
Prolog
374Please respect copyright.PENANAfVp1SRkbm1
Masa puber adalah fase paling menggairahkan dalam hidupku.
374Please respect copyright.PENANAbVn1WZLzbr
Sebuah periode di mana setiap tarikan napas terasa seperti petualangan baru, setiap pandangan mata menyimpan hasrat tersembunyi. Ketika seragam putih abu-abu mulai lepas dari tubuhku, aku memutuskan untuk tinggal bersama Pamanku di daerah perkebunan. Alasannya sederhana: sudah sejak lama aku sudah terpikat oleh dunia pertanian, dan kebetulan Pamanku adalah seorang petani sukses.
374Please respect copyright.PENANAx0mFKEqese
Nessalia Zenada—itulah nama lengkapku. Di rumah, aku dipanggil Elia. Di sekolah, Nada. Aku tak masalah dengan banyaknya nama panggilan. Bagiku, selama itu membuatku lebih dekat dengan orang lain, tak ada yang salah.
Aku dibesarkan dengan tuntutan tinggi. Ayah dan Ibu mendorongku untuk selalu kompetitif, dan sifat itu melekat kuat dalam diriku. Jika aku menginginkan sesuatu, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya. Ruang tamu rumahku dipenuhi piagam dan piala, baik milik orang tuaku maupun milikku sendiri. Tapi tak semua sifat mereka kusukai. Kami sering berdebat karena perbedaan sudut pandang.
374Please respect copyright.PENANANs5YiobGm2
Ayahku, seorang pebisnis tulen, tak pernah ragu mendukung keinginanku. Tentu saja, dengan segudang wejangan dan syarat. "Elia, jangan lupa laporan mingguan, ya!" Begitu selalu pesannya. Tapi bagiku, ini adalah kesempatan untuk bebas—jauh dari pengawasan ketat orang tua, meski harus berhadapan dengan dua sepupu yang membuatku...
374Please respect copyright.PENANAlJL8c3vqun
Gelisah.
374Please respect copyright.PENANAw6YOsSdIin
Keluarga Paman tak hanya terdiri dari mereka berdua. Ada Dania, si sulung, lima tahun di atasku, dan Rania, setahun lebih muda dariku. Keduanya cantik... sangat cantik. Wajah mereka begitu pribumi meskipun masih ada sedikit oriental, berbanding terbalik dengan fitur amoy-ku yang lebih kental.
374Please respect copyright.PENANARDnJNNDEK2
Kadang, kecantikan mereka membuatku sedikit tidak percaya diri. Wajahku cenderung lebih "amoy", sementara mereka mewarisi kecantikan alami Bibiku yang berdarah pribumi. Perpaduan latar belakang suku yang berbeda dalam keluarga mereka menghasilkan wajah-wajah memesona. Setiap kumpul keluarga, aku selalu terpana memandangi mereka, terutama Dania.
374Please respect copyright.PENANAgmjojJ5oiM
Mengapa aku tak pernah bosan memandang Dania? Karna ia begitu sempurna! Bibirnya tebal, kulitnya kecokelatan, dan tubuhnya—oh Tuhan—tubuhnya adalah mahakarya. Berbeda denganku yang kurus, Dania punya lekuk yang memikat: pinggang ramping, bokong bulat, dan payudara yang menggoda setiap kali dia berlari atau tertawa.
374Please respect copyright.PENANAPuO8iVe1DQ
Setelah akhirnya aku pindah dan hanya tinggal bersama Dania berdua, hal ini menjadi awal obsesiku terhadap "tipe pejantan" yang berseberangan denganku. Aku mulai mengidamkan pasangan yang benar-benar berbeda dariku, yang nantinya akan kalian tahu. Obsesiku ini tumbuh karna ulah Dania, atau lebih sopannya…
374Please respect copyright.PENANAN8Gq9BgwjE
Kak Dania..
374Please respect copyright.PENANA69t4dDMk4A
Dan di sini, di tengah perkebunan yang luas, aku mulai mengenal sisi lain diriku.
374Please respect copyright.PENANAfxYJyxYZjO
***
374Please respect copyright.PENANAqKkE76MmMr
Masa SMA-ku berlalu begitu cepat. Tinggal satu semester lagi sebelum aku melanjutkan ke perguruan tinggi. Selama ini, aku berteman dengan beragam karakter dari yang paling baik sampai yang paling urakan.
Karena liburan semester kali ini lebih panjang dari biasanya—tiga minggu penuh. Aku menghabiskan waktu dengan belajar mengelola kebun bersama Dania, karna Pamanku sedang keluar kota, ada urusan bisnis katanya..
374Please respect copyright.PENANABWzY3HphJd
Dania adalah calon penerus usaha Pamanku. Sejak kecil, dia sudah dibiasakan dengan urusan bercocok tanam, dan antusiasmenya terlihat jelas. Jika Paman sibuk dengan urusan bisnis, aku biasanya belajar langsung dari Kak Dania.
Seperti hari ini, kami berdua berkeliling kebun bersama Pak Mulyono, ajudan Paman, untuk memastikan persiapan panen berjalan lancar.
374Please respect copyright.PENANAlcK9MIlKyC
Tetapi, ada hal yang membuatku bingung hari ini, Dania terlihat aneh.
Wajahnya pucat…
374Please respect copyright.PENANAD8wkxemdCd
"Kakak keliatan capek," kataku, mataku tak lepas dari tubuhnya yang berkeringat.
"Iya, Nad. Kemarin kakak banyak gerak habis bantu Pak Mulyono benerin pompa air," jawabnya sambil tersenyum kecil.
374Please respect copyright.PENANAgvtrTlNkm3
Aku mengernyit. Benerin pompa air?
"Emang harus banyak gerak?" tanyaku polos.
374Please respect copyright.PENANAFGspt88VVA
Dania hanya tersipu, sementara Pak Mulyono ajudan Pamanku yang berotot dan berkulit gelap tersenyum penuh arti.
"Iya, Non. Bapak kebelet pipis, jadi minta tolong Non Dania pegangin selangnya sambil bapak... tekan-tekan pompanya."
Aku masih bingung.
"Terus?"
374Please respect copyright.PENANAHaIOS2IiNf
"Nah, setelah beberapa lama gak keluar air, bapak minta Non Dania yang tekan-tekan, bapak yang pegang selangnya." ujar Pak Mulyono menjelaskan.
Dania memicingkan mata, bibirnya menyungging senyum nakal.
