
Syakirah Si Succubus Berhijab bisa dibeli di sini https://lynk.id/finalfantasy91Please respect copyright.PENANAESnkZkocw2
------‐------------------
91Please respect copyright.PENANA9Qv0ljY5WH
91Please respect copyright.PENANAdO9Pl2qgMY
Agus, yang masih terengah-engah setelah klimaksnya, menatap Angela dengan wajah penuh rasa bersalah. Wajah Angela yang cantik kini penuh dengan pejunya, dan ia merasa tak enak telah “mengotori” kecantikan itu. “Angela… I’m so sorry… I… I made a mess on your beautiful face,” katanya dengan suara lembut, penuh penyesalan, tangannya dengan ragu menyentuh pipi Angela yang tak terkena peju, seolah ingin menghibur. Tubuhnya masih lelet di kasur sempit itu, keringat tipis menyelimuti kulitnya, dan ia berbaring miring menghadap Angela, mencoba menenangkan napasnya yang belum stabil setelah momen panas tadi. Cahaya lampu tidur yang kuning lembut memantulkan kilau pada kulit mereka yang telanjang, menciptakan suasana intim yang hangat di kamar kecil itu.
Angela hanya tersenyum lebar, wajahnya yang penuh dengan peju kental Agus tak mengurangi pesonanya sama sekali. Peju itu masih menempel di dahinya, pipinya, dan bibirnya, beberapa tetes perlahan menetes ke dagunya, menciptakan jejak lengket yang kontras dengan kulit putih mulusnya. Matanya yang biru berkilau penuh kebahagiaan, ekspresinya justru menunjukkan kepuasan dan keberanian, seolah ia bangga dengan “kekacauan” di wajahnya. “It’s okay, babe… I love it,” katanya dengan nada genit namun penuh kelembutan, suaranya lembut seperti bisikan, sambil tangannya yang masih memegang kontol Agus dengan lembut mengelus perlahan, menjaga keintiman mereka. Ia memiringkan tubuhnya lebih dekat, payudaranya yang besar menyentuh dada Agus, dan rambut pirangnya yang sedikit berantakan jatuh di pundaknya, menambah kesan liar namun hangat pada dirinya.
Agus menatap Angela dengan kagum, matanya tak bisa lepas dari wajah Angela yang kini terlihat semakin memikat baginya. “No… Angela… you actually look… even more beautiful with my cum all over your pretty face,” katanya dengan jujur, suaranya penuh kekaguman, wajahnya sedikit memerah karena keberaniannya mengucapkan itu. Ia mengangkat tangannya, jari-jarinya dengan hati-hati menyentuh pipi Angela, menghindari peju yang masih menempel, lalu mengelusnya lembut, seolah ingin memastikan Angela nyata di depannya. Tubuh mereka yang telanjang saling berdekatan di kasur kecil itu, kehangatan kulit mereka bercampur dengan aroma keringat dan peju yang kuat, menciptakan suasana yang begitu intim dan penuh gairah. Seprai putih di bawah mereka sudah sedikit kusut, beberapa tetes peju bahkan mengenai kasur, tapi mereka tak peduli, tenggelam dalam dunia kecil mereka sendiri.
Angela terkekeh kecil mendengar pujian Agus, ekspresinya berubah menjadi lebih manja, matanya menyipit penuh kebahagiaan. “Really, Agus? You think I look prettier like this?” tanyanya dengan nada genit, sambil jari telunjuknya dengan sengaja menyapu sedikit peju dari pipinya, lalu menjilatnya dengan ujung lidahnya, memberikan tatapan nakal yang membuat Agus menelan ludah. “I feel… so sexy right now… knowing it’s yours,” lanjutnya, suaranya penuh godaan, lalu ia memeluk Agus lebih erat, kepalanya bersandar di dada Agus, rambut pirangnya terasa lembut di kulitnya. Tubuh montok Angela terasa hangat dan nyaman, paha mulusnya sedikit menempel di paha Agus, dan aroma manis tubuhnya bercampur dengan bau peju yang kuat, membuat momen itu terasa semakin intim dan penuh perasaan.
