162Please respect copyright.PENANAwJdEkUWN8P
162Please respect copyright.PENANAucL1S3RV4u
162Please respect copyright.PENANAqN3lK6jSl8
162Please respect copyright.PENANAUs4ao0aCTg
162Please respect copyright.PENANAp5UMPATSyS
“Kau tidak seperti yang aku lihat diponsel.”
“Apa mungkin itu buruk?”
“Tidak! Kau jauh lebih baik dari yang aku lihat diponsel.”
“Sebenarnya aku tidak begitu peduli tentang pendapat orang lain, tapi aku cukup tersanjung dengan pujianmu.”
Kedua laki-laki itu lalu terdiam, tidak ada lagi yang membuka suara; jadi canggung.
Adi lalu melirik lelaki yang 1cm lebih tinggi darinya itu. “Aku tidak tahu bahwa kau bintang porno gay?”
Dia hanya melirik Adi sekilas. “Mereka mengatakan akan membayar ku 10x lebih mahal jika aku mau melakukan adegan sesama jenis.”
Adi hanya mengangguk mengerti. Salah satu alasannya terjun ke dalam dunia biru ini bukan hanya karena masa lalunya yang kurang menyenangkan, tetapi juga bagaimana orang-orang di dalamnya seperti Kris menjanjikan banyak uang, terutama jika para bintang porno ini mau melakukan adegan sesama jenis. Itu sudah menjadi rahasia umum dikalangan mereka.
“Kita akan dibayar sangat mahal setelah ini,” gurau Adi. Membuat calon lawan mainnya itu tertawa, melihat itu membuat Adi mau tak mau juga ikut tertawa.
Saat ini kedua lelaki itu tengah duduk-duduk di restroom, dengan segelas bir ditangan masing-masing, keduanya hanyut dalam pemikiran sendiri, menerawang jauh entah ke mana.
Lelaki yang akan menjadi lawan main Adi kali ini itu sedikit terkejut ketika dengan tiba-tiba Adi menyentuhnua dan meremas pahanya.
“Relaks saja,” gumam Adi. Membuat lelaki itu mengangguk sebelum akhirnya menyingkirkan tangan Adi.
“Aku tidak memiliki pilihan lain,” ungkapnya.
Adi melirik sekilas. “Aku juga.”
“Dia tidak akan membiarkan kita begitu saja setelah tahu penggemar suka memasang-masang kan kita berdua,” lanjutnya.
Membuat Adi sedikit bergidik, meneguk bir yang tinggal sedikit itu hingga tandas.
“Bagaimana menurutmu?”
“Apanya?”
Stefan memfokuskan seluruh atensinya pada Adi, menatap lelaki yang sudah berganti warna rambut dari pirang menjadi blonde itu dari atas kaki hingga rambut.
“Aku.”
Adi mengernyitkan dahinya bingung. “Kau kenapa?”
Stefan tersenyum. “Permainan ranjangku, apa lagi?”
Adi hanya mengangguk dengan mulut membentuk huruf O. “Aku belum melihat film mu,” cicit Adi jujur.
Meski dia sendiri adalah bintang film dewasa, tetapi Adi bahkan tidak pernah menonton yang semacam itu jika tidak ada yang mengajaknya. Entah lah, menurutnya itu aneh, seperti tengah menonton dirinya sendiri.
“Kau lurus, kan?”
“Yeah, aku memiliki seorang kekasih wanita.”
“Bagaimana rasanya?”
Stefan melirik Adi menyelidik. “Dia cantik,” jawabnya, “dia tulus,” Stefan berdiri ketika pintu restroom tiba-tiba terbuka dari luar, “dan dia sedikit pemalu juga super galak,” pungkasnya, tepat setelah Mulya menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
“Kalian sudah siap? Syuting akan segera dimulai.” Mulya melemparkan dua naskah yang langsung ditangkap, masing-masing untuk Adi dan juga Stefan.
Adi membolak-balik naskah itu dan membacanya, Stefan menarik pundak Adi dan menuntun lelaki itu untuk mengikuti Mulya yang sudah lebih dulu berlalu.
“Sepertinya ini adalah film porno tersial ku,” Adi menggerutu. Ditentengnya naskah itu dengan tidak minat.
Stefan mengangkat alisnya penasaran. “Aku tebak, itu bukan kabar baik?”
“Kris memasukkan banyak adegan bondage, dominance, sadism, danmachosism,” jawabnya dongkol, “tidak perlu bertanya siapa yang akan merasakan semua siksaan itu, sudah pasti aku! Kurang ajar, dia memang pria brengsek!”
Mendengar jawaban Adi, Stefan seketika meringis ngeri. Sebelumnya mereka tidak pernah tahu adegan seperti apa yang akan mereka peragakan sebelum kru memberi tahu beberapa menit sebelum syuting dimulai.
Mulya, Adi, dan Stefan masuk ke ruangan yang akan mereka pergunakan untuk syuting, sebuah halaman dengan kolam renang berukuran sedang dengan beberapa pelampung berbentuk bintang laut. Bagian halaman sudah didekorasi menyerupai goa bawah laut dengan latar belakang triplek berwarna hijau muda untuk.
Beberapa kru termasuk Yanto dan Bram tengah menyiapkan semua properti, termasuk beberapa kru baru yang tak Adi kenal sebelumnya.
Mulya menghampiri Adi dan Stefan dengan menenteng sebuah kostum ikan ditangan kanannya, menyodorkannya pada Adi dengan wajah aneh. “Pakai ini.”
Adi menerima kostum ekor duyung itu dengan wajah memelas, sedangkan Stefan yang baru saja selesai membaca naskahnya hanya bisa menahan tawa dengan kepalan tangan.
“Tahan aku jika setelah syuting berakhir aku berkeinginan membunuh Kris!”
*****162Please respect copyright.PENANAX1gyOvAKkD
162Please respect copyright.PENANA2UzbLCr18n
162Please respect copyright.PENANAU0SVq2HBLv
162Please respect copyright.PENANAh9TlCxKQdi
162Please respect copyright.PENANANAPNOX3J17
Angin laut —yang dihasilkan dari 10 kipas angin yang disegel hingga batas maksimal itu —mengacak-acak rambut halus Stefan, bibir tipis lelaki itu menganga terpana melihat seekor—bukan! Tapi seorang lelaki dengan ekor ikan terkapar pingsan dibibir pantai.
