
Support cerita sumberbarokah supaya bisa terus update setiap hari dengan beli cerita di https://lynk.id/finalfantasy
1 chapter berbayar SYAKIRAH SI SUCCUBUS BERHIJAB
Word Count: 10000++14Please respect copyright.PENANABvuZQ1HIrH
Mins Read: 50++
Update, kita baru daftar di victie: https://victie.com/app/author/8282914Please respect copyright.PENANAdLMrIkQjyy
Silahkan difollow
------------------------------14Please respect copyright.PENANAx5S1AceCYu
14Please respect copyright.PENANAmQ2lDj52pF
Agus melanjutkan mengentoti Angela dalam posisi doggy style, posisi yang membuatnya penuh gairah karena tubuh montok Angela terlihat begitu sempurna dari sudut ini. Kontolnya yang keras masuk-keluar dengan ritme yang teratur ke dalam memek Angela yang basah dan hangat, menciptakan suara “plok… plok… plok…” yang renyah setiap kali pinggul mereka bertemu. Tangan Agus memegang pinggul Angela dengan erat, jari-jarinya mencengkeram kulit yang lembut dan tebal itu, memberikan dorongan yang stabil dan kuat. Angela mengerang lembut, “Mmm… Agus… it feels… so good…” katanya dengan suara serak, tubuhnya yang masih menungging bergerak mengikuti irama Agus, payudaranya yang besar bergoyang-goyang di bawahnya, menambah pemandangan erotis di mata Agus. Cahaya lampu tidur yang lembut memantul di kulit mereka, menyoroti keringat tipis yang mulai muncul di punggung Angela.
Agus, yang tenggelam dalam kenikmatan, tiba-tiba berkata dengan nada penuh hasrat, “Angela… I… I’ve seen this position so many times… in the porn movies I watch.” Ia mendorong lebih dalam, kontolnya terasa semakin erat dicengkeram oleh dinding memek Angela, dan suara “plok… plok… plok…” menjadi lebih keras seiring dengan dorongannya yang mulai dipercepat. “They always say… this is the best position… and now… I know it’s true,” lanjutnya, napasnya terengah, keringat mulai menetes dari dahinya, jatuh ke punggung Angela yang berkilau. Angela terkekeh kecil di sela desahannya, “Ohh… Agus… you’re so naughty… watching those movies… but… I’m glad… you like this… ahh…” Tubuhnya melengkung lebih dalam, seolah memberikan akses lebih luas untuk Agus.
Gerakan Agus semakin intens—ia mendorong pinggulnya lebih cepat, kontolnya masuk-keluar dengan ritme yang lebih agresif, membuat suara “plok… plok… plok…” semakin berisik dan berirama, bercampur dengan suara becek “schlurp… schlurp…” dari memek Angela yang basah. Keringat mereka kini lebih banyak, menetes dari leher Agus ke punggungnya, sementara punggung Angela sudah licin berkilau karena keringat yang bercampur dengan udara sejuk dari AC. Tangan Agus mencengkeram pinggul Angela lebih erat, jari-jarinya meninggalkan bekas merah kecil di kulitnya, dan ia mengerang, “God, Angela… you’re so tight… it feels… so fucking good…” Angela membalas dengan desahan yang lebih keras, “Mmm… Agus… harder… please… I want more…” Pinggulnya bergerak lebih aktif, menyambut setiap dorongan Agus dengan penuh gairah.
Intensitas dorongan Agus semakin meningkat—ia kini mendorong dengan kekuatan penuh, kontolnya masuk hingga ke dasar setiap kali, membuat suara “plok… plok… plok…” terdengar lebih keras dan cepat, seperti irama drum yang nakal. Memek Angela terasa semakin erat, mencengkeram kontol Agus dengan sempurna, dan cairan alami Angela menetes ke kasur, menciptakan noda basah yang lebih besar. Keringat Agus kini membanjiri tubuhnya, menetes dari dagunya ke pantat Angela, sementara keringat Angela mengalir di sisi tubuhnya, membuat kulitnya terlihat semakin berkilau. “Angela… I… I can’t believe… how good this feels… you’re… amazing…” desah Agus, suaranya penuh kenikmatan, tangannya mencengkeram pinggul Angela dengan lebih kuat, seolah tak ingin melepaskan.
