Ketidakmungkinan dan Kesempatan
1183Please respect copyright.PENANAX4bwBuBEL3
1183Please respect copyright.PENANAhvu1dE9qi0
©hematurn
1183Please respect copyright.PENANALZefko9EqQ
1183Please respect copyright.PENANA5sQmxOlv5P
1183Please respect copyright.PENANAg63OIALv3o
1183Please respect copyright.PENANAJihArD8414
1183Please respect copyright.PENANAcFCZB46Ycy
KETIDAKMUNGKINAN sudah menjadi kepercayaan yang kuanut, karena apa yang kuinginkan selalu melebihi batas kemampuan, bahkan takdir sekalipun tak mengizinkan.
1183Please respect copyright.PENANAyopX1edlDS
1183Please respect copyright.PENANAjlau60kush
Mama telah berubah, pasca-meninggalnya Ayah 2 bulan yang lalu. Waktu 1 bulan dihabiskan untuk mengurung diri di kamar, meratapi bagaimana nasibnya ke depan tanpa kerja keras Ayah, menyesal telah memarahi Ayah terus-menerus karena kurangnya uang untuk belanja dapur dan biaya arisannya tanpa tahu penyakit yang diidap Ayah, terus seperti itu sampai-sampai tak sadar punya putri yang harus diurus. Lantas, entah bagaimana, Mama tersadar dari keterpurukannya, tetapi jadi jauh berbeda dari Mama yang kukenal selama ini. Kini Mama suka memukul, menampar, mengeluarkan makian. Kesalahan sekecil apapun dijadikan alasan untuk melakukan tindakan tak pantas itu. Tak peduli, entah itu anaknya, yang penting hasrat memukulnya terlampiaskan.
1183Please respect copyright.PENANAH7Tf8OoAnx
1183Please respect copyright.PENANAqFAIyNIcHL
PLAK!
1183Please respect copyright.PENANANAsWp19Hkx
1183Please respect copyright.PENANATsQnxDRBT8
"KAN MAMA SUDAH BILANG, JANGAN PULANG LAMA-LAMA! INI UDAH LEWAT JAM 5, KE MANA AJA KAMU SAMPE PULANG SETELAT INI? KELILING-KELILING KOTA KAYAK CABE-CABEAN? MAIN KE KELAB? PACARAN? MASIH MAU PULANG KE RUMAH INI, NGGAK, KAMU?!"
1183Please respect copyright.PENANA7MGggPA86r
1183Please respect copyright.PENANAuSY2gUAWuV
Kerja kelompok satu setengah jam di rumah teman bukan alasan yang masuk akal bagi Mama, meski kenyataannya, itulah faktanya. Akan lebih masuk akal; belajar di kamar setengah harian, pulang kerja cari uang selarut pulangnya orang kantoran yang lembur, atau bersih-bersih rumah seharian tanpa perlu makan. Aku tak perlu bersikeras menjelaskan kenapa pulang telat, karena pipiku sudah langsung kena hantaman panas telapak tangannya, dan hardikannya menjadi tanda kalau sepatah katapun yang keluar dari bibirku hanya akan mengumpan tamparan atau pukulan lainnya.
1183Please respect copyright.PENANAKklrgcZRdg
1183Please respect copyright.PENANAUnOno4t5G5
Satu-satunya respons yang akan melepasku dari luapan amarahnya hanyalah uang. Tetapi, tak ada uang sepeser pun di kantongku, yang bisa kulakukan hanyalah mengangguk, lalu menukas cepat-cepat. "Se-Sena bakal kerja dapatin duit buat Mama."
