pastiin nyaman semuanya ya."
778Please respect copyright.PENANArj0L39UOSQ
Gerald: (mengangguk penuh semangat)
"Pasti dong! Aku yang urus semuanya. Kamu tinggal siap-siap aja ya?" Dalam hati, Vero sudah membayangkan momen-momen tak terduga yang mungkin terjadi jika Leo ikut liburan. Ia tersenyum kecil sambil menghabiskan hidangan penutupnya, tetap tenang di hadapan Gerald. Di luar, pikiran sudah merancang skenario lain yang membuatnya semakin bersemangat untuk liburan nanti.
778Please respect copyright.PENANAT03D4AWqv8
Setelah mengantar Vero pulang, Gerald kembali ke rumahnya dengan perasaan puas. Malam itu, suasana di rumahnya ramai. Kedua adik kembarnya, Kenzi dan Kenzo, sedang bercanda di ruang tengah, sementara Leo duduk santai dengan segelas teh di tangan. Di sudut ruangan, kakak tertuanya, Bastian, sedang berkumpul dengan istrinya, Anya. Orang tua mereka, Bu Kinanti dan Pak Joko, juga ikut bergabung dalam diskusi santai soal rencana liburan keluarga mereka yang semakin dekat.
778Please respect copyright.PENANABN6Lyymq9Z
Gerald: (masuk ke ruang tengah, melepaskan jaketnya dengan senyum lebar)
"Hai semuanya! Gimana nih persiapan liburan? Aku ada kabar baik buat kalian!"
Bu Kinanti : (menoleh sambil tersenyum lembut) “Apa kabarnya baik-baik saja, Nak?”
778Please respect copyright.PENANAL01Y3uCtoU
Gerald: (menyandarkan tubuhnya ke sofa)
“Aku udah ajak Vero, dan dia setuju buat ikut liburan kita ke Labuan Bajo.”
Kenzi: (langsung bersorak)
"Wah keren! Kak Gerald akhirnya bawa pacarnya ke liburan keluarga. Udah resmi banget, nih!"
Kenzo: (mengangguk setuju, tersenyum menggoda) "Hati-hati, Kak Leo jadi kehilangan highlight-nya." Leo: (tertawa kecil, mencoba tetap santai)
"Apa sih, lo berdua. Yang penting dia nyaman aja kalau ikut sama kita semua."
Pak Joko: (tersenyum bangga)
"Bagus, Nak. Kalau memang Vero ikut, Papa harap kamu pastikan dia tidak merasa canggung, ya."
Gerald: (mengangguk penuh keyakinan)
"Pasti, Pa. Aku udah rencanain semuanya biar dia merasa nyaman. Lagian, dia kan udah kenal sama Leo juga, jadi pasti makin mudah akrab sama yang lain."
Bastian : (tertawa kecil sambil melirik Gerald)
"Bagus dong, jadi suasana makin ramai. Kamu serius banget sama Vero ya?"
778Please respect copyright.PENANA5XlRPBnySp
Gerald: (tersenyum malu-malu)
"Iya dong, Bang. Kalau nggak serius, nggak mungkin aku ajak dia liburan keluarga."
Anya: (tersenyum hangat)
"Seneng dengernya. Kalau dia ikut, kita bisa bikin acara lebih seru. Dia suka snorkeling juga, kan?"
Gerald: (mengangguk antusias)
"Suka banget. Aku yakin dia akan senang sama semua rencana kita." Bu Kinanti : (mengusap bahu Gerald)
"Bagus kalau begitu. Mama senang melihat kamu bahagia, Nak. Semoga liburannya nanti jadi momen indah buat semuanya."
Leo : (tersenyum tipis, menyandarkan tubuh ke sofa)
"Iya, semoga semuanya lancar aja. Gue juga penasaran bakal kayak apa suasana nanti di sana."
Gerald: (tertawa kecil)
"Pokoknya bakal jadi tahun baru yang nggak terlupakan buat kita semua."