Dorongan Agus menjadi lebih liar—ia mendorong dengan kecepatan maksimal, pinggulnya bergerak seperti mesin, dan suara “plok… plok… plok…” kini bercampur dengan derit kasur yang mulai kewalahan menahan gerakan mereka. Memek Angela terasa semakin panas dan basah, setiap dorongan membuat cairan alami menetes lebih banyak, dan desahan Angela menjadi lebih liar, “Ohh… Agus… yes… yes… I’m… ahh…!” Keringat mereka kini bercucuran, membuat tubuh mereka licin dan panas, aroma keringat dan gairah memenuhi udara, bercampur dengan bau peju yang masih menempel di wajah Angela. Agus mengerang keras, “Angela… I… I can’t hold it much longer… you’re… too good…” Tangannya mencengkeram pinggul Angela dengan kekuatan penuh, jari-jarinya hampir mencakar kulitnya, menahan tubuh Angela agar tetap stabil di bawah dorongannya yang ganas.
Agus kini benar-benar kehilangan kendali—dorongannya menjadi brutal, kontolnya masuk-keluar dengan kecepatan dan kekuatan yang tak terkendali, suara “plok… plok… plok…” memenuhi kamar seperti tepukan cepat, bercampur dengan derit kasur yang semakin keras. Tubuh Angela bergetar hebat, payudaranya bergoyang liar di bawahnya, dan desahannya berubah menjadi jeritan kecil, “Agus… I… I’m cumming… ahh…!” Cairan alami membanjiri memeknya, membasahi kontol Agus dan menetes ke kasur, sementara keringat mereka kini membanjiri seprai, membuat semuanya terasa licin dan panas. Agus mengerang dengan suara serak, “Me too… Angela… I… ahh… you’re… the best…” Tangannya mencengkeram pinggul Angela dengan kekuatan terakhir, menahan tubuhnya agar tak bergerak saat ia mendorong lebih dalam, merasakan kenikmatan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Puncaknya tiba—Agus mendorong dengan dorongan terakhir yang sangat dalam, kontolnya berdenyut keras di dalam memek Angela, dan suara “plok…” terakhir terdengar nyaring sebelum ia mengerang keras, “Angela… I… I’m cumming… ahh…!” Angela juga mencapai klimaks bersamaan, “Ohh… Agus… yes… yes…!” tubuhnya bergetar hebat, cairan alami membanjiri kasur, dan keringat mereka kini membasahi seluruh tubuh, membuat kulit mereka berkilau di bawah cahaya lampu tidur. Agus perlahan melambatkan gerakannya, napasnya terengah, tangannya masih mencengkeram pinggul Angela, tapi kini lebih lembut, seolah ingin menenangkan. “You were… right… this position… it’s the best…” desah Angela dengan suara lemah, menoleh ke belakang, wajahnya yang penuh peju tersenyum lelet, penuh kepuasan.
------------------------
Angela dan Agus masih berada di posisi doggy style, tubuh mereka basah oleh keringat setelah klimaks yang baru saja mereka rasakan bersama. Napas mereka masih terengah, tapi Angela tiba-tiba tersenyum nakal, wajahnya yang berlumur peju menoleh ke belakang untuk menatap Agus dengan mata biru yang penuh godaan. Dengan sengaja, ia mulai mengencangkan otot memeknya, membuat lubang kenikmatannya yang sudah basah dan hangat itu menjadi semakin sempit, mencengkeram kontol Agus yang masih berada di dalamnya dengan lebih erat. Sensasi itu langsung terasa bagi Agus—dinding memek Angela yang tadinya sudah erat kini terasa seperti menyedot kontolnya, memberikan tekanan yang begitu kuat hingga membuatnya mengerang kecil, “Ahh… Angela… what… what are you doing…?” Tubuhnya sedikit menegang, keringat kembali menetes dari dahinya, dan tangannya yang masih memegang pinggul Angela mencengkeram lebih erat, berusaha menahan sensasi yang tiba-tiba itu.
Angela terkekeh genit, suaranya lembut namun penuh tantangan, “I’m tightening it for you, Agus… feels good, right? Come on… keep thrusting if you dare.” Matanya berkilau penuh godaan, wajahnya yang penuh peju terlihat semakin erotis dengan ekspresi nakalnya, dan ia sengaja mengencangkan jepitan vaginanya lebih kuat lagi, membuat kontol Agus terasa seperti dicekik oleh dinding memek yang hangat dan licin. Suara kecil “schlurp… schlurp…” terdengar samar setiap kali Angela mengencangkan ototnya, menambah sensasi yang membuat Agus menahan napas. Tubuh Angela yang montok, dengan pantat jumbo yang masih terangkat sempurna, bergerak sedikit ke belakang, seolah mengundang Agus untuk melanjutkan, sementara payudaranya yang besar bergoyang lembut di bawahnya, menambah pemandangan yang menggoda.