Agus tersenyum kecil, tangannya kini memeluk Angela dengan lebih percaya diri, merasakan kelembutan tubuhnya yang montok. “Yeah… you’re like… a goddess, Angela… I can’t believe I’m here with you,” katanya dengan nada tulus, jantungnya masih berdegup kencang, tapi kini lebih karena perasaan bahagia yang membuncah di dadanya. Angela mengangkat wajahnya, menatap Agus dengan senyum lembut, lalu berkata, “You’re so sweet, Agus… I feel so safe with you… and… so desired.” Mereka saling bertatapan, mata Agus penuh kagum dan mata Angela penuh kehangatan, sebelum akhirnya Angela kembali mencium pipi Agus dengan lembut, meninggalkan sedikit jejak peju di kulitnya.
---‐---‐------
91Please respect copyright.PENANAR8janjz36t
Setelah mengecup pipi Agus dengan penuh kasih sayang, Angela tiba-tiba tersenyum kecil dan berkata dengan nada manja, “Oops… sorry, Agus… I made your face sticky with… your own cum.” Wajah Agus kini memang terasa lengket, terutama di pipi yang baru saja dicium Angela—peju yang tadinya menempel di bibir Angela kini berpindah ke kulitnya, meninggalkan sensasi lengket yang hangat dan sedikit berat. Cairan kental itu terasa seperti lapisan tipis yang menempel erat, membuat kulitnya sedikit tertarik setiap kali ia menggerakkan wajah, dan beberapa tetes kecil bahkan meluncur perlahan ke arah dagunya, menciptakan rasa lengket yang lebih nyata. Aroma peju itu begitu kuat dan khas, sedikit amis namun hangat, bercampur dengan aroma keringat mereka yang sudah memenuhi udara, menciptakan suasana yang begitu intim dan penuh gairah di kamar kecil itu.
Agus hanya tertawa kecil mendengar permintaan maaf Angela, wajahnya memerah tapi ia tampak santai. “It’s okay, Angela… now we both smell like my cum,” katanya dengan nada bercanda, suaranya penuh kelembutan, seolah ia menikmati keintiman nakal yang mereka ciptakan bersama. Bau peju itu memang terasa dominan, menguar di udara dengan aroma yang sedikit tajam namun hangat, bercampur dengan wangi manis tubuh Angela yang masih tercium samar. Kulit mereka yang telanjang dan berkeringat tipis membuat aroma itu semakin menempel, seolah menjadi bagian dari kebersamaan mereka malam itu. Di bawah cahaya lampu tidur yang lembut, dengan suara AC yang berdengung pelan, mereka berdua berbaring di kasur sempit itu, tubuh mereka saling berdekatan, menciptakan suasana yang hangat dan sedikit canggung setelah momen penuh gairah tadi.
Kecanggungan itu tak berlangsung lama—Agus tiba-tiba memajukan wajahnya, menarik Angela ke dalam ciuman liar yang penuh gairah. Bibirnya langsung menyerang bibir Angela yang masih berlumur peju, menciptakan suara “mmph” dan “slurp” yang basah setiap kali bibir mereka bertemu. Agus tak peduli dengan rasa lengket di wajah mereka, malah semakin ganas mengisap bibir bawah Angela, lidahnya masuk dengan agresif, menari bersama lidah Angela dalam gerakan yang penuh nafsu, menciptakan suara “schlup… chu…” yang nakal. Peju yang masih menempel di bibir Angela terasa di lidah Agus, sedikit asin namun hangat, tapi itu justru menambah panasnya ciuman mereka. Tangan Agus memeluk pinggang Angela erat, menarik tubuhnya lebih dekat hingga payudara Angela yang besar menempel di dadanya, sementara tangan Angela membelai leher Agus, jari-jarinya mencengkeram kulitnya dengan penuh gairah.
Ciuman itu berlangsung beberapa saat, napas mereka semakin berat, dan aroma peju yang kuat bercampur dengan keringat mereka memenuhi udara, membuat momen itu terasa semakin liar. Agus menarik wajahnya sejenak, menatap Angela dengan mata penuh hasrat, lalu berkata dengan suara serak, “Angela… let’s… ngentot.” Angela, yang wajahnya masih berlumur peju dengan tetesan kental di dahi, pipi, dan dagunya, mengerutkan kening, ekspresinya bingung namun penuh rasa ingin tahu. “Ngentot? What does that mean, Agus?” tanyanya dengan nada polos, matanya yang biru menatap Agus dengan penuh tanda tanya. Agus hanya tersenyum nakal, tak mau menjelaskan, lalu dengan lembut mendorong tubuh Angela agar berbalik, “Just… turn around and get on your knees, babe… I’ll show you,” katanya dengan nada genit, membuat Angela nurut meski masih bingung.