Kilat—yang dihasilkan dari kilat lampu—menyambar beberapa pohon kelapa hingga terbakar, bersamaan dengan hujan badai yang semakin ganas. Stefan menutupi sepasang telinganya takut, setelah kilat itu mereda, ia merangkak mendekati sosok misterius itu. Membawa kepala dengan surai blonde itu ke pangkuannya.
Menepuk-nepuk pipi tirus itu pelan. “Bangun?”
Stefan sedikit melirik ekor lelaki itu yang bergerak-gerak. Lalu kembali berusaha membangunkannya takut-takut.
“Hei, bangun. Aku tak mungkin meninggalkanmu sendirian di sini.”
Langit semakin menghitam dan sosok yang dilihatnya dari kaca rumah tadi tengah berenang menuju laut dan kini tak sadarkan diri itu belum juga sadar.
Stefan meletakkan kepala lelaki setengah ikan itu diatas pasir, ia berjongkok sebelum akhirnya mengendong lelaki itu menuju penginapan yang disewanya selama liburan.
Badai semakin mengamuk setelah Stefan masuk ke dalam rumah.
Air menetes dari ekor ikan lelaki tersebut, dengan kesusahan, Stefan menggendongnya menaiki anak tangga menuju kamarnya, membuka pintu kamar itu dengan brutal dan memasukkan lelaki yang tak sadarkan diri itu ke dalam bathtub.
“Air, air, air,” Stefan bergumam panik. Ia memutar kran, membiarkan aliran dingin air mengaliri tubuh lelaki setengah ikan dengan atasan polos itu.
Lamat-lamat, Stefan memperhatikan sosok itu dengan kagum. Kulitnya tidak terlalu putih, namun entah bagaimana bisa bersinar. Postur wajahnya cukup tajam dengan bulu mata lentik, bagian wajahnya yang paling menonjol adalah adam apel serta bibir berlikuknya.
Tanpa sadar Stefan meraba leher lelaki misterius itu, didetik yang sama ketika tiba-tiba mata itu terbuka dan langsung mencengkeram tangan Stefan erat.
Membuat Stefan hampir terjengkang kebelakang; terkejut. Mata cokelat itu menatapnya lekat, mengendus tangan Stefan dan menjilatinya.
Stefan ingin sekali menarik tangannya, tapi tidak bohong juga bahwa hembusan napas yang menerpa punggung tangannya membawa sensasi aneh pada tubuhnya. Seperti geli juga panas, ada sesuatu dalam dirinya yang ingin meledak dan harus mendapatkan sentuhan.
Stefan membuka mulutnya, “Siapa namamu?”
“Adi,” suara itu begitu lirih hingga Stefan hampir tak mendengarnya.
“Adi?” Stefan mengulangi. “Adi, sebenarnya kau ini apa?”
Adi menatap Stefan tanpa kedip, seulas senyum terpatri dibibir kucingnya. “Apa Tuan akan percaya jika aku katakan bahwa aku sudah dibuang dari kerjaan laut untuk menjadi pendampingmu?”
Stefan gelagapan mendengar kata-kata Adi, ia bingung, sungguh! “Apa maksudmu?”
Alih-alih menarik tangannya menjauh dari Adi, Stefan justru mendekati Adi, menghirup aroma amis yang sosok itu keluarkan.
“Jawabanmu tidak menjawab pertanyaanku,” Stefan menekankan.
Wajah mereka berdua kini begitu dekat satu sama lain, ekor Adi bergerak gelisah, Stefan menatapnya begitu tajam dengan mata sipit itu.
“Jawab aku dengan benar atau kau aku buang ketengah jalan raya?” Telunjuk Stefan menekan pinggul Adi, membuat manusia setengah ikan itu meringis geli.
Adi menelan salivanya takut. “Aku adalah seekor mermaid,” cicitnya, “setiap kami yang melakukan pelanggaran dengan mencintai manusia, maka kami akan langsung dibuang dari laut, tidak peduli seberapa besar aku berusaha untuk kembali ke laut, laut seakan memuntahkan ku.”
Kini, mereka berdua dapat merasakan napas masing-masing.
“Dalam kata lain, kau mencintaiku?” Stefan menyeringai.
Adi mengangguk patuh, jantungnya berdebar melebihi ketika ia kemarin disidang sebelum akhirnya dibuang.
“Bagaimana aku dapat mempercayai makhluk asing begitu saja?” Stefan memiringkan kepalanya, “bisa saja kan kau hanya berpura-pura baik padaku sebelum akhirnya kau membunuh atau memakan ku hidup-hidup?”
Adi menggeleng. “Tidak, aku berkata yang sesungguhnya!”
Stefan terkekeh, menjauhkan wajahnya dari wajah Adi, mengusap bibir keringnya sensual. “Apa kau dapat membuktikan kesungguhanmu itu?”
Adi mengangguk yakin.
“Apa kau tahu bagaimana cara manusia membuktikan apakah mereka bersungguh-sungguh dalam cinta atau tidak?”
Adi menggeleng; tak tahu.
“Tunggu sebentar.” Stefan pergi, meninggalkan Adi sendirian, Adi menghela napas panjang, ia memainkan ujung ekornya hingga tak lama kemudian Stefan kembali dengan barang-barang aneh.
Adi memperhatikan Stefan yang melepas semua pakaiannya. Telinga Adi memerah begitu milik Stefan terpampang jelas didepan matanya, memalingkan wajah malu, Stefan terkekeh melihat aksi Adi.
“Lihat aku.”
Adi menuruti apa yang Stefan katakan.
“Kau bilang tadi aku adalah Tuanmu, 'kan?”
Adi mengangguk.
“Apa kau bisa menuruti semua keinginanku?”
Adi kembali mengangguk, kali ini disertai senyum kecil.
“Apa kau sudah pernah melakukan seks?”