Agus tersenyum kaget, wajahnya memerah karena tantangan itu, lalu berkata dengan nada bercanda, “Angela… you’re cheating… this is too much!” Namun, ia tak bisa menolak tantangan itu—hasratnya kembali membara, dan ia mulai mendorong pinggulnya lagi, kontolnya yang keras masuk-keluar dengan hati-hati karena jepitan memek Angela yang begitu kuat. Setiap dorongan menghasilkan suara “plok… plok…” yang lebih pelan namun terasa lebih intens, seolah setiap gerakan membutuhkan tenaga ekstra untuk melawan cengkeraman Angela. Keringat mereka kini semakin banyak, menetes dari tubuh Agus ke punggung Angela, dan tangannya mencengkeram pinggul Angela lebih erat, jari-jarinya mencakar kulit yang lembut itu, berusaha menahan kenikmatan yang kembali memuncak. “God… Angela… you’re… so tight… ahh…” desah Agus, napasnya terengah.
Angela terkekeh lagi, suaranya penuh kemenangan, “Not cheating, babe… just making it better for you… come on, thrust harder… I know you can…” Ia mengencangkan jepitan vaginanya lebih kuat lagi, membuat lubang itu terasa semakin sempit, seolah ingin “menyiksa” Agus dengan kenikmatan. Agus mengerang lebih keras, “Ahh… Angela… you’re… killing me…” tapi ia tak berhenti—dorongannya mulai dipercepat, kontolnya bergerak masuk-keluar dengan ritme yang lebih cepat meski terasa lebih sulit, suara “plok… plok… plok…” kini bercampur dengan suara becek “schlurp… schlurp…” yang nakal. Tubuh Angela bergetar kecil, desahannya semakin keras, “Mmm… Agus… yes… like that… don’t stop…” Pinggulnya ikut bergerak, mendorong ke belakang untuk menyambut setiap dorongan Agus, membuat sensasi itu terasa lebih dalam bagi mereka berdua.
Intensitas dorongan Agus semakin meningkat—ia kini mendorong dengan lebih kuat, melawan jepitan memek Angela yang erat, kontolnya terasa seperti dipijat oleh dinding yang hangat dan licin itu. Suara “plok… plok… plok…” menjadi lebih keras, bercampur dengan derit kasur yang mulai kewalahan, dan cairan alami Angela menetes lebih banyak, membasahi paha mereka berdua. Keringat Agus kini membanjiri tubuhnya, menetes dari dagunya ke pantat Angela, sementara keringat Angela mengalir di sisi tubuhnya, membuat kulitnya berkilau di bawah cahaya lampu tidur. “Angela… I… I can’t believe… how good this feels… you’re… amazing…” katanya dengan suara serak, tangannya mencengkeram pinggul Angela dengan kekuatan penuh, jari-jarinya meninggalkan bekas merah kecil di kulitnya. Angela mendesah liar, “Ohh… Agus… you’re… so strong… keep going… ahh…”
Dorongan Agus menjadi lebih ganas—ia mendorong dengan kecepatan dan kekuatan yang lebih besar, kontolnya masuk-keluar dengan ritme yang cepat meski jepitan Angela terasa semakin kuat, seolah memeras setiap inci kejantanannya. Suara “plok… plok… plok…” kini seperti tepukan cepat, bercampur dengan suara “schlurp… schlurp…” yang basah, dan desahan mereka berdua semakin liar, “Agus… ohh… yes… yes…!” jerit Angela, tubuhnya bergetar hebat. Keringat mereka kini membasahi seprai, membuat kasur terasa licin, dan aroma keringat serta gairah memenuhi udara, bercampur dengan bau peju yang masih menempel di wajah Angela. Agus mengerang keras, “Angela… I… I can’t… you’re… too much… ahh…” Tangannya mencengkeram pinggul Angela dengan lebih erat, menahan tubuhnya agar tetap stabil di bawah dorongannya yang semakin brutal.