"Langsung deras airnya," tambah Pak Mulyono sambil tertawa.
374Please respect copyright.PENANAlkIBEQWtc9
Aku masih tak paham. Tapi ada sesuatu dalam cara mereka bertukar pandang—sesuatu yang panas.
374Please respect copyright.PENANAbx71z8y5IK
"Makanya, kalau kamu ingat, kemarin aku berkeringat lebih banyak dari biasanya. Itu karena bantu Pak Mulyono." timpal kak Dania.
Aku mencoba mengingat-ingat. Kemarin, bajunya memang lebih basah dari biasanya. Ada aroma aneh juga bukan sekadar bau keringat biasa.
"Jadi itu sebabnya bajunya basah banget?" tanyaku lagi.
"Iya, betul Nad!"
374Please respect copyright.PENANALQFyUIGYKF
" Aku masih gak paham, kenapa benerin pompa harus banyak gerak?" aku kembali bertanya.
"Ah, kamu nanti juga akan paham, Nad." jawab kak Dania dengan sedikit tersenyum.
374Please respect copyright.PENANAI7dlJ2Q3mD
Aku masih penasaran. Sepertinya, ini bukan sekadar urusan pompa.
Lagi pula tadi saat berjalan dibelakang Dania, aku memperhatikan langkahnya yang sedikit lemas, ah mungkin memang efek karna abis jogging pagi juga seperti biasanya.
374Please respect copyright.PENANAzZpLZqHSuk
***
374Please respect copyright.PENANAqcd84o4r3z
Sepanjang perjalanan pulang, Nada berjalan di depan Dania. Kesempatan itu digunakan Dania, ia melambatkan langkah, memberi isyarat seolah masih ingin bicara dengan orang di sampingnya, ia pun membisikan sesuatu ke Pak Mulyono.
374Please respect copyright.PENANAQCGKGBmXRY
"Jangan aneh-aneh ya, Mang," bisik Dania tiba-tiba, suaranya parau.
"Hehe, iya Non," jawab Pak Mulyono, masih berbisik.
"Non Nada kayaknya gak paham."
"Pokoknya jangan kayak gitu lagi!"
374Please respect copyright.PENANA9T9pZgYdao
"Sip, Non!"
Diam sejenak.
374Please respect copyright.PENANAQgF6N8HrrF
"Oya, Non..."
"Apa, Mang?"
"Non makin pinter."
Dania tersipu, lalu membalas dengan senyum genit.
374Please respect copyright.PENANADy61UHP3ZK
"Mamang kan yang ngajarin... hihi."
374Please respect copyright.PENANAD2txM3yLBt
374Please respect copyright.PENANAa692s5eBkh
==================================================
374Please respect copyright.PENANAJvyb7KMqdv
374Please respect copyright.PENANAnyH4mr8zJp
Part 1
374Please respect copyright.PENANACWkmzXTEQa
POV Dania
Beberapa tahun sebelum ada Nada
374Please respect copyright.PENANAem9aoxgcHa
Hari ini genap seminggu aku berada di rumah sendiri. Sejak kecil, Papa selalu menanamkan kemandirian dalam diriku, dan kini di usiaku yang sudah matang, kebiasaan itu melekat begitu saja. Mama sudah berbulan-bulan menemani Nenek yang sakit di kota lain. Kondisi Nenek yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik membuatnya mustahil untuk tinggal di sini. Apalagi cuaca di sini cukup dingin. Mama hanya sesekali pulang untuk mengecek keadaanku dan usaha Papa.
374Please respect copyright.PENANAIgboJfy1nk
Adikku, Rania, sedang menjalani program pertukaran pelajar diluar negeri dan baru akan kembali dua tahun lagi. Papa? Jangan ditanya. Dia sibuk dengan urusannya sendiri, sering keluar kota. Sekali lagi, hanya aku yang bisa membantunya mengurus kebun di sini. Tak apa, toh aku juga menikmatinya. Papa sudah membesarkanku dengan pengetahuan tentang bisnisnya sejak kecil. Kuliahku pun sebentar lagi selesai, awal tahun depan aku wisuda.
374Please respect copyright.PENANAB2ynDq9Dau
"Hmm, kegiatan apa lagi ya yang bisa mengisi waktuku?"
Aku melamun sambil menatap langit-langit kamar.
374Please respect copyright.PENANAFNRELq7wot
"Oh ya, Nada baru pindah ke sini enam bulan lagi untuk masuk Kuliah."
"Artinya, kesendirianku masih panjang..."
374Please respect copyright.PENANAwS854FSR7K
"Lari pagi aja deh. Sudah lama diwacanakan, mending eksekusi!"
374Please respect copyright.PENANATu4jIi1SVb
Kehidupanku belakangan ini monoton. Aku tipe orang yang suka keseimbangan. Kalau hari ini aku menguras tenaga 100%, besok harus 50%. Mungkin terdengar aneh, tapi itu ciri khasku. Mungkin itu juga yang bikin hubungan pacaranku selalu gagal. Pasanganku tak pernah benar-benar menerima sikapku. Mereka hanya tertarik pada kecantikanku.
374Please respect copyright.PENANALaHgjGGL1a
Narsis? Enggak, aku memang cantik. Hehe.
374Please respect copyright.PENANAXBGdHXqAXs
Meski sudah jam 7 pagi, kuanggap masih lumayan untuk jalan-jalan pagi. Aku tak yakin jam berapa yang tepat untuk lari pagi, tapi daripada bosan, lebih baik mencoba. Biasanya aku lebih sering yoga atau senam aerobik, terpengaruh kebiasaan Mama yang suka menonton acara senam pagi di A*TV waktu aku kecil. Tapi kali ini, aku ingin sesuatu yang berbeda.
374Please respect copyright.PENANAX3gr15uE0l
Kubuka lemari, memilih pakaian olahraga. Biasanya aku pakai crop top atau sport bra, tapi hari ini aku memilih kaos tanpa lengan yang simpel dan nyaman. Cuaca pagi ini sejuk, sempurna untuk menikmati kenyamanan tanpa harus terlalu terbuka. Setelah pemanasan singkat, aku mulai lari menyusuri perkebunan.
