
BAB 1:PERSIMPANGAN TAKDIR
763Please respect copyright.PENANATxvwSUHFT0
763Please respect copyright.PENANAA4zH2nVWxv
Senja kala itu merona jingga, melukis cakrawala Jakarta dengan sapuan kuas melankolis yang syahdu. angin yang berkesiur lembut membawa aroma petrikor sisa gerimis sore, membelai pucuk-pucuk dedaunan yang masih basah. di ufuk barat, surya perlahan pamit undur diri, menyisakan bias-bias keemasan yang menari di antara gedung-gedung pencakar langit yang membisu. sebuah mozaik senja yang sempurna, namun di relung kalbuku, sebongkah gelisah mulai mengkristal, menjadi permata buram yang memantulkan bayang-bayang ketidakpastian akan lakon baru yang hendak kami mainkan di panggung kehidupan.
763Please respect copyright.PENANAYinpr0lPQq
763Please respect copyright.PENANAfrKqMS2A8k
763Please respect copyright.PENANAzNIjsOmbBB
Namaku Arka Saputra, seorang remaja tujuh belas tahun dengan sejumput idealisme yang baru mekar. fisikku terbilang biasa, warisan genetik ayah yang tak terlalu menonjol, postur jangkung kurus, dengan rambut hitam legam yang seringkali kubiarkan jatuh menutupi sebagian kening, dan sepasang mata elang yang kata orang memancarkan keteduhan sekaligus sorot yang tajam. hari-hariku adalah sebuah pengembaraan tanpa akhir di semesta aksara dan gambar. aku adalah seorang penjelajah setia dunia manhwa, komik, dan novel. Rak-rak di kamarku adalah portal menuju ribuan dunia: dari epos fantasi yang megah, petualangan aksi yang memompa adrenalin, romansa picisan yang membuat tersipu, hingga lika-liku drama kehidupan yang mengaduk-aduk emosi.
763Please respect copyright.PENANAzVokFK3EvN
763Please respect copyright.PENANAApIdVKaiUl
Ayahku, Yudi Pratama, pria berusia tiga puluh tujuh tahun dengan perawakan tegap dan rahang kokoh yang selalu terbingkai senyum hangat. Ia adalah seorang arsitek ulung, jemarinya lihai menari di atas kertas biru, merancang bangunan-bangunan megah yang menjadi tulang punggung ibukota.
763Please respect copyright.PENANATV5e8NtytQ
763Please respect copyright.PENANARUYKvfJ18p
Dan, tentu saja, ada bundaku, Yuliani Bhinalastri Nakashi. di usianya yang ketiga puluh empat, ia adalah personifikasi dari keindahan yang menentang laju waktu. wajahnya yang berdarah campuran Jepang-Sunda memancarkan aura eksotis yang memikat, dengan sepasang mata obsidian yang selalu berbinar jenaka. buah dari rutinitas gym dan yoga yang tak pernah putus asa telah terpahat seonggok tubuh yang menjadi sebuah mahakarya. dadanya yang besar dan bulat terlihat begitu kenyal, kontras dengan pinggangnya yang ramping bak biola seolah dipahat sempurna oleh sang dewa. Lekuk pinggul dan bokongnya yang montok, besar, bulat, dan padat selalu memantul saat melangkah seolah memanggil disetiap gerakannya, seringkali menjadi pusat atensi yang tak terhindarkan. rambutnya yang hitam panjang, lurus dan berkilau, selalu ia biarkan tergerai, seolah menjadi tirai sutra yang membingkai kesempurnaannya. bunda, dengan pesonanya yang tak lekang, seolah melompat keluar dari panel-panel manhwa romansa fantasi favoritku, menjadi sang tokoh utama wanita yang dikagumi semua mata.
763Please respect copyright.PENANAdOJN69Z1dB
763Please respect copyright.PENANAHBM57db96J
763Please respect copyright.PENANA0BOAWe0hZz
Kami bersemayam di sebuah sudut Jakarta yang tenang, di sebuah klaster perumahan modern yang teduh. rumah kami adalah sebuah sangkar emas yang nyaman, di mana setiap sudutnya adalah cerminan dari selera estetika Ayah yang tinggi dan sentuhan hangat Bunda.