778Please respect copyright.PENANALYnw7O5vC5
778Please respect copyright.PENANAj4sbbqSRZj
Diskusi malam itu berjalan penuh kehangatan. Meski Leo tetap terlihat tenang, dalam hatinya ia memikirkan sesuatu yang lain. Setelah beberapa saat, Leo memutuskan untuk pergi ke ruangan lebih dulu. Ia menutup pintu, mengambil ponselnya, lalu segera menelepon Vero.
778Please respect copyright.PENANAjHkt2uc9eW
Leo: (dengan nada santai tapi penuh arti) "Selamat datang di keluargaku, dan ruang rahasia kita." Vero: (menjawab dengan nada menggoda)
"Iya, ayo jadikan momen spesial. Tapi atur rapi, jangan sampai Gerald tau."
Leo: (tertawa kecil, suaranya pelan)
"Tenang aja, gue udah biasa main aman. Lo tinggal nikmatin aja." Vero: (tertawa kecil, suara pelan tapi penuh arti)
"Hihi... Gue suka kalau lo kayak gini, Leo. Jadi makin gak sabar deh." Leo: (nada menggoda)
"Gue juga. Tunggu aja, di Labuan Bajo kita bakal bikin momen yang nggak bakal terlupakan."
Vero: (berbisik lembut)
“Mari kita lihat apa yang kamu punya, Leo. Tapi jangan bikin gue kecewa, ya.” Leo: (penuh keyakinan)
"Gue nggak pernah bikin lo kecewa, kan?" Vero: (tertawa kecil, menggoda)
"Baiklah... kita lihat saja."
778Please respect copyright.PENANAAXxLWIzu63
778Please respect copyright.PENANAuTN1Ku2DDo
Percakapan itu diakhiri dengan senyuman di wajah keduanya.
778Please respect copyright.PENANAkxdx3Ia3NP
Keesokan harinya, Leo duduk bersantai di kursi dekat kolam renang sambil menghisap rokok. Udara pagi yang sejuk dan aroma air kolam yang segar menemani pikiran yang melayang entah ke mana. Mendengarnya, menghadap ke arah matahari pagi, hingga langkah Bu Kinanti yang mendekati memecah kenyamanan.
778Please respect copyright.PENANA4CutrEMp80
Bu Kinanti: (duduk di kursi sebelah Leo, dengan nada lembut tapi tegas) "Kamu mau ajak siapa tahun baru kali ini, Leo?"
778Please respect copyright.PENANAo6SlOBsS9j
Leo diam sejenak, hanya mengembuskan asap rokoknya tanpa menjawab.
778Please respect copyright.PENANAFt7s23nMXL
778Please respect copyright.PENANA7eRzthxW8X
Bu Kinanti: (melanjutkan)
"Mama nggak suka ya, kalau kamu ganti-ganti pacar terus. Kapan kamu bawa yang serius? Kamu lihat Gerald, dia sudah mulai serius sama Vero. Kamu tiap liburan pasti bawa cewek beda-beda. Apa nggak capek, nak?" Leo menoleh perlahan, matanya menatap mamanya dengan sorot tajam.
Leo: (dengan nada marah, tapi tetap terkendali) "Aku tidak akan membawa cewek liburan kali ini." Bu Kinanti : (sedikit terkejut)
"Oh ya? Bagus kalau memang begitu. Tapi—" Leo: (memotong, dengan suara yang lebih tegas)
"Dan tolong, Ma...jangan bandingin aku sama Gerald."
778Please respect copyright.PENANAn6HmiZgq50
Tanpa menunggu tanggapan, Leo berdiri, mematikan rokoknya di asbak dengan gerakan cepat, lalu berjalan meninggalkan Bu Kinanti.
778Please respect copyright.PENANA0Vahq5QtZl
Bu Kinanti : (berbicara pelan, lebih kepada dirinya sendiri)
"Leo... mama cuma mau kamu bahagia. Kenapa kamu harus segitu marahnya?"
778Please respect copyright.PENANAgbZOjHOoJK
Leo melangkah menjauh menuju kamarnya, berusaha menenangkan diri dari percakapan yang membangkitkan emosinya.