1183Please respect copyright.PENANAuGINvyzmC6
1183Please respect copyright.PENANAAqYKYT0Suf
"Buruan kerja kalo gitu! Kalo perlu, buatin kue-kue untuk dijual di kantin sekolah, abis pulang sekolah langsung pergi ke tempat kerja, nggak usah balik-balik ke rumah ganti-ganti baju, makan, apa segala, entar rugi bayar-bayar ongkos 2 kali lipat. Makanya diotak, dong, gimana caranya biar dapat untung sekali dayung! Percuma sekolah!" Kali ini jari telunjuk Mama mengetuk-ngetuk dahiku, tak pernah lagi ada elusan-elusan kasih sayang seperti dulu.
1183Please respect copyright.PENANArMJgquPR2X
1183Please respect copyright.PENANAX2ZmHc3WPR
Dan, ketidakmungkinan lainnya adalah meninggalkan Mama lalu memulai hidup baru tanpa kesakitan-kesakitan yang menghantui setiap hari. Tapi, mustahil. Atau mungkin, bukan saat ini waktunya.
1183Please respect copyright.PENANAgecMEZaJHt
1183Please respect copyright.PENANAIKwJRGz8YV
1183Please respect copyright.PENANAWuITuuxqEv
[]
1183Please respect copyright.PENANAL9MfW25t6h
1183Please respect copyright.PENANAfSDaakILsR
1183Please respect copyright.PENANAtdEruojYI4
Sudah 2 jam lebih, laki-laki yang berdiri menyandar pada tembok itu tak henti-henti menatap lekat ke arahku, mengusik kegiatan mencuci piring yang sedang kulakukan. Sebagai seorang kuli cuci piring, yang tiap detiknya menghabiskan waktu di depan wastafel, mencuci piring-piring kotor yang berdatangan hampir setiap 5 menit sekali lalu menyusuninya ke rak piring, jelas tidak ada waktu untuk mempertanyakan alasan laki-laki tersebut menatapiku sedemikian lekat. Aku hanya bisa meliriknya sesekali, dan jika tatapan kami bertemu, kepalaku otomatis berpaling.
1183Please respect copyright.PENANA3kucThjRBg
1183Please respect copyright.PENANAUXiRqQ7UVP
Hingga jam kerja pelayan selesai, tepatnya pukul 10 malam, laki-laki itu belum juga beranjak dari posisinya, tak juga melepas tatapannya padaku. Anehnya, tak seorangpun pelayan atau koki restoran yang hilir mudik mengusiknya, entah menyapa atau mengajaknya mengobrol selama kurang dari waktu 5 jam itu, seakan tak menyadari eksistensinya di ruang dapur restoran.
1183Please respect copyright.PENANAwZSolIuccO
1183Please respect copyright.PENANAQj6MqnAWYJ
Sampai akhirnya, restoran benar-benar tutup, seluruh pelayan-pelayan, koki-koki, serta kuli cuci satu per satu berpulangan, selepas menyusun seluruh kitchenware, mengembalikan celemek dan sarung tangan, dan sewaktu akan membuang makanan-makanan sisa ke tempat sampah di belakang restoran, laki-laki itu baru beranjak, mengekor di belakangku. Keluar dari restoran, tinggal eksistensiku dan laki-laki itu di sepanjang jalan menuju tempat sampah.
1183Please respect copyright.PENANAUahniVLz7O
1183Please respect copyright.PENANA9aZYZZwD7e
"Aku menunggu selama 5 jam untukmu selesai mencuci tumpukan piring itu, apa itu tak cukup untuk membuatmu merasa harus menghargaiku, Sena? Apa kau tidak penasaran siapa aku?" Dia bertanya dengan melongokkan kepala ke bahu kiriku, menimbulkan perasaan ngeri hingga bulu-bulu kudukku merinding saking dekatnya wajahnya. Tetapi aku mencoba memberanikan diri berbalik badan, memandangnyaã…¡dan baru sadar, wajahnya tampan tak terbantahkan, terpahat sempurna seperti dewa-dewaã…¡walau aku tak tahu seperti apa rupa dewa. Aku sempat terpukau, dengan nikmat memandangi wajah tampannya, berselam dalam indahnya sepasang mata amber itu, sebelum kemudian dia mengambil alih plastik hitam superbesar dari genggamanku dan membuangnya ke tong sampah organik, lalu kembali berdiri 2 meter di depanku.