374Please respect copyright.PENANALwoaBCNbNT
Papa mendesain bukit di belakang rumah khusus untuk keluarga. Ada jalan bercabang menuju perkebunan bisnisnya, tapi rute yang kupilih hari ini mengelilingi area pribadi dulu, lalu turun ke side B perkebunan bisnis, dan kembali ke rumah. Bukit ini cukup tinggi, memberikan pemandangan desa yang memukau. Papa sengaja membangun gazebo di tengah bukit, dikelilingi pepohonan asli untuk meredam suara. Lokasinya sekitar 300 meter dari rumah, agak jauh memang, tapi pemandangannya sepadan.
374Please respect copyright.PENANAtVXQk7geq9
Dua jam sudah berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi saat aku kembali ke halaman belakang rumah. Aku berpapasan dengan Mang Mulyono dan Mang Joko yang sedang menyeruput kopi di teras rumah kecil mereka.
374Please respect copyright.PENANAdiskJpyepH
"Baru bangun, Mang Yono? Mang Joko?" sapaku sambil mengusap keringat di dahi.
"Pagi, Non Dania," jawab mereka serempak.
374Please respect copyright.PENANAHpCGQc6lGb
"Udah dari tadi, Non. Tadi sempat lihat Non lewat dari dalam rumah," kata Pak Mulyono.
"Kalau saya sih baru bangun, Non. Maklum semalem habis nguli," timpal Pak Joko sambil menguap.
Aku ingat Papa bilang Mang Joko harus mengantar pesanan kemarin sampai larut malam.
374Please respect copyright.PENANAB5AyvgOtQp
"Duh, pasti capek ya? Istirahat aja hari ini, kebun juga gak terlalu sibuk," saranku.
"Ah, gapapa, Non. Lihat Non pagi-pagi udah olahraga, saya jadi ikutan seger," balasnya sambil tersenyum licik.
"Yah, kalau mau seger, ikutan lari dong!" godaku.
374Please respect copyright.PENANApmbDUNGgqI
"Hehehe, olahraga saya mah gak di sini, Non." kata Pak Joko
"Di mana dong?" balasku.
"Di pulau!" kata Pak Joko lagi
"Pulau apa?" timpalku seperti sedang bersaut-sautan.
"Pulau kapuk! Hehehe" ucapnya usil.
Mereka berdua tertawa. Aku menggeleng, lalu berpamitan, "Yaudah, aku masuk dulu ya!"
374Please respect copyright.PENANARUoYMwwVqx
"Sip, Non!"
374Please respect copyright.PENANALWYmHR1iL5
Meski sendirian di rumah dengan dua pria di luar, aku merasa aman. Mereka tak pernah bersikap aneh. Aku mengenal mereka sejak kecil, sudah kuanggap seperti paman sendiri. Selain itu, Papa sudah banyak membantu kehidupan mereka. Pernah kudengar Mang Yono berutang budi besar pada Papa karena biaya pengobatan istrinya yang sakit kanker dulu ditanggung sepenuhnya oleh Papa.
374Please respect copyright.PENANAfZEtCcn7Bn
Sementara Mang Joko adalah teman SD Mang Yono, mantan polisi hutan yang akhirnya bekerja di sini karena kebutuhan ekonomi. Kerjanya bagus, makanya Papa mempercayakannya tinggal dekat rumah.
Tapi tanpa kuketahui, ketika aku sudah berjalan lagi menuju rumahnya, salah satu dari mereka masih menantap penuh arti kearahku. Orang itu berucap pelan, sambil berjalan kembali ke kamarnya.
374Please respect copyright.PENANAgUTFysUcGN
"Aahh... geulis pisan non Dania..." Mang Joko menggeram pelan kembali diam-diam memperhatikan nona majikannya yang sedang berjalan pulang. Matanya menyipit saat menatap Dania dari balik jendela, tangannya merayap ke celana, mengelus benda yang mulai mengeras.
374Please respect copyright.PENANARKYXnspI3Z
"Tapi gak nyangka... bertahun-tahun kerja di sini, baru lihat non pakai baju olahraga kayak gini."
374Please respect copyright.PENANA8UDpj3uMva
Cekrek
Suara kamera ponselnya mengintip saat aku melakukan peregangan di teras.
374Please respect copyright.PENANAGCzuzfNqVy
"Kali ini aja... selama non gak tahu..."
374Please respect copyright.PENANAThqBNwQ5zu
***
374Please respect copyright.PENANAI5KxcVRds1
Keesokan harinya, aku lari pagi lagi. Kali ini rutenya kebalikan—perkebunan dulu, baru ke bukit pribadi. Seharusnya aku yoga hari ini, tapi semangat lari pagi masih membara. Mungkin besok baru kujadwalkan selang-seling.
374Please respect copyright.PENANAakEpUATWzk
"Aaah... enak juga ya lari pagi," gumamku sambil duduk di gazebo, menikmati mentari pagi yang mulai naik.
374Please respect copyright.PENANAEhxSniADqw
Ting.
Notifikasi dari Papa: "Jangan lupa cek kebun hari ini. -Love Papa."
374Please respect copyright.PENANAO79YBJ71rt
Aku menghela napas—Klasik.
374Please respect copyright.PENANA0xNvZ9gjiW
Papa jarang nanya kabar, tapi kalau di rumah, dia sangat perhatian. Love language-nya quality time, sementara aku act of service, Rania words of affirmation, dan Mama meskipun sudah berpisah dari papa, aku tahu kalau dia itu receiving gifts.
Lucu ya, satu keluarga bisa beda-beda.
374Please respect copyright.PENANA9nFL5CK0Sl
Jam sudah setengah 9. Aku turun dari bukit, menuju rumah. Saat melewati belakang, tiba-tiba—
374Please respect copyright.PENANA7A7zzLxFgy
"Eh, Non Dania! Maaf, Non!"
Mang Yono baru keluar kamar mandi, bertelanjang dada. Refleks, aku menutup wajah.
374Please respect copyright.PENANAwUFtvH1d4n
"Udah pakai handuk, Non!"
374Please respect copyright.PENANA6ik2j0OYyI
Perlahan, kuangkat tanganku. Ini pertama kalinya aku melihat tubuh pria telanjang dada selain Papa. Mang Yono, meski sudah 40-an, badannya kekar seperti pria 30-an. Kulitnya tidak terlalu gelap, tidak juga terang—pas. Otot-ototnya terpahat jelas, membuat jantungku berdebar kencang.
374Please respect copyright.PENANAgL1QKrnUIk
"Iya, aku kaget aja..."
374Please respect copyright.PENANARmcJCTbrnn
Kami mengobrol sebentar sebelum aku masuk rumah. Di bawah guyuran air shower, pikiranku melayang ke bayangan tubuh Mang Yono tadi.