Adi mengangguk— tapi kemudian berhenti, Adi menatap Stefan sebentar lalu menggeleng. Membuat Stefan tersenyum puas.
“Bagus, aku adalah yang pertama memasuki mu, 'kan?” Stefan memegang penisnya, ikut masuk ke dalam bathtub, membuat Adi menarik ekornya untuk memberi Stefan ruang.
Stefan menarik tengkuk Adi dan langsung meraup bibir kucing itu ke dalam sebuah ciuman, mengukung tubuh ikan itu kedalam pelukannya. Setelah mereka sama-sama kehabisan napas, Stefan menarik tengkuk Adi menuju selangkangannya untuk melakukan oral seks.
Adi langsung meraup benda panjang tanpa tulang itu, memasukkannya kedalam mulut hingga membuatnya hampir tersedak yang justru sukses membuat Stefan tertawa senang. Melihat itu, Adi kembali melakukan hal itu berulang-ulang hingga rasanya ingin muntah.
Mengurut dan menjilatinya seperti es krim, Stefan menjambak rambut blonde Adi yang basah dan mendorong kepala Adi agar memakan penisnya lebih dalam.
Napas Stefan tersendat ketika klimaks sudah diujung penisnya, tanpa mengatakan apa pun, Stefan langsung menyemburkan seluruh spermanya didalam mulut Adi. Membuat sang submissive melotot hampir tersedak, dengan susah payah, Adi mengeluarkan penis Stefan, membuka mulutnya lebar-lebar untuk memberi tahu sang dominan bahwa semua sperma itu masuk ke dalam mulutnya.
“Aaaaah.”
Semua cairan putih kental itu ada didalam mulutnya, diatas lidah, terkumpul dengan banyak dan terlihat lezat.
“Bagus, sekarang telan hingga habis,” perintah Stefan yang langsung dilakukan oleh Adi.
Stefan membopong Adi keluar dari bathtub, meletakkan manusia setengah ikan itu di kramik kamar mandi dengan posisi tengkurap. “Di mana aku dapat memasuki mu?” tanyanya bingung.
Adi membawa tangan kirinya untuk membuka resleting yang ada di pantatnya. Melihat itu, Stefan tersenyum puas. Langsung saja ia membuka resleting tersebut setengah hanya untuk mengetahui di mana lubang hangat itu bersembunyi.
Setelah mendapatkannya, tanpa basa-basi lagi Stefan memasukkan penisnya ke dalam lubang Adi tanpa pelumas, membuat lelaki itu menjerit tertahan dengan pipi yang merasakan dinginnya keramik kamar mandi.
“Pelan-pelan ahh aahh ah!”
Sayangnya Stefan sudah tuli oleh kenikmatan yang didapatnya, ia justru menambah tempo sodokannya hingga membuat Adi terhentak-hentak dengan ekor yang ia angkat ke udara.
“Ahh ... Ahhh, Stefan pelan-pelan!” Adi merintih, “Aku merasa sangat penuh!”
Tangan kiri Adi berusaha meraih tangan Stefan agar memelankan tempo sodokannya, tetapi percuma, Stefan justru memasukkan tangan Adi ke dalam mulutnya dan menggigitnya.
“Sssttt, ini ketat sekali!” Stefan menggeram dengan mata terpejam.
Adi tersenyum dalam peluhnya. “Apa kau suka?”
“Tentu aja! Seks denganmu adalah yang terbaik sepanjang hidupku!” jawab Stefan disela kegiatannya. “Aahh, aku sudah akan keluar lagi!”
Tepat setelah mengatakan itu, Stefan menyemburkan spermanya ke dalam lubang Adi. Membuat sang submissive meringis ketika merasakan lelehan cairan hangat itu.
Tanpa menunggu Adi mengatur napas, Stefan langsung melesakkan kepalan tangannya masuk ke dalam dubur Adi, membuat sang korban berteriak nyaring.
“Aww! Hentikan!”
Alih-alih iba, Stefan justru tertawa. “Nikmati ini, Adi.” Stefan mengobrak-abrik daging itu, meremas dan menyentuh apa pun yang tangannya temui. “Tunggu, ini apa?” tanyanya ketika merasakan daging kecil.
Tepat ketika Stefan menekannya, Adi berteriak lebih nyaring dari yang sebelumnya.
“Arrghh! Shit!”
Stefan tertawa ketika tahu daging kecil itu adalah prostat Adi, setelahnya ia semakin gencar mempermainkan daging itu. Membuat Adi menggelinjang tak karuan dibawahnya, Stefan meraih penis Adi yang tertekan berat badan pemuda itu, meremas pelan sambil menghalangi cairan itu keluar. Membuat Adi semakin tersiksa karena tidak bisa mendapatkan pelepasannya.
“Ahh, ku mohon!” Tangan Adi berusaha menyingkirkan Stefan dari atas punggungnya. Tapi itu sia-sia, tangannya yang pendek itu tak sampai.
Stefan semakin gencar menyodok prostat Adi dengan tangannya. “Apa ini kurang?”
“Tidak-tidak-tidak!”
Stefan memasukkan tangannya yang lain sekaligus, membuat Adi merasa seperti terbelah menjadi 2 bagian. Pantatnya terasa perih terutama di bagian dalam, namun lama-kelamaan rasa perih itu bercampur dengan gatal ketika Stefan tak kunjung juga mengerakkan tangannya.
“Stefan?”
“Apa?”
“Kenapa tidak bergerak juga?” Adi merengek.
Dan Stefan menertawakannya. “Kau yang meminta dan jangan memintaku untuk berhenti setelah ini.”
“Tidak akan, tubuhku adalah milik Tuan, lakukan apa pun sesukamu padaku.”
Stefan menarik kedua tangannya, bersiap memasuki Adi lagi ketika tiba-tiba Kris menginterupsi kegiatan mereka berdua.
“Stefan sebentar.”
Syuting dijeda, Kris bersama Jaelani datang menghampiri kedua bintang porno mereka.
Tanpa permisi, Jaelani memegang penis Stefan dan menyuntikkannya sesuatu agar penis itu terus berdiri dan bereraksi.
