Kazuo terus memandangi dirinya sendiri di cermin, tubuhnya yang tampak semakin asing. Bayangannya, meskipun tampak serupa, terasa begitu jauh dari dirinya yang dulu. Garis wajahnya lebih tajam, matanya semakin bercahaya, dan ekspresinya kosong—seolah ia telah menjadi sesuatu yang tidak lagi manusiawi. Suara wanita bermata ungu yang terus bergema di kepalanya semakin kuat, semakin mendalam, menuntunnya ke dalam kegelapan yang semakin pekat.
352Please respect copyright.PENANAgW1lCZnjeJ
“Aku sudah menjadi yang lebih besar dari kalian,” bisiknya pada dirinya sendiri. Suaranya lebih dalam, seolah menggema di ruang kosong.
352Please respect copyright.PENANArpg5AkFl81
Keiji dan Rei memperhatikan dengan khawatir dari balik kaca. Keiji memegang bahu Rei, mencoba menenangkan temannya yang terlihat semakin terkejut. "Kita harus segera mencari cara untuk mengendalikan ini, Rei. Kazuo sudah terlalu jauh."
352Please respect copyright.PENANAHwztQaSkNe
Rei menundukkan kepalanya, berusaha mengendalikan kecemasannya. “Aku tahu. Tapi aku takut… kalau ini adalah awal dari sesuatu yang tak bisa kita hentikan.”
352Please respect copyright.PENANAwGh4ZvYrQd
Kazuo akhirnya berbalik, matanya yang kini berpendar dengan cahaya biru kehijauan menatap mereka dengan penuh keheningan. Tanpa kata, ia mengangkat tangannya, menggenggam udara di depan wajahnya. Seolah-olah ia sedang mengendalikan sesuatu yang tak tampak oleh mata mereka.
352Please respect copyright.PENANAgXzzhkyes9
“Aku bukan yang kalian kenal,” ucap Kazuo dengan suara yang dalam dan menggetarkan. “Aku adalah sesuatu yang lebih besar dari sekadar eksperimen. Sesuatu yang lebih... kuat.”
352Please respect copyright.PENANAiwKi7rFVh7
Rei berusaha mendekat, namun Keiji menahannya. “Rei, berhati-hatilah. Ini bukan Kazuo yang kita kenal lagi.”
352Please respect copyright.PENANAT7sEkQ9obp
Kazuo mendekat, langkahnya terhitung lambat, namun penuh dengan keyakinan. Setiap gerakannya terasa seperti tarian yang dipimpin oleh kekuatan yang tak terduga. Matanya menyala dengan kegilaan yang semakin kuat.
352Please respect copyright.PENANAlEAe7LJK7a
“Aku telah melihat masa depan,” lanjutnya dengan suara yang hampir seperti bisikan. “Kita semua hanya bagian dari takdir yang lebih besar. Kalian pikir kalian bisa mengendalikan apa yang telah terjadi, tapi yang sebenarnya mengendalikan adalah aku.”
352Please respect copyright.PENANAwgaTOE4fJO
Di luar laboratorium, dunia di luar semakin tidak terkendali. Proyek KAI yang semula diharapkan menjadi harapan umat manusia kini justru membuka jalan menuju kehancuran. Pemerintah bayangan semakin cemas, sementara mutan-mutan tipe-M Plus semakin menguasai wilayah-wilayah besar. Perjuangan antara manusia dan makhluk mutan semakin brutal.
352Please respect copyright.PENANAhSq0GuwDY9
Keiji menatap Kazuo dengan tatapan penuh kecemasan. “Apa yang akan kita lakukan, Kazuo? Kau tak bisa terus seperti ini. Jika kau terus berkembang seperti ini, kita semua akan menjadi bagian dari kiamat yang kau ciptakan.”
352Please respect copyright.PENANAAxLrXQ5Dyu
Kazuo tersenyum samar. "Kiamat? Tidak, Keiji. Ini bukan kiamat. Ini adalah awal dari sesuatu yang baru."