374Please respect copyright.PENANAOE99i7WaeE
"Hmm... kok bagus ya badannya?"
374Please respect copyright.PENANAnw45fpATKL
Aku perempuan normal, bukan lesbian. Wajar kalau aku suka melihat keindahan tubuh pria.
374Please respect copyright.PENANAfd17RDOnOL
Tapi selama ini, aku belum pernah merasakan ketertarikan intim yang mendalam. Kedua mantanku atletis—satu pemain basket, satu pemain futsal—tapi hubungan kami tak pernah sampai ke ranah fisik.
First kiss-ku saja baru dengan si basket dan tubuhku masih perawan.
374Please respect copyright.PENANADK4MULgLSF
***
374Please respect copyright.PENANAoTrQ5yCiWM
Pagi itu, sinar matahari menyapu perkebunan dengan kehangatannya. Setelah selesai mandi, aku pun bersiap-siap untuk berkerja. Aku berjalan menyusuri perkebun, mengenakan baju casual berbahan hangat, dilapisi cardigan rajut berwarna biru.
Selama perjalanan aku menyadari ada beberapa matanya dari para pekerja yang menyapu tubuhku dari ujung kepala hingga kaki, berhenti sejenak di lekuk dadaku yang bergoyang pelan. Semua dilakukan dengan lirikan cepat dan singkat.
Tak bisa dipungkuri, aku merasa jadi pemandangan indah mereka setiap hari, tak masalah, karna aku tidak merasa dirugikan.
374Please respect copyright.PENANAIqJAHgF9ZM
Saat menuju kebun, aku berpapasan dengan Mang Yono.
"Pagi, Non Dania! Wangi amat nih!"
"Iya, habis mandi!"
"Bukan wangi sabun, Non... wangi parfumnya..." Aku tersipu, Mang Yono menyadari hal itu,
374Please respect copyright.PENANAIWZLI5yBR5
Memang aku sengaja memakai parfum baru yang agak menggoda—aroma vanilla dan kayu yang hangat, dengan sentuhan musk yang sensual. Aku tahu efeknya pada pria, tapi tidak menyangka Mang Yono akan berkomentar begitu blak-blakan.
374Please respect copyright.PENANAKYsEuYKsXe
Dia pun menjelaskan rencana kerjanya hari ini sebelum pergi ke sektor lain. Selama dia menjelaskan, aku menangkap matanya yang sesekali mencuri pandang ke arah lain di tubuhku. Ada sensasi aneh—semacam kepuasan mengetahui bahwa ada bagian ditubuhku bisa membuatnya gelisah.
“Apa mungkin karna efek melihat tubuh atletis Mang Yono tadi?” batinku.
374Please respect copyright.PENANAiyXQFQlDHi
Setelah mendengar penjelasannya, aku pun segera masuk ke kantor perkebunan. Hari ini kerjaku akan banyak sekali. Melihat laporan pengelolaan, hasil jual beli pada pasar setempat, dan hal-hal lainnya yang butuh ketelitian angka. Tanpa kusadari, waktu berjalan begitu cepat hingga sudah waktunya makan siang.
374Please respect copyright.PENANAfnqRRkTuTP
Saat aku bergegas ke toilet, ketika melewati ruang staff, tiba-tiba kudengar obrolan yang membuatku berhenti di tempat—
Suara Mang Joko dan beberapa pekerja lain, menyebut namaku.
374Please respect copyright.PENANAMiKYRTk1Jf
"Wangi banget parfum non Dania tadi..."
"Sayang belum nikah, pasti laku keras tuh..."
"Duh, pengen punya istri kayak non Dania..."
Dadaku berdebar kencang. Ini pertama kalinya aku mendengar mereka membicarakanku seperti ini. Aku tahu beberapa pekerja kebun sering melirik, tapi tidak pernah sampai mendengar obrolan mereka tentangku. Aku pun jadi penasaran…
374Please respect copyright.PENANAtCY4BYSjoV
"Sssttt... ini..."
Suara bisik-bisik. Apa yang mereka lihat?
"Wadaw! Gak takut ketawan, Pak?!"
"Beuhhh... mantap nih..."
Aku ingin tahu apa yang mereka lihat, tapi takut ketahuan mengintip.
Akhirnya, kuurungkan niat, karna aku sudah tidak tahan ingin ke toilet.
374Please respect copyright.PENANAkn8KNKltmx
***
374Please respect copyright.PENANAYZq0RPtSEi
Masih di dalam Ruangan Staff
374Please respect copyright.PENANAvcTLfyYsGp
"Hehehe... mantap banget body-nya non Dania..." Pak Joko menyeringai, memutar ponselnya ke arah rekan-rekannya. Beberapa lelaki dalam ruang istirahat itu langsung mendekat, mata mereka terpaku pada layar.
"Ini tadi pagi pas lari... keliatan cantik banget..." Dia menggeser foto demi foto—gambar Dania dalam balutan baju olahraganya dan leggings hitam, tubuhnya berkeringat di bawah sinar matahari pagi. Bajunya yang ketat menampilkan keseluruhan lekup tubuhnya.
374Please respect copyright.PENANAXc3SklsqFU
"Buat bahan coli nih..." Disambut tawa terkekek.
"Duh, gak tahan... wangi banget tadi..." Pak Joko menutup mata sejenak, seolah menikmati memori itu.
374Please respect copyright.PENANA1uj78MTMc6
"Nunggu jadi janda aja, Non Dania saya masih mau..."
Terlihat wajah Mang Joko dan para pekerja yang bersamanya tersenyum mesum.
374Please respect copyright.PENANAuswXkKLCu0
“Nginep disini lagi kali ya, siapa tahu dapat pemandangan lagi.” batin Pak Joko.
374Please respect copyright.PENANAiG5NZMRpk6
374Please respect copyright.PENANAzOHVGyhgvV
==================================================
374Please respect copyright.PENANAylmaynA1tZ
374Please respect copyright.PENANAuvlUOaiyyx
Part 2
374Please respect copyright.PENANArgnMaxfdhj
Sudah beberapa hari aku berhasil menetapkan jadwal olahraga yang teratur, selang-seling antara yoga dan lari pagi. Awal minggu ini, antusiasme membuatku lari pagi tiga hari berturut-turut, mencoba berbagai rute sambil menghitung waktu yang dibutuhkan.
