
676Please respect copyright.PENANA18lQbabbBv
Tangan Cathy mencengkeram erat rambut Asher. Persetan jika nanti pria itu marah, dia menginginkan yang lebih dari ini. Permainan Asher terlalu lembut untuknya, ia bahkan sulit terangsang sekalipun Asher sudah mencumbunya berjam-jam. Ciuman lembut di lehernya justru hanya membuatnya kegelian.
"Oh come on, i want more," rengek Cathy.
"Kau sudah mendapatkanku sepanjang malam, Cathy." Asher tersenyum geli.
"Aku ingin sesuatu yang lebih liar, Ash," pinta Cathy.
Asher mengecup bibir Cathy singkat, sebelum membalikkan tubuh kekasihnya itu. Diselipkannya kejantanannya yang mengeras di antara paha Cathi dan mendorongnya memasuki lorong sempit itu. Desahan pelan terdengar dari sela bibir Cathy saat ia membenamkan seluruh kejantanannya ke sana. Perlahan ia mulai menggerakkan pinggulnya, tangannya ikut sibuk meremas dua payudara Cathy.
"Aku tidak ingin memperlakukanmu dengan kasar, Cathy. Your my queen," bisik Asher di telinga kekasihnya itu. Bibir Asher mengulum cuping telinga Cathy. Sekalipun Cathy menginginkan ia lebih kasar, ia tetap tahu kelemahan Cathy. Posisi seperti ini membuat mereka benar-benar menyatu dan Cathy menyukainya.
"Sekali saja, Ash," ucap Cathy di sela desahannya.
Sodokan Asher dalam lubang rahimnya, mengenai titik kelemahannya. Ia tidak bisa bertahan lama jika seperti ini terus.
"Please... I... Cum."
Asher semakin dalam memasukkan kejantanannya hingga bisa menyentuh dinding rahim milik Cathy. Tak ia pedulikan kekasihnya yang menggelinjang hebat di bawahnya karena orgasme yang sudah menerpanya. Ia tengah mengejar orgasmenya sendiri yang sudah nyaris berada di puncak. Beberapa hentakan terakhir mengantarkan benih-benih milik Asher membanjiri rahim Cathy.
"Kau benar-benar nikmat seperti biasanya, Sayang," bisik Asher yang masih menggesekkan kejantanannya. Menikmati sisa-sisa orgasmenya.
Mendengar pujian Asher, Cathy hanya bisa bergumam tidak jelas. Bercinta dengan Asher memang bisa membuatnya orgasme, tetapi ia menginginkan yang lain. Sesuatu yang liar, yang bisa membuatnya merasakan orgasme yang benar-benar nikmat. Sayangnya kekasihnya itu tidak pernah mau mengabulkan permintaannya, dan itu membuat Cathy frustasi.
****
Tanpa minat, Cathy memotong-motong puncake strawberry yang menjadi menu sarapannya pagi ini. Di depannya Asher memakan menu yang sama dengan lahap. Pria itu sudah berpakaian rapi, siap berangkat ke kantor. Berbeda dengan dirinya yang masih mengenakan gaun mandi sejak tadi.
Satu tahun menjalin hubungan dengan Asher, tidak lantas membuatnya merasakan cinta mati dengan pria itu. Cathy justru menjalani semua itu dengan perasaan datar. Entahlah apa yang merasukinya dulu saat mengiyakan lamaran pria berwajah tirus dan rambut sedikit bergelombang itu. Mungkin hanya sekedar pelarian rasa bosannya berpetualang dari satu pria ke pria lain. Dan sekarang ia juga mengalami kebosanan menjalaninya hubungan khusus dengan Asher.
"Aku ingin pergi berlibur," kata Cathy memecah kesunyian.
Pria di hadapannya itu memandangnya sekilas, sebelum meraih kopi dan menyesapnya. "Masih banyak kerjaan, Cath. Kita tidak mungkin bisa liburan dalam waktu dekat."
"Aku bisa melakukannya sendiri. Itulah kenapa aku mengatakan aku ingin pergi berlibur," sahut Cathy malas-malasan.
"Aku tidak akan mengizinkanmu pergi berlibur sendirian, Cath!" tegas Asher.
"Ini hanya perjalanan liburan biasa, Ash," protes Cathy.
Asher tertawa kasar. Terlihat jelas di wajahnya tidak menyukai keinginan Cathy. "Kita sama-sama tahu apa yang akan dilakukan seorang Catherine saat berliburan, tidak akan pernah sekedar HANYA berlibur."