763Please respect copyright.PENANAVVbnBe6BSG
763Please respect copyright.PENANAILJe1la1xH
Memasuki pintu utama, ruang tamu menyambut dengan sepasang sofa bergaya skandinavia berwarna abu-abu arang, berhadapan dengan meja kopi dari kayu jati solid. yang menjadi primadona adalah sebuah rak buku raksasa dari kayu mahoni gelap yang menjulang hingga ke langit-langit, berfungsi sebagai sekat artistik antara ruang tamu dan ruang keluarga. di balik rak buku itu, terhampar permadani tebal berwarna krem, tempat sebuah sofa leter U berwarna biru navy berkuasa, menghadap sebuah televisi layar datar berukuran masif yang tertanam di dinding. Dinding-dinding dihiasi lukisan-lukisan abstrak dan foto-foto keluarga dalam bingkai minimalis, menangkap tawa dan momen-momen berharga kami.
763Please respect copyright.PENANAELPwQq1tNL
763Please respect copyright.PENANAeChqdmLOgg
763Please respect copyright.PENANAtr2rz0XfFT
Tahun ini, semesta seakan berkonspirasi untuk mengubah melodi kehidupan kami. namaku tertera dengan tinta emas di pengumuman penerimaan mahasiswa baru disalah satu universitas paling bergengsi di Kota kembang, "Universitas Velatura Liria". aku diterima di Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan Desain Komunikasi Visual. sebuah gerbang menuju impian yang selama ini hanya bisa kurangkai dalam imajinasi.
763Please respect copyright.PENANAOn7JHW32OV
763Please respect copyright.PENANAurxk26Vqlk
763Please respect copyright.PENANAoSVg96mbXP
Bandung, dengan segala pesona dan reputasi akademisnya, memanggilku untuk menorehkan babak baru. Aku membayangkan diriku tenggelam dalam lautan kreativitas, dikelilingi oleh para seniman muda berbakat, mengasah kemampuanku hingga tajam laksana pedang pusaka.
763Please respect copyright.PENANAQW7Pbr6bUm
763Please respect copyright.PENANAwORjPv2CSc
763Please respect copyright.PENANAFqIPpnxV47
Namun, kejutan yang seakan merobek tenunan takdir datang dari arah yang tak terduga. bunda, dalam diamnya yang penuh misteri, ternyata juga menapaki jalan yang sama. Ia mendaftarkan diri dan diterima di salah satu universitas swasta terfavorit di Bandung, "Universitas Dionysia Eros Parahyangan", memilih Fakultas Industri Kreatif, dengan jurusan Tata Rias dan Busana. sebuah pilihan yang, jika dipikir-pikir, sangat merefleksikan kecintaannya pada keindahan dan estetika.
763Please respect copyright.PENANA2vK3bQvnJf
763Please respect copyright.PENANA2uYigzyDwF
763Please respect copyright.PENANAyXHs4iZUd6
Jadilah kami sepasang mahasiswa baru, satu angkatan, meski berlayar di dua bahtera universitas yang berbeda. Sebuah skenario absurd yang bahkan tak pernah terlintas dalam imajinasi paling liar sekalipun.