1183Please respect copyright.PENANA2nVfwAF14R
1183Please respect copyright.PENANAfF1rbNJkIy
Tersadar dari keterpesonaan, kepalaku spontan mengangguk, mengiakan. "I-Iya, aku penasaran. Kamu siapa?"
1183Please respect copyright.PENANAx6ZOK8oj2E
1183Please respect copyright.PENANA98yxlkvDs5
"Kalau begitu, tanya apa saja yang kau ingin tahu tentangku, Sena."
1183Please respect copyright.PENANAo6bVm18gOK
1183Please respect copyright.PENANAMmEWYI4w4F
Banyak pertanyaan yang bercokol di otakku, tetapi sulit dilisankan, apalagi laki-laki tampan di hadapanku ini terlihat mengerikan untuk dibantah perkataannya. Jadi, kutanya saja apa yang terlintas di pikiranku. "Siapa namamu?"
1183Please respect copyright.PENANA5eBXn0JUlU
1183Please respect copyright.PENANAvwhymjURP7
"Ezeir," jawabnya dengan seringai tipis di sudut bibirnya.
1183Please respect copyright.PENANAjyMFKVLjhS
1183Please respect copyright.PENANAG7c0waW1tb
Nama yang tak biasa.
1183Please respect copyright.PENANALHwLJsPF3c
1183Please respect copyright.PENANABYfnzoh8P8
"Kamu tinggal di mana? Kenapa kamu menungguiku selesai kerja sampe harus pulang selarut ini? Kamu nggak takut orangtuamu bakal marahin kamu? Lagian, aku nggak butuh teman pulang, udah biasa kok, aku pulang sendirian semalam ini. Dan... jujur saja, aku tidak mengenalmu."
1183Please respect copyright.PENANAIvpMQgGsNF
1183Please respect copyright.PENANA4WskGhybYI
"Aku punya rumah. Tetapi aku tidak punya orangtua, karena tanpa makhluk itu aku bisa melakukan apapun yang kumau sebebas-bebasnya. Aku tak sepertimu, Sena."
1183Please respect copyright.PENANAMW40x6y02T
1183Please respect copyright.PENANAA8hQjr9z3y
"Maksudmu?" Sesi tanya-jawab layaknya wawancara individual itu berakhir tepat setelah pertanyaanku yang menimbulkan bumerang, karena setelahnya laki-laki bernama Ezeir itu melangkah semakin dekat, membunuh jarak 2 meter itu dan menyisakan 1 jengkalan tangan saja hingga embusan napas serta aroma khas tubuhnya menguar ke penciumanku. Sekujur tubuhku seperti akan menggigil kala bibirnya mendekati telinga kiriku untuk kemudian berbisik.
1183Please respect copyright.PENANAugYa95Z9hc
1183Please respect copyright.PENANApFtMS8OjE5
"Kau harus ikut denganku untuk mengetahui alasanku mengikutimu, Sena."
1183Please respect copyright.PENANAhH2OvYeeEV
1183Please respect copyright.PENANA0yACRA1eYE
Sekarang, ketidakmungkinannya, adalah melarikan diri dari laki-laki tampan ini, karena dia sudah lebih dulu melarikan aku ke tempat yang pantas disebut surganya orang-orang pecinta kedamaian. Mataku terpejam entah untuk beberapa sekon, dan begitu terjaga, seingatku Indonesia masih dalam waktu malam nyaris dini hari, tetapi apa yang sepasang mataku pandang saat ini sepertinya siang menjelang sore. Di bawah semburan jingga Matahari, terhampar luas padang bunga dandelion. Sangat luas. Sampai-sampai aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikan apa yang mengelilingi padang ini sejauh mata memandang. Keterkejutanku belum usai, sebab hanya aku dan Ezeir di sini.
