Ternyata hari pertama sekolah setelah berduka tidak menyenangkan. Mengapa aku harus dihadapkan sama soal-soal rumit ini. Aku bernyanyi selama tryout berlangsung dengan suara yang berbisik.431Please respect copyright.PENANABESiqFBbeQ
Mes nuits blanches ne sont pas blanches, à peine claires
Semées d'étoiles
Petits trous dans la toile étanche
Tristes strass sur le voile
Et moi, envoutée de ténèbres
Je passe des heures infinies
À compter les moutons funèbres
Qui tapissent mes insomnies
Ah minuit est là
Ah je ne dors pas
Ujung pensilku berhenti di obsen d, dan aku pun memilih jawaban d. Seandainya hidupku mudah seperti bernyanyi dan memilih jawaban ini, belum tentu benar sih tetapi setidaknya itu tidak menyusahkanku. Waktu istirahat pun tiba, aku ke kantin bersama Yosi untuk membeli donat dan susu vanilla. Saat kami sedang menikmati makan siang, tiba-tiba Reihan datang dengan wajah yang memuakkan. Aku sangat mengetahui tingkahnya, dia pasti akan bertanya apa aku baik-baik saja.
“Are you okey babe? Aku turut berduka cita, maaf aku baru bisa mengatakannya sekarang, aku tidak mau mengganggumu, aku takut. Aku ga mau memperparah keadaanmu.” Hah, membosankan juga mendengar kata-kata seperti itu dua hari ini.
“Jangan mengasihaniku” hanya itu tanggapanku padanya. Reihan duduk disampingku dan memegang tanganku, itu sedikit membuatku terkejut. Cih pria ini, tidak biasanya dia seperti ini. apa dia sudah berubah menjadi bucinboy?
“Tidak apa-apa babe, ada aku sekarang untukmu. Jadi kalau ada apa-apa cerita ke aku, supaya aku bisa bantu kamu dan nyelesaikan masalah bersama”. Lihatlah, jujur kata-kata seperti itu tidak bisa meluluhkanku.
“Apa aku terlihat seperti ingin membuat masalah babe?” tanyaku agak sarkastik. Dia terlihat gelagapan seperti mencoba meluruskan sesuatu. Apa dia berpikir aku salah paham dengan apa yang dia maksud. Bagaimana aku bisa salah paham pada orang yang paling aku kenal. Aku dan Reihan sudah berpacaran sekitar tiga tahun lebih, hubungan yang kami lalui normal dan tidak begitu mencolok seperti orang lain yang suka menampilkan ke-uwu-an di depan publik. Kami pacaran seperti layaknya teman, dan aku tidak merasa lebih dari itu.
“Kamu jangan salah paham babe, aku kan cuma ingin berada di dekatmu saat kamu sedang sedih,” Reihan mencoba meleraikan suasana dengan menunjukan senyum khasnya.
“Hem, iyalah. Kalau memang kamu pengen nge-hibur aku, ayok kita nge-date nanti malam,” kataku yang to the point bukanlah suatu hal yang aneh.
“Okei babe, di tempat dan jam biasa kita aja yaa,” dia tersenyum lagi. Aku harus mengingatkan diriku lain kali, agar tidak sering-sering melihat senyuman yang bersinar itu.
Jam sekolah pun selesai. Reihan menunggu di depan kelasku. Melihatnya memakai jaket hitam membuat jantungku berdegup kencang. Tidak aku sangka aku punya perasaan pada pria itu. Padahal kalau aku berpikir waras, tidak ada yang istimewa darinya. Aku tidak bisa menemukan kelebihannya, tetapi aku juga tidak melihat kelemahannya sebagai kelemahan. Sebagai perempuan, aku tahu perasaanku adalah hal yang rumit bahkan untukku sendiri. Sesampainya di rumah, aku melihat mobil tidak asing terparkir. Abang? Pintu depan terbuka. Aku merasa sangat cemas. Apa yang dia lakukan di rumahku.
“Apa yang kau lakukan di sini? Darimana kau mendapat kunci rumah? Apa kau tidak punya sopan santun ketika masuk ke rumah orang tanpa permisi?”
“Gara, kau selalu saja emosi setiap bertemu denganku. Kau tidak berubah. Lagi pula aku tidak salah, ini bukan rumah orang asing, ini rumah adikku. Apa aku salah?.”
“Omong kosong apalagi? Aku sudah muak dengar kata adik keluar dari mulutmu, berhentilah berpura-pura menjadi abang yang baik demi reputasimu itu”
“Aku tidak berpura-pura, aku memang abang yang baik dan perhatian”. Tch, sudah ku bilang dia gila. Setelah pergi tanpa kabar, sekarang dia kembali tanpa rasa malu. Bahkan yang malu sekarang itu aku.