"Kau terlalu berlebihan."
"Berlebihan katamu!" Asher menggebrak meja tidak terima. Ia beranjak penuh kekesalan hingga kursi yang didudukinya berderak keras, saat bergeser dengan paksa. "Apa kau bisa memastikan, kau tidak macam-macam!"
"It's just vacation, okay. Dan aku hanya pergi dua atau tiga hari, yang akan kuhabiskan untuk berbelanja."
"No more vacation!" bentak Asher, "kalau kau berani pergi tanpa sepengetahuanku. Lebih baik kita putus!" ancamnya.
Dengan sama kesalnya, Cathy membuang muka. Membiarkan Asher pergi begitu saja. Ia jenuh. Sejak bertunangan dengan Asher, kebebasannya nyaris terenggut oleh keposesifan pria itu. Ia tidak bisa pergi bersenang-senang seorang diri di luar sana atau bersama teman-temannya. Liburan yang didapatnya bisa dihitung jari, karena Asher penggila kerja. Dan hubungan mereka, membuat Cathy stres karena tidak mendapatkan kepuasan seperti yang diinginkannya. Semua ini membuat Cathy lelah.
Satu jam kemudian Cathy sudah berjalan memasuki toko bunga miliknya dengan wajah tidak bersemangat sama sekali. Ia melintasi para pegawainya tanpa menyapa mereka sama sekali, jauh berbeda dari hari-hari biasanya. Meskipun terkenal dengan reputasi buruknya, Cathy dinilai ramah oleh para pegawainya. Sehingga mengetahui Cathy seperti itu, membuat para pegawainya kebingungan.
Berbeda dengan Helena yang menjadi sekretaris sekaligus sahabat Cathy sejak kecil, justru menatap Cathy geli. Ia bisa mengira-ngira apa yang terjadi pada wanita itu. Dengan langkah santai, ia mengekori Cathy masuk ke ruangan wanita itu dan mengunci pintu agar tidak ada seorang pegawainya yang mengganggu. Beruntungnya ruangan itu juga kedap udara, sehingga tidak akan ada yang mendengar apa yang terjadi di dalam.
"Ini masih hari senin, Cath. Tidak seharusnya kau tampak lesu seperti ini," kata Helena sembari memijat pundak Cathy.
"Aku tidak tahan lagi, Asher sengaja membunuhku secara perlahan," erang Cathy kesal.
"Satu lagi akhir pekan yang buruk?" kekeh Helena.
Kini pijatan tangan Helena berpindah ke depan. Meremas pelan sepasang payudara Cathy yang masih terbungkus blus sutra putih. Ketegangan dalam tubuh sahabatnya itu perlahan hilang, rintihan pelan mulai terdengar dari bibir merah Cathy. Helena berpindah posisi di depan Cathy sekarang, melepas satu persatu kancing blus wanita itu hingga menampakkan payudara yang menyembul di balik bra. Perlahan lidah Helena menyapu puting Cathy yang sudah mengeras, sesekali ia menghisap dan menggigitnya pelan.
Tangan Cathy yang tadi diam, kini menjelajahi tubuh Helena hingga menemukan payudara wanita itu dan meremasnya perlahan. Tidak tahan dengan cumbuan panas Helena, ia meminta untuk pindah ke sofa agar bisa melakukan dengan leluasa. Ia merebahkan diri di sana, membiarkan Helena berada di atasnya mencumbu kembali payudaranya. Sialnya, cumbuan Helena jauh lebih nikmat dari cumbuan Asher.
"Fuck you, Hel," desah Cathy saat merasakan Helena menggesek-gesek kemaluannya yang masih terbungkus G-string.
"Kau mau kejutan dariku?" bisik Helena senang melihat wajah Chaty yang penuh gairah.
"Jangan aneh-aneh, Hel," desah Cathy waspada.
"Kau akan menyukainya nanti. Tutup matamu," pinta Helena.
Ragu-ragu Cathy menutup matanya. Ia bisa mendengar langkah Helena menjauh, sepertinya sahabatnya itu tengah mengambil sesuatu dari laci. Tak lama kemudian ia sudah merasakan tubuh Helena berada di dekatnya lagi. Meloloskan G-string yang dipakainya tanpa kesulitan. Tubuh Cathy tersentak saat merasakan sesuatu mencoba menerobos kemaluannya. Ia langsung membuka mata, dan melihat Helena yang tersenyum geli seakan sudah menerka apa yang akan terjadi.