763Please respect copyright.PENANAelgaTGoXcy
763Please respect copyright.PENANAAfh53oul9k
763Please respect copyright.PENANAtiFEMc4ofL
Jauh sebelum gagasan untuk kembali mengenyam bangku kuliah ini tercetus, benih kegelisahan sebenarnya telah lama bersemayam di dalam diri bunda. aku tahu, ia mendambakan sebuah panggung lain di luar perannya sebagai istri dan ibu. Ia ingin bekerja. aku beberapa kali memergokinya tengah asyik berselancar di situs-situs lowongan kerja secara diam-diam, di belakangku dan ayah. Ia hanya ingin mengisi kekosongan waktu dan menyalurkan energinya yang seolah tak pernah ada habisnya.763Please respect copyright.PENANAZ45QX7XAcH
763Please respect copyright.PENANA9ELxaUFBXL
763Please respect copyright.PENANAG3MylUMXCE
763Please respect copyright.PENANA7hEV20hPvb
Suatu ketika, sebuah tawaran pekerjaan yang cukup menarik datang. dengan hati-hati, bunda mencoba meminta restu ayah. namun, ayah, dengan logikanya yang pragmatis, menolaknya dengan lembut namun tegas. "Untuk apa sih, Sayang?" ujar ayah kala itu, sambil membelai rambut bunda. "Pengahasilanku ini lebih dari cukup untuk kita semua. Tugasmu adalah menjadi ratu di istana ini, dan kau telah melakukannya dengan sempurna." penolakan demi penolakan atas keinginannya untuk bekerja akhirnya mendorong bunda ke sebuah persimpangan baru. 763Please respect copyright.PENANAZl7sWZe09n
763Please respect copyright.PENANAQSmxVdtbLs
763Please respect copyright.PENANAmMXEg0DAfM
763Please respect copyright.PENANAuA5X5Xcn6w
Suatu malam di meja makan, di tengah denting sendok dan garpu, ia mengucapkan sebuah gagasan yang mengejutkan kami berdua. "Aku ingin kuliah," ucapnya dengan nada datar, namun matanya memancarkan kesungguhan yang tak bisa dibantah. Keheningan seketika menyelimuti ruang makan kami.763Please respect copyright.PENANAi39anCmJDK
763Please respect copyright.PENANARrnYJyTZqv
763Please respect copyright.PENANAWA9ZV22NHE
763Please respect copyright.PENANAkPzJXtoDsC
Awalnya, aku dan ayah serempak menentang keputusannya. "Untuk apa, Bun?", " bukannya hidup kita sudah nyaman?", "bunda hanya tinggal menikmati fasilitas yang sudah ayah berikan ke pada kita, melakukan hobi hobi bunda seperti biasanya" ujarku, mencoba mencari alasan. ayah pun menggemakan sentimen yang sama.763Please respect copyright.PENANA5B0p58lGzs
763Please respect copyright.PENANA6fnk5o6vSB
763Please respect copyright.PENANA79DvEUBDNq
763Please respect copyright.PENANAgyv6ENNjDI
Namun, bunda merasa terpenjara dalam sangkar emas yang ayah bangun untuknya. Ia merasa potensinya terkubur di bawah tumpukan pekerjaan rumah tangga dan rutinitas yang monoton. Ia mendambakan pertumbuhan, sebuah pencapaian yang bisa ia sebut sebagai miliknya sendiri.763Please respect copyright.PENANAr3qs4DZNly
763Please respect copyright.PENANAKxKHbAPRnE
763Please respect copyright.PENANARqbhxV4tzL
763Please respect copyright.PENANA5sCNENRz9I
Terjadilah perdebatan alot yang berlangsung hingga berminggu-minggu, mengubah harmoni rumah kami menjadi arena adu argumen yang melelahkan. ayah menolak dengan berbagai alasan logis, Sementara bunda bertahan dengan seribu satu alasan lainnya. Ia ingin mengejar mimpinya yang sempat tertunda akibat 'kebodohan' masa muda yang mereka perbuat dulu, yang mengharuskan mereka menikah terlalu dini dan membuatnya hanya menggenggam ijazah SMA. lalu Ia menyajikan berbagai alasan lain, beberapa di antaranya bahkan terdengar absurd di telinga kami, hanya untuk mempertahankan keinginannya.
763Please respect copyright.PENANAFA6w9Q437M
763Please respect copyright.PENANAq4OT53UNDi
763Please respect copyright.PENANAhMZkif3Rje
Namun,tekad bunda sekeras baja yang ditempa api. dinding penolakan ayah yang kokoh perlahan retak di hadapan kegigihannya yang laksana air bah. bunda tak tergoyahkan. pada akhirnya, melihat api yang tak kunjung padam di mata wanita yang kami cintai, aku dan Ayah pun mengalah. Kami menyerah, mengibarkan bendera putih, dan dengan berat hati mengizinkan Bunda untuk kembali menjadi seorang mahasiswi.