1183Please respect copyright.PENANA2LZqn4jAmv
1183Please respect copyright.PENANAgORK1TIGhS
"Apa menurutmu ini mungkin?" tanyanya lagi-lagi melongok ke bahu kiriku.
1183Please respect copyright.PENANAlEaLnsF66f
1183Please respect copyright.PENANArwW3FLohxh
Aku otomatis bergeser ke kanan, mencipta jarak. "Aku nggak tahu. Kenapa kamu bawa aku ke sini? I-Ini di mana? Dan kenapa yang ada cuma kita berdua?"
1183Please respect copyright.PENANAO2VAJEaTDp
1183Please respect copyright.PENANAs9FGAXrc42
"Ini ketidakmungkinanmu yang sedang aku 'mungkinkan', Sena," Ezeir mulai melangkah, menginjaki bunga-bunga dandelion itu seolah-olah menginjak rerumputan, tetapi kemudian membentuk jalan berupa gang sempit. Lalu dia berbalik badan saat jarak kami sekitar 3 meter. "Kau akan mengikutiku?"
1183Please respect copyright.PENANAOrbwzMF8Of
1183Please respect copyright.PENANAaRdj83OVcA
Itu jelas pertanyaan yang membutuhkan jawaban, bukan perintah atau paksaan. Dia sudah membawaku terlalu jauhã…¡kukatakan jauh karena aku sama sekali belum mengenalinya, dari mana asalnya, alasan dia membawaku ke mari, dan yang paling penting, apa dia benar-benar manusia? Aku ingin melisankan pertanyaan-pertanyaan tersebut sebelum menjawab ajakannya. Tetapi tiba-tiba, aku teringat perkataan Ayah semenit sebelum kepergiannya.
1183Please respect copyright.PENANAgX6yiGuriZ
1183Please respect copyright.PENANA0RtQ1czEnq
"Pa-Padang itu indah sekali, Se. J-Juga sangat luas, Ayah pikir se-sendirian di padang dandelion itu bu-bukan i-ide bagus. Aã…¡yah akan merin-rindukan kamu dan Mama. Ay-Ayah jan-janji akan ja-jagain kamu se-selamanya, tapi ka-kamu juga j-janji ya, jagain Mama u-untuk Ayah...."
1183Please respect copyright.PENANAwifIvp4ZxC
1183Please respect copyright.PENANAunVb3UrlMU
Lalu kepalaku menggeleng. Aku harus menjaga Mama... untuk Ayah.
1183Please respect copyright.PENANAD6x0hFfEpm
1183Please respect copyright.PENANAg3vIJ8Iapp
1183Please respect copyright.PENANAovFfJRD4lW
[]
1183Please respect copyright.PENANAk9daJijxTI
1183Please respect copyright.PENANA8zLfxxeyKG
1183Please respect copyright.PENANA3uWzT9fqSe
Penyesalan datang terlambat. Seharusnya aku mengiakan ajakannya, harusnya aku sudah tidak berada di dunia; pergi bersamanya, entah ke mana, namun aku yakin dia akan membawaku ke tempat-tempat indah yang mustahil kukunjungi. Aku juga akan terlepas dari lilit tekanan Mama, dari beratnya pekerjaan-pekerjaan yang upahnya sepeserpun tak pernah kupakai untuk beli alat tulis, belanja-belanja, selalu tandas untuk belanja keperluan rumah dan arisan-arisan Mama. Atau aku juga tidak perlu ke sekolah lagi, belajar mati-matian untuk mendapatkan beasiswa PTN, pesimis akan masa depan yang tak pasti. Mungkin bersama laki-laki tampan itu aku akan sudah berkecukupan, tidak mengenal kekurangan. Meski kutahu dia bukan seperti apa yang kulihat saja.
