Aisyah baru saja melangkah masuk ke dalam pagar sekolah ketika Rania muncul tiba-tiba dari balik pintu kantor, tangan di pinggang, mata menyipit penuh kecurigaan.
547Please respect copyright.PENANA95NojRgyJy
"Aisyah... itu tadi Arjun yang nganterin kamu?" suaranya rendah, tapi tajam seperti pisau.
547Please respect copyright.PENANAlYRVf2xZjw
Aisyah tersentak, lalu cepat-cepat mengatur ekspresi.
"Iya, kebetulan dia lewat. Aku kan biasanya jalan kaki, tapi hari ini..."
547Please respect copyright.PENANAu7ZhebxAIs
"Kebetulan?" Rania memotong, matanya tak percaya. Aisyah, tapi tadi aku liat kamu pegangan erat banget sama dia."
547Please respect copyright.PENANAIdT2BM9JYJ
Aisyah merasa darahnya mendidih, tapi bukan karena marah, tapi karena ingatannya kembali ke "pentungan" yang tak sengaja ia pegang tadi.
"Dia... dia mengerem mendadak," bualnya, tiba-tiba terasa panas.
547Please respect copyright.PENANA8Pr4IlC80x
Rania mendekat, suaranya berbisik tegas: "Kamu istri orang, Ais. Jangan sampai—"
547Please respect copyright.PENANAUAEsTYQZj9
"Aku tahu!" Aisyah memotong, tapi nada suaranya lebih getir dari yang ia rencanakan.
547Please respect copyright.PENANAQskAPSx0Un
Dia menarik napas, lalu tiba-tiba melontarkan kalimat yang bahkan mengejutkan dirinya sendiri: "Tapi rumah tanggaku... sudah tidak seperti dulu, Ra. Fadhil jarang di rumah, dan kalau pulang, kita cuma diam seperti orang asing."
547Please respect copyright.PENANAHCgu4XK9kB
Rania menghela napas panjang, lalu memegang bahu Aisyah.
"Aku ngerti, tapi jangan cari pelarian yang salah. Arjun itu—"
547Please respect copyright.PENANARbxoAfjwP5
"Arjun itu apa?" Aisyah memotong lagi, matanya tiba-tiba berbinar aneh.
547Please respect copyright.PENANADedBcnfVwU
Rania menggeleng, lalu berbisik lebih kasar: "Awas, Ais. Itu lelaki India. Mereka... mereka gak bersunat, tahu?"
Itu sepotong bahasa yang terlontar seperti bom Waktu Rasa Penasaran.
Kalimat itu menggantung di udara.
Dan Aisyah...
Aisyah merasakan sesuatu yang seharusnya tidak ia rasakan.
Rasa penasaran.
Tidak bersunat?
Seperti apa itu?
Seperti... yang tadi?
547Please respect copyright.PENANAHtrXDJYsrV
*Ais, jangan sampai kamu—"
547Please respect copyright.PENANAwGOrOlWHS7
"Aku baik-baik saja, kok," Aisyah menyela dengan senyum kecil yang terlalu manis, tangan menepuk pundak Rania seolah semua ini hanya lelucon.
547Please respect copyright.PENANA1EwgOO5P4M
Tapi dalam hati Aisyah, pertanyaannya sudah meledak seperti kembang api haram:
Kalau yang tadi sudah keras begitu... bagaimana kalau...?
547Please respect copyright.PENANAz3KMTCY4tz
Di Pikiran Rania:
Rania mengamati senyum sahabatnya itu, dan jantungnya berdebar tidak karuan.
Ini sudah mulai berbahaya.
"Aisyah, aku serius—"
547Please respect copyright.PENANAxcYyLICH6t
"Aku juga serius, Ra. Tenang aja," Aisyah tertawa pendek, lalu berbalik dan berjalan ke kelas, pinggulnya berayun sedikit lebih dari biasanya.
547Please respect copyright.PENANAYsyPXry4DK
Rania hanya bisa menatapnya pergi.
Dia tahu.
Dia TAHU persis apa yang sedang terjadi di kepala Aisyah.
Dan yang paling mengerikan?
547Please respect copyright.PENANAaqYKAbXi6F
Aisyah bahkan tidak mencoba menyangkalnya lagi.
547Please respect copyright.PENANAACP9csWnSP
- "Tidak bersunat" adalah kalimat yang sengaja Rania lontarkan sebagai shock therapy tapi malah jadi bensin untuk fantasi Aisyah.
- Aisyah sudah mulai berbohong ke sahabatnya sendiri, tanda dia tenggelam.
- Pinggul yang berayun adalah simbol kecil "perubahan" sikap Aisyah.
547Please respect copyright.PENANAenIiX9up0O
Rania (setelah Aisyah pergi): "Dasar istri kurang diperhatiin... nanti nyesel sendiri."