Stefan terduduk meringis ketika penisnya kembali berdiri tegak.
Kris membantu Adi terlentang ketika Jaelani juga melakukan hal yang sama kepadanya.
“Oke, sekarang ulangi adegan barusan sekali lagi.”
****162Please respect copyright.PENANAy1ayaeuN9p
162Please respect copyright.PENANAyg15FUyjp9
162Please respect copyright.PENANAZH4xKuSFp0
162Please respect copyright.PENANALzgURSBV8f
162Please respect copyright.PENANA7cERVaansz
“Buka mulut manismu!”
Adi hanya menurut ketika Stefan memasukkan bola ungu bertali ke dalam mulutnya dan mengikatnya dengan kepala, membuat mulutnya terus menganga akibat tersumpal benda itu.
Mata cokelat sipit itu menatap mata sipit yang lain, seakan bertanya apa lagi yang akan kau pakaian padaku? Siksa aku sebanyak yang kau mau, Master!
Stefan membuang sisik Adi—yang terbuat dari kertas karbon— ke sembarang arah, ia lalu mengikat kedua kaki Adi dengan posisi mengangkang pada tiang besi tegak lurus, memperlihatkan dengan jelas penis mungil Adi yang berdiri menantang, juga membuat lubang surgawi Adi yang berkerut itu terlihat berkedut-kedut minta dimasuki.
Stefan merogoh dubur Adi dengan kelima jarinya, mengorek dan meremas daging di dalamnya, membuat sang korban mendesah tak karuan dengan tubuh menggelinjang.
“Uhh ... ayeahh~, lagi!”
“Dengan senang hati, Sayang.” Stefan memperdalam sodokan tangannya hingga mencapai dinding daging.
Klimaks itu baru saja akan menghampiri Adi ketika dengan nakal Stefan menutup jalannya, membuat sepasang kaki Adi yang mengangkang lebar bergetar selama beberapa saat. Kedua tangannya yang diborgol bergerak-gerak kecil; merasakan kram.
“Ahh, sakit!” Adi merasakan nyeri di dalam penisnya akibat pelepasan yang digagalkan dengan paksa.
Kepalanya yang berada dibawah melirik Stefan yang menarik tangannya dari lubang duburnya, Adi tersenyum miring ketika Stefan kembali dengan 2 buah dildo dan cockring ditangannya.
“Kau pasti akan menyukai ini,” ujar Stefan sambil menciumi pita hijau yang Adi kenakan.
Bibir kucing itu berusaha meraih mulut Stefan untuk ia cumbu, namun Stefan lebih dulu menarik wajahnya menjauh, membuat submissive itu mendesah kecewa, namun sesaat kemudian Adi tertawa pelan ketika melihat Stefan memasangkan cockring kring itu pada penisnya, Adi meringis kesakitan ketika Stefan membuat kejantanannya terjepit dan membungkuk, membuatnya terlihat 5x lebih kecil dari yang sebelumnya.
Bau busuk sperma yang bercampur dengan keringat dan air seni itu masih tercium tajam ketika Stefan memasukkan sebuah dildo pada dubur Adi, menyetelnya langsung dibatas maksimal, membuat Adi ikut menggerak-gerakkan bokongnya semangat bercampur nyeri mengingat penisnya masih terpenjara.
Stefan mengambil buku bahasa Inggris yang terletak di atas laci, mengangkat buku tebal itu tinggi-tinggi dan memukulkannya pada penis Adi—sesuai permintaan Kris selaku sutradara.
“Aakkhh!”
Seakan tuli, tak peduli seberapa keras Adi berteriak meminta ampun dan menyuruhnya berhenti, Stefan malah semakin brutal memukul penis Chen, membuat daging lunak itu memerah dan terdapat memar dibeberapa bagian.
“Uhh ... Ahhh, cukup, Stefan! Hikss!”
Stefan beralih pada bokong Adi, mengambil dildo lain yang berukuran jauh lebih besar dari sebelumnya dan langsung melesakkan masuk bergabung dengan dildo lain didalam lubang Adi. Membuat sang korban hanya bisa diam sambil mendesah kan namanya.
“Stefaaaan!”
Stefan meneliti wajah Adi yang memerah, ia jongkok dan mengelus surai blonde Adi. “Apa kau masih ingin membuktikan cintamu padaku, Mermaid ku?”
Antara sadar dan tidak sadar, Adi masih ingat dialog naskah bagiannya.
Dengan tatapan lemah pada Stefan, Adi mengangguk.
Stefan menjilat bibirnya yang kering, ia kemudian mengambil kursi, meletakkan di samping kepala Adi, duduk di atasnya sambil menyodorkan kedua kakinya di wajah Adi
“Jilat kakiku, Sayang,” perintah Stefan.
Adi memandangi wajah Stefan sesaat sebelum akhirnya melakukan apa yang diperintahkan; menjilati kedua kaki lawan mainnya itu penuh penghayatan. Merasakan sensasi asin dilidah dan ingin muntah disaat yang bersamaan.
“Mmhhh mmhh.”
Suara kecapan dan desahan itu mendominasi ruangan kamar dengan sekitar 13 orang di dalamnya. Stefan sesekali tertawa geli ketika Adi dengan berani menjilati sela jari kakinya, setelah puas melihat Adi memperkosa kakinya, Stefan bangkit dengan tubuh yang masih polos, berjongkok didepan wajah Adi, menyodorkan penis miliknya didepan hidung Adi.
“Puaskan dia dengan mulut nakal mu itu.” Tanpa menunggu Adi siap, Stefan melesakkan kejantanannya di dalam mulut Adi. Memaju-mundurkan pinggulnya hingga membuat kepala Adi terantuk lantai beberapa kali.
“Hagg!” Tenggorokan Adi tersodok penis Stefan hingga membuat sang korban hampir muntah, sepasang mata sipit itu berair menahan sesak penis Stefan yang membesar menuju pelepasan.
Ketika ia merasakan kenikmatan itu sudah hampir dipuncak, Stefan menarik penisnya, mengarahkannya pada wajahnya.
“Buka mulutmu, Sayang.”