352Please respect copyright.PENANA0AoruBJ43N
Di dalam dirinya, Kazuo merasakan sebuah dorongan yang semakin kuat. Wanita bermata ungu yang selalu ia lihat dalam mimpi-mimpinya kini menjadi bagian dari kenyataan. Dia bukan lagi sekadar ilusi—dia ada, mengelilingi Kazuo, mendekat, memanggilnya. Suaranya semakin jelas, semakin mendalam.
352Please respect copyright.PENANApv7MIPOJTT
“Kazuo… Kau tak bisa melawan takdirmu… Bergabunglah denganku…” bisik suara itu.
352Please respect copyright.PENANAgxFykpHMiT
Kazuo mengangkat kepalanya, tatapannya jauh, mengarah ke langit-langit laboratorium yang gelap. Dalam dirinya, ia merasakan gelombang energi yang mengalir semakin kuat, semakin menguasai tubuh dan pikirannya.
352Please respect copyright.PENANAwcV807y3ar
“Aku sudah melampaui kalian semua,” kata Kazuo pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri, pada kekuatan yang ada di dalam dirinya. “Dan sekarang, aku akan menunjukkan kepada dunia betapa kecilnya mereka dibandingkan dengan apa yang telah kuberikan.”
352Please respect copyright.PENANAOoHoHbgCs4
Di luar, dunia semakin suram. Dan di dalam tubuh Kazuo, kekuatan yang mengalir begitu cepat mulai mempengaruhi segala hal yang ada di sekitarnya. Tak ada yang bisa menghentikannya lagi. Proses yang sudah dimulai, tak akan bisa dihentikan lagi.
352Please respect copyright.PENANA1WRKl8cG83
Tubuhku bukan lagi milikku.
Aku merasakannya sejak malam itu—ketika panas yang aneh menyelimuti dada, menyusup ke tengkuk, lalu turun, perlahan… hingga ke dasar diriku yang paling pribadi. Seperti ada makhluk lain yang bangkit di dalam sana, mencakar dinding-dinding kesadaran, menuntut untuk dibebaskan.
352Please respect copyright.PENANAAtxpoCTtd2
Aku mencoba menahan diri. Tapi setiap kali Rei menyentuhku—meski hanya selembar kapas di kulit—ada sensasi listrik yang menyambar dari ujung saraf. Gurat lehernya, lengkungan bibirnya yang sesekali menggigit masker bedah… aku benci diriku karena memperhatikannya.
352Please respect copyright.PENANARgQcHt8Tdo
Tapi aku juga… menginginkannya.
---
352Please respect copyright.PENANA9c72TV0BDQ
Rei tahu seharusnya ia menjaga jarak. Tapi semakin tubuh Kazuo berubah, semakin sulit baginya untuk berpaling. Bukan hanya soal ketampanan mutasi biologis. Bukan. Ini tentang daya tarik bawah sadar—feromon, mungkin—yang membuat pikirannya kabur dan denyut nadinya meninggi setiap kali berada di dekatnya.
352Please respect copyright.PENANACZ3xau1HAh
Saat ia mengganti perban di dada Kazuo, ujung jarinya tak sengaja menyentuh kulit pria itu. Hangat. Padat. Seolah ada bara di bawah kulitnya. Rei bisa bersumpah, detik itu juga, puting Kazuo menegang di bawah kain kasa yang tipis.
352Please respect copyright.PENANAiOtZBLY9Jl
Dan bodohnya… ia juga ikut menegang.
352Please respect copyright.PENANA7d9NYXDIJ3
Ia menarik napas cepat, mundur satu langkah, tapi Kazuo menatapnya. Tatapan itu seperti pisau yang menusuk, lalu membelai dari dalam.
352Please respect copyright.PENANAgvNcmP08Z0
"Ada yang salah?" tanya Kazuo, suaranya serak, nyaris menggeram.
