Ketidakmungkinan dan Kesempatan
1182Please respect copyright.PENANATZui7yIAdy
1182Please respect copyright.PENANAZN3SFYyOJm
©hematurn
1182Please respect copyright.PENANAyJxDeJDOh9
1182Please respect copyright.PENANATMrDLr8yYk
1182Please respect copyright.PENANA7lazDnwjfV
1182Please respect copyright.PENANAgZcLxI1eSy
1182Please respect copyright.PENANACmImnqYhmw
KETIDAKMUNGKINAN sudah menjadi kepercayaan yang kuanut, karena apa yang kuinginkan selalu melebihi batas kemampuan, bahkan takdir sekalipun tak mengizinkan.
1182Please respect copyright.PENANAQxiMUmd4xp
1182Please respect copyright.PENANA0JYSfaDK64
Mama telah berubah, pasca-meninggalnya Ayah 2 bulan yang lalu. Waktu 1 bulan dihabiskan untuk mengurung diri di kamar, meratapi bagaimana nasibnya ke depan tanpa kerja keras Ayah, menyesal telah memarahi Ayah terus-menerus karena kurangnya uang untuk belanja dapur dan biaya arisannya tanpa tahu penyakit yang diidap Ayah, terus seperti itu sampai-sampai tak sadar punya putri yang harus diurus. Lantas, entah bagaimana, Mama tersadar dari keterpurukannya, tetapi jadi jauh berbeda dari Mama yang kukenal selama ini. Kini Mama suka memukul, menampar, mengeluarkan makian. Kesalahan sekecil apapun dijadikan alasan untuk melakukan tindakan tak pantas itu. Tak peduli, entah itu anaknya, yang penting hasrat memukulnya terlampiaskan.
1182Please respect copyright.PENANA60zdJJKfvw
1182Please respect copyright.PENANAbYQpMGCh4c
PLAK!
1182Please respect copyright.PENANAgwN10d9Xd6
1182Please respect copyright.PENANAXFthJFUoBt
"KAN MAMA SUDAH BILANG, JANGAN PULANG LAMA-LAMA! INI UDAH LEWAT JAM 5, KE MANA AJA KAMU SAMPE PULANG SETELAT INI? KELILING-KELILING KOTA KAYAK CABE-CABEAN? MAIN KE KELAB? PACARAN? MASIH MAU PULANG KE RUMAH INI, NGGAK, KAMU?!"
1182Please respect copyright.PENANAxnqVyPzIFp
1182Please respect copyright.PENANATsF3OUfvRH
Kerja kelompok satu setengah jam di rumah teman bukan alasan yang masuk akal bagi Mama, meski kenyataannya, itulah faktanya. Akan lebih masuk akal; belajar di kamar setengah harian, pulang kerja cari uang selarut pulangnya orang kantoran yang lembur, atau bersih-bersih rumah seharian tanpa perlu makan. Aku tak perlu bersikeras menjelaskan kenapa pulang telat, karena pipiku sudah langsung kena hantaman panas telapak tangannya, dan hardikannya menjadi tanda kalau sepatah katapun yang keluar dari bibirku hanya akan mengumpan tamparan atau pukulan lainnya.
1182Please respect copyright.PENANAlFTStwSfmP
1182Please respect copyright.PENANAr6qUkZQ6Pi
Satu-satunya respons yang akan melepasku dari luapan amarahnya hanyalah uang. Tetapi, tak ada uang sepeser pun di kantongku, yang bisa kulakukan hanyalah mengangguk, lalu menukas cepat-cepat. "Se-Sena bakal kerja dapatin duit buat Mama."