778Please respect copyright.PENANA8keCsn45mR
778Please respect copyright.PENANAdzcOXf2Blx
778Please respect copyright.PENANA3y01raVfQ3
778Please respect copyright.PENANAPyZslW2m0H
H-1 menjelang liburan ke Labuan Bajo, rumah Gerald dipenuhi suasana sibuk. Semua anggota keluarga sedang menyiapkan koper dan perlengkapan, memastikan tidak ada yang tertinggal. Pukul 17.00, Gerald tiba di rumah bersama Vero. Ia sengaja membawa Vero untuk membantu memilih pakaian yang akan dibawa.
778Please respect copyright.PENANAYF8ebwifH5
Gerald : (tersenyum sambil menggandeng tangan Vero)
"Sayang, aku bawa kamu ke sini karena aku butuh bantuan. Pilihin baju aku, dong. Aku pengen cocok sama kamu pas liburan nanti."
778Please respect copyright.PENANAT8Ndi3wisB
Vero: (tertawa kecil)
"Hihi, kamu lucu banget, Babe. Yaudah, mana bajunya? Kita pilih-pilih dulu ya."
778Please respect copyright.PENANAXcrrwJDg8w
Saat mereka menuju kamar Gerald, di lorong dekat ruang tengah, mereka berpapasan dengan Leo yang berjalan santai dari dapur sambil membawa air mineral.
778Please respect copyright.PENANAt4UPIoKTw7
Pertemuan Leo dan Vero bertemu. Dalam sekejap, sebuah komunikasi diam-diam terjadi di antara mereka. Leo memanfaatkan momen sempit itu. Saat Gerald sedikit menjamin wajahnya untuk melihat ke arah ruang tamu, Leo dengan gerakan cepat dan halus meraba pinggang Vero, seolah memastikan kehadirannya.
778Please respect copyright.PENANAgeTFchrFMi
Vero terkejut sesaat, tapi alih-alih marah, ia malah merasa senang dengan keberanian Leo. Pipinya sedikit merona, meski ia berusaha tetap terlihat tenang.
778Please respect copyright.PENANA30JjyZirvA
Leo : (tersenyum tipis, suaranya santai)
“Oh, Vero udah sampai.Mau bantu Gerald packing ya?”
Vero : (tersenyum sopan, dengan nada santai namun matanya berbinar) "Iya, Bang Leo. Aku bantu-bantu dikit, biar dia nggak ribet sendiri."
778Please respect copyright.PENANA0w2DcmpbmL
Gerald, yang tidak menyadari apa pun, hanya tertawa kecil. Gerald:
"Dia harus bantu, dong. Kalau nggak, gue malah bawa baju yang salah. Kan nggak lucu pas liburan malah saltum."
778Please respect copyright.PENANAkQkuXX1rtj
Leo mengangguk singkat, berjalan melewati mereka sambil membawa botol airnya. Sebelum memastikan pergi terlalu jauh, ia menoleh ke belakang, Vero melihat sekilas senyumannya yang penuh arti.
778Please respect copyright.PENANAvl0g9wdeaL
Di dalam kamar Gerald, Vero mencoba mengalihkan pikirannya sambil membantu memilih pakaian.
778Please respect copyright.PENANAcqT59tOqL0
Vero: (mengangkat kemeja putih)
"Sayang, ini bagus banget dipakai pas dinner di sana. Cocok sama dress aku yang warna beige."
Gerald: (menghampiri Vero, memegang pinggangnya sambil tersenyum) "Apa aja yang kamu pilih pasti cocok, Babe. Yang penting aku bisa bikin kamu senyum pas liburan nanti."
778Please respect copyright.PENANAbn7ajTUsyo
Vero tersenyum kecil, tapi pikirannya sesaat melayang pada sentuhan Leo yang tadi singkat tapi membekas. Ada sesuatu yang sulit ia abaikan, meski ia berusaha menutupi semuanya di hadapan Gerald.
778Please respect copyright.PENANA1UtqCBja63
Sementara itu, di dalam ruangan, Leo duduk di kursi dekat jendela. Rokok yang baru dinyalakan terselip di antara jemarinya, asap putih tipis mengepul, menciptakan suasana yang kontras dengan ekspresi wajahnya yang penuh perhitungan. ''Semua orang sibuk nih. Gue harus mikir gimana caranya main sama Vero sekarang. Gue nafsu, anjing, liat Vero sambil terkekeh,'' ucap Leo.