“Sudah lah, pergi saja kau, tidak ada yang berharga di rumah ini untuk kau ambil” kataku dengan maksud mengusir. “Tentu saja ada, itu kau,” dia menjawab tanpa rasa ragu.
“Hoo, jadi sekarang kau mau menjual adikmu?,” tanyaku satir.
“Kau terlalu berburuk sangka Gara, apa kedua orangtua-mu mengajarkan kau seperti ini? Dari sikapmu itu kelihatan kalau kau memang diajarkan dari keluarga yang tidak beres.” Hahh, dengan bangga dia mengatakan hal itu padaku. Padahal selama ini dia kemana, kalau tidak ada keluargaku ini, mungkin aku tidak layak dibilang hidup sebagai manusia.
“Apa kau bilang?!! Pergi kau dari sini. Keluargaku bukan campur tanganmu”.
Begini cara kau memperlakukan abangmu?.”
“Pergi kau!!” aku sudah terbawa emosi, bahaya. Aku tidak bisa melihat sampah ini lebih lama atau aku akan kehilangan akal sehatku. Sumpah, ini membuatku frustasi.
"Gara, aku rasa aku datang disaat yang tidak tepat. Lain kali aku akan datang lagi disaat kau sudah tenang” Zeno pun keluar dari rumah dan pergi. Napasku masih tidak teratur, ini yang membuatku tidak suka pada perasaanku sendiri. Aku selalu tidak bisa mengendalikan perasaanku. Sepertinya darah yang dialirkan tidak lancar dan menghambat pasokan oksigen ke otakku, sehingga aku kesulitan memerintahkan diriku sesuai dengan keinginanku. Apa aku mengidap stroke. Hah, banyak sekali yang terjadi hari ini.
Mengenaskan, ini terjadi lagi. Abang sangat ahli dalam mengacaukan perasaanku. Gara-gara dia, aku harus membatalkan jadwal dating-ku dengan Reihan. Aku tidak mau memberi tatapan emosi pada pacarku, lagipula dia tidak ada kaitannya dengan masalahku. Aku tidak ingin ada orang lain lagi ikut campur, abang saja sudah cukup merepotkanku. Malam ini bunda pun tidak datang, apa dia sudah benar-benar pergi. Nasibku ternyata sial sekali, hidupku pun rasanya hampa. Aku harus segera tidur, karena aku sekolah besok. Aku tidak ingin tampil urakan karena terlambat bangun. Insomniaku semakin memburuk, aku tidak bisa terus seperti ini. Aku juga tidak berani meminum obat tidur. Lalu aku teringat sesuatu, bunda pernah berkata kalau dia sedang kesepian maka dia selalu bermain piano sambil bernyanyi. Saat bernyanyi bunda selalu memandang dirinya di cermin besar. Katanya itu bisa membuat dirinya memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya. Aku pun menyentuh piano bunda dan bernyanyi.
Et puis passé minuit je danse
Au rythme des tachycardies
Et tout s'emballe et tout balance
Et tout m'étale et tout me fuit
La lune est un fruit un peu rance
La vie est une maladie
Ceux qui rêvent ont bien de la chance
Et les autres ont des insomnies
Ceux qui rêvent ont bien de la chance
Et les autres ont des insomnies
Ceux qui rêvent ont bien de la chance
Quant à moi j'ai des insomnies
Ah minuit est là
Ah je ne dors pas
Ah minuit est là
Ah je ne dors pas
Je ne dors pas
Je ne dors pas
Je ne dors pas
Sesekali aku pandangi diriku di cermin. Namun sesaat aku tidak mengenal diriku sendiri. Bayangan di cermin itu bukan seperti aku. Ekspresi, gerak-gerik dan tatapan itu bukan aku. Aku merasa takut. Aku seketika berhenti bermain piano dan mundur terkejut. Tanpa sadar aku menambrak meja hias di belakangku sehingga menjatuhkan se-bingkai poto. Tubuhku masih gemetar tidak terkontrol dan aku mencoba memalingkan wajah dari cermin ke bingkai tersebut. Aku melihat bingkai poto bunda yang sedang memelukku pecah. Tiba-tiba wajah bunda di poto itu menyeringai dan tangannya yang memelukku beralih menjadi mencekikku. Aku shock, rasa panik ini nyata. Aku merasa tidak sanggup lagi berdiri, aku terjatuh dan memundurkan diriku sejauh yang aku bisa. Tiba-tiba piano bunda berbunyi, aku semakin hilang akal. Aku melayangkan pandanganku ke arah piano dengan perlahan, sambil berharap bahwa ini hanya salah dengar. Tetapi tidak, bunda terlihat dengan anggun duduk dan menyentuh tuts-tuts piano dengan nada yang bertabrakan. Dia memandangiku lalu menyeringai aneh. Aku yang sudah kehilangan akal berteriak “Apa yang kau inginkan?! Apa yang bunda inginkan dariku?! Apa?!.”