Adi menuruti apa yang Stefan perintahkan.
“Nah, bagus, sekarang telan semua makan malammu itu.”
Sesaat kemudian, Stefan menyemburkan lelehan cairan putih kental itu di wajah juga mulutnya yang menganga. Tatapan polos, peluh yang membanjiri wajah, dan semburan sperma hangat dengan mulut yang menampung semua sperma itu membuat Adi terlihat seperti anak kesayangan dari dewa Eros.
*****162Please respect copyright.PENANAk0RS6jWXXZ
162Please respect copyright.PENANAFhUuU60hYZ
162Please respect copyright.PENANA0FIYgd4E3l
162Please respect copyright.PENANA5JzIFv1VhK
162Please respect copyright.PENANAAgU0prSDHu
“Huek! Huek! Huek!”
Sepasang tangan itu mencengkeram erat bibir kloset, mulutnya tak henti memuntahkan semua isi perutnya. Matanya memerah merasakan pening yang teramat sangat.
Adi terduduk di pinggir kloset, tubuh polosnya yang hanya ditutupi bathroom tanpa diikat tersingkap begitu saja ketika ia jatuh terlentang di dalam kamar mandi seorang diri.
Tangannya terulur untuk menutupi tubuhnya juga menekan perutnya yang seperti dililit, lelehan air mata berjatuhan dengan seiring suara samar-samar dikamar mandi sebelah terdengar olehnya.
“Kau lihat dia tadi, Han? Oh, sangat panas! Lubangnya terlihat sangat hangat!”
“Hahahah, aku sangat menyukai ekspresi wajahnya ketika menelan sperma. Aku jadi membayangkan bahwa aku tengah menggagahinya, pasti keren!”
“Sial kau! Itu tidak akan terjadi, aku yang akan lebih dulu memuaskannya, catat itu. Lagi pula milikku lebih besar daripada milikmu.”
“Berani bertaruh?”
“Ayo, siapa takut? Aku yang mengajakmu ke sini karena aku mendapatkan hadiah sebagai penggemar beratnya; melihat proses syuting Adi.”
“Tunggu, apa yang akan kita taruhkan, Muklis?”
“Hmm, bagaimana kalau siapa yang bisa memegang bokongnya lebih dulu, dia yang menang?”
“Kurang menantang, siapa pun bisa memegang bokong Adi. Bagaimana kalau siapa diantara kita yang dapat menggagahinya duluan, dia yang menang?”
“Baik, setuju!”
Adi lalu terduduk, menggelengkan kepalanya dengan ekspresi kesal.
Orang-orang gila di sekitarnya akibat melihat dirinya beradegan panas di atas ranjang sudah cukup membuatnya muak, tidak perlu ditambah dengan sepasang remaja yang berlomba untuk menggagahinya juga!
Dengan kesal, Adi bangkit dari tempat bersimpuhnya, membersihkan liur bekas muntahan dengan siku. Membuka pintu itu brutal, setengah meter dari tempatnya berdiri, dua orang remaja lelaki yang tadi berbicara kotor tentangnya tengah mematung, sepasang mata itu jatuh dibawah selangkangannya.
Adi yang sadar langsung menutupi tubuh bagian bawahnya dengan bathroom yang ia pakai, berjalan tertatih menghampiri kedua remaja yang salah satunya pernah ia puji kemampuan bernyanyinya di kafe.
“Ada yang ingin kalian sampaikan padaku secara langsung?”
Sedangkan dilain tempat, seseorang tengah kebingungan mencari keberadaan Adi yang sudah setengah jam belum juga kembali.
“Apa kau melihat Adi, Stefan?”
Stefan yang setengah sadar tersenyum remeh menatap Yanto yang kebingungan, tangan kirinya memainkan jarum suntik yang tadi ia gunakan dengan kaki berselonjor.
“Di neraka mungkin?” Stefan tertawa dengan perkataannya sendiri, membuat Yanto memutar bola mata malas.
Yanto berniat menutup pintu restroom lagi sebelum pergi dan berpesan, “Istirahat tinggal satu jam lagi, pergunakan sebaik mungkin.”
“Oke, Boss.”
Jaelani menghampiri Yanto yang keluar dari restroom—tempat di mana para bintang porno beristirahat selama break syuting.
“Dari mana?”
“Mencari Adi.”
“Tidak ada di dalam?” Jaelani melirik pintu di belakang Yanto.
Yanto menggeleng. “Hanya ada Stefan yang lagi pake narkoba di dalam.”
Mulya melewati mereka dan berhenti ketika mendengar nama Adi disebut. “Kalian mencari Adi?”
Yanto mengangguk. “Kau tahu?”
“Dia tengah diperkosa kedua penggemarnya di toilet.”
Mulya memperlihatkan beberapa foto mereka bertiga yang berhasil dia abadikan dengan bangga, berencana akan memposting ini ke media sosial sebagai promosi film terbaru mereka yang berjudul Mermaid Prince.
“Adi mempunyai banyak penggemar yang ... berbakat.”
“Aku setuju. Mungkin salah satu dari mereka bisa kita rekrut.”
****162Please respect copyright.PENANASYEPMZdWeu
162Please respect copyright.PENANA0Q7iLMw21W
162Please respect copyright.PENANAbTsqcEWMLF
162Please respect copyright.PENANAz2B2DKEUDa
162Please respect copyright.PENANAGDF9EuizKk
Satu cumbuan panas penuh paksaan harus Adi terima, kedua bocah yang ternyata baru lulus sekolah menengah atas itu mendesah puas sambil mengancingkan resleting celana mereka.
Salah satunya yang bermata lebar mengusap-usap kedua puting susu Adi. “Kerja bagus, Nak.”
“Ayo, kita pulang. Jangan sampai para kru melihat kita memakai aktor mereka. Bisa gawat.”
Setelahnya, mereka berlalu begitu saja, meninggalkan Adi seorang diri dalam posisi tengkurap dengan banyak cairan sperma memenuhi duburnya.
Bathroom- nya masih ia kenakan, namun sama sekali tak mampu menutupi tubuhnya. Dengan perut keroncongan, Adi berusaha berdiri, membersihkan bokongnya dari sperma sialan itu!