1182Please respect copyright.PENANAl039aVMk7p
1182Please respect copyright.PENANAYtPYoXfX17
"Buruan kerja kalo gitu! Kalo perlu, buatin kue-kue untuk dijual di kantin sekolah, abis pulang sekolah langsung pergi ke tempat kerja, nggak usah balik-balik ke rumah ganti-ganti baju, makan, apa segala, entar rugi bayar-bayar ongkos 2 kali lipat. Makanya diotak, dong, gimana caranya biar dapat untung sekali dayung! Percuma sekolah!" Kali ini jari telunjuk Mama mengetuk-ngetuk dahiku, tak pernah lagi ada elusan-elusan kasih sayang seperti dulu.
1182Please respect copyright.PENANANgDL3R3MgC
1182Please respect copyright.PENANA2d2kxY5pQo
Dan, ketidakmungkinan lainnya adalah meninggalkan Mama lalu memulai hidup baru tanpa kesakitan-kesakitan yang menghantui setiap hari. Tapi, mustahil. Atau mungkin, bukan saat ini waktunya.
1182Please respect copyright.PENANA12OBp229yu
1182Please respect copyright.PENANAEh4Dt1R5Rr
1182Please respect copyright.PENANAvz4Cc4q1Qg
[]
1182Please respect copyright.PENANA2bV5K4sEg7
1182Please respect copyright.PENANAGVgoFGYjRs
1182Please respect copyright.PENANAzvDCyB4YQ5
Sudah 2 jam lebih, laki-laki yang berdiri menyandar pada tembok itu tak henti-henti menatap lekat ke arahku, mengusik kegiatan mencuci piring yang sedang kulakukan. Sebagai seorang kuli cuci piring, yang tiap detiknya menghabiskan waktu di depan wastafel, mencuci piring-piring kotor yang berdatangan hampir setiap 5 menit sekali lalu menyusuninya ke rak piring, jelas tidak ada waktu untuk mempertanyakan alasan laki-laki tersebut menatapiku sedemikian lekat. Aku hanya bisa meliriknya sesekali, dan jika tatapan kami bertemu, kepalaku otomatis berpaling.
1182Please respect copyright.PENANA7v4hJn75jz
1182Please respect copyright.PENANAwfMQOluBSe
Hingga jam kerja pelayan selesai, tepatnya pukul 10 malam, laki-laki itu belum juga beranjak dari posisinya, tak juga melepas tatapannya padaku. Anehnya, tak seorangpun pelayan atau koki restoran yang hilir mudik mengusiknya, entah menyapa atau mengajaknya mengobrol selama kurang dari waktu 5 jam itu, seakan tak menyadari eksistensinya di ruang dapur restoran.
1182Please respect copyright.PENANATEwxD5aA59
1182Please respect copyright.PENANARU4cNxs30u
Sampai akhirnya, restoran benar-benar tutup, seluruh pelayan-pelayan, koki-koki, serta kuli cuci satu per satu berpulangan, selepas menyusun seluruh kitchenware, mengembalikan celemek dan sarung tangan, dan sewaktu akan membuang makanan-makanan sisa ke tempat sampah di belakang restoran, laki-laki itu baru beranjak, mengekor di belakangku. Keluar dari restoran, tinggal eksistensiku dan laki-laki itu di sepanjang jalan menuju tempat sampah.
1182Please respect copyright.PENANA9o9Wuqulph
1182Please respect copyright.PENANAj32hCpEHzb
"Aku menunggu selama 5 jam untukmu selesai mencuci tumpukan piring itu, apa itu tak cukup untuk membuatmu merasa harus menghargaiku, Sena? Apa kau tidak penasaran siapa aku?" Dia bertanya dengan melongokkan kepala ke bahu kiriku, menimbulkan perasaan ngeri hingga bulu-bulu kudukku merinding saking dekatnya wajahnya. Tetapi aku mencoba memberanikan diri berbalik badan, memandangnyaã…¡dan baru sadar, wajahnya tampan tak terbantahkan, terpahat sempurna seperti dewa-dewaã…¡walau aku tak tahu seperti apa rupa dewa. Aku sempat terpukau, dengan nikmat memandangi wajah tampannya, berselam dalam indahnya sepasang mata amber itu, sebelum kemudian dia mengambil alih plastik hitam superbesar dari genggamanku dan membuangnya ke tong sampah organik, lalu kembali berdiri 2 meter di depanku.