Bunda memainkan nada piano sembarang sambil berkata “Lepaskan Gara, lepaskan dirimu nak, jangan kau tahan. Lakukan apa pun yang kau inginkan ra, ha minuit est là, ha je ne dors pas, ha je ne dors pas, ha je ne dors pas,.....”
Aku pun tenggelam dalam suara bunda. Apa yang salah. Apa yang telah aku lakukan dan apa yang akan aku lakukan. Semakin aku memikirkannya, semakin jauh aku merasa tersesat. Aku kemudian memejam mataku dan semua menjadi gelap.431Please respect copyright.PENANAEP5zCOlFDP
431Please respect copyright.PENANAumrKIiJ3bF
431Please respect copyright.PENANAwpOtPi5Rt8
431Please respect copyright.PENANAu98jC8kJEn
431Please respect copyright.PENANAUg4A6SxiNM
431Please respect copyright.PENANA2Q6FBNJBrA
431Please respect copyright.PENANAOH1z8SS85B
431Please respect copyright.PENANAt6MzQhp6tW
431Please respect copyright.PENANANr0nL7zsiw
431Please respect copyright.PENANAFNOyGqL03Q
431Please respect copyright.PENANAyPrzz5h75g
431Please respect copyright.PENANAHEwDC5X3dm
431Please respect copyright.PENANAzAZhE6M95h
431Please respect copyright.PENANAs2g6iOVhBv
431Please respect copyright.PENANACW8pyuvrh9
431Please respect copyright.PENANAhx5o1h8vVY
431Please respect copyright.PENANApucSaavZOw
431Please respect copyright.PENANAw6XSYfkKDB
431Please respect copyright.PENANAtQ8UDW97xS
431Please respect copyright.PENANAAVeAd7DQfr
431Please respect copyright.PENANAhkfRtWawEq
431Please respect copyright.PENANAlfPysZpMZE
431Please respect copyright.PENANAVC5IA8yeHi
431Please respect copyright.PENANAPidfEUbNms
431Please respect copyright.PENANAYCIA1LWkGb
431Please respect copyright.PENANAko2mrOunQ7
431Please respect copyright.PENANA9ofLsHVcwD
431Please respect copyright.PENANAE8hcZLTFf6
431Please respect copyright.PENANAsSw5HxaIgQ
431Please respect copyright.PENANAlTRD8HQ4yD
431Please respect copyright.PENANA1vmSbBn4t7
431Please respect copyright.PENANAdn3kgEKYDa
431Please respect copyright.PENANAHTGFe1RNFi
431Please respect copyright.PENANAIXNdN7Gq2o
431Please respect copyright.PENANAXrZnfokIS3
431Please respect copyright.PENANAam9MBnLZFt
431Please respect copyright.PENANAiuwOpETjsQ
431Please respect copyright.PENANAe9LgKLYHFz
431Please respect copyright.PENANAbnkN9gkGaD
431Please respect copyright.PENANA6ktZSza8Kj
431Please respect copyright.PENANAl4tUZWWFW5
431Please respect copyright.PENANADs0Rxtjt05
431Please respect copyright.PENANAYU1tzC4CkW
431Please respect copyright.PENANA3kQKKRdHpJ
431Please respect copyright.PENANAIenn1zuDbV
431Please respect copyright.PENANAItTq6HSfFh
431Please respect copyright.PENANAg3jnagDmLd
431Please respect copyright.PENANA5hNvgRDZxa
431Please respect copyright.PENANAbYXjMbW0sF
431Please respect copyright.PENANATjDURt4AvO
431Please respect copyright.PENANA4keg4mxPog
431Please respect copyright.PENANAqK9TSizX1c
431Please respect copyright.PENANA9Jhsqrw1Dc
431Please respect copyright.PENANA2R9xNgwWY2
431Please respect copyright.PENANA7Du3sLKAk5
431Please respect copyright.PENANAWYiDhwuABy
431Please respect copyright.PENANA8e2QjJpkwT
431Please respect copyright.PENANAHUViNq6WTp
431Please respect copyright.PENANAeePOZPJZvi
431Please respect copyright.PENANAK91aWsrXQu