778Please respect copyright.PENANALDejy5PjRs
Leo memutar otak untuk mencari celah. Dia tahu, selama Gerald ada di rumah, kesempatan untuk berbicara lebih dekat dengan Vero akan sangat kecil. Ia harus memastikan Gerald punya urusan lain yang mengharuskannya keluar sementara.
778Please respect copyright.PENANAO4ctLcnq2y
Tiba-tiba, ide cerdas terlintas di pikiran. Leo tersenyum licik sambil menyalakan rokok lagi.
778Please respect copyright.PENANA2v5md0PMtk
Leo : (berbisik pada dirinya sendiri)
"Ma, Mama pasti bisa bantu gue tanpa sadar kan? Sekarang tinggal gimana gue ngarahinnya."
778Please respect copyright.PENANA6FGgSqyuJh
Leo pun keluar dari kedalamannya, mencari keberadaan Bu Kinanti. Ia muncul di dapur sedang berbincang dengan Anya, istri Bastian.
778Please respect copyright.PENANAGwH9Rdlwua
Leo: (mendekat dengan senyum santai, berbicara pada Bu Kinanti)
"Ma, tadi aku baru ngecek, kayaknya kita lupa nyiapin beberapa hal buat liburan. Barang-barang kayak tabir surya sama obat-obatan penting gitu. Kalau lupa nanti repot, apalagi kita bawa banyak orang."
Bu Kinanti: (menghentikan pembicaraannya dengan Anya sambil menatap Leo) "Astaga, Mama lupa soal itu. Memang penting banget. Tapi kan Mama lagi banyak urusan sama packing sekarang. Kamu aja yang keluar beli, Leo."
Leo : (menggeleng cepat, pura-pura malas)
"Ma, aku lagi nggak enak badan, kepala agak berat. Mungkin karena kurang tidur semalam. Mending Gerald aja, Ma. Dia lagi senggang kan? Sekalian bawa Vero biar bantu milih barang yang cocok. Lagian, kalau belanjanya bareng dia, pasti lebih cepet."
Bu Kinanti : (mengangguk, tampak setuju)
"Iya juga ya. Mama suruh Gerald aja. Kamu benar, Vero juga bisa bantu milih. Mana daftarnya, Leo?"
Leo: (mengeluarkan secarik kertas dari saku, menyerahkan dengan tenang) "Ini, Ma. Semua barang yang harus dibeli udah aku tulis. Nggak banyak, kok."
Saat Bu Kinanti menuju kamar Gerald, Leo berjalan ke arah Vero yang masih di kamar Gerald sambil pura-pura mampir. Ia melirik Vero dengan penuh arti.
778Please respect copyright.PENANAeZCHiWlEiq
Leo: (berbisik pelan)
"Lo jangan ikut ke minimarket ya. Menginap aja di sini. Lo ngerti kan maksud gue?"
Vero: (menahan senyum, pura-pura sibuk memilih baju di tempat tidur) "Ngerti kok. Gue kan nggak pernah nolak undangan spesial lo."
Leo puas tersenyum, lalu meninggalkan kamar dengan santai. Bu Kinanti : (mengetuk pintu kamar Gerald, lalu masuk)
"Gerald, ini Mama mau titip sesuatu. Tolong keluar sebentar beli barang-barang ini, ya. Penting untuk persiapan besok."
Gerald : (menatap Vero, lalu ke arah Bu Kinanti)
"Iya, Ma, sebentar. Bentar lagi aku siap-siap. Mau ajak Vero juga sekalian biar cepat."
Bu Kinanti:
"Terserah kamu. Kalau Vero mau ikut, bagus. Kalau nggak, kamu sendiri juga nggak apa-apa."
Gerald: (menoleh ke Vero sambil tersenyum) "Ikut nggak, Babe?"
Vero: (tersenyum tipis)
"Kamu aja deh, aku mau lanjut bantuin pilihin baju kamu di sini. Nanti kalau aku ikut, malah makin lama, kan?"