374Please respect copyright.PENANACFNK0yPzu3
Kurang lebih dua sampai dua setengah jam, dimulai pukul lima pagi. Badanku terasa lebih ringan, otot perut mulai terbentuk, dan lemak di beberapa bagian tubuh berkurang. Bahkan payudaraku terlihat lebih kencang, terutama saat mengenakan sport bra dengan cup yang sedikit uplift.
374Please respect copyright.PENANArTZvJan0TY
Aku suka memandanginya di cermin—bentuknya sempurna.
374Please respect copyright.PENANA4TBVROe2yE
Hari Rabu ini, pekerjaanku di kebun tak terlalu padat. Hanya mengecek stok, penjualan, dan merapikan data. Pukul setengah lima sore, sebagian besar pekerja sudah pulang, tinggal penjaga pos dan kadang Mang Yono atau Mang Joko yang masih berkeliaran. Meski mereka tinggal di belakang rumah, aku selalu pulang sendiri.
Papa bilang mereka tak perlu menemaniku kecuali aku meminta.
374Please respect copyright.PENANAaVl51qC3PK
"Ahh... capeknya..." Aku merenggangkan pergelangan tangan sebelum bersiap pulang.
Langit mulai senja, lebih baik segera pergi sebelum gelap. Saat hendak keluar, telingaku menangkap obrolan dari ruang staff lagi—
suara Mang Joko dan beberapa pekerja lain seperti beberapa hari kemarin.
374Please respect copyright.PENANAOXtOtwNwT1
"Wah iya sih, pantat Non Dania makin berisi sekarang..." ucap salah satu dari mereka, entah siapa.
"Lagi-lagi ngomongin aku? Ah hari ini aku tahu mereka ngobrolin apa aja! Karna kemarin aku gak tahan pengen ke toilet" batinku.
"Gimana, Pak? Tanggapannya? Kemarin-kemarin kan Bapak nginep di situ terus..."
374Please respect copyright.PENANAry4DBgNjiG
Slruppp.
Suara sedotan kopi.
374Please respect copyright.PENANAkJBd7VyWcK
"Aah... gimana ya bilangnya..."
"Gimana-gimana, Pak? Ayo, kasih tahu!"
374Please respect copyright.PENANANWcPqaNRgI
Aku mengenali suara Mang Joko. Apa lagi yang dia bicarakan? Kemarin aku tak sempat dengar jelas, sekarang penasaranku menggebu.
374Please respect copyright.PENANAqDGPynuZFr
"Halah-halah, Bud, padahal kamu yang ingetin saya kemarin! Sekarang malah antusias!" Tawa mereka pecah.
374Please respect copyright.PENANAB8V5gXyvgh
"Oh, salah satunya Mang Budi?"
"Mereka bahas apa sih???" pikirku.
374Please respect copyright.PENANAEESILYhn6M
"Saya sih gak foto lagi, tapi apa yang saya lihat sudah cukup buat bahan pikiran dua minggu ke depan..."
"Foto? Bahan pikiran?" Aku benar-benar berdebar menantikan sejauh mana pembicaraan ini akan tertuju.
374Please respect copyright.PENANAeeu564I71n
"Wah, apa tuh, Pak? Kasih tahu dong!"
"Sssttt!! Non Dania masih di dalam, jangan keras-keras!"
374Please respect copyright.PENANAA7rIiUHacd
"Ya ampun, kalau bahas Non Dania, saya paling seneng..."
"Ngefans banget sama beliau..." ucap salah satu pekerja bernama Mang Diki.
374Please respect copyright.PENANA7YvVA0z0Lq
"Apa?! Mang Diki ngefans sama aku?!" Jantungku berdegup kencang.
374Please respect copyright.PENANAgDW9hROOlJ
"Hehehe, saya juga ngefans... tapi untuk hal lain..." Suara Mang Joko membuat bulu kudukku merinding.
"Sini, dekatkan kuping kalian..."
374Please respect copyright.PENANAc3QDcuHDrd
Aku menggigit bibir. Lagi-lagi mereka berbisik!
374Please respect copyright.PENANAzzKBxAX3MC
"WAH, BANGSAT, BERUNTUNG BANGET BAPAK!"
374Please respect copyright.PENANAgH88Vm7NH9
Plak!
374Please respect copyright.PENANAEOIRpxa5Cr
"Jangan teriak-teriak, tolol!"
"Eh, maaf, Pak! Abis gimana saya jadi gimana gitu dengerinnya!"
"Bapak beruntung banget!"
"Wah, saya gak percaya, Pak..."
"Bener kata Diki, Bapak beruntung banget!"
374Please respect copyright.PENANAupD1oJvnNl
"APA SIH APA SIH?!" batinku penasaran, Aku hampir melompat keluar, tapi tiba-tiba—
374Please respect copyright.PENANAJhiJZTv0n9
"Udah, simpan aja rahasia ini..."
"Tapi gak bisa dipungkiri, dada Non Dania... meski dari luar keliatan bentuknya cakep banget..."
"Gak kebayang tangan siapa yang beruntung bisa meremasnya..."
374Please respect copyright.PENANAHvJ2PcrUmw
DEG!
Tubuhku panas seketika.
374Please respect copyright.PENANAU22CK7dlir
"D-Dadaku?!" Aku tak pernah peduli jadi bahan obrolan, tapi ini... mereka membicarakan tubuhku secara vulgar. Seharusnya aku marah, tapi...
Kenapa aku malah merasa... terangsang?
374Please respect copyright.PENANATCr8e8epwd
"Iya, dada Non Dania emang indah bentuknya..."
374Please respect copyright.PENANAUnRmZgUYdB
"Duh... perasaan apa ini...?" Aku menekan paha, merasakan kelembaban yang tak biasa di celana dalam.
"Cukup..Cukup.. Ini udah… Harus dihentikan!" Aku melangkah keluar dengan tegas.
374Please respect copyright.PENANAeF9KBrh1nL
"Eh, Mang Joko, Mang Budi, Mang Diki, belum pulang?" Wajah mereka pucat ketika mereka mendengar suaraku yang muncul tiba-tiba.
374Please respect copyright.PENANAlnmaQUh6aJ
"E-eh, iya, Non... ini mau balik..." kata mang Budi.
"Aanu... abis ngobrol bentar..." timpal mang Diki.
374Please respect copyright.PENANAb10ZyaPL5K
"Abis ngecek gedung, Non Dania?" Mang Joko mencoba tenang, tapi matanya tak bisa lepas dari dadaku.
