Kazuo mengangkat tangannya, seolah meraih sesuatu yang tak tampak di udara. Matanya yang biru kini menyala, memancarkan cahaya yang aneh, lebih kuat dari sebelumnya. Setiap detik yang berlalu semakin terasa penuh dengan ketegangan yang mencekam, seolah seluruh dunia sedang mempersiapkan sesuatu yang sangat besar dan tak terhindarkan. Wanita bermata ungu itu ada di sana, tepat di depannya, namun Kazuo merasa seolah-olah mereka telah berpadu menjadi satu. Tidak ada lagi batas antara dirinya dan entitas itu.
293Please respect copyright.PENANABcxCyeP0AO
“Kazuo,” wanita itu berkata dengan suara lembut namun penuh kekuatan, “selamat datang di dunia yang baru. Dunia yang akan kau ciptakan.”
293Please respect copyright.PENANAxl1JTvknEV
Senyuman tipis menghiasi wajahnya, tetapi Kazuo merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar senyuman. Ada kehangatan yang mengalir dari tubuh wanita itu, yang seolah merasuk ke dalam dirinya, mengubahnya dari dalam. Kekuatan itu semakin jelas, semakin terasa.
293Please respect copyright.PENANAJf0nJJBlur
“Dunia yang baru?” Kazuo berbisik, tubuhnya terasa seperti terombang-ambing antara kenyataan dan mimpi. “Apa yang sedang terjadi padaku? Apa yang harus aku lakukan?”
293Please respect copyright.PENANAbPBPGQ8N7H
Wanita itu mendekat, memperhatikan Kazuo dengan tatapan yang penuh arti. “Kau sudah melangkah jauh, Kazuo. Apa yang terjadi padamu adalah takdir. Tak ada jalan kembali. Kini, kau adalah bagian dari kami, dan kami adalah bagian dari dirimu.”
293Please respect copyright.PENANAPMB8j7WWsQ
Kazuo menutup matanya, mencoba untuk memahami apa yang sedang terjadi, tetapi suara wanita itu kembali terdengar, semakin kuat. “Kau tidak perlu mengerti segalanya sekarang. Yang perlu kau lakukan adalah mengikuti jalan ini. Kami telah menunggumu, Kazuo.”
293Please respect copyright.PENANANnikTkwHib
Di belakangnya, Rei dan Keiji berdiri diam, tidak bisa bergerak. Mereka terperangkap dalam keheningan yang aneh, memandangi perubahan yang terjadi pada Kazuo dengan perasaan yang campur aduk—takut, bingung, dan cemas. Mereka tahu mereka telah melangkah terlalu jauh. Eksperimen ini tidak lagi hanya tentang penelitian ilmiah. Ini lebih dari itu. Ini tentang sesuatu yang lebih besar, lebih gelap, dan lebih tak terkendali.
293Please respect copyright.PENANAhlJkv9nJtZ
Keiji mencoba berbicara, suaranya penuh kegelisahan. “Kazuo, berhenti! Ini bukan dirimu! Kamu masih bisa kembali, masih bisa menghentikan semuanya!”
293Please respect copyright.PENANAeJwmmWWg2c
Kazuo hanya tersenyum, tetapi senyuman itu bukanlah senyuman yang dikenalnya. Itu bukan senyuman manusia. “Aku sudah tidak bisa kembali, Keiji. Apa yang kalian coba lakukan, telah membawaku ke sini. Aku bukan lagi Kazuo yang dulu. Aku adalah sesuatu yang lebih.”
293Please respect copyright.PENANAE8hNHRov8M
Rei mundur sedikit, gemetaran, perasaan takut semakin kuat menguasai dirinya. “Kita... kita harus menghentikannya, Keiji! Kita harus mencari cara untuk mengubah semuanya.”
293Please respect copyright.PENANAYkIH86dytQ
Namun, Keiji tetap diam, matanya tidak bisa lepas dari Kazuo yang kini seolah terhubung dengan dunia lain—dunia yang lebih gelap, lebih berbahaya. Apa yang telah mereka ciptakan? Apa yang telah mereka lepaskan?
293Please respect copyright.PENANAEmDkwDP71b
Wanita itu, dengan matanya yang ungu dan senyuman yang penuh misteri, melangkah mundur dan menghilang ke dalam kegelapan yang semakin pekat. Kazuo merasa dirinya semakin lepas dari dunia yang dikenal. Tubuhnya bergerak lebih cepat, langkahnya semakin mantap, seolah dunia yang ada di sekelilingnya tak lagi berpengaruh. Dia hanya mendengar suara bisikan wanita itu, semakin keras, semakin mendalam. “Ikuti aku, Kazuo. Bersama kami, kamu akan menemukan kekuatan yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya.”