1182Please respect copyright.PENANA44v2WYwm98
1182Please respect copyright.PENANAV06pVj2v2u
Tersadar dari keterpesonaan, kepalaku spontan mengangguk, mengiakan. "I-Iya, aku penasaran. Kamu siapa?"
1182Please respect copyright.PENANAL5EttbObVi
1182Please respect copyright.PENANAwUSR2ztKtS
"Kalau begitu, tanya apa saja yang kau ingin tahu tentangku, Sena."
1182Please respect copyright.PENANAd1zKs3SYsQ
1182Please respect copyright.PENANAZMBYVD2FPc
Banyak pertanyaan yang bercokol di otakku, tetapi sulit dilisankan, apalagi laki-laki tampan di hadapanku ini terlihat mengerikan untuk dibantah perkataannya. Jadi, kutanya saja apa yang terlintas di pikiranku. "Siapa namamu?"
1182Please respect copyright.PENANAlyE2Svfs01
1182Please respect copyright.PENANAa8KTTmqjvX
"Ezeir," jawabnya dengan seringai tipis di sudut bibirnya.
1182Please respect copyright.PENANAQ3F9y0wtS0
1182Please respect copyright.PENANAz4OarOM5Jw
Nama yang tak biasa.
1182Please respect copyright.PENANAJjWQNcuSkh
1182Please respect copyright.PENANAaOnjTo4JTR
"Kamu tinggal di mana? Kenapa kamu menungguiku selesai kerja sampe harus pulang selarut ini? Kamu nggak takut orangtuamu bakal marahin kamu? Lagian, aku nggak butuh teman pulang, udah biasa kok, aku pulang sendirian semalam ini. Dan... jujur saja, aku tidak mengenalmu."
1182Please respect copyright.PENANAxXjFvyF6LT
1182Please respect copyright.PENANAwbC6aAip35
"Aku punya rumah. Tetapi aku tidak punya orangtua, karena tanpa makhluk itu aku bisa melakukan apapun yang kumau sebebas-bebasnya. Aku tak sepertimu, Sena."
1182Please respect copyright.PENANAzAfDqBcbo2
1182Please respect copyright.PENANAuxrHYO6xzj
"Maksudmu?" Sesi tanya-jawab layaknya wawancara individual itu berakhir tepat setelah pertanyaanku yang menimbulkan bumerang, karena setelahnya laki-laki bernama Ezeir itu melangkah semakin dekat, membunuh jarak 2 meter itu dan menyisakan 1 jengkalan tangan saja hingga embusan napas serta aroma khas tubuhnya menguar ke penciumanku. Sekujur tubuhku seperti akan menggigil kala bibirnya mendekati telinga kiriku untuk kemudian berbisik.
1182Please respect copyright.PENANAGoBFGFPJJr
1182Please respect copyright.PENANAN0oWvRCVWb
"Kau harus ikut denganku untuk mengetahui alasanku mengikutimu, Sena."
1182Please respect copyright.PENANAdir9LCyO6T
1182Please respect copyright.PENANAnHf0YuMVrT
Sekarang, ketidakmungkinannya, adalah melarikan diri dari laki-laki tampan ini, karena dia sudah lebih dulu melarikan aku ke tempat yang pantas disebut surganya orang-orang pecinta kedamaian. Mataku terpejam entah untuk beberapa sekon, dan begitu terjaga, seingatku Indonesia masih dalam waktu malam nyaris dini hari, tetapi apa yang sepasang mataku pandang saat ini sepertinya siang menjelang sore. Di bawah semburan jingga Matahari, terhampar luas padang bunga dandelion. Sangat luas. Sampai-sampai aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikan apa yang mengelilingi padang ini sejauh mata memandang. Keterkejutanku belum usai, sebab hanya aku dan Ezeir di sini.