Puncaknya tiba—Agus mendorong dengan dorongan yang sangat kuat dan cepat, kontolnya berdenyut keras di dalam memek Angela yang mencengkeram erat, suara “plok… plok… plok…” memenuhi kamar bersama derit kasur yang nyaring. Angela mencapai klimaks lagi, “Agus… I… I’m cumming… ahh…!” cairan alami membanjiri memeknya, membasahi kontol Agus dan menetes ke kasur, sementara Agus juga tak bisa menahan diri, “Me too… Angela… ahh…!” Tubuh mereka bergetar bersama, keringat membanjiri kulit mereka, dan mereka terkulai lelet di kasur, masih dalam posisi doggy style, napas mereka terengah-engah. Angela menoleh ke belakang, wajahnya yang penuh peju tersenyum lelet, “You’re… so good, Agus… I didn’t expect… you’d take my challenge…” Agus tersenyum, mengelus pantat Angela dengan lembut, “You’re… too amazing, Angela… I couldn’t resist…” Di kamar kecil itu, dengan suara AC yang berdengung pelan dan aroma gairah yang memenuhi udara, mereka berdua tenggelam dalam keintiman dan kepuasan yang baru saja mereka bagi.
--------------------------------
Angela, yang baru saja mencapai klimaks bersama Agus, menatapnya dengan senyum nakal, wajahnya yang masih berlumur peju terlihat penuh kepuasan namun juga penuh tantangan. “Agus… want to know my favorite position?” tanyanya dengan nada genit, matanya yang biru berkilau penuh godaan, seolah ia memiliki rencana baru untuk membuat malam itu semakin panas. Tanpa menunggu jawaban, Angela dengan cepat mengambil alih kontrol—ia mendorong tubuh Agus dengan lembut hingga pria itu terbaring telentang di kasur sempit, seprai putih yang sudah kusut dan basah oleh keringat mereka menjadi alas yang hangat. Agus menurut, tubuhnya yang berkeringat terasa lelet, tapi kontolnya yang masih keras dan berlendir karena cairan alami Angela tetap menonjol, menunjukkan hasratnya yang belum padam. Angela tersenyum lelet, “Good boy… let me show you,” katanya dengan nada penuh percaya diri, seolah ia seorang guru yang siap mengajari muridnya.
Angela bergerak dengan anggun, tangannya yang hangat dan lembut mengelus kontol Agus dengan penuh perasaan, jari-jarinya menyusuri batang yang licin itu dengan gerakan lembut, seolah ingin memastikan Agus tetap terjaga hasratnya. “You’re still so hard, Agus… I love that,” bisiknya dengan nada genit, jari-jarinya sesekali memainkan kepala kontol yang merah pucat, membuat Agus mengerang kecil, “Mmm… Angela…” Ia hanya diam, membiarkan Angela mengambil alih, matanya tak lepas dari tubuh montok Angela yang kini bergerak di atasnya. Angela kemudian menaiki Agus dengan penuh percaya diri, posisinya kini berada di atas tubuh Agus, lututnya menekan kasur di kedua sisi pinggul Agus, dan tangannya bertumpu di dada Agus, merasakan keringat yang membasahi kulit pria itu. Payudaranya yang besar dan penuh bergoyang lembut di depan mata Agus, menambah pemandangan erotis yang membuat jantung Agus berdegup lebih kencang.
Dengan gerakan yang penuh percaya diri, Angela mengarahkan kontol Agus ke memeknya yang masih basah dan hangat, lalu menurunkan pinggulnya perlahan, membuat batang itu masuk ke dalamnya dengan sempurna. Suara “schlup…” yang basah terdengar saat kontol Agus masuk, dan Angela mengerang kecil, “Mmm… this… this is woman on top, Agus… my favorite way to ngentot…” katanya dengan nada seolah seorang guru yang sedang mengajari muridnya, suaranya lembut namun penuh otoritas. Agus hanya diam, napasnya terengah, matanya terpaku pada wajah Angela yang penuh peju dan ekspresi penuh kenikmatan. Angela mulai menggoyang pinggulnya naik-turun dengan ritme yang lambat namun teratur, memeknya yang hangat dan erat mencengkeram kontol Agus dengan sempurna, menciptakan suara “plok… plok…” yang lembut setiap kali pantatnya yang montok menyentuh paha Agus.