Ekspresi wajahnya tak bisa tergambar lagi, ia kesal, tapi juga tak bohong kalau permainan kedua bocah itu lebih bagus dari Stefan.
Dan sekarang, Adi harus menyesali pemikirannya di kamar mandi itu, karena sekarang ia bahkan dipaksa harus mendesah kan kenikmatan atas nama Stefan sekeras-kerasnya!
“Oh, yeah–lebih cepat lagi! Stefan ahh ahh!”
Peluh membanjiri wajah Adi ketika dengan brutal Stefan menggenjotnya, membuat tubuhnya yang dalam posisi tengkurap di atas meja dengan kaki menjulur ke bawah itu terhentak-hentak hebat.
Suara meja yang terantuk, sepasang kulit yang saling bergesekan dengan keras, dan desahan kedua aktor itu membuat pukul 3 pagi para kru panas dengan kejantanan mereka yang menegang dan tak ada yang bisa mereka lakukan selain menyentuh diri sendiri atau mencari teman tidur setelah syuting selesai.
“Mmnmhh, aahuhh yah di sana, Stefan!” teriak Adi ketika Stefan kembali berhasil menyentuh prostatnya.
“Ah, sebentar, Sayang.” Stefan mengambil jeda sebelum akhirnya menggerakkan pinggulnya lebih cepat.
Adi yang tak mau membiarkan Stefan bekerja keras sendiri ikut mengerakkan pinggulnya naik-turun.
Tangan kanannya terulur memegang pipi bokongnya sendiri agar duburnya lebih terbuka lebar, membiarkan penis Stefan yang memiliki ukuran panjang itu bebas keluar-masuk, membuatnya hampir tercekat setiap kali milik Stefan menubruk ditempat yang sangat tepat. Sedangkan tangan kirinya berusaha menopang dadanya sendiri agar tidak tengkurap dan membuatnya terlalu sesak.
Lelehan sperma itu berjubal keluar ketika Stefan menarik penisnya. Kesepuluh jari lentik Stefan membuka lebar dubur Adi, memperlihatkan pada kamera betapa cairan kental itu sangat banyak memenuhi lubang Adi.
Adi melenguh lelah, bahanya merasakan betapa lelehan itu sangat banyak memenuhi dirinya. “Ouhh, ini sungguh luar biasa,” Adi memejamkan matanya sambil meracau, “aku suka seks denganmu ohhh aahh ahh yahhh!”
Seakan belum puas, Stefan mengangkat kaki kiri Adi tinggi-tinggi dengan Adi yang masih dalam keadaan tengkurap di pinggir meja. Memasukkan penisnya kembali dan kembali menggenjotnya.
Adi memejamkan matanya erat, meringis ketika merasakan daging bagian dalamnya terasa sangat perih dan kemungkinan pasti lecet.
“Oohh, sial! Yah, sebelah sana! Ohh, please! Ahh ah.”
“As your wish, Baby.”
Syuting baru selesai pukul 10 pagi ketika kedua aktor utama bahkan tidak diberi istirahat sama sekali karena mereka harus menghemat pengeluaran.
“Kerja bagus kalian berdua!” Kris berteriak semangat ketika para kru sudah mendapatkan video dan foto terpanas untuk dijual.
Stefan menampar pantat Adi ketika lelaki itu saat ini bahkan masih dalam posisi menungging di atas meja. Cairan kental itu masih bersarang sangat banyak, membuat bau busuk dan lengket yang menjijikkan, beberapa ekor lalat terbang di sekitar Adi dan mencari waktu tepat untuk hinggap dan bertelur di lubangnya yang harum.
Stefan meninggalkan Adi begitu saja setelah memakai handuknya dan pergi ke kamar mandi.
Perlahan-lahan, Adi merebahkan tubuhnya, matanya yang lelah menyisir ke segala penjuru di mana hanya tinggal dirinya dan beberapa orang kru baru.
Salah satu diantara mereka mendekati Adi dengan senyum miring yang aneh. “Hei, Boy. Permainanmu boleh juga, lain kali kau bisa mencicipi penisku juga,” ucap salah seorang lelaki —dengan tubuh tinggi —vulgar. Dengan kurang ajar, lelaki itu memelintir puting susu Adi yang dirantai dengan gemas sebelum meninggalkannya sendirian.
Adi ingin marah karena sikap tak senonoh itu, tetapi akhirnya dia terlalu lelah hanya untuk sekadar membuka mata, membiarkan entah siapa meraba-raba pahanya dan memasukkan sesuatu ke dalam duburnya. Lagipula dia memang jalang.
Sejak memutuskan terjun ke dunia biru Adi sadar, bahwa semua orang di dalam dunia ini hanya menganggap sosok seperti dirinya ini sebagai jalang yang bisa dengan leluasa mereka lecehkan.
“Hhmmhh,” desahan lemah itu lolos dari mulut Adi yang tertutup rapat ketika dia merasakan sesuatu yang besar dan panjang secara perlahan berusaha masuk ke dalam anusnya. LAGI!
Sambil masih pingsan. Beberapa orang kru diam-diam memperkosa Adi sambil live streaming.