1182Please respect copyright.PENANAcBkvUH9xs5
1182Please respect copyright.PENANAA3KaDsAvbc
"Apa menurutmu ini mungkin?" tanyanya lagi-lagi melongok ke bahu kiriku.
1182Please respect copyright.PENANALUxdjBXMVd
1182Please respect copyright.PENANAflkAWM5vSg
Aku otomatis bergeser ke kanan, mencipta jarak. "Aku nggak tahu. Kenapa kamu bawa aku ke sini? I-Ini di mana? Dan kenapa yang ada cuma kita berdua?"
1182Please respect copyright.PENANAq6a6cfGs74
1182Please respect copyright.PENANA1fRerDLDUA
"Ini ketidakmungkinanmu yang sedang aku 'mungkinkan', Sena," Ezeir mulai melangkah, menginjaki bunga-bunga dandelion itu seolah-olah menginjak rerumputan, tetapi kemudian membentuk jalan berupa gang sempit. Lalu dia berbalik badan saat jarak kami sekitar 3 meter. "Kau akan mengikutiku?"
1182Please respect copyright.PENANAIVkGPHyNv1
1182Please respect copyright.PENANAnZllkjlRHx
Itu jelas pertanyaan yang membutuhkan jawaban, bukan perintah atau paksaan. Dia sudah membawaku terlalu jauhã…¡kukatakan jauh karena aku sama sekali belum mengenalinya, dari mana asalnya, alasan dia membawaku ke mari, dan yang paling penting, apa dia benar-benar manusia? Aku ingin melisankan pertanyaan-pertanyaan tersebut sebelum menjawab ajakannya. Tetapi tiba-tiba, aku teringat perkataan Ayah semenit sebelum kepergiannya.
1182Please respect copyright.PENANAbkmAfdXRg7
1182Please respect copyright.PENANAB5X5v8Q8Mj
"Pa-Padang itu indah sekali, Se. J-Juga sangat luas, Ayah pikir se-sendirian di padang dandelion itu bu-bukan i-ide bagus. Aã…¡yah akan merin-rindukan kamu dan Mama. Ay-Ayah jan-janji akan ja-jagain kamu se-selamanya, tapi ka-kamu juga j-janji ya, jagain Mama u-untuk Ayah...."
1182Please respect copyright.PENANAkAyQuipbJq
1182Please respect copyright.PENANALfYRZX8GlA
Lalu kepalaku menggeleng. Aku harus menjaga Mama... untuk Ayah.
1182Please respect copyright.PENANAwMF88yY15j
1182Please respect copyright.PENANACYvs3m0Ghu
1182Please respect copyright.PENANACU8dNTWufJ
[]
1182Please respect copyright.PENANAyWje0y3NGE
1182Please respect copyright.PENANAHwgyXSovjR
1182Please respect copyright.PENANAzZd4SlAIoV
Penyesalan datang terlambat. Seharusnya aku mengiakan ajakannya, harusnya aku sudah tidak berada di dunia; pergi bersamanya, entah ke mana, namun aku yakin dia akan membawaku ke tempat-tempat indah yang mustahil kukunjungi. Aku juga akan terlepas dari lilit tekanan Mama, dari beratnya pekerjaan-pekerjaan yang upahnya sepeserpun tak pernah kupakai untuk beli alat tulis, belanja-belanja, selalu tandas untuk belanja keperluan rumah dan arisan-arisan Mama. Atau aku juga tidak perlu ke sekolah lagi, belajar mati-matian untuk mendapatkan beasiswa PTN, pesimis akan masa depan yang tak pasti. Mungkin bersama laki-laki tampan itu aku akan sudah berkecukupan, tidak mengenal kekurangan. Meski kutahu dia bukan seperti apa yang kulihat saja.