Angela menuruti perintah Agus, berbalik dan menungging di kasur sempit itu, wajahnya yang masih berlumur peju kini menghadap seprai, sementara pantatnya yang montok dan mulus terangkat sempurna di depan Agus. Agus mengelus-elus pantat Angela dengan penuh kekaguman, jari-jarinya merasakan kelembutan kulitnya yang putih dan tebal, lalu berkata dengan nada penuh hasrat, “This… this is perfect for ngentot.” Angela terkekeh kecil, suaranya penuh kebingungan namun ada nada genit di dalamnya, “Agus… you’re so mysterious… what does ngentot mean? Tell me!” katanya sambil menoleh sedikit, wajahnya yang penuh peju terlihat begitu erotis di bawah cahaya lembut lampu tidur. Agus hanya tersenyum lebih lebar, tangannya terus mengelus pantat Angela dengan penuh godaan, “You’ll see, babe… just wait,” jawabnya dengan nada nakal, sengaja tak menjawab untuk menjaga rasa penasaran Angela, membuat suasana di antara mereka semakin panas dan penuh antisipasi.
91Please respect copyright.PENANArd8UVUt0z6
-------------------
Agus kini berada di posisi yang sempurna, tepat di belakang Angela yang menungging dengan patuh di kasur sempit itu. Pantat Angela yang montok dan jumbo terlihat begitu menggoda di depan matanya, kulitnya yang putih mulus berkilau di bawah cahaya lembut lampu tidur, dengan lekuk yang bulat dan penuh, seolah mengundang untuk disentuh. Agus kembali mengelus-elus pantat itu dengan kedua tangannya, jari-jarinya merasakan kelembutan kulit Angela yang hangat, gerakannya lembut namun penuh hasrat, menyusuri setiap inci dengan penuh kekaguman. Ia sesekali meremasnya dengan lembut, membuat pantat itu bergoyang kecil, dan suara napasnya yang berat terdengar jelas di tengah keheningan kamar, menunjukkan betapa ia terpikat oleh pemandangan di depannya.
“God, Angela… your ass… it’s so perfect,” puji Agus dengan suara serak, penuh hasrat, tangannya terus mengelus dengan gerakan melingkar, merasakan tekstur kulit yang lembut dan tebal. “It’s so… big and… round… I can’t get enough of it,” lanjutnya, jari-jarinya kini sedikit lebih berani, meremas lebih kuat hingga pantat Angela sedikit memerah di bawah sentuhannya. Tiba-tiba, ia menampar pantat itu dengan ringan, sebuah tamparan kecil yang menghasilkan suara “plak” yang renyah, membuat pantat Angela bergoyang lebih jelas, dan Angela terkekeh kecil, suaranya penuh godaan, “Oh, Agus… you’re so naughty… do you like it that much?” Tubuh Angela sedikit bergoyang, posisi nunggingnya tetap stabil, tapi ia menoleh sedikit, wajahnya yang masih berlumur peju menatap Agus dengan ekspresi genit dan penasaran.
Agus tersenyum nakal, tangannya kembali mengelus area yang baru saja ia tampar, kali ini lebih lembut, seolah ingin menenangkan kulit yang sedikit memerah itu. “Yeah… I love it… it’s like… it’s made for me,” katanya dengan nada penuh hasrat, jari-jarinya kini menyusuri lekuk pinggul Angela, merasakan bagaimana pantat itu menyatu sempurna dengan tubuh montoknya. Ia menampar sekali lagi, kali ini sedikit lebih keras, menghasilkan suara “plak” yang lebih nyaring, dan Angela mengerang kecil, “Mmm… Agus… you’re making me feel so… wanted,” katanya dengan nada genit, tubuhnya sedikit melengkung, seolah menikmati perhatian yang Agus berikan. Keringat tipis mulai muncul di kulit mereka, aroma gairah mereka memenuhi udara, dan suara AC yang berdengung pelan menjadi latar yang kontras dengan suasana panas yang mereka ciptakan.