162Please respect copyright.PENANAlbnI56zO6E
162Please respect copyright.PENANAhwyCipeTZe
162Please respect copyright.PENANAfTneZvDwc1
162Please respect copyright.PENANAdvWMB6b6WS
162Please respect copyright.PENANAYxtk9MKIAF
162Please respect copyright.PENANAZCsQIxvNrU
162Please respect copyright.PENANAaQtvUkzIjE
162Please respect copyright.PENANAxxj7KrluSF
162Please respect copyright.PENANAp0GsZFQ2A3
162Please respect copyright.PENANApPGDppkcjG
162Please respect copyright.PENANArxLmXPiB6w
162Please respect copyright.PENANABkBbJ7ak0D
162Please respect copyright.PENANAa4ggKR1DTh
162Please respect copyright.PENANANlWvP16A9B
162Please respect copyright.PENANAPy6UVV5uWM
162Please respect copyright.PENANA4xNlfZeVfS
162Please respect copyright.PENANAJ3l0ulzEvC
162Please respect copyright.PENANA9BLryoorqr
162Please respect copyright.PENANATXdC3VAE70
162Please respect copyright.PENANA5NEFI7P9HQ
162Please respect copyright.PENANAWidK5JKs7p
162Please respect copyright.PENANA9s96usawlh
162Please respect copyright.PENANAZtNVR4qINY
162Please respect copyright.PENANA54v3pAZ4ws
162Please respect copyright.PENANAHrFQ390q4r
162Please respect copyright.PENANAOmddSeUnaT
162Please respect copyright.PENANA30y2CoqtFw
162Please respect copyright.PENANAuT6zRrQroC
162Please respect copyright.PENANAv9GrlthRiM
162Please respect copyright.PENANAgcpWneTTGb
162Please respect copyright.PENANAGRo4dykdvn
162Please respect copyright.PENANAMvt1LkGt8t
162Please respect copyright.PENANAzhBOcQfS2L
162Please respect copyright.PENANA2SS1Hhz04P
162Please respect copyright.PENANA0ubmm8pEs3
162Please respect copyright.PENANANwHZaKVdB1
162Please respect copyright.PENANAuLEIFGfOsL
162Please respect copyright.PENANAX4dA75ffHp
162Please respect copyright.PENANAmOLIJFJBXi
162Please respect copyright.PENANATbGPClgSVc
162Please respect copyright.PENANAcHLzetinCT
162Please respect copyright.PENANANetro74BQA
162Please respect copyright.PENANA5s2QMh1yYC
162Please respect copyright.PENANADUgsjKusMv
162Please respect copyright.PENANACP192dS8mW
162Please respect copyright.PENANA0MVaGYPhYS
162Please respect copyright.PENANAfiOFZbwrUp
162Please respect copyright.PENANACQ646Fp7qH
162Please respect copyright.PENANAlMWrxV4hy5
162Please respect copyright.PENANA34c24j7syy
162Please respect copyright.PENANAn36v3J8kZk
162Please respect copyright.PENANADwEpM9R1Ag
162Please respect copyright.PENANASVwwUvtsEU
162Please respect copyright.PENANASQDspPblRH
162Please respect copyright.PENANAq6qcoMS2SI
162Please respect copyright.PENANAi4QncAB6td
162Please respect copyright.PENANATQGnJ3xdJ8
162Please respect copyright.PENANAnGKoynETeK
162Please respect copyright.PENANAdvXMtAb4a5
162Please respect copyright.PENANA70ErzGw8VH
162Please respect copyright.PENANACGX1Kld8xz
162Please respect copyright.PENANAeV5cJaYqUN
162Please respect copyright.PENANAjRXOmRJGYN
162Please respect copyright.PENANAaOSIqd0ZaL
162Please respect copyright.PENANADaEoVXKaZq
162Please respect copyright.PENANAHmfsDw6Dys
162Please respect copyright.PENANASUBGaVlmjN
162Please respect copyright.PENANA8b1zLgCT1z
162Please respect copyright.PENANAoewSjqrdyS
162Please respect copyright.PENANAqB8PAXOtJB
162Please respect copyright.PENANAvvGZBdYE57
162Please respect copyright.PENANAUhpajBk5UT
162Please respect copyright.PENANAFVQJm1ycTC
162Please respect copyright.PENANAQp1ybk0evq
162Please respect copyright.PENANAzrwJEVTf3y
162Please respect copyright.PENANAU0OQH3iDta
162Please respect copyright.PENANAM7lhKWobRZ
162Please respect copyright.PENANALfiuaNnzQT
162Please respect copyright.PENANA11B2Fo5bfh
162Please respect copyright.PENANAB70gVZdGTR
162Please respect copyright.PENANAf5WTcngC2d
162Please respect copyright.PENANAjtWa6WJ4VV
162Please respect copyright.PENANAQefPw5WP77
162Please respect copyright.PENANA9slSRNrluS
162Please respect copyright.PENANA95FR875uJb
162Please respect copyright.PENANAFrAPP7k2O2
162Please respect copyright.PENANAlVxPIm8wSm
162Please respect copyright.PENANA4EIs5l1H6g
162Please respect copyright.PENANAV7hYxJsKvL
162Please respect copyright.PENANAi7hR8fZlvR
162Please respect copyright.PENANA1Nb375YOmK
162Please respect copyright.PENANAUFTU2EiEpU
162Please respect copyright.PENANAX2uUIb0d9E
162Please respect copyright.PENANAZZojSWMWI9
162Please respect copyright.PENANAAAN86ckpXa
162Please respect copyright.PENANAJSpdd2LE7z
162Please respect copyright.PENANA0R9AeVNDJg
162Please respect copyright.PENANALHWIEeY3sz
162Please respect copyright.PENANAdOK3hdSkvs
162Please respect copyright.PENANAS2uKiTwib2
162Please respect copyright.PENANAH0g9ydV08Z
162Please respect copyright.PENANAfqbDMzkt1L
162Please respect copyright.PENANA8WDJ47Bov6
162Please respect copyright.PENANAHfSWKTsMEj
162Please respect copyright.PENANA40nv3zaVj8
162Please respect copyright.PENANALny7HuFLR3
162Please respect copyright.PENANAAoOH8Dpyvp
162Please respect copyright.PENANAP0BHkpI4Ey
162Please respect copyright.PENANADCHnCB8Gk6
162Please respect copyright.PENANAZNIs5PFFjO
162Please respect copyright.PENANAXw4I6J0zeT
162Please respect copyright.PENANAhHEYZZZVNT