1183Please respect copyright.PENANAEJbSBgZKUb
1183Please respect copyright.PENANAKCRH1ac9R7
"Kapan upah kamu dikasih? Arisan Mama minggu depan harus udah lunas, itu belanjaan di dapur juga udah abis, utang Mama di warung juga udah numpuk saking sedikitnya uang yang kamu kasih, mau makan apa kalo gitu? Batu? Pasir? Angin? Pokoknya kalo upah kamu udah dikasih, langsung serahin ke Mama. Kamu nggak usah pegang-pegang uang, entar ludes lagi buat traktir-traktir kawan. Oh ya, kayak yang Mama bilang kemarin, buatin kue-kue tiap untuk dijual ke kantin sekolah kamu setiap hari. Kan lumayan nambah-nambah dikit, nggak usah malu sih kalo dilitin orang-orang, justru kamu ajak mereka buat beli kue-kuenya, biar laku abis. Mengerti?" Mama sudah langsung mencerocos pagi ini begitu aku selesai memasakkan sarapan, sementara dia duduk di kursi meja makan sambil membaca koran. Sedang aku, harus mencuci piring lagi, mengepel rumah, lalu pergi bekerja.
1183Please respect copyright.PENANAx5zjViR8oA
1183Please respect copyright.PENANAHLwpMHfAdP
"Mengerti, Ma." Hanya sahutan itu yang sanggup mewakili seluruh emosi yang kupendam selama ini.
1183Please respect copyright.PENANAqeA47EvOPU
1183Please respect copyright.PENANAefRBNUIP7k
Keserakahan jadi salah satu dari sekian dosa yang paling mematikan setelah Adam dan Hawa diciptakan. Kenyataannya, orang yang tidak rakus sekalipun akan rela-rela saja disebut serakah asal kemauannya tercapai, asal keinginan dagingnya terpuaskan. Aku tak butuh uang banyak-banyak untuk bisa bertahan hidup, namun tekanan Mama memaksaku untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, menjadikanku serakah seperti dirinya. Seperti sekarang, pekerjaan menjadi kuli cuci piring di restoran berbintang setiap hari dari pukul 6 sampai 10 malam, office girl di rumah sakit umum setiap hari minggu pukul 6 pagi sampai 5 sore, penjaga kasir minimarket setiap hari dari pukul 2 siang sampai 5 sore. Dan sekarang aku melewatkan sekolah di hari Senin untuk cuci keliling karena keuangan benar-benar sudah tandas.
1183Please respect copyright.PENANAZg0tfB8V9t
1183Please respect copyright.PENANAAorG0tIzs1
Mama selalu menawarkan jasa cuci-cuciku ke teman-teman arisannya, tanpa merasa perlu malu, seakan-akan aku dilahirkannya untuk dijadikan pekerja-pekerja kasar, bukan penyukses, pengangkat nama baiknya, peninggi derajatnya di mata orang lain. Tidak seperti Ayah yang rela kerja pagi-siang-malam demi memfasilitasi keperluan sekolahku mulai dari yang terkecil hingga yang besar-besar, tidak boleh ketinggalan satupun.
1183Please respect copyright.PENANAaL6D1n10tu
1183Please respect copyright.PENANAwoZJ6CgRIQ
Berbicara tentang sekolah, aku jadi penasaran siapa pembina upacara, apakah Kepala Sekolah, atau guru BK? Karena Kepala Sekolah bisa lebih dari 2 jam, sedang guru BK kurang dari setengah jam sudah usai. Aku selalu penasaran, bagaimana reaksi teman-temanku atas ketidakhadiranku minggu-minggu belakangan ini dengan alasan sakit padahal kerja; perbedaan yang kontras sewaktu masih ada Ayahã…¡sekalipun tak pernah absen. Apa akan bersorak-sorak karena kelas jadi bersih dari orang-orang miskin sepertiku, atau merutuk karena tak punya aset bersontek pelajaran kimia? Apa guru matematika yang galaknya minta ampun akan menghukum perusuh-perusuh kelas lagi, seperti minggu lalu, dihukum mengelilingi lapangan basket 50 kali yang pada akhirnya tepar dan absen 4 hari. Mendadak, aku rindu Sali, teman semejaku. 2 hari tidak sekolah saja sudah terasa seminggu. Aku tak yakin bisa hidup tanpa mereka sekalipun aku tetap lebih dibenci daripada dibangga-banggakan karena selalu memberi sontekan.