293Please respect copyright.PENANACtXRHZd6Ga
Kazuo mengangkat kepalanya, menatap langit malam yang tak tampak, seolah terhubung dengan sesuatu yang lebih besar. Dia bisa merasakan kekuatan itu, kekuatan yang lebih besar daripada dirinya, yang mengalir melalui tubuhnya. Tubuhnya terasa hangat, seperti api yang membakar dari dalam, dorongan untuk bergerak maju semakin tak terbendung.
293Please respect copyright.PENANAaopb5iE50L
Di belakangnya, Rei dan Keiji terdiam, menatap Kazuo dengan cemas. Mereka tahu bahwa mereka tak bisa menghentikan apa yang sudah dimulai. Kazuo sudah berubah, dan perubahan itu tidak bisa dihentikan.
293Please respect copyright.PENANASpE8wZqybU
“Keiji...” Rei memanggil dengan suara pelan, hampir tidak terdengar. “Kita harus mencari cara untuk memperbaiki semuanya. Jika tidak, dunia ini...” Dia tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Hanya ada keheningan yang menekan, penuh ketakutan.
293Please respect copyright.PENANARDHk3Qauym
Keiji menatap Kazuo, wajahnya penuh dengan keraguan. “Tidak ada yang bisa kita lakukan lagi, Rei. Kita telah melewati titik yang tak bisa diputarbalikkan. Kazuo... dia bukan lagi manusia biasa. Dia adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tak bisa kita kendalikan.”
293Please respect copyright.PENANAZCmJi9IGCZ
Kazuo menoleh sebentar, menatap mereka dengan mata yang kosong, namun ada kilatan yang tak bisa dijelaskan di dalamnya. “Kalian tidak mengerti. Aku bukan lagi bagian dari eksperimen ini. Aku adalah bagian dari perubahan itu. Dan kalian... kalian tidak bisa menghentikan itu.”
293Please respect copyright.PENANAR3uonYLSxV
Dengan langkah mantap, Kazuo melangkah maju, semakin jauh ke dalam kegelapan. Langit malam semakin gelap, semakin menakutkan, seolah dunia ini siap mengungkapkan sesuatu yang tak terelakkan.
293Please respect copyright.PENANA6deNVhVb2m
Rei dan Keiji berdiri di sana, terperangkap dalam kegelapan yang semakin pekat. Mereka tahu, perjalanan mereka belum berakhir. Justru ini baru awal dari sesuatu yang jauh lebih besar, yang akan mengubah segala sesuatu yang mereka kenal.
293Please respect copyright.PENANAIWBNYAcD5s
Namun, saat mereka menatap Kazuo yang semakin menghilang, mereka tak bisa menahan perasaan bahwa tak ada jalan keluar lagi.
293Please respect copyright.PENANA8WkCE3KncO
Kazuo telah melampaui batas. Dan dunia, mereka tahu, akan segera mengikuti jejaknya.
Bab 8: Batas yang Runtuh - Bagian 1
Sentuhan Kazuo di pergelangan tangannya terasa seperti aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh Maya. Kehangatan tubuh pria itu, bercampur dengan aroma maskulin yang samar, membuatnya kehilangan pijakan pada realitas yang selama ini ia kenal. Kata-kata Kazuo terngiang di telinganya, "Kau tidak bisa lari, Maya. Ini sudah lebih dari sekadar eksperimen. Ini adalah bagian dari perubahan yang tak terelakkan."
Di samping mereka, Hana telah sepenuhnya berada dalam dekapan Kazuo. Maya bisa melihat ekspresi wajah Hana yang awalnya tegang kini mulai melunak, matanya yang biasanya tajam meredup oleh sesuatu yang asing dan membingungkan. Ada kerinduan yang terpancar dari sana, sebuah keinginan yang seolah-olah selama ini terpendam dan kini menemukan jalannya untuk keluar.
"Ikuti saja perasaanmu, Maya," bisik Kazuo lagi, kali ini suaranya lebih dalam dan bergetar, seolah resonansi dari energi yang memenuhi ruangan. "Tak ada yang salah dengan itu."
Mata Maya beralih dari Kazuo ke Hana, lalu kembali lagi. Ada dorongan kuat dalam dirinya, sebuah rasa ingin tahu yang tak tertahankan tentang apa yang sedang terjadi pada kedua orang di depannya. Rasa cemas dan takut masih bergelayutan, tetapi di atasnya mulai tumbuh benih keberanian yang aneh, didorong oleh daya tarik yang misterius dari perubahan yang dirasakan Kazuo.
Perlahan, dengan tangan yang masih gemetar, Maya mengangkat tangannya dan menyentuh lengan Hana yang melingkari pinggang Kazuo. Sentuhan itu terasa hangat dan sedikit berkeringat, sama seperti yang ia rasakan pada Kazuo. Ada koneksi aneh yang menjalar melalui sentuhan itu, seolah energi yang sama mengalir di antara mereka bertiga.