Gerakan Angela menjadi lebih bervariasi—ia tak hanya naik-turun, tapi juga memutar pinggulnya dengan gerakan melingkar yang sensual, membuat kontol Agus terasa seperti dipijat di dalam memeknya yang licin. Suara gesekan paha dan pantat mereka, “plok… plok… plok…” bercampur dengan suara becek “schlurp… schlurp…” yang nakal, memenuhi kamar kecil itu. Keringat mulai muncul di tubuh Angela, menetes dari lehernya ke dadanya, membuat payudaranya yang besar berkilau di bawah cahaya lampu tidur. “See, Agus… this way… I can control everything… feels good, right?” tanyanya dengan nada genit, tangannya menekan dada Agus lebih kuat, menggunakan tubuh pria itu sebagai tumpuan untuk menggoyang lebih dalam. Agus hanya mengerang, “Mmm… Angela… yes… so good…” tubuhnya terasa lelet, tapi kenikmatan yang diberikan Angela membuatnya tak bisa berpikir jernih.
Angela mempercepat goyangannya, pinggulnya naik-turun dengan ritme yang lebih cepat, membuat suara “plok… plok… plok…” semakin keras dan berirama, bercampur dengan suara gesekan kulit mereka yang basah oleh keringat. Pantat Angela yang jumbo bergoyang dengan indah setiap kali ia bergerak, paha mereka yang saling bergesekan menciptakan panas yang membara, dan keringat mereka kini menetes lebih banyak, membasahi kasur di bawah mereka. “Mmm… Agus… you feel… so deep inside me… like this…” desah Angela, suaranya penuh kenikmatan, matanya setengah terpejam, tenggelam dalam sensasi yang ia ciptakan. Ia sesekali memutar pinggulnya lebih kuat, membuat kontol Agus terasa seperti dipelintir di dalam memeknya, memberikan kenikmatan yang lebih intens hingga Agus mengerang lebih keras, “Ahh… Angela… I… I can’t…”
Goyangan Angela menjadi lebih liar—ia kini menggoyang pinggulnya dengan kecepatan tinggi, naik-turun dengan penuh gairah, sementara sesekali memutar pinggulnya dengan gerakan melingkar yang lebih agresif, membuat kontol Agus merasakan setiap sudut dinding memeknya yang hangat. Suara “plok… plok… plok…” kini seperti tepukan cepat, bercampur dengan suara “schlurp… schlurp…” yang semakin basah, dan aroma keringat serta gairah mereka memenuhi udara, menambah suasana yang begitu mesum di kamar kecil itu. “You like this, Agus? When I ride you… like this…?” tanya Angela dengan nada genit, tangannya kini meraih payudaranya sendiri, meremasnya dengan penuh gairah untuk menambah pemandangan erotis di mata Agus. Agus hanya mengerang, “Mmm… yes… Angela… don’t stop…” tubuhnya bergetar kecil, tenggelam dalam kenikmatan yang diberikan Angela.
Angela terus menggoyang dengan penuh semangat, pinggulnya bergerak naik-turun dengan ritme yang tak kenal lelah, sementara gerakan melingkarnya semakin intens, membuat kontol Agus terasa seperti disedot dan dipijat secara bersamaan. Suara gesekan paha dan pantat mereka, “plok… plok… plok…” bercampur dengan derit kasur yang mulai kewalahan, dan keringat mereka kini membanjiri tubuh, menetes dari dagu Angela ke dada Agus, membuat kulit mereka licin dan panas. “Mmm… Agus… I… I love this… you feel… so good…” desah Angela, suaranya penuh kenikmatan, tubuhnya bergetar kecil, menunjukkan ia juga mendekati klimaks. Agus mengerang lebih keras, “Angela… I… I’m close… ahh…” tangannya kini meraih pinggul Angela, mencengkeramnya erat, berusaha menahan kenikmatan yang memuncak.