547Please respect copyright.PENANAjEBSHDimWS
-Aisyah mengajar tapi materi ngawur, karena pikirannya masih di "pentungan" tadi.
547Please respect copyright.PENANAVmQOM8lkMd
Singkatnya hari itu dan sorepun tiba.
Udara sore yang hangat mengelilingi Aisyah dan Rania saat mereka berjalan pulang dari sekolah.
Suasana awalnya hening, sampai Aisyah tiba-tiba memecah kebisuan dengan pertanyaan yang membuat Rania nyaris tersedak ludah.
547Please respect copyright.PENANAHdYHI0xq3F
“Ra… gimana sih kamu bisa tau kalau lelaki India gak bersunat?”
547Please respect copyright.PENANAvck586C2MJ
Rania langsung tersandung di jalanan yang rata, matanya melotot sebentar sebelum berusaha tenang.
547Please respect copyright.PENANAeGlf7DhqD9
“A-ah, itu… dari internet! Baca-baca gitu…” jawabnya cepat, sambil memainkan tali tas seperti orang gugup.
547Please respect copyright.PENANAPeHuwtyFC9
Aisyah mengangkat alisnya, senyum kecil mengembang di bibirnya. “Film gitu ya? Kamu nonton film itu?”
547Please respect copyright.PENANAfs0lh2x9uN
“Nggak lah! Cuma… baca forum kesehatan gitu!” Rania memprotes, tapi suaranya naik, tanda jelas dia berbohong.
547Please respect copyright.PENANA8OWwH7adfo
#Plot Twist: Masa Lalu Rahasia Rania
Dalam diam, pikiran Rania melesat ke masa lalu—
- Bayangan hotel mewah, di mana ia pernah berdansa terlalu dekat dengan turis Australia yang kemudian membawanya ke kamar.
- Ingatan tentang pengusaha Jerman yang mengajarinya hal-hal yang tidak pernah dia ceritakan ke siapa pun.
- Dan yang paling liar malam di Bangkok, di mana tiga pasang tangan asing mengeksplorasinya sekaligus.
547Please respect copyright.PENANAUAY0zztf6Y
Semua lelaki yang didekati Rania itu tidak bersunat.
Dan Rania?
Dia tahu persis bagaimana rasanya.
547Please respect copyright.PENANAjFTgmi19nM
“Ais, ini bukan topik yang penting—”
547Please respect copyright.PENANAsJ7g0IuE1j
“Kamu bohong,” Aisyah menatapnya tajam, tiba-tiba seperti bisa membaca pikiran sahabatnya.
Kamu tahu dari pengalaman, ya?”
547Please respect copyright.PENANA7Vfrn56RO5
Rania terdiam, pipinya memerah.
Pengakuan Tanpa Kata
Tak perlu jawaban.
Diamnya Rania sudah lebih keras dari teriakan desahan.
547Please respect copyright.PENANAEYQKriFZTQ
Aisyah tersenyum licik, seperti baru saja menemukan senjata rahasia.
“Jadi… gimana bedanya?”
547Please respect copyright.PENANAyo8hIWj2oh
Rania menghela napas panjang, lalu menyeringai.
“Kalo mau tau… cobain sendiri aja.” candanya.
Dan mereka berdua tertawa
547Please respect copyright.PENANA5bDo0f1hNa
Kalimat itu tergantung seperti tantangan.
547Please respect copyright.PENANAKdW5lRPLNZ
Dan Aisyah—
Aisyah tiba-tiba membayangkan Arjun lagi.
547Please respect copyright.PENANAdhv4MFph6o
---
-Rania sebenarnya lebih "berpengalaman" daripada Aisyah, tapi selama ini pura-pura alim.
-Aisyah menggunakan celah ini untuk melegitimasi fantasinya tentang Arjun ("Kalau Rania bisa… kenapa aku tidak?"). Celetuknya didalam hati.
Dialog terakhir Rania adalah racun yang tak disengaja, dia tahu Aisyah sedang di ujung tanduk, dan *mungkin* sengaja mendorongnya.
547Please respect copyright.PENANAFYMBfsZU7R
547Please respect copyright.PENANAwYJDSbAjqz
Rania (berbisik): “Tapi hati-hati… yang gak bersunat itu lebih gampang *nempel* di kepala.”
547Please respect copyright.PENANARreNiGexuC
Begitu sampai di kosan mereka.
Aisyah langsung mengetik artikel tentang "perbedaan sunat & tidak" di ponselnya.
547Please respect copyright.PENANAOCqp7HrSql
Lampu kamar redup, hanya diterangi oleh layar ponsel Aisyah yang masih terbuka di artikel "Perbedaan Anatomi Pria Bersunat vs. Tidak". Dan ia tau orang menyebut nya Berkulup.