Gerald:
"Oke, kalau begitu aku keluar sebentar ya. Sayang tunggu di sini aja."
778Please respect copyright.PENANAMlEqgMZAwp
Setelah Gerald keluar rumah, Leo mengamati jarak sambil menyalakan rokok. Ia puas tersenyum, tahu bahwa waktunya untuk bertindak telah tiba.
778Please respect copyright.PENANAvD2Wx6gToR
Leo: (memasuki kamar Gerald dengan santai, menutup pintu pelan-pelan) "Jadi... lo beneran stay di sini ya? Pinter juga lo, Nurut banget sama gue." Vero: (tersenyum tipis sambil pura-pura sibuk melipat baju Gerald)
"Kan lo yang nyuruh. Gue anak baik kok. Lagi pula, lo tau gue nggak pernah nolak kalau lo udah ngomong kayak tadi."
Leo: (berjalan mendekat, duduk di tepi tempat tidur)
"Gue suka itu. Lo selalu ngerti maksud gue, nggak perlu dijelasin panjang-panjangnya."
Vero : (melirik Leo dengan menggoda, lalu mendekat sedikit)
"Ya, kalau buat lo, gue selalu ngeti. Tapi sekarang gue penasaran, lo masuk ke sini mau apa? Jangan-jangan cuma buat duduk manis?"
Leo: (tertawa kecil, mengurungnya sambil menatap Vero) "Duduk manis nggak ada di kamus gue kalau ada lo di sini." (melirik ke baju-baju Gerald di tempat tidur)
"Gerald bawa baju kebanyakan ya? Atau ini cuma alesan lo biar bisa lama-lama di kamarnya?"
Vero : (tersenyum nakal, melipat satu baju dengan santai) "Bisa aja lo. Tapi lo tau kan, gue di sini justru karena lo."
778Please respect copyright.PENANAYuKXn2U5Gs
Leo: (mendekatkan tubuhnya, berbicara dengan nada rendah dan tajam) "Dan sekarang gue di sini karena lo juga. Jadi kita impas."
Vero: (tertawa kecil, berjalan pelan menuju meja kecil di kamar)
"Tapi lo nggak ada rencana, Leo? Masa cuma dateng buat ngomong kayak gitu?"
Leo: (berdiri, mengikuti langkah Vero dengan santai)
"Gue nggak perlu banyak rencana kalau sama lo. Lo udah cukup bikin semuanya menarik tanpa gue usaha lagi."
778Please respect copyright.PENANAO9YbpWC8C6
Vero: (berbalik menghadap Leo, bersandar di meja, mengangkat alis sambil tersenyum menggoda) "Oh ya? Jadi gue segitu spesialnya buat lo?" Leo: (berdiri sangat dekat, menatap tajam ke arah Vero) "Lo lebih dari spesial, dan lo tau itu. Pertanyaannya, lo mau gue buktiin sekarang, atau nanti?"
Vero: (tertawa kecil, dengan nada menggoda) "Kalau sekarang, kayaknya terlalu berisiko. Tapi lo pancing terus, jangan salahin gue kalau gue malah makin kepancing."
Leo: (masih dengan senyum licik, suaranya rendah dan dalam)
"Risiko itu udah gue atur, sayang. Semua keperluan yang susah dicari di minimarket terdekat udah gue catet. Jadi, kalau kita nunda..." (menatap langsung ke mata Vero, semakin mendekat) "Risiko percuma udah gue tanggung."
778Please respect copyright.PENANABPvzUwhqBs
Vero: (tertawa kecil, membalas Leo dengan penuh godaan, lalu mendekat, jarak mereka semakin tipis)
"Berarti gue tinggal nikmatin aja ya? Lo emang selalu tau cara main aman."
Leo : (mengangkat satu alis, membiarkan Vero semakin dekat, tangannya perlahan menyentuh meja di samping Vero)
"Gue nggak pernah main aman. Gue main di zona bahaya, tapi gue selalu menang."
Vero: (senyum nakal, menyentuh ujung kemeja Leo, menariknya pelan) "Dan lo selalu yakin menang, kan? Gue suka itu dari lo."