Angela, yang masih bingung dengan istilah “ngentot” yang belum dijelaskan Agus, kembali bertanya dengan nada manja, “Agus… you keep saying things… but you won’t tell me what ngentot means… are you teasing me?” Ia terkekeh lagi, menoleh lebih jauh untuk menatap Agus, wajahnya yang penuh peju terlihat begitu erotis dengan senyum genitnya. Agus hanya tersenyum lebih lebar, tangannya kini memijat pantat Angela dengan gerakan yang lebih dalam, meremas kedua sisi dengan penuh hasrat, lalu menjawab, “Just wait, babe… you’ll love it… I promise.” Suaranya penuh godaan, dan ia kembali menampar pantat Angela dengan ringan, kali ini di sisi yang lain, menghasilkan suara “plak” kecil yang diikuti dengan desahan Angela, “Mmm… you’re driving me crazy, Agus…”
---‐-----‐---------
Agus, yang tadinya fokus menggoda pantat montok Angela, kini mengalihkan perhatiannya ke area yang lebih intim. Dengan penuh hati-hati, tangannya turun dari pantat Angela, menyusuri lekuk tubuhnya, hingga akhirnya jari-jarinya mulai mengelus memek janda itu yang sudah terlihat sedikit basah. Kulit di sekitar area itu terasa lembut dan hangat, dengan bulu-bulu tipis yang menambah kesan sensual. Gerakan tangan Agus awalnya lembut, hanya mengelus permukaan dengan ujung jari, merasakan kelembutan bibir memek Angela yang terasa hangat dan sedikit licin, membuat Angela mengerang kecil, “Mmm… Agus… that feels… so good…” Posisi Angela yang masih menungging membuat Agus bisa melihat semuanya dengan jelas di bawah cahaya lembut lampu tidur, dan aroma gairah Angela yang manis mulai tercium, memenuhi udara di sekitar mereka.
Agus kemudian mulai membuka bibir memek Angela dengan jari telunjuk dan jari tengahnya, gerakannya penuh perhatian, seolah ingin menjelajahi setiap detail. Ia membuka perlahan, memperlihatkan daging merah muda yang lembut dan basah di dalam, yang berkilau karena cairan alami Angela. “You’re so… beautiful here, Angela,” puji Agus dengan suara serak, jari-jarinya terus membuka dan menutup dengan lembut, menciptakan suara kecil “schlup” yang basah setiap kali ia bergerak. Angela mendesah lebih keras, “Ohh… Agus… don’t tease me like that…” katanya dengan nada manja, tubuhnya sedikit bergoyang, seolah tak sabar dengan sentuhan Agus. Sesekali, Angela menoleh, wajahnya yang masih berlumur peju menatap Agus dengan ekspresi penuh hasrat, lalu bertanya lagi, “Agus… please… what does ngentot mean? Tell me…” tapi Agus hanya tersenyum nakal, tak menjawab, fokus pada permainan jari-jarinya.
Tiba-tiba, Agus menampar memek Angela dengan lembut, sebuah tamparan kecil penuh kasih sayang yang menghasilkan suara “plap” yang renyah, membuat Angela tersentak dan mengerang, “Ahh… Agus… you’re so bad…” Suaranya penuh godaan, tapi ada nada nikmat di dalamnya, tubuhnya melengkung lebih dalam, seolah meminta lebih. Agus terkekeh kecil, “You like that, huh?” tanyanya dengan nada genit, lalu kembali mengelus area itu dengan lembut untuk menenangkan, jari-jarinya kini lebih berani menyusuri celah-celah yang basah. Ia kemudian memasukkan satu jari ke dalam memek Angela, merasakan kehangatan dan kelembapan di dalamnya, gerakannya pelan namun penuh perhatian, menciptakan suara becek “slosh… slosh…” yang nakal setiap kali jarinya bergerak masuk-keluar. Angela mengerang lebih keras, “Mmm… Agus… more… please…” desahnya, pinggulnya sedikit bergerak, mengikuti irama sentuhan Agus.