352Please respect copyright.PENANAacyYFTIIL9
“Tidak…” Rei menjawab, meski pikirannya menjerit: Ya. Segalanya salah. Aku tak seharusnya membayangkan bagaimana rasanya menciummu saat tubuhmu berkeringat seperti tadi.
---
352Please respect copyright.PENANA7K7duFWD6x
Malam hari, tubuhku memberontak lagi. Aku menggeliat di tempat tidur besi ini, terikat oleh protokol medis tapi tak bisa menahan gelombang kehangatan yang menjalar dari dalam. Jemariku mencengkeram kasur, otot-ototku tegang.
Aku mendengar desahanku sendiri—panjang, tertahan. Dan dalam mimpiku, dia datang lagi.
352Please respect copyright.PENANAkI8HnsahaO
Wanita itu.
352Please respect copyright.PENANArIT0yiHcTP
Tangan dinginnya menyentuh dadaku, lalu turun… lebih rendah. Ia tak berbicara banyak malam ini. Hanya tersenyum, dan mengulum ujung jarinya sambil menatapku seolah tubuhku adalah miliknya. Sentuhannya tidak terasa nyata, tapi reaksiku sungguh nyata. Kain selimut melilit pinggangku, menekan keras ke bagian tubuh yang kini sepenuhnya terbangun.
352Please respect copyright.PENANAlC5um2ETih
Dan aku tidak menolaknya.
Aku ingin ia melanjutkan.
352Please respect copyright.PENANADyU3ULcLEq
Aku ingin tahu sampai sejauh mana tubuh ini bisa merasakan…
Aku ingin tahu seperti apa rasanya kehilangan kendali sepenuhnya.
---
352Please respect copyright.PENANAEGJCdmJD7a
Rei bangkit dari kursi ruang kontrol. Rekaman malam Kazuo menyala di layar. Ia menyaksikan tubuh Kazuo yang menggeliat, meringkuk, lalu menegang seperti dilanda gelombang panas. Ada sesuatu yang erotis dalam gerakan itu—bukan karena eksplisit, tapi karena nyata.
352Please respect copyright.PENANA0T5hRwwyXe
Bahkan tanpa menyentuh dirinya sendiri, tubuh Rei bereaksi.
352Please respect copyright.PENANAqbAQ1qfP0e
Ia menunduk, menutup mata, membayangkan bagaimana jika ia yang ada di dalam sel itu. Jika ia yang disentuh Kazuo saat tubuh itu berada di puncak transfigurasi. Jika ia bisa merasakan hasrat murni—liar, tidak manusiawi—yang kini menyusup dalam daging dan darah pria itu.
352Please respect copyright.PENANAUfNy5vNDX2
Dan saat ia menyadari dirinya menahan napas terlalu lama, satu kalimat terlintas di benaknya:
352Please respect copyright.PENANAT4cMsDLTqR
Ini bukan eksperimen lagi. Ini obsesi.
---
352Please respect copyright.PENANACoZYEkXacf
Aku terbangun, seluruh tubuhku berkeringat. Tapi tubuh ini… terasa begitu ringan. Seolah telah melampiaskan sesuatu. Namun, aku juga tahu, ini baru awal.
352Please respect copyright.PENANAusZcJ04Aqd
Karena dalam mimpi terakhirku, wanita itu bukan hanya menyentuhku. Dia… masuk ke dalam diriku. Menjadi satu. Dan aku tidak bisa lagi membedakan apakah gairah ini berasal dari tubuhku—atau dari entitas yang hidup bersamaku kini.
352Please respect copyright.PENANAWyQz2l8BWv
Tapi yang pasti…
352Please respect copyright.PENANACd395ljFRf
Aku ingin merasakannya lagi.
352Please respect copyright.PENANAq7EGDOGH8R
Dan aku tahu, Rei-lah pintu menuju itu semua.
ns216.73.216.82da2