1182Please respect copyright.PENANAyEebJs6oWT
1182Please respect copyright.PENANAFELTw4sXgp
"Kapan upah kamu dikasih? Arisan Mama minggu depan harus udah lunas, itu belanjaan di dapur juga udah abis, utang Mama di warung juga udah numpuk saking sedikitnya uang yang kamu kasih, mau makan apa kalo gitu? Batu? Pasir? Angin? Pokoknya kalo upah kamu udah dikasih, langsung serahin ke Mama. Kamu nggak usah pegang-pegang uang, entar ludes lagi buat traktir-traktir kawan. Oh ya, kayak yang Mama bilang kemarin, buatin kue-kue tiap untuk dijual ke kantin sekolah kamu setiap hari. Kan lumayan nambah-nambah dikit, nggak usah malu sih kalo dilitin orang-orang, justru kamu ajak mereka buat beli kue-kuenya, biar laku abis. Mengerti?" Mama sudah langsung mencerocos pagi ini begitu aku selesai memasakkan sarapan, sementara dia duduk di kursi meja makan sambil membaca koran. Sedang aku, harus mencuci piring lagi, mengepel rumah, lalu pergi bekerja.
1182Please respect copyright.PENANAIK7d70GrRx
1182Please respect copyright.PENANAqYV6SYQl65
"Mengerti, Ma." Hanya sahutan itu yang sanggup mewakili seluruh emosi yang kupendam selama ini.
1182Please respect copyright.PENANAVWCfIp1Fpa
1182Please respect copyright.PENANAbXkU9UAwxa
Keserakahan jadi salah satu dari sekian dosa yang paling mematikan setelah Adam dan Hawa diciptakan. Kenyataannya, orang yang tidak rakus sekalipun akan rela-rela saja disebut serakah asal kemauannya tercapai, asal keinginan dagingnya terpuaskan. Aku tak butuh uang banyak-banyak untuk bisa bertahan hidup, namun tekanan Mama memaksaku untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, menjadikanku serakah seperti dirinya. Seperti sekarang, pekerjaan menjadi kuli cuci piring di restoran berbintang setiap hari dari pukul 6 sampai 10 malam, office girl di rumah sakit umum setiap hari minggu pukul 6 pagi sampai 5 sore, penjaga kasir minimarket setiap hari dari pukul 2 siang sampai 5 sore. Dan sekarang aku melewatkan sekolah di hari Senin untuk cuci keliling karena keuangan benar-benar sudah tandas.
1182Please respect copyright.PENANAJLEaHPCd7S
1182Please respect copyright.PENANAnBZ4LK4iG2
Mama selalu menawarkan jasa cuci-cuciku ke teman-teman arisannya, tanpa merasa perlu malu, seakan-akan aku dilahirkannya untuk dijadikan pekerja-pekerja kasar, bukan penyukses, pengangkat nama baiknya, peninggi derajatnya di mata orang lain. Tidak seperti Ayah yang rela kerja pagi-siang-malam demi memfasilitasi keperluan sekolahku mulai dari yang terkecil hingga yang besar-besar, tidak boleh ketinggalan satupun.
1182Please respect copyright.PENANAPpvlYukC4i
1182Please respect copyright.PENANAXZgCc67mxB
Berbicara tentang sekolah, aku jadi penasaran siapa pembina upacara, apakah Kepala Sekolah, atau guru BK? Karena Kepala Sekolah bisa lebih dari 2 jam, sedang guru BK kurang dari setengah jam sudah usai. Aku selalu penasaran, bagaimana reaksi teman-temanku atas ketidakhadiranku minggu-minggu belakangan ini dengan alasan sakit padahal kerja; perbedaan yang kontras sewaktu masih ada Ayahã…¡sekalipun tak pernah absen. Apa akan bersorak-sorak karena kelas jadi bersih dari orang-orang miskin sepertiku, atau merutuk karena tak punya aset bersontek pelajaran kimia? Apa guru matematika yang galaknya minta ampun akan menghukum perusuh-perusuh kelas lagi, seperti minggu lalu, dihukum mengelilingi lapangan basket 50 kali yang pada akhirnya tepar dan absen 4 hari. Mendadak, aku rindu Sali, teman semejaku. 2 hari tidak sekolah saja sudah terasa seminggu. Aku tak yakin bisa hidup tanpa mereka sekalipun aku tetap lebih dibenci daripada dibangga-banggakan karena selalu memberi sontekan.