Leo: (berbisik, wajahnya hampir menyentuh Vero) "Nggak ada ruginya yakin kalau yang gue mainin itu lo."
778Please respect copyright.PENANArNZuXLzuup
Leo menduduki rambut Vero, menyisirnya ke belakang dengan lembut. Bibirnya perlahan mendekat hingga menempel, mencium Vero. ''Mmmhh... muachhh,'' terdengar desahan kecil dari keduanya.
778Please respect copyright.PENANADCI0KqB1fu
Kaki Vero diangkat satu dan ditahan, lalu dilipatkan di pahanya Leo. Sementara itu, tangan Leo sibuk meremas-remas pantat Vero dengan kuat.
778Please respect copyright.PENANAHa1prITiMd
"Kita main cepat aja, gue nafsu banget. Buka celana lo," ucap Leo sambil menyalurkan badan Vero sehingga membelakangi dia.
778Please respect copyright.PENANAo9ehgoEdyi
Kontol Leo sudah sangat keras. Tanpa dijilat lebih dulu oleh Vero, Leo langsung menusukkan tititnya ke memek Vero, hanya dengan meludahinya terlebih dahulu. “Lepas aja semuanya celana lo, tapi baju lo tetep pake,” ucap Leo. Vero melepas semua celananya, membuat hentakan Leo jadi semakin leluasa. Plokkkk plokkk plokkk.
778Please respect copyright.PENANAKFwIaJf57c
Leo semakin keras menghentakannya, menggenggamnya terus meremas keras pantat Vero. ''Ah, lihatlah, gila. Badan lo tuh, ya ampun, pas banget,'' ucap Leo sambil terengah-engah.
Leo: (dengan nada rendah, penuh godaan) "Gue pas buat lo, maksud lo?"
Vero: (tersenyum tipis, menatap Leo dengan mengulangi dalam) "Iya, pas banget. Semua tentang lo tuh bikin gue lemah."
Leo: (tertawa kecil, mendekatkan wajahnya ke Vero, tangannya menyentuh ringan di pinggang Vero)
"Eh, lo yang bikin gue lemah sekarang. Gue gak nyaangka lo bisa segini bagusnya."
Vero: (mengangkat alis, dengan nada menggoda) "Bagus gimana? Detail dong."
Leo: (mendekat lebih lagi, berbisik)
"Ya semuanya, cara lo nyentuh, cara lo... ah, gue gak bisa jelasinnya, tapi lo ngerti lah."
778Please respect copyright.PENANA2zqfIjvfnU
Vero: (tertawa kecil, menyentuh dada Leo dengan lembut, lalu mendongak ke belakang menatap matanya) "Gue ngerti, kok. Sama, gue juga ngerasa lo beda banget. Lo tahu cara bikin gue gila."
Leo: (tersenyum licik, menikung bermain di rambut Vero) "Dan gue nggak akan berhenti bikin lo gila, Vero. Kita berdua sama-sama udah gak bisa mundur lagi, kan?"
Vero: (mengangguk pelan, nadanya lirih tapi penuh keyakinan) "Nggak ada kata mundur. Gue di sini, dan lo tahu gue nggak akan pergi ke mana-mana."
778Please respect copyright.PENANAFpaeHg1ENx
Percakapan semakin intens, suasana kamar terisi energi di antara keduanya. '' Sini pindah, kita naik ke kasur. Lo dudukin gue,'' ucap Leo sambil mengajak Vero.
778Please respect copyright.PENANAWJQ7OnMn2n
Vero tertawa, ''Hahaha, ada gila-gilanya ya kita, main di kasurnya Gerald.''
''Bodo amat,'' ucap Leo santai. ''Kita bebas di sini,'' lanjutnya sambil mengarahkan Vero untuk duduk di atasnya.
778Please respect copyright.PENANAGkJyD2gsJl
Vero menduduki titit Leo hingga masuk sepenuhnya, erangannya keras dengan ekspresi wajah yang penuh kenikmatan. ''ARGHHHHH!''
778Please respect copyright.PENANAu9SBd28vmU
Plok! Plok! Plok! Vero mulai menggoyang titit Leo dengan binal, plok! Plok! Dengan perasaan penuh senang, ia tersenyum menatap Leo.