1183Please respect copyright.PENANAB6fbRVm3p2
1183Please respect copyright.PENANAyoPdM5w5T4
Untuk menuju blok perumahan VIP dalam kompleks, yang tak jauh dari blok perumahan minimalis, hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Rasa malu mulai menjalariku kala melihat satu per satu anak tetangga berangkat sekolah, naik mobil, motor, sepeda. Seandainya aku mengiakan ajakan Ezeir, aku tak akan merasa malu sekaligus iri memandangi mereka pergi ke sekolah. Rumah mewah bergaya Eropa, bertingkat 3, menjulang tinggi di hadapanku, namun tidak ada pos satpam yang berjaga, jadi begitu gerbang setinggi 3 meter dibukakan, aku tanpa pikir panjang masuk ke kawasan rumah itu. Rumah itu nyaris menyamai istana, namun aku lebih penasaran seberapa keras pemiliknya banting tulang untuk membangun rumah ini daripada semewah apa isi dalam rumahnya. Apa mungkin aku bisa memiliki rumah semewah ini di masa depan? Pertanyaan itu terlintas di pikiranku kala mulai berjalan memasuki teras setinggi 1 meter dari halaman.
1183Please respect copyright.PENANAuxD8q97qXN
1183Please respect copyright.PENANAHzJjkRyzqi
"Apa gedung mewah seperti ini membutuhkan kuli cuci pakaian? Kenapa tidak mempekerjakan pembantu saja? Atau mesin cuci?" tanyaku entah pada siapa saking penasaran. Logikanya, pemilik rumah mansion bak istana ini tak akan butuh kuli cuci jika membeli pakaian saja sudah seperti membeli makanan ringan di warung. Pintu raksasa berwarna cokelat kayu berukir-ukiran membuatku terpelongo untuk beberapa menit sebelum kemudian pintu itu ditarik dari dalam oleh seseorang yang "waktu" bertemu dengannya ingin kuulangi untuk menerima kembali ajakannya.
1183Please respect copyright.PENANAJM2aJqs9MX
1183Please respect copyright.PENANA6A6ELTRUmz
"Kau akan masuk, Sena?" Nada suaranya masih sama; berat, rendah, halus sekaligus.
1183Please respect copyright.PENANAJNI36AxGx7
1183Please respect copyright.PENANAaQA9lTTKI7
Spontan kakiku mundur selangkah. Sebenarnya, siapa dia? Kenapa dia seakan-akan mengikutikuã…¡walau sejujurnya aku menyesal tidak mengikutinya kemarin? Lalu, apa yang diinginkannya dariku? Dan bagaimana kemarin sesuatu yang ajaib terjadi karenanya untuk pertama kalinya dalam hidupku yang jelas-jelas bukanlah mimpi walau aku langsung terbangun di tempat tidur pagi tadi? Tak ada yang aneh dari penampilannya selain ketampanannya, selain apa yang sudah dimungkinkannya dalam hidupku kemarin. Dan aku penasaran, apa dia akan mengajakku lagi?
1183Please respect copyright.PENANATRlQEZ3mLh
1183Please respect copyright.PENANABUJklVMdqW
"E-Ezeir...? Ka-Kamu? A-apa rumah ini yang kamu maksud rumahmu? Aku tidak menyangkã…¡"
1183Please respect copyright.PENANAg7Vw6gJgLw
1183Please respect copyright.PENANAcV5cXYXmz9
"Apa setelah tahu rumahku semewah ini, kau akan mengiakan ajakanku?"