162Please respect copyright.PENANAFOExXK1Ezh
162Please respect copyright.PENANAFbJf6P7lWP
162Please respect copyright.PENANAlreuhBLCU6
162Please respect copyright.PENANAuzSNX9z1Hq
162Please respect copyright.PENANAsd72EiNEDP
162Please respect copyright.PENANAFtLXA7qOOb
162Please respect copyright.PENANAOoFA7WpyvO
162Please respect copyright.PENANAC9L4EnUPbg
162Please respect copyright.PENANAaaM7yt1K6s
162Please respect copyright.PENANAkkys5V8ew6
162Please respect copyright.PENANAVPDtHKQpBT
162Please respect copyright.PENANA3nsWxOxS5S
162Please respect copyright.PENANAalaxnlNNvx
162Please respect copyright.PENANAq3FMjAVWz8
162Please respect copyright.PENANAa9ciwqg126
162Please respect copyright.PENANAejVn4pbBhJ
162Please respect copyright.PENANAfmEiUEbKuW
162Please respect copyright.PENANAmPtT7iFeem
162Please respect copyright.PENANABuZOaalXde
162Please respect copyright.PENANAaAImA5O4zj
162Please respect copyright.PENANAyZ4YLGQYg4
162Please respect copyright.PENANADKanxh9EUr
162Please respect copyright.PENANARNn3S3wOPZ
162Please respect copyright.PENANA3ATnHip2xh
162Please respect copyright.PENANAiIFAeAxPtZ
162Please respect copyright.PENANAQ63BZVtCLO
162Please respect copyright.PENANAg9yq5YvUGK
162Please respect copyright.PENANAlwvHutTbAH
162Please respect copyright.PENANAWvesnbTPNF
162Please respect copyright.PENANAJcMQoMZlle
162Please respect copyright.PENANAX1RzHqGlys
162Please respect copyright.PENANAu713bgLmyj
162Please respect copyright.PENANA4fXuLSU3yz
162Please respect copyright.PENANA381H2thTHM
162Please respect copyright.PENANA6TULfX1cBE
162Please respect copyright.PENANASLNj5W1JXe
162Please respect copyright.PENANAO9hCTlTZIS
162Please respect copyright.PENANAcf5H5iDWAs
162Please respect copyright.PENANAMc5TnEABgo
162Please respect copyright.PENANA0pU3C8H33M
162Please respect copyright.PENANA7ZT3zIqdFZ
162Please respect copyright.PENANAjVKsJcO8Ut
162Please respect copyright.PENANAjrvOXMN7Lx
162Please respect copyright.PENANAras7l3WqBG
162Please respect copyright.PENANAxz46SqmaaU
162Please respect copyright.PENANAcUfW8iF4rD
162Please respect copyright.PENANAPkRcO9hVSB
162Please respect copyright.PENANAtlfiJ0Ju5Z
162Please respect copyright.PENANAodlzgJSBjg
162Please respect copyright.PENANAzfDJXN0LEw
162Please respect copyright.PENANAfHcZd0qTsC
162Please respect copyright.PENANAbaMOflJPcF
162Please respect copyright.PENANAR12q4ROs5J
162Please respect copyright.PENANAKKZoQqaSq0
162Please respect copyright.PENANAjOZBUdgbaY
162Please respect copyright.PENANAPXCptov8S4
162Please respect copyright.PENANAlLsnnKeAvb
162Please respect copyright.PENANAg59U62JIme
162Please respect copyright.PENANAzhw0oeNrAG
162Please respect copyright.PENANAPmXWSnfgnS
162Please respect copyright.PENANAhcVopekbMD
162Please respect copyright.PENANAgAvvj2nuAI
162Please respect copyright.PENANAgxPtRRWVPZ
162Please respect copyright.PENANAtyj2VkgJ4T
162Please respect copyright.PENANAC4dPjJRAHp
162Please respect copyright.PENANA4kQwvdvdJe
162Please respect copyright.PENANA17Rei0eZDF
162Please respect copyright.PENANA4yrRMYSzVt
162Please respect copyright.PENANAoVyMTM678W
162Please respect copyright.PENANAL2efME13tA
162Please respect copyright.PENANAIYzj7M2vvf
162Please respect copyright.PENANAQC9uY5qBz0
162Please respect copyright.PENANAssolyOzIZg
162Please respect copyright.PENANAxrGQFVLBL7
162Please respect copyright.PENANAK8XOHT4Gf7
162Please respect copyright.PENANAfkLhLimrzz
162Please respect copyright.PENANA7meiM9JNpw
162Please respect copyright.PENANARXgNheW8Lj
162Please respect copyright.PENANA108PBDxzFZ
162Please respect copyright.PENANAVVznJlGFAu
162Please respect copyright.PENANAjeVGk8OeEI
162Please respect copyright.PENANAn9R9gXDpRz
162Please respect copyright.PENANABWDMnEZVQr
162Please respect copyright.PENANAVaYqi4IrSn
162Please respect copyright.PENANA2ncP5YTj22
162Please respect copyright.PENANA2IGovCJHSc
162Please respect copyright.PENANAEUqExj290O
162Please respect copyright.PENANA1JNuNvVmmY
162Please respect copyright.PENANAAEqVpfmDD4
162Please respect copyright.PENANAe0eCEBDTf8
162Please respect copyright.PENANAyItsUvTXZ4
162Please respect copyright.PENANAANsjFU1l4V
162Please respect copyright.PENANAE5VOXX9sC8
162Please respect copyright.PENANAdZForDoU80
162Please respect copyright.PENANAKN2cbXxaMQ
162Please respect copyright.PENANASZe3x27u3r
162Please respect copyright.PENANAztcRfRXqPv
162Please respect copyright.PENANAkQDiG1wrZu
162Please respect copyright.PENANAAbOQPYU1J5
162Please respect copyright.PENANAjgqQzsQdlK
162Please respect copyright.PENANAEmK4m0VTPE
162Please respect copyright.PENANAVTgKSduYLw
162Please respect copyright.PENANAWyd5HQ0TAm
162Please respect copyright.PENANAdx4vbA8ljR
162Please respect copyright.PENANA8UqpF4o3AK
162Please respect copyright.PENANAP3LIyk2bNG
162Please respect copyright.PENANA4A3TdWDtjr
162Please respect copyright.PENANAc63Q6LIx8f
162Please respect copyright.PENANAYv1bpFdOSb
162Please respect copyright.PENANAGyWCdvO5ua
162Please respect copyright.PENANARl80s3P7zp
162Please respect copyright.PENANAVFrCL0aoaE
TAMAT!
ns216.73.216.6da2