Leo: "Ayo sayang, lebih kencang lagi. Gue pegang pinggang lo, lo gerak lebih cepet." (Leo memegang pinggang Vero lebih erat, mendorong tubuhnya sedikit lebih maju.)
Vero: "Iya, Leo, gue coba..." (Vero menggigit bibir, gerakan tubuhnya semakin cepat, menyesuaikan dengan Leo.)
Leo: "Nah, gitu, terus. Lo geraknya enak banget, sayang." (Leo meremas lembut pinggang Vero, menatap tubuhnya dengan penuh pujian.) Vero: "Lo juga, Leo... gue nggak bisa berhenti, rasanya makin panas." (Vero meletakkan tangannya di dada Leo, menariknya lebih dekat.)
Leo: "Pinter banget lo, Vero. Gue suka banget liat lo gerak kayak gitu." (Leo mendorong tubuh Vero lebih dekat, meremas bokongnya, memberikan Arah.)
Vero : "Ah, Leo...kontol lo makin keras, makin susah banget, tapi...gue tahan." (Vero menggenggam lengan Leo, menambah kekuatan pada setiap gerakannya.)
Leo: "Lo kuat banget sayang. Lo tahu apa yang gue mau, terus, terus..." (Leo membimbing Vero dengan gerakan tangan yang semakin kuat, mendorong ritme lebih cepat.)
Vero: "Gue bisa, Leo... makin enak, makin nggak bisa berhenti..." (Vero menggigit leher Leo, tanda dia mulai kehilangan kendali.)
778Please respect copyright.PENANAYOMB0nXFWa
Leo : "Pinter banget sayang. Gue suka liat lo gerak kayak gitu... lebih cepat, lebih kuat." (Leo menarik pinggang Vero lebih rapat ke tubuhnya, memastikan mereka semakin dekat.)
Vero : "Aduh, Leo... lo gila... gue gak bisa..." (Vero meremas leher Leo, tubuhnya makin bergetar.)
Leo: "Terus, sayang, gue pengen liat lo lebih dari itu." (Leo meraih tangan Vero, mengarahkannya untuk bergerak lebih cepat.)
Vero : "Iya, Leo...gue suka banget..." (Vero bereaksi dengan gerakan Leo, tubuhnya semakin tak terkendali.)
778Please respect copyright.PENANAFj8nv8unAN
Sementara itu, Gerald sudah selesai berbelanja. Dalam perjalanan pulang, ia mengoceh, ''Ada-ada aja, Mama nyuruh, ujung-ujungnya malah muter-muter nyari ke tiga minimarket. Fiuhh, dasar!''
778Please respect copyright.PENANAdTHzgwtGB2
Leo: "Ayo, terus, gue suka banget, pinter, lo bisa lebih kencang." (Leo menggenggam erat pinggang Vero, menopang tubuhnya agar bergerak lebih cepat.)
Vero : "Iya, Leo, gue bisa...terus, lo bikin gue gila." (Vero menggerakkan tubuhnya lebih cepat, tubuhnya semakin terasa panas.)
Leo: "Terus, sayang, lebih cepat, lo bisa." (Leo membimbing Vero, memastikan gerakan mereka semakin intens.)
778Please respect copyright.PENANAeLUb2dWxK2
Vero : "Iya, gue bisa, Leo...lo bikin gue gak tahan." (Vero menggigit bibir bawah, mencoba menahan kepuasan yang semakin memuncak.)
Leo : "Aahh... gue udah hampir selesai, Vero. Terus, kencengin!" (Leo terengah-engah, tubuhnya bergetar, tak bisa menahannya lagi.)
778Please respect copyright.PENANAPcJwaOPT9H
CROTTTT! CROTTT! CROTTTTTT! KONTOLNYA LEO MUNCRAT-MUNCRATIN PEJU DI DALAM MEMEK VERO, TAPI VERO DENGAN SEGERA MELEPASNYA DAN MENYANDARKAN BADANNYA DI KASUR.