"Iya, Pak Joko. Duluan ya!" Aku bergegas pergi, tapi telingaku masih menangkap bisik-bisik mereka.
374Please respect copyright.PENANAETmvzzviQ8
"Kalian kayak maling ketangkep aja!" Mang Joko berbisik pelan.
"Ya gimana, tiba-tiba Non muncul..." timpal mang Budi.
"Semoga gak denger..." suara pelan mang Diki.
374Please respect copyright.PENANAOD9ApKCTBl
***
374Please respect copyright.PENANAKKqSQlQAgj
Pagi ini, aku lari pagi lagi—rute perkebunan lalu berakhir di gazebo bukit. Udara sejuk, tapi pikiranku masih panas.
374Please respect copyright.PENANA5MCGO6ahHU
"Memangnya ada apa dengan dadaku?" Percakapan kemarin masih terngiang.
374Please respect copyright.PENANAmMNgIWKWXm
"Kemarin Mang Joko membisikkan sesuatu... dan mereka terkejut..."
"Kalau memang tentang dadaku... jangan-jangan..."
374Please respect copyright.PENANAFg5L3tDMXk
Aku mengingat tiga hari lalu, saat aku lari pagi berturut-turut dengan sport bra tipis. Putingku sempat nyeplak karena udara dingin.
374Please respect copyright.PENANAqxpw7FrWga
"Apa Mang Joko lihat...?"
"Gak kebayang tangan siapa yang beruntung bisa meremasnya..." Kalimat itu membakar pikiranku.
374Please respect copyright.PENANA7VtEAqZ1mE
Tanpa sadar, tangan kiriku meremas payudaraku sendiri.
374Please respect copyright.PENANA2BrdENsiM5
"Apa aku semenarik itu?" Tekanan semakin kencang.
"Nghhh... apa yang...? Kenapa aku gak berhenti...?" Putingku mengeras, panas menjalar ke selangkangan.
374Please respect copyright.PENANAtN0p3t1jOy
Teman dekatku, Sania, pernah bilang: "Umur 21 tahun, udah waktunya cewek kena kontol!"
Kata-kata rusak-nya sekarang terngiang.
374Please respect copyright.PENANA9wXJBmF09g
"Apakah aku harus belajar perihal seks sekarang?"
"Sshhh... nghhh..." Desahan keluar saat kugesekkan paha.
374Please respect copyright.PENANAKp5llQ4umS
"Tangan yang beruntung meremas dadaku... tangan siapa?" pikiranku melayang ke Mang Yono—badannya kekar, wangi sabunnya...
374Please respect copyright.PENANANZaax2xtRu
"Ah..udah..udahh mending pulang aja daripada pikiranku makin kemana-mana.." Akupun langsung bangkit dari gazebo dan buru-buru menuruni bukit.
374Please respect copyright.PENANAaaKWKROE0S
Saking masih tidak fokusnya pikiranku dan langkahku terburu-buru,
“Aduhhh!!” Tiba-tiba aku terpeleset.
374Please respect copyright.PENANAJvIHICZAa2
"Non Dania, kenapa?!" Teriak Mang Yono yang kebetulan melihatku dari rumah kecilnya. Ia pun berlari dan menggendongku dengan mudah. Dadanya yang telanjang menempel di lenganku.
Di dudukannya aku di bangku teras rumah kecilnya, aku pun tidak sengaja menghirup aroma tubuhnya pada saat ia meletakanku di bangku.
"Wanginya... enak banget...aduhhhh"
374Please respect copyright.PENANAnbEXEf9ez7
Diselonjorkannya kedua kakiku, lalu perlahan Mang Yono memijit kakiku dengan lembut. Awalnya aku merasa perih, aku tidak merasa kakiku terkilir, tapi tetap saja rasanya sakit.
Pijitannya yang lembut membuatku merasa nyaman, sampai ketika ia pijatannya menyentuh betis atasku...
374Please respect copyright.PENANAfs7hwtfYCa
"Nghhh..."
374Please respect copyright.PENANANJ8kEY3MUX
"Non, sakit?"
"Dikit, Mang..." Bohong, yang kurasakan bukan sakit…ini karna pijatannya…
374Please respect copyright.PENANAm1TSUlFmk1
Ada rasa yang tersisa muncul lagi. Dan, ini pertama kalinya aku dipijat oleh pria dewasa yang sedang bertelanjang dada—
Mengingatkan pada aktivitas kecilku di bukit tadi, membuatku merasakan lembab lagi di pangkal pahaku.
374Please respect copyright.PENANAiDliPHftdw
"Uhhh... gak tahan!" batinku.
“Udah Mang.. Dania udah gak berasa sakit, aku balik dulu ya Mang, udah gak betah pengen mandi.” Aku menghentikannya, inginku buru-buru masuk ke kamar.
374Please respect copyright.PENANAwFi4Ftxvxo
“Tapi non?” Aku yang tidak menghiraukannya langsung saja buru-buru masuk ke rumah.
374Please respect copyright.PENANAlvtWyHYAxp
Dengan langkah cepat-cepat, aku menuju kamarku, dan setelah aku menutup pintu kamarku,
374Please respect copyright.PENANARygSOVZwdj
"Sania... bangsat!"
Tanpa pikir panjang, ku buka celana leggingku, dan merebahkan diriku dibalik pintu, ku lebarkan kedua kakiku dan menekuknya.
374Please respect copyright.PENANANr0FJLMomY
Ngghhhhhhhh...
Nnghhhhhhh...
374Please respect copyright.PENANAZxUbl3pGoo
Aaaaahhhhh...
374Please respect copyright.PENANAT642glUxNF
Jari-jariku menjelajah, menemukan titik yang selama ini tersembunyi.
374Please respect copyright.PENANAWzHmxWMb2p
Aku memang masih perawan, tapi terimakasih untuk Sania yang kadang berbagi materi pelajaran "Biologi"-nya di group yang berisikan aku, dia, dan seorang sahabatku satunya lagi.
374Please respect copyright.PENANAatR7JI3PXH
"Sshee... seminggu lagi Papa baru pulang..." Sambil kuputar pelan-pelan bagian itu sesuai informasi yang pernah diberikan Sania.
374Please respect copyright.PENANAGX0OR8GnPv
Aghhh...
374Please respect copyright.PENANA09UXY6IZPD
"Dan... aku masih sendirian..." Gerakaku perlahan semakin cepat.
