Wawancara pribadi
459Please respect copyright.PENANA2y0oDxlSlN
Keesokan harinya, jam 04.00 WITA, Vero terbangun karena membunyikan alarm handphonenya. Ia mematikan alarm dengan cepat, tak ingin suara itu membangunkan siapa pun. Suasana di luar kamar terasa hening, hanya terdengar deburan ombak dari kejauhan.
459Please respect copyright.PENANAuGVlOdTYgX
Vero bangkit perlahan dari tempat tidur, keluar melihat jendela koridor resor masih sepi. Napasnya tertahan saat ia membuka pintu sedikit, mengintip situasi sekitar. Koridor lengang, lampu-lampu redup memberikan nuansa yang nyaris menyeramkan.
459Please respect copyright.PENANA7JiX3O0Rdi
Namun, saat Vero hendak melangkah ke kamar Leo, langkah kakinya terhenti menuju suara yang membuat bulu kuduknya meremang. "Lo mau ke mana, Vero?" suara Anya terdengar dingin dari belakang.
459Please respect copyright.PENANAFX7zZKSXJ4
Vero berbalik, menatap Anya yang berdiri dengan tangan bersilang di dada. "Mau gatel lagi lo sama Leo?" sindir Anya dengan nada mengejek, setengah berbisik agar tidak membangunkan orang lain.
459Please respect copyright.PENANA8BHcWkiDVM
Vero tidak mundur. Ia sedikit mengangkat dagunya, mencoba menjaga ketenangan meskipun jantungnya berdetak cepat. “Gue ke mana, bukan urusan lo, Kak,” jawab Vero tegas, matanya tajam menatap Anya.
Anya mendekat, berusaha menekan Vero dengan sikap dominannya. "Gue tau lo bukan cewek suci. Jadi sekarang mau main apa lagi sama adik ipar gue?"
459Please respect copyright.PENANAbwTHoDqDX9
Vero menghela napas dalam, lalu mendekatkan wajahnya ke Anya. "Lo gak capek ikut campur urusan gue sama Leo? Terserah gue mau main sama, siapa kayak lo suci aja."
459Please respect copyright.PENANA5WdELCqiul
Anya menjawab, tapi isyaratnya seolah ingin membalas. Sebelum Anya sempat membuka mulut lagi, Vero menambahkan dengan suara yang lebih rendah namun tajam, "Denger ya, gue nggak akan kasih lo kesempatan buat ngatur gue. Jadi mending lo diem aja, balik ke kamar, sebelum semua orang tau soal 'mainan' lo sendiri."
459Please respect copyright.PENANAPlGgdCZNog
Anya menatap tajam, namun tak lagi berkata apa-apa. Dia tahu Vero benar-benar bukan main-main. Dengan gerakan kecewa, Anya akhirnya berbalik dan berjalan menjauh. Vero menghela napas lega. Setelah memastikan Anya sudah benar-benar pergi, ia melanjutkan langkahnya ke kamar Leo. Setibanya di pintu depan, ia mengetuk pelan.
459Please respect copyright.PENANA0EJzPT5Rtz
"Leo... ini gue," bisiknya sambil menunggu respon dari dalam. Namun, tidak ada jawaban. Vero mengetuk lagi, kali ini sedikit lebih keras, tapi tetap berhati-hati agar tidak membangunkan orang lain. Tetap tenang.
459Please respect copyright.PENANAmrE65k0IxR
"Seriusan, tidur kayak batu," gumam Vero dengan nada kesal.
Ia menutup pintu untuk ketiga kalinya, namun suasana tetap hening. Gemas, ia menyandarkan tubuhnya ke pintu. Tidak disangka, pintu itu bergerak terbuka. bentuknya tidak terkunci.
459Please respect copyright.PENANAlDwpIVfGUE
Vero terhuyung ke dalam, hampir kehilangan keseimbangan.
"Astaga, Leo!" bisiknya dengan nada kesal, matanya langsung menatap ke arah tempat tidur.
Di sana, Leo masih terbaring dengan tenang, wajahnya terlihat damai dalam tidurnya.
459Please respect copyright.PENANAFj7fi1JDsi
Vero mendekati tempat tidur sambil menenangkan kepala. "Lo yang minta gue dateng, sekarang malah tidur nyenyak. Nyebelin banget," gumamnya, nada suaranya penuh kesal. Ia duduk di tepi tempat tidur, tangannya perlahan menarik selimut yang menutupi tubuh Leo.
Vero teringat sejenak, matanya membelalak kecil ketika ia tak sengaja melihat ketegangan yang jelas di balik celana Leo. Wajahnya memerah, tapi sudut bibirnya perlahan membentuk senyum nakal.
Episode 4 full dimari👇👇👇
https://karyakarsa.com/netorare/veronica-4
Atau bisa beli ditle @carlcawho
Grup👇👇👇
https://t.me/+fp2rg8q-RKExMDc1
459Please respect copyright.PENANA1WELCT795j
Bersambung...
ns216.73.216.82da2