763Please respect copyright.PENANA8spJ4WttHR
763Please respect copyright.PENANAV76OZjLZW6
763Please respect copyright.PENANAZdEMX3q3BC
Perdebatan selanjutnya pun pecah, di mana bunda akan kuliah. awalnya, bunda ingin merantau ke Jogja, kota tempat tujuan menimba ilmu saat masa remajanya tertinggal. Namun, Ayah melarang keras. "Terlalu jauh, Sayang. Kalau kamu kenapa-kenapa, bagaimana ayah bisa langsung membantumu?" bujuk ayah. menurut ayah, akan lebih baik jika bunda kuliah di sekitaran Jakarta, sehingga masih bisa pulang pergi.dan tetap tinggal dirumah.
763Please respect copyright.PENANAZQFiDf1XSp
763Please respect copyright.PENANAwTDpO4OPrm
763Please respect copyright.PENANAs697tHVAEG
Namun, bunda menolak mentah-mentah. Ia merasa jenuh dengan hiruk pikuk dan segala kepadatan di Jakarta. Ia butuh suasana baru, udara baru untuk bernapas.
763Please respect copyright.PENANALRPPpMgGh5
763Please respect copyright.PENANAY8awfwmJKC
763Please respect copyright.PENANAbbMIpeYjXg
Setelah perdebatan yang kembali memakan waktu berhari-hari, sebuah jalan tengah akhirnya ditemukan. Bunda, dengan alasan yang terdengar mulia sekaligus licik, memutuskan untuk ikut berkuliah ke Bandung bersamaku. alasannya, ia bisa menjagaku, atau mungkin, akulah yang harus menjaganya. antah mana yang benar. Dan sekali lagi, ayah, yang tak berdaya di hadapan kombinasi air mata dan determinasi Bunda, terpaksa mengalah.maka, resmilah sudah, petualangan ibu dan anak di Kota Kembang akan segera dimulai.
763Please respect copyright.PENANAtQyHBPWJgM
763Please respect copyright.PENANASJAu9hW7WC
763Please respect copyright.PENANAmkkzjy4Dzy
Kini, ayah harus rela tinggal seorang diri di istana kami di Jakarta, terikat oleh pekerjaannya yang tak mungkin ia tinggalkan. Ia menjadi penjaga benteng, sementara aku dan Bunda menjadi prajurit yang berangkat ke medan ilmu pengetahuan.
763Please respect copyright.PENANAbLkJPpiM7Z
763Please respect copyright.PENANAwDYlGyO3RK
763Please respect copyright.PENANA1vS9McHCcW
Kami akan merantau ke Bandung, memulai sebuah babak yang benar-benar baru, meninggalkan ayah dalam kesendirian yang mungkin akan terasa menyiksa.
763Please respect copyright.PENANAOC0LWAksrs
763Please respect copyright.PENANAztjrFpZJ9g
763Please respect copyright.PENANA9wEHqklgjN
Awalnya, bunda berencana membawa mobilnya. namun, setelah melakukan survei daring, kabar yang datang sedikit merusak rencana. kosan yang hendak Bunda sewa ternyata berlokasi di dalam sebuah gang yang cukup sempit, mustahil untuk dilalui mobil. Jalanan itu seolah didesain hanya untuk pejalan kaki dan pengendara roda dua. Sebuah ironi kecil yang memaksa kami mengubah strategi transportasi.
763Please respect copyright.PENANAqCWEg1wwdX
763Please respect copyright.PENANAoxFXh0NDYB
763Please respect copyright.PENANAoKnvMocJOU
Ya, kami tinggal di kos yang berbeda, sebuah keputusan yang juga sempat menjadi bahan perdebatan sengit dengan ayah. "Kenapa tidak mengontrak satu rumah saja? Kalian bisa tinggal bersama, lebih aman," usul ayah saat itu.
763Please respect copyright.PENANAUuf6MAo8Ln
763Please respect copyright.PENANAxvIcMBvGNT
763Please respect copyright.PENANABeRVw3YOwK
Namun, setelah menimbang-nimbang, bunda berargumen bahwa tinggal di kos yang berbeda akan lebih efisien dari segi waktu dan jarak ke kampus masing-masing. setelah melalui lobi-lobi panjang dan rayuan maut Bunda, ayah, untuk kesekian kalinya, harus mengalah pada keinginan istrinya.