374Please respect copyright.PENANAgu5gR6bmD2
Shhh... nghhh...
aku tak bisa menahan eranganku, lagi pula hanya ada aku sendiri di rumah.
374Please respect copyright.PENANACtIqWxzCZi
"Harus... kah aku....?"
374Please respect copyright.PENANA9qBERG46hu
MMMMPHHH!!!
NGHHMMPPPP!!!
SSHHMMP!!!!!
Tubuhku bergetar hebat, pertama kalinya aku merasakan orgasme.
374Please respect copyright.PENANAgnJfqGBQbh
Di gazebo, di kamar—bibit penasaranku tumbuh menjadi api yang tak bisa dipadamkan.
374Please respect copyright.PENANAeObrHDonLh
Dan aku...
Masih punya lima bulan sendirian di rumah.
374Please respect copyright.PENANAgQhLFHa3so
***
374Please respect copyright.PENANAOM2cJBHzGQ
"Malu bangeettt!!!"
374Please respect copyright.PENANAqK82SLS1iw
Aku masih merasakan getaran di sekujur tubuhku. Beberapa jam yang lalu, aku melakukan sesuatu yang benar-benar gila—sesuatu yang tak pernah kubayangkan akan kulakukan.
Desahan dan eranganku masih bergema di telingaku, seolah kamarku menyimpan setiap suara mesum yang keluar dari bibirku.
374Please respect copyright.PENANA66gAQhgxpf
Aku duduk di ruang tamu, mengunyah kacang mede dengan gemas sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Tubuhku masih lemas, mataku berat, tapi ada kepuasan yang tak bisa dijelaskan. Bau amis yang aneh masih tercium samar—
Bau yang sama yang kulihat menempel di antara pahaku setelah ledakan kenikmatan tadi.
374Please respect copyright.PENANAnvAtlk051q
"Kenapa rasanya seenak itu?"
"Dan aku bisa melakukannya sendiri... tanpa bantuan siapa pun…
374Please respect copyright.PENANAHtm2r1cKg0
“Semua gara-gara Sania!"
Senyum kecil mengembang di bibirku saat mengingat bagaimana jemariku dengan terampil menemukan titik-titik sensitif yang memberikan rangsangan keseluruh tubuhku.
374Please respect copyright.PENANAPfltoQe81L
"Sania benar... ini memang nagih..."
Tapi ada satu hal yang menggangguku.
374Please respect copyright.PENANABZijNHPjoW
"Aku sama sekali tidak membayangkan siapa pun saat melakukannya..."
"Sempet sih mikirin Mang Yono… tapi akhirnya cuma fokus pada sensasi yang kurasakan..."
374Please respect copyright.PENANAUXkxZJUHOl
Apakah ini normal? Atau aku memang berbeda?
374Please respect copyright.PENANAJclFQyOjE0
"Nghhssshhh..."
Napasku sedikit tersengal saat bayangan jika seandainya nanti tangan besar, menjamah tubuhku.
374Please respect copyright.PENANAnS7z1P2qX9
"Dah ah, tidur saja. Sudah jam 1 pagi..."
Aku berjalan ke kamar, melepas satu persatu kancing piyamaku.
374Please respect copyright.PENANA43I6v1F5Jp
"Hihihi... lagipula tidak ada yang melihat..."
374Please respect copyright.PENANA2iTZmEmDvs
***
374Please respect copyright.PENANAcZBaD7ItIy
Aku selalu percaya diri dengan penampilanku. Tanpa riasan berlebihan pun, aku tahu aku menarik. Tapi kejadian-kejadian belakangan ini membuatku sadar daya tarikku ternyata lebih dari sekadar cantik.
374Please respect copyright.PENANAQIEwUJqWra
"Apa Mang Joko sedang mencuri pandang lagi?" Pikiranku melayang saat berdiri di sebelahnya, mendengarkan laporan pekerjaan.
"Nah, makanya, Non, si Bapak sempat bilang—" Aku tak mendengarkan.
Pikiranku sibuk mempertanyakan:
"Apa Mang Budi juga melirikku hari ini?"
"Mang Diki tidak masuk, jadi dia tidak melihatku..."
374Please respect copyright.PENANAyeIZZYARd8
"Ehh!!!" Aku tersentak, memotong pembicaraannya.
374Please respect copyright.PENANA6ieN7S7G6F
"Ngg, kenapa, Non?"
"Gapapa, Pak Joko... tadi aku cuma keinget sesuatu." Tapi sebenarnya, aku sedang berperang dengan diriku sendiri.
374Please respect copyright.PENANAGmzg0vixnV
"Dania, kamu kenapa sih?"
"Kenapa kamu mikirin mereka melirikmu atau tidak?"
"Harusnya kamu marah!"
"Tapi... kenapa malah senang?"
374Please respect copyright.PENANAWhtYEMhp6k
"SENANG??!!!" Jantungku berdebar kencang.
"Apakah aku memang senang diperhatikan seperti itu?"
374Please respect copyright.PENANAhIp2XfcBuy
Kepalaku panas. Tanpa sadar, jariku membuka kancing kemejaku satu per satu...
Satu... dua... tiga...
374Please respect copyright.PENANAtzKaZ5wvaI
Mang Joko menatap.
374Please respect copyright.PENANAOqRjOSbTYq
"Dan... Dania kepanasan, Mang Joko..."
"E-eh, iya, Non..."
374Please respect copyright.PENANA6Vta8XfZyr
Mata kami bertemu. Ada sesuatu yang menggantung di antara kami—sebuah pertanyaan yang tak terucap.
374Please respect copyright.PENANANTEdbih03b
"Dania... apa yang sedang kamu lakukan?"
Aku berbalik, berjalan meninggalkannya dengan jantung berdebar dan senyum tipis.
374Please respect copyright.PENANAsVWJNJYRxn
"Apa yang baru saja kulakukan?"
374Please respect copyright.PENANAIPP29KhiYR
***
374Please respect copyright.PENANA8qEdqpS11r
Hari ini, aku memilih rute lari pagi yang berakhir di gazebo bukit. Biasanya, aku bermeditasi di sini selama 15 menit, mencari solusi untuk masalah-masalah kecil.
Tapi hari ini, pikiranku dipenuhi oleh satu hal:
374Please respect copyright.PENANAKl2ASwDeLx
"Payudaraku"
374Please respect copyright.PENANANaQMi4dXwS
"Apakah kekaguman para pria kepada salah satu bagian tubuhku memicu ini?"