1182Please respect copyright.PENANAkp6144ikJs
1182Please respect copyright.PENANAPFTQJyA7gr
Untuk menuju blok perumahan VIP dalam kompleks, yang tak jauh dari blok perumahan minimalis, hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Rasa malu mulai menjalariku kala melihat satu per satu anak tetangga berangkat sekolah, naik mobil, motor, sepeda. Seandainya aku mengiakan ajakan Ezeir, aku tak akan merasa malu sekaligus iri memandangi mereka pergi ke sekolah. Rumah mewah bergaya Eropa, bertingkat 3, menjulang tinggi di hadapanku, namun tidak ada pos satpam yang berjaga, jadi begitu gerbang setinggi 3 meter dibukakan, aku tanpa pikir panjang masuk ke kawasan rumah itu. Rumah itu nyaris menyamai istana, namun aku lebih penasaran seberapa keras pemiliknya banting tulang untuk membangun rumah ini daripada semewah apa isi dalam rumahnya. Apa mungkin aku bisa memiliki rumah semewah ini di masa depan? Pertanyaan itu terlintas di pikiranku kala mulai berjalan memasuki teras setinggi 1 meter dari halaman.
1182Please respect copyright.PENANApgbxUQRcvI
1182Please respect copyright.PENANA7WvG5L060q
"Apa gedung mewah seperti ini membutuhkan kuli cuci pakaian? Kenapa tidak mempekerjakan pembantu saja? Atau mesin cuci?" tanyaku entah pada siapa saking penasaran. Logikanya, pemilik rumah mansion bak istana ini tak akan butuh kuli cuci jika membeli pakaian saja sudah seperti membeli makanan ringan di warung. Pintu raksasa berwarna cokelat kayu berukir-ukiran membuatku terpelongo untuk beberapa menit sebelum kemudian pintu itu ditarik dari dalam oleh seseorang yang "waktu" bertemu dengannya ingin kuulangi untuk menerima kembali ajakannya.
1182Please respect copyright.PENANAwh7wQwC2N1
1182Please respect copyright.PENANAXf0aPnwNkE
"Kau akan masuk, Sena?" Nada suaranya masih sama; berat, rendah, halus sekaligus.
1182Please respect copyright.PENANArDyiE4v3G6
1182Please respect copyright.PENANAShbgqpmK73
Spontan kakiku mundur selangkah. Sebenarnya, siapa dia? Kenapa dia seakan-akan mengikutikuã…¡walau sejujurnya aku menyesal tidak mengikutinya kemarin? Lalu, apa yang diinginkannya dariku? Dan bagaimana kemarin sesuatu yang ajaib terjadi karenanya untuk pertama kalinya dalam hidupku yang jelas-jelas bukanlah mimpi walau aku langsung terbangun di tempat tidur pagi tadi? Tak ada yang aneh dari penampilannya selain ketampanannya, selain apa yang sudah dimungkinkannya dalam hidupku kemarin. Dan aku penasaran, apa dia akan mengajakku lagi?
1182Please respect copyright.PENANAjpOBAS5b9i
1182Please respect copyright.PENANAUzM8lmM2yq
"E-Ezeir...? Ka-Kamu? A-apa rumah ini yang kamu maksud rumahmu? Aku tidak menyangkã…¡"
1182Please respect copyright.PENANAvQO2s8pYyD
1182Please respect copyright.PENANAFCgSF6tIJC
"Apa setelah tahu rumahku semewah ini, kau akan mengiakan ajakanku?"