1183Please respect copyright.PENANAXLb4D8zdeB
1183Please respect copyright.PENANAomD7ArPbh0
Pertanyaan sederhana yang menjebak. Tetapi, bagaimana mungkin menolak kesempatan kedua? Ayah pernah bilang, kesempatan kedua mustahil ada, kalaupun ada, itu namanya keberuntungan dan harus dipergunakan semampu-mampunya. Kalau ada kesempatan hidup untuk yang kedua kalinya, Ayah akan mengulang apa yang pernah disia-siakannya. Dan melalui perkara ini, aku ingin membuktikan seberapa berharganya kesempatan kedua itu.
1183Please respect copyright.PENANAiCtoiWCE3j
1183Please respect copyright.PENANAvXzd4LbczN
1183Please respect copyright.PENANAcspB6acIjk
[]
1183Please respect copyright.PENANAA93ClV6wHv
1183Please respect copyright.PENANAgbpOXxoECl
1183Please respect copyright.PENANAsBLcrvWDW3
Padang dandelion itu terhampar tepat di sejauh netraku memandang. Dan aku melihat figur Ayah berdiri 10 meter dariku. Sedang Ezeir tidak ada ke manapun aku menoleh mencarinya. Namun, aku tak peduli lagi. Asal bersama Ayah, aku percaya semuanya akan baik-baik saja sekalipun jikalau ini mimpi. Aku melihat lengkungan senyum Ayah yang sangat-sangat kurindukan, aku hendak menujunya, tetapi kakiku tertahan oleh pertanyaan yang kudengar dari pikiranku sendiri.
1183Please respect copyright.PENANA0kAKXNdJ7S
1183Please respect copyright.PENANApmqGHeC5fz
Dunia, Mama dan pukulan-tamparannya, Sali, XI IPS 1, teman-teman penyontek, rumah bak istana, kerja paruh waktu, piring-piring cucian, pelanggan-pelanggan setia minimarket, upah bulanan, masa depan, ...atau Ayah?
1183Please respect copyright.PENANA54aH3lnoPn
1183Please respect copyright.PENANAuZuskiQx3M
Ayah.
1183Please respect copyright.PENANAZ8uBtTHSIp
1183Please respect copyright.PENANAFVy5zNpeWW
Karena aku ingin menemani Ayah di padang dandelion ini; pemikiran yang dulunya mustahil terjadi, tetapi sekarang....*
1183Please respect copyright.PENANAJ8cfDMEMhI
1183Please respect copyright.PENANAATDxCEu0hA
1183Please respect copyright.PENANAGtL4JQuxcn
][
1183Please respect copyright.PENANAFngwtj2tkG
1183Please respect copyright.PENANAF7WetNQ5TL
1183Please respect copyright.PENANAbX6Uj9gqpG
Kata-katamu selalu berkesan. Aku termotivasi untuk terus menjalani hidupku. Namun, aku tak bisa menolak fakta bahwa aku sangat merindukanmu.
1183Please respect copyright.PENANAceZd8OuR4u
1183Please respect copyright.PENANASycl5O5P1O
1183Please respect copyright.PENANAVanEmPyHyS
1183Please respect copyright.PENANAwYdidPOWzI
1183Please respect copyright.PENANA5NLMVpYpIr
1183Please respect copyright.PENANA7275vYY3a1
1183Please respect copyright.PENANAhHMwQTfR6A
1183Please respect copyright.PENANAik7G8pyjRl
1183Please respect copyright.PENANAtViDYwZSqQ
1183Please respect copyright.PENANAGuK6kwkoNG
1183Please respect copyright.PENANA6V2KqjvcjL
1183Please respect copyright.PENANAQAOoTXqc3V
1183Please respect copyright.PENANAsmcEQZpkEt
.
1183Please respect copyright.PENANAsFXY5cqt5r
-END
1183Please respect copyright.PENANA2jQT02NQZ0