Tanpa berpikir panjang, ku buka tali sport bra-ku dan melepasnya. Kaos oblong olahragaku kugeser ke bawah, membiarkan udara pagi menyentuh kulit yang biasanya tertutup.
374Please respect copyright.PENANAhOkPilanN3
"Apa aku suka dilihat?"
Aku memejamkan mata, mengulang pertanyaan dalam hati:
374Please respect copyright.PENANAjkRVIoLMrx
"Dania, apakah kamu suka jika dadamu disentuh orang lain?"
374Please respect copyright.PENANA6nVkIZYhSf
Deg! Deg! Deg!
Jantungku berdetak kencang.
374Please respect copyright.PENANAiw5QtA47zu
"Dania, apakah kamu senang dikagumi?"
374Please respect copyright.PENANAQUguIMpAOR
Ahhh...
Desahan keluar tanpa kusadari. Tubuhku mulai merespon.
374Please respect copyright.PENANAWahUYesNf2
"Jadi ini jawabannya..."
Aku flashback ke momen-momen sebelumnya—obrolan mesum Mang Joko, pijatan Mang Yono, masturbasi pertamaku...
374Please respect copyright.PENANAfiv0yVkAaN
"Aku suka perasaan hangat ini..."
Tapi apakah sensasi ini akan bertahan? Atau hanya karena ini pengalaman pertama kali?
374Please respect copyright.PENANAjLsOI8Esc4
"Haruskah kujadikan ini percobaan?"
Mataku tertuju pada sport bra yang tergeletak di sampingku.
374Please respect copyright.PENANANTg8eeIYaR
"Hihihi... apakah Mang Yono akan beruntung?"
374Please respect copyright.PENANAeq4r4zEnpl
***
374Please respect copyright.PENANAX55scdH576
Aku menuruni bukit dengan langkah penuh antisipasi.
374Please respect copyright.PENANAWYGHZa1cG9
"Apa Mang Yono akan ada di rumah?"
374Please respect copyright.PENANAB9GaZiNIj9
Dan benar—
Dia sedang memotong rumput di teras.
374Please respect copyright.PENANA9bwrcGTBch
"Mang Yono, rajin amat pagi-pagi?" Dia tak menoleh.
"Kenapa gak noleh sih? Aku jadi kesal..."
374Please respect copyright.PENANAkhT5SaeYQY
Aku duduk di kursi tempatnya memijitku kemarin.
374Please respect copyright.PENANA9YvVtMthA6
"Mang Yono... boleh minta pijit lagi?"
"Oh, masih sakit, Non?"
374Please respect copyright.PENANATqLcFMO0TL
"Sedikit sih.. Aku agak takut kalau pijit-pijit sendiri, pijitan Mang Yono enak soalnya, kemarin ngurangin rasa sakitnya"
Mang Yono tersenyum mendengar penjelasanku dan mengangguk, ia pun menyelesaikan pekerjaannya sebelum mendekatiku.
374Please respect copyright.PENANAnR1UU2LchG
Aku memejamkan mata, menunggu sentuhannya. Terasa jemari dari tangan kasar Mang Yono mulai menekan salah satu kaki dan betisku.
374Please respect copyright.PENANABxWqFuDZ8W
"Kenapa tangannya sebesar ini...? Kasar, tapi justru bikin merinding..."
Setiap kali Mang Yono menekan, bayangan aneh muncul di kepalaku. Bagaimana jika tangan itu tidak berhenti di paha?
374Please respect copyright.PENANADmYgv40dOa
Bagaimana jika—
"Nngh—!"
374Please respect copyright.PENANA44BguwXPGL
Aku menggigit bibir bawah keras-keras merasakan jari Mang Yono membelai kulit pahaku, yang agak sensitif.
374Please respect copyright.PENANA5BBlFferym
"Kalau dia terus naik... apa aku akan menghentikannya?"
Pikiranku kacau. Bau keringat Mang Yono terasa menusuk, memenuhi kepalaku. Anehnya, itu membuatku semakin pusing... semakin penasaran.
374Please respect copyright.PENANABqADul9DPW
"Mang Yono...pelann— ah!"
“Eh saya ke kencengan ya non? Maaf maaf…”
“Engga mang, tapi pelan-pelan aja masih agak nyeri bagian situ..” Jawabku berbohong.
Padahal aku mengerang kecil karena saat pria itu menekan titik di belakang lututku, rasanya seperti sentuhan itu langsung tersambung ke antara pahaku.
374Please respect copyright.PENANA9ifrL2eKV1
Mang Yono bergumam menyadarkan lamunanku, "Non.. Ini biar nggak pegel lagi pas lari besok...", Aku tidak begitu mendengarkannya, fokus mataku mengikuti arah pegerakan tangannya kepada kaki kananku, aku pun hanya bisa mengangguk lemah untuk merespon apapun yang keluar dari mulutnya.
374Please respect copyright.PENANAQV9iPQsGqC
“Lari besok? Aku malah jadi mikir hal-hal lain…”
374Please respect copyright.PENANAKMUIbxWdra
Tapi...
"Kenapa rasanya aku menginginkan lebih dari sekedar pijatan"
374Please respect copyright.PENANAm2lDF4E9nE
Ada perasaan yang menuntut sesuatu dari arah selangkanganku. Rasanya aku ingin menjepit sesuatu disana. Lagi-lagi aku teringat satu hal dari omongan Sania, dan itu membuatku penasaran.. Lebih tepatnya aku benar-benar ingin tahu rasanya, dan kuyakin orang seperti Mang Yono pasti sudah berpengalaman..
374Please respect copyright.PENANAenwTaINwu6
Aku menatapnya sayu… dan dengan rasa frustasi karna hasratku yang tiba-tiba menggebu, aku menarik tangannya.
374Please respect copyright.PENANAcHZvFKII65
"Mang Yono! Dania mohon..." Napasku berat.
374Please respect copyright.PENANAdJpGm1rSLk
"Jilat memek Dania, Mang!!"
Akal sehatku hilang. Yang tersisa hanya keinginan untuk tahu—seberapa jauh kenikmatan baru akan membawaku?
374Please respect copyright.PENANA50choCm5dM
Dan saat ini... aku siap untuk semuanya…
374Please respect copyright.PENANAqEqugY3dBk
Baca kelanjutannya di >> https://victie.com/novels/terjebak_rahasia_mereka_(dania_universe)_-_season_1374Please respect copyright.PENANAJ27giVT1tr