778Please respect copyright.PENANAGj8j2RRgLM
Leo: "Lo emang luar biasa, sayang. Gak nyangka gue bisa ngerasain ini." (Leo merapikan rambut Vero dengan lembut, memandang dengan penuh pujian.)
Vero : "Lo juga luar biasa, Leo...gak pernah nyaangka bisa sampe kayak gini." (Vero terengah-engah, tangannya meraih dada Leo, merasakan kepuasan yang mendalam.)
Leo : “Puas banget gue liat lo gerak kayak gitu, gak ada yang bisa ngalahin lo.” (Leo membungkuk pipi Vero, memberikan ciuman lembut di keningnya.) Vero : "Lo emang yang terbaik, Leo. Gue gak pernah ngerasain ini sebelumnya." (Vero menggenggam tangan Leo, memeluknya dengan lembut.)
778Please respect copyright.PENANACs8j9zCIcB
Leo: "Gue bener-bener gak bisa berhenti, lo pinter banget." (Leo menatap Vero dengan mata yang penuh gairah, merasa puas dengan semua yang terjadi.)
Vero : "Tuh kan, lo emang yang terbaik, gak ada yang lebih hot dari lo." (Vero tersenyum lebar, matanya penuh rasa puas dan cinta.)
778Please respect copyright.PENANAcGKocm4vfy
Mereka masih tergeletak di atas kasur, namun tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar kamar. Vero dan Leo saling melirik ke arah pintu, lalu mundur sedikit untuk memastikan semuanya tetap aman. Vero segera mengenakan celananya kembali dan merapikan diri.
778Please respect copyright.PENANAAgVoygr9a2
Vero: (berbisik pelan, masih dengan nada menggoda) "Drama selesai dulu ya. Kayaknya yang punya singgasana udah balik."
Leo: (tertawa kecil, menatap Vero dengan penuh arti) "Santai, yang punya singgasana nggak bakal tahu endingnya. Itu rahasia kita."
778Please respect copyright.PENANA4T19vEFLeX
Mereka berdua berusaha kembali ke posisi ''aman'' masing-masing, memastikan tidak ada sepanjang apa yang baru terjadi di kamar Gerald.
Gerald : (masuk ke kamar, kaget melihat Leo) "Eh Bang Leo? Kok masih di kamar sih?"
778Please respect copyright.PENANAdC4NcGeoi7
Leo : (dengan santai, duduk di kursi sambil mengangkat bahu) "Ah, gue cuma lagi ngobrol sama Vero, Bro. Nggak ada apa-apa kok. Cuma ngobrolin persiapan liburan aja, kan kita berangkat besok."
Vero: (dari tempat tiduran, ikut menjawab) "Iya, benar, Gerald. Aku dan Bang Leo cuma ngobrolin rencana liburan besok. Nggak ada yang aneh, kok."
Gerald: (masih terlihat agak ragu, tapi mencoba tersenyum) "Oh begitu ya? Yaudah, kalau begitu. Gue kira ada apa-apaan. Btw, jangan lupa cek barang-barang lo, Bang. Kita udah siap-siap besok pagi."
Leo : (tersenyum, berpura-pura tidak ada yang aneh) "Tenang aja, Bro. Semua udah beres kok. Cuma sebentar lagi gue juga mau siap-siap."
Vero: (dengan sedikit tersenyum manis, mencoba menenangkan) "Ya, semuanya siap, kok. Kita tinggal tunggu besok. Jadi santai aja."
Gerald: (berusaha meyakinkan dirinya sendiri, meskipun sedikit curiga) "Yah, kalau begitu, oke deh. Gue ke luar dulu, masih ada yang harus gue siapin."
Leo: (dengan nada santai, sambil berdiri) "Siap, Bro. Gue ikut ke luar juga, sekalian ngecek lagi barang-barang gue."
Leo berjalan keluar kamar dengan santai, dan Gerald masih bersamaku mengamati sebentar, tapi akhirnya memutuskan untuk melanjutkan persiapannya.
Grup👇👇👇
778Please respect copyright.PENANA4bfdQXyEmo
https://t.me/+fp2rg8q-RKExMDc1
778Please respect copyright.PENANAU8TUDPTRQ2
Bersambung...
ns216.73.216.82da2