1182Please respect copyright.PENANAhD5JCKsiKO
1182Please respect copyright.PENANA8HGreKlIuM
Pertanyaan sederhana yang menjebak. Tetapi, bagaimana mungkin menolak kesempatan kedua? Ayah pernah bilang, kesempatan kedua mustahil ada, kalaupun ada, itu namanya keberuntungan dan harus dipergunakan semampu-mampunya. Kalau ada kesempatan hidup untuk yang kedua kalinya, Ayah akan mengulang apa yang pernah disia-siakannya. Dan melalui perkara ini, aku ingin membuktikan seberapa berharganya kesempatan kedua itu.
1182Please respect copyright.PENANA43Oy62Zxf8
1182Please respect copyright.PENANAivpaVxTeyF
1182Please respect copyright.PENANAn81M9yiCRx
[]
1182Please respect copyright.PENANAAxIh9c4SIu
1182Please respect copyright.PENANAV50ckVUGtw
1182Please respect copyright.PENANAXx3pQIjMnJ
Padang dandelion itu terhampar tepat di sejauh netraku memandang. Dan aku melihat figur Ayah berdiri 10 meter dariku. Sedang Ezeir tidak ada ke manapun aku menoleh mencarinya. Namun, aku tak peduli lagi. Asal bersama Ayah, aku percaya semuanya akan baik-baik saja sekalipun jikalau ini mimpi. Aku melihat lengkungan senyum Ayah yang sangat-sangat kurindukan, aku hendak menujunya, tetapi kakiku tertahan oleh pertanyaan yang kudengar dari pikiranku sendiri.
1182Please respect copyright.PENANARAk3XXGfA5
1182Please respect copyright.PENANAty58HVAutV
Dunia, Mama dan pukulan-tamparannya, Sali, XI IPS 1, teman-teman penyontek, rumah bak istana, kerja paruh waktu, piring-piring cucian, pelanggan-pelanggan setia minimarket, upah bulanan, masa depan, ...atau Ayah?
1182Please respect copyright.PENANAJVrPpc4Wgn
1182Please respect copyright.PENANAHRVgUkxNVW
Ayah.
1182Please respect copyright.PENANA6WFNfNmnl2
1182Please respect copyright.PENANAUCZREls4ki
Karena aku ingin menemani Ayah di padang dandelion ini; pemikiran yang dulunya mustahil terjadi, tetapi sekarang....*
1182Please respect copyright.PENANA4ivVM67vRY
1182Please respect copyright.PENANAjLzwB74Aih
1182Please respect copyright.PENANApdp2sH0nBy
][
1182Please respect copyright.PENANAwNk2hHdL9K
1182Please respect copyright.PENANA7Uxq7HC82f
1182Please respect copyright.PENANA10dAqvRes4
Kata-katamu selalu berkesan. Aku termotivasi untuk terus menjalani hidupku. Namun, aku tak bisa menolak fakta bahwa aku sangat merindukanmu.
1182Please respect copyright.PENANAugGmDx5HTL
1182Please respect copyright.PENANAnkzBPfmvMH
1182Please respect copyright.PENANA2hVQc6XlVh
1182Please respect copyright.PENANAry96TtQY6J
1182Please respect copyright.PENANAMBN9eEM6by
1182Please respect copyright.PENANAG7QLBrZzGW
1182Please respect copyright.PENANAPi3PnBAfSf
1182Please respect copyright.PENANA7HHbncNl97
1182Please respect copyright.PENANAawL5ehO5Jv
1182Please respect copyright.PENANA2ozj80eCEL
1182Please respect copyright.PENANASOLeoVSBuV
1182Please respect copyright.PENANAVOeeqAT10D
1182Please respect copyright.PENANAYuw0JeDf53
.
1182Please respect copyright.PENANAYPchdl1Kcz
-END
1182Please respect copyright.PENANAGL27zAu3yR