Matanya menyapu setiap detail, tekstur, sensitivitas, bahkan cara merawatnya kulup.
547Please respect copyright.PENANAA8rcTLqTQC
Dia tidak menyadari tangannya yang mulai berkeringat.
Tidak menyadari napasnya yang semakin berat.
Tidak menyadari betapa gerahnya tubuhnya sampai tanpa berpikir—
547Please respect copyright.PENANA3FGUtI7dIV
Iantd masih berpakai lengkap ketika masuk ke kamarnya, rebahan, dan langsung stalking.
547Please respect copyright.PENANA48xv6HjUAW
Bajunya ia buka.
Jilbab terlepas.
Kini hanya ada celana dalam katun dan bra putih biru yang menempel di kulitnya yang mulai memanas.
547Please respect copyright.PENANAd8nDmJm1bi
"Apa yang kulakukan?"
547Please respect copyright.PENANABlefqX07gk
Tapi jari-jarinya masih scroll terus, membaca komentar-komentar wanita yang menggambarkan pengalaman mereka.
547Please respect copyright.PENANAClBs0Mmevd
"Lebih kasar..."
"Lebih panas..."
"Seperti—"
547Please respect copyright.PENANAsIE3BMDp6b
**Briiing!**
547Please respect copyright.PENANAI4zfkdedxB
**Notifikasi WhatsApp masuk.**
547Please respect copyright.PENANACy07FkNSkK
[Arjun]. "Miss Aisyah, ini nomor aku. Simpan ya? 😊".
Jantung Aisyah berdebar kencang.
Dia tadi memberikannya nomornya pas berboncengan dengan Arjun.
547Please respect copyright.PENANAfdgPpSHBXy
Percakapan yang Semakin Dalam
[Aisyah]. "Oh, ini Arjun ya? Iya, terima kasih sudah mengantarku tadi pagi."
(Basa-basi yang sangat kaku)
547Please respect copyright.PENANAASwmCq5qxT
[Arjun]. "Sama-sama. Suamimu pulang belum?"
Pertanyaan itu seperti tamparan.
547Please respect copyright.PENANA8xsFlk8jSl
[Aisyah. "Belum. Masih dinas."
547Please respect copyright.PENANAQAiG53JCU2
[Arjun]. "Kesepian ya?"*
547Please respect copyright.PENANAsghyHgiYxw
Aisyah menggigit bibir.
Tangannya mengetik, menghapus, mengetik lagi.
547Please respect copyright.PENANAYfsKvReE9P
[Aisyah]. "Biasalah. Btw, kamu kan dari India… aku baca kalau di sana jarang yang sunat ya?"
547Please respect copyright.PENANAPwtPjF7TVj
Dia menekan 'kirim' sebelum sempat berpikir.
Kemudian ia menyesali pertanyaannya yang terlalu to the point.
547Please respect copyright.PENANAHZy9w3e328
[Arjun]. "😏 Tanya langsung gitu? Berani ya, Miss."
547Please respect copyright.PENANAkfhVvHveSG
[Aisyah]. "Aku cuma penasaran aja! Kan beda budaya…"
547Please respect copyright.PENANAjcbkBDg7Gl
[Arjun]. "Kalau penasaran… kenapa tidak lihat sendiri?"
547Please respect copyright.PENANAf1XeJBil81
Layar ponsel seakan terbakar di genggamannya.
Aisyah merasakan celana dalamnya semakin lembab, tapi dia tidak bisa berhenti.
547Please respect copyright.PENANAMDabTMpsef
[Aisyah]. "Gila! Aku bukan tipe perempuan begitu!"
547Please respect copyright.PENANAiySTIEcZD7
[Arjun]. "Tapi kamu belum jawab… mau lihat nggak? 😉"
547Please respect copyright.PENANAxgNk22ASur
Suasana menjadi diam.
Diam yang membuat seluruh tubuhnya gemetar.
547Please respect copyright.PENANAyLwCfKpnWb
[Aisyah]. "…Aku tidur dulu."*
547Please respect copyright.PENANAXBGPMbkw6l
Tapi sebelum Arjun membalas jari-jarinya sudah membuka galeri, mencari foto pernikahannya dengan Fadhil dan membandingkan bayangan di celana suaminya dengan "pentungan" yang tidak sengaja dia pegang pagi tadi.
-Aisyah sengaja memulai topik sensitive, tanda dia sudah tidak bisa menahan rasa penasaran.
-Arjun langsung menangkap sinyal.dan bermain api.
-Foto pernikahan sebagai simbol konflik batin, dia mencoba mengingat suami, tapi malah membandingkannya dengan Arjun.
547Please respect copyright.PENANAQLW0ITFqqD
- Aisyah mimpi basah pertama kali sejak menikah, dan yang muncul di mimpinya bukan Fadhil.