Agus menambahkan satu jari lagi, kini dua jari masuk ke dalam memek Angela, gerakannya semakin cepat, mencoblos dengan ritme yang teratur, membuat suara becek “schlurp… schlurp…” semakin jelas terdengar. Dinding memek Angela terasa hangat dan erat, mencengkeram jari-jari Agus dengan sempurna, dan cairan alami Angela mulai membasahi tangan Agus, menambah sensasi licin yang membuat permainan itu semakin panas. “You’re so wet, Angela… so tight,” kata Agus dengan suara penuh hasrat, jari-jarinya kini bergerak lebih dalam, sesekali memutar untuk memberikan sensasi tambahan. Angela mengerang lebih keras, “Ohh… Agus… I… I can’t take it… tell me… what’s ngentot… please…” pintanya dengan nada memohon, wajahnya yang penuh peju menoleh lagi, matanya berkilau penuh hasrat dan rasa ingin tahu, tapi Agus hanya tersenyum, “You’ll see soon, babe… just enjoy this,” jawabnya dengan nada genit, fokus pada permainan jarinya.
Ia kemudian menambahkan jari ketiga, kini tiga jari masuk ke dalam memek Angela, gerakannya semakin cepat dan dalam, mencoblos dengan penuh gairah hingga suara becek “slosh… schlurp… slosh…” memenuhi kamar kecil itu, bercampur dengan desahan Angela yang semakin liar, “Ahh… Agus… oh my God… yes… like that…” Tubuh Angela bergetar, pinggulnya bergerak lebih aktif, seolah ingin merasakan setiap sentuhan lebih dalam. Agus sesekali menampar memek itu lagi dengan lembut, “plap… plap…” menghasilkan erangan kecil dari Angela yang penuh kenikmatan, “Mmm… you’re driving me crazy, Agus…” katanya dengan suara serak, napasnya terengah. Keringat tipis mulai menyelimuti tubuh mereka, aroma gairah Angela yang manis bercampur dengan bau peju yang masih menempel di wajahnya, menciptakan suasana yang begitu panas dan nakal di kasur sempit itu.
Agus terus mencoblos dengan tiga jari, gerakannya kini lebih intens, jari-jarinya masuk-keluar dengan cepat, membuat cairan Angela menetes ke seprai, menciptakan noda basah yang kecil. “You’re so perfect, Angela… I can’t wait to ngentot with you,” katanya dengan suara penuh hasrat, tapi ia masih tak mau menjelaskan apa arti kata itu. Angela, yang sudah tenggelam dalam kenikmatan, hanya bisa mendesah, “Agus… please… tell me… I want to know…” pintanya lagi dengan nada manja, tubuhnya melengkung lebih dalam, seolah menyerahkan diri sepenuhnya pada sentuhan Agus.
---‐-‐-----
91Please respect copyright.PENANAqhFTJ2eWo6
Agus menatap Angela dengan senyum nakal, jari-jarinya masih bergerak masuk-keluar dari memek Angela yang basah, lalu ia berkata dengan nada menggoda, “I’ll tell you what ngentot means… after this, babe.” Tanpa menunggu reaksi Angela, ia menunduk dengan penuh hasrat, wajahnya kini berada tepat di depan memek Angela yang sudah licin dan berkilau karena cairan alami. Aroma manis dan sedikit musky dari area intim Angela langsung memenuhi indera penciumannya, membuat jantung Agus berdegup lebih kencang. Ia memulai dengan mencium lembut bibir memek Angela, bibirnya menyentuh kulit yang hangat dan basah itu dengan penuh perhatian, menciptakan suara kecil “chu… chu…” yang lembut. Angela mengerang pelan, “Mmm… Agus… that’s… so nice…” katanya dengan suara serak, tubuhnya sedikit bergetar, menikmati kelembutan ciuman Agus di area sensitifnya.
Tanpa aba-aba, Agus tiba-tiba memperdalam aksinya—ia mengenyot itil Angela dengan penuh gairah, bibirnya menangkap tonjolan kecil yang sensitif itu, mengisapnya dengan kuat hingga menghasilkan suara “slurp… schlup…” yang basah dan nakal. Lidahnya ikut bergerak, menjilat itil itu dengan gerakan melingkar yang cepat, lalu kembali mengenyot dengan tekanan yang lebih kuat, seolah ingin menghisap setiap kenikmatan dari tubuh Angela. Angela langsung kelojotan, tubuhnya menegang dan pinggulnya terangkat dari kasur, “Ohh… Agus… ahh… what are you doing…!” desahnya dengan suara penuh kejutan dan kenikmatan, kakinya bergetar hebat, berusaha menahan sensasi yang begitu intens. Agus hanya tersenyum di sela-sela aksinya, suaranya teredam, “You taste… so good, Angela…” katanya, lalu kembali mencium dan mengenyot dengan penuh hasrat.