763Please respect copyright.PENANAABzXXtHslV
763Please respect copyright.PENANAocL4cvo8KX
763Please respect copyright.PENANA6mawXipDjg
Jadilah bunda menyewa kamar di sebuah kos yang hanya berjarak sekitar 800 meter dari kampusnya, sementara aku mendapatkan kos yang berjarak 500 meter dari gerbang universitasku.jarak antara kos kami berdua tidak terlalu jauh, hanya sekitar tiga kilometer, masih bisa dijangkau dengan mudah.
763Please respect copyright.PENANAPyUzFrjIal
763Please respect copyright.PENANAGRfmnISQOb
763Please respect copyright.PENANAoeEvYswSUv
Pagi itu, udara Jakarta terasa hangat menyapa. aku mengenakan kaus band favoritku yang sudah sedikit pudar, dipadu dengan celana kargo hitam dan sepatu kets. di punggungku, ransel besar berisi sebagian hidupku terasa berat. bunda tampil sederhana namun tetap menawan. Ia mengenakan blus katun berwarna krem yang sopan, namun tetap terlihat menawan dipadukan dengan celana kulot panjang berwarna biru dongker, dan sepatu datar yang nyaman.
763Please respect copyright.PENANAsAheYk6sWK
763Please respect copyright.PENANAgumI0qFuBR
763Please respect copyright.PENANAUQA7jFpmtj
Kami memulai perjalanan epik kami, bukan dengan deru mesin mobil, melainkan dengan deru dua mesin motor yang membelah jalanan arteri. aku menunggangi Vespa kaleng klasik berwarna biru muda, pusaka peninggalan kakek yang telah setia menemaniku sejak bangku SMP. Di belakangku, bunda mengikuti dengan lincah di atas motor matik barunya, hadiah dari Ayah setelah melalui bujuk rayu dan rentetan janji manis.
763Please respect copyright.PENANA0bv05AabMC
763Please respect copyright.PENANAYoYLXzYGDd
763Please respect copyright.PENANANO5edO3xNN
Kami menyusuri jalur Puncak yang berkelok, diiringi pemandangan kebun teh yang menghampar hijau laksana permadani raksasa. angin pegunungan yang sejuk menerpa wajah kami, membawa aroma tanah basah dan dedaunan.
763Please respect copyright.PENANAltYqSUjxzU
763Please respect copyright.PENANAAVomcP0duu
763Please respect copyright.PENANAbwu0TjXhbX
Tujuan pertama kami adalah "Kost Jingga Muda", tempat Bunda akan memulai kehidupan barunya. dari jalan besar, kami memasuki sebuah gang sempit yang hanya cukup untuk dua motor berpapasan. Sangat disayangkan, padahal setelah tiba di lokasi, parkiran di dalam area kos ternyata cukup luas, mampu menampung puluhan motor dengan rapi.
763Please respect copyright.PENANAdlkA89FIVu
763Please respect copyright.PENANAaGFanPKqNi
763Please respect copyright.PENANA5C8kLbaBoM
Setelah kami memarkirkan motor, seorang pria paruh baya dengan perawakan gempal dan kumis tebal menghampiri kami. Ia mengenakan kaus singlet putih yang memperlihatkan perutnya yang sedikit buncit dan celana pendek selutut. matanya yang sedikit layu langsung tertuju pada Bunda. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana tatapannya bergerak liar, memindai tubuh bunda dari ujung rambut hingga ujung kaki. Matanya berbinar dengan kilat aneh saat mengamati lekuk tubuh bunda yang terbalut pakaian yang menurutku cukup sopan namun tak mampu menyembunyikan keindahannya, terutama saat ia mengenakan celana jeans pensil yang membentuk kakinya dengan sempurna. Sorot matanya kemudian berhenti dan terpaku pada satu titik, dada Bunda. Seolah tatapannya mampu menelanjangi pakaian bunda. Kulirik Bunda, ia tampak tak menyadari atau mungkin memilih untuk mengabaikan tatapan kurang ajar pria ini. "Saya Yuli, Pak. Yang kemarin telepon untuk sewa kamar," ucap bunda dengan ramah, mengulurkan tangan. Pria itu menyambutnya dengan antusias, genggamannya terasa sedikit terlalu lama. "Oh, Neng Yuli. Panggil Mang Jajang aja, Neng. Semua anak kos di sini manggilnya begitu," katanya dengan senyum lebar, memperlihatkan barisan gigi yang tak rata. Matanya beralih padaku. "Arka, Mang," sahutku singkat, berusaha menjaga nada suaraku tetap netral. "Mari, Neng Yuli, mamang antar. Kamarnya sudah Mamang siapkan," sambung Mang Jajang.