-Rania mengintip percakapan Aisyah & Arjun** saat pinjem hp-nya buat nelpon.
547Please respect copyright.PENANAozljWQsxfq
Ketika rasa penasaran sudah melebihi rasa bersalah, kau bukan lagi berdiri di tepi jurang, kau sudah melayang di tengahnya.
Pagi esoknya
Rania berdiri di depan pagar kost, tangan di pinggang, mata menyipit tajam, saat melihat Arjun sudah parkir di depan dengan motor yang sama seperti kemarin.
547Please respect copyright.PENANA4Snr7TVBSW
"Dia lagi?" batin Rania, bibirnya mengerut masam.
547Please respect copyright.PENANAHjXEvMJCAf
Tiba-tiba, Aisyah keluar dari pintu kost, matanya langsung terbelalak melihat Arjun sudah menunggu.
547Please respect copyright.PENANADIeNq5Pl2g
"Aku tidak bilang mau dijemput…" gumam Aisyah, tapi langkahnya sudah bergerak mendekat.
547Please respect copyright.PENANABRsJLAv3em
Rania langsung menahan lengannya. "Aisyah, kamu serius?"
547Please respect copyright.PENANARU5Levl6CL
Aisyah tersenyum kecil tapi matanya menghindar.
"Ini cuma tumpangan, Ra. Sekalian ngobrol soal tenang keluarganya."
547Please respect copyright.PENANA01jNb5lvZs
Alasan yang terlalu aneh.
547Please respect copyright.PENANAmajLiaJnoj
Rania menghela napas, lalu melepaskan pegangan.
"Hati-hati, Ais. Jangan sampai… kamu terjebak di jalan yang salah."
547Please respect copyright.PENANAezh7LnCHuo
Tapi Aisyah sudah melangkah pergi, naik ke motor Arjun dengan gerakan yang terlalu lancar untuk seseorang yang "hanya numpang".
547Please respect copyright.PENANAPiIDm6kNzF
Begitu motor melaju, Aisyah langsung merasakan panas tubuh Arjun.
Payudaranya yang besar dan lembut tertekan kuat ke punggungnya setiap kali motor berguncang.
547Please respect copyright.PENANADetq0FutYh
"Pegang erat, Miss. Jalannya jelek ini," bisik Arjun, suaranya seperti deru rendah yang menggelitik telinganya.
547Please respect copyright.PENANASpXFx9zeO5
Aisyah mengangguk, tangan "berpegangan" di paha Arjun tapi sengaja tidak menghindar ketika jarinya "tidak sengaja" menyentuh tonjolan keras di celananya.
547Please respect copyright.PENANAhdfGbRk1Y1
Kali ini, dia tidak menarik tangan.
Bahkan…
547Please respect copyright.PENANA0M6yDIZL2K
Saat motor menghantam lubang.
Aisyah meremasnya seolah hanya berusaha menjaga keseimbangan.
547Please respect copyright.PENANAwD8C8cl2um
"Aah—!"Arjun tersedak genggamannya pada stang motor mengencang.
547Please respect copyright.PENANA88o8VmYzwy
Aisyah merasa dirinya tersenyum licik.
Dia tahu apa yang dilakukannya salah, tapi nafsu sudah mengalahkan rasa bersalah.
547Please respect copyright.PENANAwFM8zndMxM
Payudaranya menekan lebih kuat.
Tangannya masih di sana.
Dan jalan rusak itu tiba-tiba terasa seperti arena permainan mereka.
547Please respect copyright.PENANAWxzxC0LP3k
Sampai di Sekolah: Antara Penyesalan & Keinginan untuk Lebih.
547Please respect copyright.PENANAaXw0ycyLMj
"Kita sampai," Arjun berbisik, suaranya lebih berat dari biasanya.
547Please respect copyright.PENANAzk9if2nUd5
Aisyah pelan-pelan turun, wajahnya merah tapi matanya berbinar.
"T-terima kasih…"**
547Please respect copyright.PENANAWFqAYUTd6n
Arjun menatapnya dalam-dalam, senyum kecil mengembang.
"Besok… atau kapan kapan- kapan jalan yuk?. Masih mau aku antar?"
547Please respect copyright.PENANAaeQWGjRjUo
Aisyah hanya mengangguk, terlalu malu untuk bicara, tapi juga terlalu tergoda untuk menolak.
547Please respect copyright.PENANACgjTKhesUP
Dan saat dia berjalan masuk ke sekolah, dia bisa merasakan pandangan Arjun yang melototi punggungnya seperti sentuhan terakhir yang menjanjikan lebih.
547Please respect copyright.PENANAvCxbnONqCr
"Ketika kau mulai menikmati, itu bukan lagi godaan itu sudah menjadi pilihan."
ns216.73.216.34da2