Kennyotan Agus semakin kasar—ia kini tidak hanya mengenyot, tapi juga menjilat itil Angela dengan gerakan lidah yang lebih agresif, berputar-putar dengan cepat, lalu mengisap lebih kuat hingga Angela mengerang lebih keras, “Ahh… Agus… I… I can’t… ohh…” Suara becek dari memek Angela yang basah bercampur dengan suara kennyotan Agus, “schlurp… schlurp…” memenuhi kamar kecil itu. Agus sesekali menampar pantat Angela dengan tangan kanannya, “plak… plak…” tamparan itu cukup keras hingga membuat pantat Angela yang montok bergoyang dan sedikit memerah, menambah sensasi nakal pada momen itu. Angela mengerang lebih liar, “Mmm… Agus… you’re… so rough… I love it…” katanya dengan napas terengah, tubuhnya terus bergetar, menyerahkan diri pada kenikmatan yang Agus berikan.
Agus semakin liar—ia kini mengenyot itil Angela dengan gerakan yang lebih ganas, bibirnya mencengkeram tonjolan kecil itu dengan kuat, lalu menariknya dengan isapan yang dalam, menciptakan suara “slurp… schlup…” yang lebih berisik. Lidahnya bergerak lebih cepat, menjilat dengan tekanan yang lebih kuat, sesekali masuk ke dalam celah memek Angela untuk menjelajahi lebih dalam, membuat Angela kelojotan lebih hebat, “Ohh… Agus… I… I’m going crazy… ahh…!” Tangan Agus meremas pantat Angela dengan keras, jari-jarinya mencengkeram kulit yang tebal itu hingga meninggalkan jejak merah kecil, lalu ia menampar lagi, “plak… plak…” lebih kuat, membuat Angela mengerang dengan nada yang lebih tinggi, “Agus… yes… more… please…” Tubuh Angela melengkung lebih dalam, pinggulnya bergerak sendiri, seolah meminta lebih.
Kennyotan Agus kini benar-benar brutal—ia mengisap itil Angela dengan penuh nafsu, lidahnya bergerak dengan kecepatan tinggi, menjilat dan mengenyot bergantian, seolah ingin memeras setiap tetes kenikmatan dari tubuh Angela. Suara “schlurp… schlurp…” bercampur dengan desahan Angela yang semakin liar, “Agus… ohh… I… I can’t hold it… ahh…!” Agus kembali menampar pantat Angela, kali ini lebih keras, “plak… plak… plak…” berturut-turut di kedua sisi, membuat pantat itu bergoyang lebih hebat dan memerah lebih jelas, lalu ia meremasnya dengan kuat, jari-jarinya mencengkeram kulit yang lembut itu hingga Angela mengerang lebih keras, “Ahh… Agus… you’re… too much…!” Tubuh Angela bergetar hebat, kakinya menegang, dan cairan alami dari memeknya mulai menetes ke seprai, menambah aroma gairah yang memenuhi udara.
Agus tak berhenti, kennyotannya semakin kasar—ia kini menggunakan giginya dengan lembut, menggigit kecil itil Angela sebelum mengenyotnya lagi dengan penuh tekanan, lidahnya bergerak liar di seluruh area memek yang basah, menciptakan suara “schlurp… slosh… schlurp…” yang semakin berisik. Angela hampir menjerit, “Agus… ohh… I’m… I’m gonna… ahh…!” tubuhnya kelojotan tak terkendali, pinggulnya bergerak liar, dan tangannya mencengkeram seprai dengan erat. Agus menampar pantat Angela lagi, “plak… plak…” di sisi yang sama, lalu meremasnya dengan lebih kuat, jari-jarinya meninggalkan bekas merah yang lebih jelas, “You’re so sexy, Angela… I can’t stop…” katanya dengan suara serak, wajahnya masih terkubur di antara paha Angela. Angela hanya bisa mendesah, “Agus… please… tell me… what’s ngentot… I need to know… ahh…” pintanya dengan suara memohon, tapi Agus hanya terkekeh kecil, fokus pada kenikmatan yang ia berikan.