Kazuo merasakan sentuhan Maya dan melepaskan satu tangannya dari Hana untuk meraih tangan Maya yang lain. Kini, Maya berdiri di antara Kazuo dan Hana, terhubung oleh sentuhan yang terasa begitu intim dan melanggar batas. Suasana di ruang riset itu semakin pekat, dipenuhi oleh getaran yang semakin kuat, seolah udara pun ikut berdenyut.
Keiji, yang tadinya berniat pergi, kini terhenti di ambang pintu. Rasa ingin tahu dan dorongan yang tak dapat dijelaskan menariknya kembali ke tengah ruangan. Ia melihat pemandangan di depannya dengan tatapan bingung dan tegang. Ada sesuatu yang memancar dari Kazuo, sebuah daya tarik yang kuat dan berbahaya, dan ia melihat bagaimana Maya dan Hana perlahan tersedot ke dalamnya.
Tanpa sadar, Keiji melangkah mendekat. Matanya tertuju pada Maya, ada rasa protektif yang kuat dalam dirinya, namun di saat yang sama, ia merasakan tarikan aneh untuk ikut merasakan energi yang menguar dari Kazuo. Ia merasa seperti menyaksikan sesuatu yang terlarang namun begitu memikat hingga ia tak mampu berpaling.
"Kau juga merasakannya, bukan, Keiji?" tanya Kazuo tanpa menoleh, seolah ia bisa merasakan kehadiran dan gejolak batin pria itu.
Keiji terdiam, tenggorokannya tercekat. Ia tidak tahu apa yang ia rasakan, hanya ada kebingungan yang bercampur dengan rasa penasaran yang membakar. Ia tidak bisa memahami perubahan yang terjadi pada Kazuo, tetapi ia tahu bahwa ini bukan lagi sekadar penelitian biasa.
Maya merasakan tatapan Keiji padanya, dan untuk sesaat, ia tersadar akan situasi yang sedang terjadi. Ia berada di antara dua orang yang kini terasa begitu asing namun begitu menarik. Ia seorang diri, di tengah perubahan yang begitu cepat dan tak terduga.
Namun, kesadaran itu hanya berlangsung sekejap. Tatapan Kazuo kembali menariknya lebih dalam. Mata pria itu seolah menghipnotisnya, membisikkan janji tentang pemahaman yang lebih dalam, tentang melewati batasan yang selama ini mengekang dirinya.
Perlahan, Kazuo menarik Maya mendekat hingga tubuhnya hampir bersentuhan dengan tubuh pria itu. Ia bisa merasakan panas tubuh Kazuo, mendengar hembusan napasnya yang semakin cepat. Jantung Maya berdebar kencang, rasa takut dan keinginan bercampur aduk menjadi koktail emosi yang membingungkan namun memabukkan.
"Jangan takut, Maya," bisik Kazuo di telinganya, suaranya serak dan penuh hasrat. "Ini adalah bagian dari evolusi. Kita sedang membuka diri pada potensi yang selama ini tersembunyi."
Kata-kata Kazuo terasa seperti mantra yang perlahan meruntuhkan pertahanan Maya. Ia merasa dirinya kehilangan kendali, hanyut dalam arus energi yang semakin kuat. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ada bagian dirinya yang pasrah, yang ingin merasakan sepenuhnya perubahan yang sedang terjadi.
Di saat yang sama, Hana semakin mengeratkan pelukannya pada Kazuo, tubuhnya bergerak sedikit gelisah, seolah merespon energi yang semakin meningkat. Ia menatap Maya dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran antara rasa ingin tahu dan keinginan untuk berbagi pengalaman ini.
Keiji, yang kini berdiri beberapa langkah dari mereka, mengepalkan tangannya. Ia merasa ada sesuatu yang salah, sesuatu yang berbahaya dalam perubahan yang terjadi pada Kazuo. Namun, ia juga tak bisa menyangkal adanya daya tarik yang kuat, sebuah bisikan aneh yang mendorongnya untuk lebih mendekat, untuk ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
Suasana di ruang riset itu semakin terasa seperti medan magnet yang kuat, menarik semua orang ke tengah pusaran energi yang tak terkendali. Batas-batas antara peneliti dan subjek, antara akal sehat dan keinginan, perlahan mulai runtuh. Maya, Hana, dan bahkan Keiji, semuanya berada di ambang melewati garis yang selama ini mereka jaga.
Dan di tengah pusaran itu, Kazuo berdiri tegak, matanya bersinar semakin terang, seolah ia adalah konduktor dari orkestra perubahan yang aneh dan berbahaya ini. Ia tahu bahwa mereka semua telah melangkah terlalu jauh untuk kembali. Satu-satunya jalan adalah terus maju, mengikuti arus perasaan yang kini menguasai seluruh diri mereka.
ns216.73.216.82da2