763Please respect copyright.PENANAQyMtMI3YLl
763Please respect copyright.PENANAUQ11Q8zQ6i
763Please respect copyright.PENANAI8caR8gf5F
Belakangan aku tahu, Mang Jajang adalah seorang duda berusia empat puluh lima tahun. Ia memiliki seorang anak perempuan yang bekerja di luar negeri.
763Please respect copyright.PENANAsIPFl1ZMYa
763Please respect copyright.PENANA9LmAEpOis9
763Please respect copyright.PENANAtr2UHOgi3E
Mang jajang adalah pemilik sekaligus penjaga kos tiga lantai ini, rumahnya sendiri berada di lantai dasar, terpisah dari kamar-kamar sewa. bangunan kos dicat dengan warna oranye pastel yang ceria
763Please respect copyright.PENANA3c94hRMfh9
.
763Please respect copyright.PENANADbdEww58Ln
763Please respect copyright.PENANAmjTL3qS8kk
Kamar Bunda berada di lantai dua, nomor paling pojok. kamarnya tidak terlalu luas, namun cukup nyaman. dindingnya dicat putih bersih, dengan satu sisi dinding dilapisi wallpaper motif bunga lili. Ada sebuah ranjang ukuran single, lemari pakaian dua pintu, dan meja belajar kecil.
763Please respect copyright.PENANAK7jBM34U27
763Please respect copyright.PENANALfHhnykIT9
763Please respect copyright.PENANAfULRXAaMdF
Yang menarik, di samping kamarnya terdapat sebuah jalan setapak sempit seperti balkon yang mengarah ke serambi belakang, tempat jemuran umum berada. Di sepanjang jalan setapak itu, terdapat sebuah jendela yang langsung mengarah ke dalam kamar Bunda.
763Please respect copyright.PENANATri5erTx9g
763Please respect copyright.PENANA5o9lBisjJU
Kos ini terbilang nyaman dengan kamar mandi dalam dan fasilitas yang cukup lengkap.mang Jajang mulai menjelaskan peraturan kos dengan gaya bicaranya yang khas. "Di sini mah 'bebas', Neng, A'," katanya. "Bebas dalam artian tidak ada batasan jam keluar-masuk. Yang penting, setiap keluar masuk, gerbangnya ditutup lagi, sama motor jangan lupa dikunci ganda." Ia lalu menjelaskan peraturan standar lainnya: dapur bersama harus selalu dibersihkan setelah dipakai, semua peralatan masak harus dicuci dan dikembalikan ke tempatnya setelah digunakan untuk menghindari 'chaos' antar penghuni, katanya,lalu dilarang keras mengambil makanan atau minuman milik penghuni lain di kulkas bersama. di akhir penjelasannya, ia melirikku dan Bunda bergantian, lalu menyeringai. "Oh iya, di sini mah tidak ada larangan bawa lawan jenis ke kamar, Teh, A'. Asal tidak mengganggu penghuni yang lain, dan yang paling pasti, asal bayar sewanya tepat waktu," ujarnya disusul tawa renyah yang menurutku terdengar sumbang. Ia lalu pamit, meninggalkan kami berdua. kami lupa memberi tahu kalau kami anak dan ibu,mung itu yang menjadi landasan untuk berkata seperti itu.