Aksi Agus mencapai puncaknya—ia mengenyot itil Angela dengan kekuatan maksimal, bibirnya mencengkeram erat, lidahnya berputar dengan kecepatan tinggi, dan sesekali ia menjilat seluruh area memek dengan gerakan panjang yang penuh nafsu, membuat suara becek “slosh… schlurp…” semakin keras. Angela benar-benar kehilangan kendali, tubuhnya bergetar hebat, “Agus… I… I’m cumming… ahh…!” jeritnya, cairan alami membanjiri memeknya, menetes ke kasur dan tangan Agus. Agus menampar pantat Angela dengan keras, “plak… plak… plak…” berturut-turut, lalu meremas kedua sisi pantat itu dengan penuh gairah, jari-jarinya mencengkeram kuat hingga kulitnya memerah sempurna, “That’s it, babe… let it go…” katanya dengan suara penuh kemenangan. Angela terkulai lemas, napasnya terengah, wajahnya yang penuh peju kini bersandar di seprai, tapi ia masih sempat bertanya dengan suara lemah, “Agus… please… what’s ngentot…?” Agus hanya tersenyum, mengelus pantat Angela dengan lembut, “You’ll know soon… just wait,” jawabnya dengan nada genit, membuat Angela terkekeh lemah di tengah kenikmatan yang baru saja ia rasakan.
_________
Agus, yang sudah tak bisa lagi menahan hasratnya, memposisikan kontolnya yang masih mengeras meski telah muncrat banyak di wajah Angela. Dengan penuh gairah, ia mengarahkan batang kejantanannya yang licin dan keras itu ke memek Angela, yang masih menungging dengan posisi sempurna di kasur sempit itu. Memek Angela yang basah dan hangat terasa begitu mengundang, cairan alami yang masih menetes dari orgasmenya sebelumnya membuatnya semakin licin. Agus memasukkan kontolnya perlahan, merasakan dinding memek Angela yang erat dan hangat langsung mencengkeram batangnya, menciptakan suara “schlup… slosh…” yang basah saat ia masuk lebih dalam. Angela mengerang keras, “Ohh… Agus… ahh…” tubuhnya sedikit bergetar, menyesuaikan diri dengan sensasi penuh yang tiba-tiba itu, sementara Agus mendorong hingga seluruh panjang kontolnya masuk, napasnya terengah penuh kenikmatan.
Agus menatap Angela dengan mata penuh hasrat, tangannya mencengkeram pinggul Angela erat, lalu berkata dengan suara serak, “This is it, Angela… this is ngentot… beautiful, right?” Ia mulai menggerakkan pinggulnya dengan ritme pelan namun dalam, kontolnya keluar-masuk dengan gerakan yang teratur, membuat suara “plok… schlurp… plok…” yang nakal setiap kali pinggul mereka bertemu. Angela, yang wajahnya masih berlumur peju kental Agus, menoleh ke belakang dengan ekspresi cemberut sebal, menyadari bahwa Agus telah “mengerjainya” dengan tak menjelaskan arti ngentot sebelumnya. “Agus… you… you tricked me!” katanya dengan nada manja, bibirnya yang penuh peju membentuk cemberut yang menggemaskan, tapi desahan kenikmatan tetap keluar dari mulutnya, “Mmm… ohh… Agus…”
Namun, cemberut Angela tak bertahan lama—ia segera tersenyum lebar, matanya yang biru berkilau penuh pengertian saat ia menyadari bahwa “ngentot” berarti bercinta. “Ohh… so this is ngentot… you’re so bad, Agus… but… I love it,” katanya dengan nada genit, tubuhnya mulai bergerak mengikuti ritme Agus, pinggulnya mendorong ke belakang untuk menyambut setiap dorongan. Agus tersenyum puas, tangannya sesekali menampar pantat Angela dengan lembut, “plak… plak…” membuat pantat itu bergoyang kecil, lalu ia berkata, “You’re so perfect, Angela… so tight… I can’t get enough of you…” Gerakan pinggulnya semakin cepat, kontolnya masuk-keluar dengan lebih intens, menciptakan suara “plok… schlurp…” yang lebih keras, bercampur dengan desahan mereka yang semakin liar, “Ahh… Agus… yes… like that…” desah Angela, tenggelam dalam kenikmatan.
91Please respect copyright.PENANApvaLlEYgcK
TO BE CONTINUED
91Please respect copyright.PENANAHhCSoKeBXV