"Damn, you have Mr.P?" pekik Cathy melihat benda hitam mengkilap di depan kemaluan Helena yang sekarang telanjang.
"Kau akan menyukainya, Cathy," kekeh Helena.
"Kau gila, itu terlalu besar," ucap Cathy menatap ngeri tiruan Mr. P yang dipakai Helena.
"Ya, lebih besar dari milik Asher," sahut Helena terpingkal-pingkal. "Come on, open your pussy, Darling."
Cathy membuka kakinya lebar. Digigit bibirnya saat benda itu mulai masuk. Sedikit sakit, karena ia belum pernah menerima yang sebesar itu. Desahan kenikmatan lolos saat Helena berhasil memasukkan semua benda itu ke dalam relung surgawinya.
"Aku suka ini, Cath," desah Helena. Ditariknya perlahan Mr.P yang dipakainya, sebelum keluar semuanya. Ia kembali memasukkannya dengan satu sentakan kasar menerobos liang kemaluan Cathy. Dilihatnya Cathy terpekik pelan sambil meremas sofa. Pemandangan yang cukup membuat birahinya naik. Tangannya kembali meraih sepasang payudara Cathy, meremasnya kasar. Seiring dengan hentakan demi hentakan yang ia lakukan pada kemaluan sahabatnya itu. Baru beberapa hentakan Cathy sudah menggelinjang menerima orgasmenya yang pertama.
Helena kini menindih Cathy, membuat payudara mereka saling bergesekan. Bibir mereka berpagutan dan lidah saling mencecapi satu sama lain. Gerakan Helena yang kasar dan cepat membuat Cathy di mabuk orgasme berkali-kali. Helena yang sudah berada diambang orgasme, semakin menggila memasukkan Mr.Pnya ke dalam liang Cathy. Mereka akhirnya mendapatkan orgasme secara bersamaan. Cathy benar-benar lemas di bawahnya, dengan peluh membanjiri tubuh.
"Kau mengeluarkan semua stok yang kau timbun sejak bertunangan dengan Asher, Darling," ucap Helena saat mencabut Mr. Pnya. Diusapnya kemaluan Cathy yang masih berkedut, sisa-sisa orgasme.
"Sepertinya aku tidak akan bisa mengeluarkannya lagi, saat bersama Asher," desah Cathy yang masih terbaring lemas. Diliriknya Mr. P yang tadi dipakai Helena, kini sudah dilepas.
Cathy langsung menyambar benda itu, saat tenaganya kembali pulih. Ia menjepit Helena yang bersandar di sofa. "Saatnya pembalasan, Helena," seringainya.
Tidak ada kesempatan untuk Helena menghindar, saat Cathy memasukkan benda itu ke dalam kemaluannya tanpa ampun. Cathy memainkan benda itu dengan tangannya, sedangkan mulut wanita itu mengulum payudara Helena bergantian. Sama halnya dengan Helena, Cathy tahu persis seks seperti apa yang disukai wanita itu.
"Enough, Cathy," pinta Helena yang tak tahan merasakan kemaluannya disodok dengan kasar, "you ruined me."
"Oh come on, Hell. Kau bisa lebih dari ini." Cathy semakin mempercepat gerakannya memasukkan Mr. AP itu, hingga tandas menyentuh dinding rahim wanita itu.
"Oh Fuck!" pekik Helena yang lagi-lagi mengalami orgasme. Tangannya berusaha menghentikan Cathy, tapi ia jelas kalah karena sahabatnya itu terlampau semangat.
Cathy membenamkan benda di tangannya dalam-dalam ke kemaluan Helena dan membiarkannya di sana hingga wanita itu berhenti mengejang setelah orgasme yang entah keberapa. Napas Helena tersengal-sengal ketika benda itu ia keluarkan perlahan. Mereka saling berpelukan melepas lelah setelah acara seks gila-gilaan mereka. Cathy membelai lembut kepala Helena yang bersandar di dadanya.
"Aku akan pergi liburan, bisakah kau siapkan semuanya untukku?" pinta Cathy.
Helena menegangkan tubuhnya dan menguap malas, "kau berniat bersenang-senang sendiri menikmati kejantanan para pria di luar sana, dan meninggalkanku bersama pekerjaan menyebalkan ini?" protesnya.
"Aku hanya ingin menghabiskan uangku, Hel," elak Chaty.
"Butuh ratusan tahun untuk itu, Cathy," decak Helena disambut kekehan Cathy.
ns216.73.216.210da2