763Please respect copyright.PENANALv2D8O8n2A
763Please respect copyright.PENANAeIDkgNxkMA
IBunda mungkin tidak menyadari nada sugestif dalam candaan pria itu, tapi aku merasakannya dengan jelas. Sebuah firasat buruk mulai merayap di benakku.
763Please respect copyright.PENANA2DBVRaFPqW
763Please respect copyright.PENANAogL1krBri9
Kami pun mulai mengemas barang-barang bunda, menata pakaian di lemari dan buku-buku di meja belajar.763Please respect copyright.PENANAbP66wslQfL
763Please respect copyright.PENANAhvQoOuRDJ7
setelah beres di kosan Bunda, kami beranjak ke tempatku, "Pondok Nila Ungu".
763Please respect copyright.PENANA0P17rAnSZp
763Please respect copyright.PENANAcNhFQjerBE
Awalnya aku menolak Bunda ikut. Aku kasihan melihat wajahnya yang mulai menunjukkan jejak lelah setelah perjalanan panjang dan aktivitas membongkar barang. namun, ia bersikeras ingin ikut, ingin memastikan putra satu-satunya mendapatkan tempat berlabuh yang layak.
763Please respect copyright.PENANAXtQpW3y20J
763Please respect copyright.PENANAfShy6in3Us
Kami disambut oleh pemilik kos, seorang wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai Bu Devi. kami pun berkenalan. Bu Devi adalah gambaran seorang ibu rumah tangga yang subur dan terawat. tubuhnya sintal, dengan payudara jumbo yang seolah ingin meledak dari balik blus ketatnya. Bokongnya yang montok bergoyang ritmis saat ia berjalan. wajahnya ramah, dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya yang dipoles lipstik merah ceri. Ia tidak tinggal di gedung kos ini, namun rumah pribadinya yang megah berdiri tepat di sebelahnya, hanya dipisahkan oleh sebuah taman kecil yang asri. Bu Devi juga menjelaskan peraturan-peraturan di kosnya yang kurang lebih mirip dengan peraturan di kos Bunda.
Kosanku juga cukup nyaman, dengan fasilitas yang memadai dan kamar mandi dalam. Kamarku berada di lantai tiga, kamar paling depan dekat tangga, dengan balkon kecil yang menghadap ke jalan komplek.763Please respect copyright.PENANAmQ3f5GpafN
Dindingnya berwarna biru muda, warna favoritku, dan beberapa poster manhwa yang aku bawa langsung kutempel untuk memberikan sentuhan personal.
763Please respect copyright.PENANA6UuMfqXqqf
Dari obrolan singkat kami, aku mengetahui bahwa Bu Devi berusia tiga puluh enam tahun. Ia memiliki tiga orang putri. anak pertamanya, Luna, ternyata kuliah di kampus yang sama denganku, Universitas Velatura Liria, namun di Fakultas Kedokteran dan sudah memasuki semester kedua. anaknya yang kedua masih duduk di bangku SMA kelas tiga, dan yang bungsu di kelas satu SMA. Suaminya, menurut penuturannya, adalah seorang pengusaha tambang yang sering bepergian ke luar pulau, meninggalkan ia dan ketiga putrinya di Bandung.
763Please respect copyright.PENANAcwrRDKEGO2
763Please respect copyright.PENANAORvVCRi9B3
Akhirnya, di sinilah kami sekarang. Aku dan Bunda, terdampar di Kota Kembang yang konon diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum. sebuah kota yang menjanjikan mimpi, ilmu, dan mungkin juga, sebuah drama yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya.
763Please respect copyright.PENANAL0JniXqHMt
763Please respect copyright.PENANAbNZCTBwxm8
Udara Bandung yang sejuk terasa kontras dengan kehangatan Jakarta yang kami tinggalkan, sama seperti kontrasnya kehidupan baru yang akan kami jalani. Aku menatap Bunda yang tengah tersenyum puas menatap kamarku yang sudah mulai rapi, dan sebersit tanya melintas di benakku: apakah keputusan kami untuk datang ke sini adalah sebuah langkah menuju masa depan yang lebih cerah, atau justru sebuah langkah menuju labirin takdir yang penuh dengan simfoni rasa berkabut dusta?