Puncaknya tiba—Angela menggoyang pinggulnya dengan kecepatan maksimal, naik-turun dengan penuh gairah, sementara gerakan melingkarnya membuat kontol Agus mencapai titik puncak kenikmatan. Suara “plok… plok… plok…” memenuhi kamar, bercampur dengan suara “schlurp… schlurp…” yang basah, dan desahan mereka berdua menjadi jeritan kecil, “Agus… I’m… I’m cumming… ahh…!” jerit Angela, tubuhnya bergetar hebat, cairan alami membanjiri memeknya, membasahi kontol Agus dan menetes ke kasur. Agus juga tak bisa menahan lagi, “Angela… me too… ahh…!” kontolnya berdenyut keras, mencapai klimaks di dalam memek Angela. Mereka terkulai bersama, Angela masih di atas Agus, napas mereka terengah-engah, keringat membanjiri tubuh mereka, dan aroma keringat serta gairah memenuhi udara. Angela tersenyum lelet, “See… that’s how you do woman on top… did you learn something, Agus?” tanyanya dengan nada genit, wajahnya yang penuh peju menatap Agus dengan penuh kepuasan, sementara Agus hanya mengangguk lelet, “You’re… the best teacher, Angela…”
------------------------------
Agus, yang masih terbaring di kasur dengan Angela di atasnya, menatap wanita itu dengan penuh kelembutan, napasnya masih terengah setelah klimaks sebelumnya. Dengan suara serak namun penuh kasih sayang, ia memanggil, “Angela… sini sayang, peluk aku… sambil genjot yang mesra.” Angela tersenyum manis, wajahnya yang berlumur peju terlihat begitu memikat di bawah cahaya lampu tidur, dan ia langsung jatuh ke dalam pelukan Agus tanpa menghentikan gerakan pinggulnya. Tubuh montok Angela kini menempel erat di dada Agus, payudaranya yang besar dan lembut menekan kulit Agus yang berkeringat, sementara kontol Agus masih berada di dalam memeknya yang hangat dan basah. Angela mulai menggenjot dengan lembut, naik-turun dengan ritme yang mesra, suara “plok… plok…” yang pelan terdengar setiap kali pantatnya menyentuh paha Agus, menciptakan suasana yang intim dan penuh perasaan di antara mereka.
Mereka berciuman dengan penuh gairah, bibir Angela yang masih lengket karena peju bertemu dengan bibir Agus, menciptakan suara “mmph… schlup…” yang basah setiap kali bibir mereka bergerak. Lidah mereka saling menari dengan lembut, menjelajahi satu sama lain dengan penuh kasih sayang, sementara tangan Agus memeluk punggung Angela erat, jari-jarinya merasakan kelembutan kulitnya yang licin karena keringat. Di sela-sela ciuman, Angela menarik wajahnya sejenak, menatap Agus dengan mata biru yang penuh perasaan, lalu berkata, “Agus… I like you… so much…” Agus tersenyum, jantungnya berdegup kencang, lalu membalas, “I like you too, Angela… I… I love you…” Kata-kata itu membuat suasana semakin hangat, dan Angela mempercepat genjotannya sedikit, suara “plok… plok…” menjadi lebih jelas, bercampur dengan desahan mereka yang penuh perasaan.
Genjotan Angela mulai bertambah intens—ia naik-turun dengan ritme yang lebih cepat, memeknya yang hangat dan erat mencengkeram kontol Agus dengan sempurna, membuat Agus mengerang kecil, “Mmm… Angela… you’re… so good…” Tangan Angela bertumpu di dada Agus, memberikan tenaga tambahan untuk menggoyang pinggulnya, sementara payudaranya bergoyang lebih liar di depan mata Agus, menambah pemandangan erotis yang membuat hasrat mereka semakin membara. “Agus… will you… be my lover?” tanya Angela dengan suara serak, di sela-sela genjotannya, matanya menatap Agus dengan penuh harap. Agus, yang tenggelam dalam kenikmatan, mengangguk dengan penuh perasaan, “Yes… Angela… I want to… I love you…” jawabnya, tangannya kini meraih pinggul Angela, membantu gerakan naik-turun yang semakin cepat, suara “plok… plok… plok…” kini lebih keras, bercampur dengan keringat mereka yang menetes ke kasur.
Angela tersenyum bahagia mendengar jawaban Agus, lalu melanjutkan dengan nada genit, “And… will you be… my ngentot partner… forever?” Ia mempercepat genjotannya lagi, pinggulnya bergerak naik-turun dengan lebih agresif, membuat suara “plok… plok… plok…” semakin berisik, bercampur dengan suara becek “schlurp… schlurp…” yang nakal. Agus mengerang lebih keras, “Ahh… yes… Angela… forever… I want that…” jawabnya, suaranya penuh hasrat, tangannya mencengkeram pinggul Angela lebih erat, merasakan kelembutan kulitnya yang licin karena keringat. Tubuh mereka saling menempel, panas dan basah, aroma keringat dan gairah memenuhi udara, dan ciuman mereka kembali berlanjut, lebih ganas kali ini, lidah mereka saling bertarung dengan penuh nafsu, menciptakan suara “mmph… schlup…” yang basah.
Genjotan Angela menjadi semakin brutal—ia kini menggoyang pinggulnya dengan kecepatan tinggi, naik-turun dengan penuh gairah, memeknya mencengkeram kontol Agus dengan erat, seolah ingin memeras setiap tetes kenikmatan. Suara “plok… plok… plok…” kini seperti tepukan cepat, bercampur dengan derit kasur yang mulai kewalahan, dan cairan alami Angela menetes lebih banyak, membasahi paha mereka berdua. Keringat mereka kini membanjiri tubuh, menetes dari leher Angela ke dada Agus, membuat kulit mereka licin dan panas. “Mmm… Agus… I… I love this… I love you…” desah Angela, suaranya penuh kenikmatan, matanya setengah terpejam, tenggelam dalam sensasi yang mereka ciptakan bersama. Agus mengerang lebih keras, “Angela… I… I love you too… ahh…” tangannya mencengkeram pinggul Angela dengan kekuatan penuh, membantu gerakan yang semakin liar.
Genjotan Angela mencapai puncak keganasannya—ia bergerak naik-turun dengan kecepatan maksimal, pinggulnya bergerak seperti mesin, membuat kontol Agus terasa seperti disedot dan dipijat secara bersamaan. Suara “plok… plok… plok…” memenuhi kamar, bercampur dengan suara “schlurp… schlurp…” yang basah, dan desahan mereka berdua menjadi jeritan kecil, “Agus… I… I’m close… ahh…!” jerit Angela, tubuhnya bergetar hebat. Keringat mereka kini membasahi kasur, membuat seprai terasa licin, dan aroma keringat serta gairah mereka semakin kuat, bercampur dengan bau peju yang masih menempel di wajah Angela. Agus, yang sudah tak bisa menahan lagi, mengerang keras, “Angela… I… I’m gonna cum… your pussy… it’s so wild… so fierce… ahh…!” Tubuhnya menegang, kontolnya berdenyut keras di dalam memek Angela, siap untuk mencapai klimaks.
Mendengar peringatan Agus, Angela dengan cepat mengangkat tubuhnya, melepaskan kontol Agus dari memeknya tepat sebelum ia muncrat, suara “schlup…” terdengar saat kontol itu keluar dari lubang yang basah. Agus langsung mencapai klimaks, “Ahh… Angela…!” kontolnya yang berkedut-kedut dan sensitif menyemburkan peju kental dengan deras, semburan pertama mengenai perut Angela, lalu semburan berikutnya membasahi payudaranya yang besar, hingga beberapa tetes mencapai leher dan dagunya, menambah “kekacauan” di wajahnya yang sudah berlumur peju. Peju itu bau amis, hangat, dan sangat banyak, muncrat berkali-kali dari kontol Agus yang masih berdenyut, membasahi tubuh dua insan yang tengah berbahagia itu. Keringat mereka bercampur dengan peju, menciptakan kilau mesum di kulit mereka, dan aroma kuat peju memenuhi udara, menambah suasana erotis di kamar kecil itu.
Angela tersenyum lelet, tubuhnya yang kini basah oleh keringat dan peju Agus terlihat begitu memikat, payudaranya berkilau dengan cairan kental itu, dan ia menatap Agus dengan mata penuh cinta. “You… you came so much again, Agus…” katanya dengan nada genit, tangannya dengan lembut mengelus dada Agus, merasakan keringat yang membasahi kulit pria itu. Agus, yang napasnya masih terengah, tersenyum lelet, “It’s… because of you, Angela… you’re… too amazing…” jawabnya, tangannya meraih tangan Angela, menariknya ke dalam pelukan hangat. Mereka berbaring bersama, tubuh mereka saling menempel, keringat dan peju membasahi kulit mereka, tapi mereka tak peduli.
--------------------------
Support cerita sumberbarokah supaya bisa terus update setiap hari dengan beli cerita di https://lynk.id/finalfantasy
1 chapter berbayar SYAKIRAH SI SUCCUBUS BERHIJAB
Word Count: 10000++
Mins Read: 50++
Update, kita baru daftar di victie: https://victie.com/app/author/82829
Silahkan difollow
14Please respect copyright.PENANAMs0quhvZWe