x
Prolog
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfOWSlK8F1c
Masa puber adalah fase paling menggairahkan dalam hidupku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkqfM2DFFBS
Sebuah periode di mana setiap tarikan napas terasa seperti petualangan baru, setiap pandangan mata menyimpan hasrat tersembunyi. Ketika seragam putih abu-abu mulai lepas dari tubuhku, aku memutuskan untuk tinggal bersama Pamanku di daerah perkebunan. Alasannya sederhana: sudah sejak lama aku sudah terpikat oleh dunia pertanian, dan kebetulan Pamanku adalah seorang petani sukses.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpZYIYyMHRp
Nessalia Zenada—itulah nama lengkapku. Di rumah, aku dipanggil Elia. Di sekolah, Nada. Aku tak masalah dengan banyaknya nama panggilan. Bagiku, selama itu membuatku lebih dekat dengan orang lain, tak ada yang salah.
Aku dibesarkan dengan tuntutan tinggi. Ayah dan Ibu mendorongku untuk selalu kompetitif, dan sifat itu melekat kuat dalam diriku. Jika aku menginginkan sesuatu, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkannya. Ruang tamu rumahku dipenuhi piagam dan piala, baik milik orang tuaku maupun milikku sendiri. Tapi tak semua sifat mereka kusukai. Kami sering berdebat karena perbedaan sudut pandang.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOPfnJD5Mtz
Ayahku, seorang pebisnis tulen, tak pernah ragu mendukung keinginanku. Tentu saja, dengan segudang wejangan dan syarat. "Elia, jangan lupa laporan mingguan, ya!" Begitu selalu pesannya. Tapi bagiku, ini adalah kesempatan untuk bebas—jauh dari pengawasan ketat orang tua, meski harus berhadapan dengan dua sepupu yang membuatku...
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡewEmyzQAhE
Gelisah.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP1kZ4wSXbM
Keluarga Paman tak hanya terdiri dari mereka berdua. Ada Dania, si sulung, lima tahun di atasku, dan Rania, setahun lebih muda dariku. Keduanya cantik... sangat cantik. Wajah mereka begitu pribumi meskipun masih ada sedikit oriental, berbanding terbalik dengan fitur amoy-ku yang lebih kental.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4kYc0bZCFf
Kadang, kecantikan mereka membuatku sedikit tidak percaya diri. Wajahku cenderung lebih "amoy", sementara mereka mewarisi kecantikan alami Bibiku yang berdarah pribumi. Perpaduan latar belakang suku yang berbeda dalam keluarga mereka menghasilkan wajah-wajah memesona. Setiap kumpul keluarga, aku selalu terpana memandangi mereka, terutama Dania.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhYZjPtGjTE
Mengapa aku tak pernah bosan memandang Dania? Karna ia begitu sempurna! Bibirnya tebal, kulitnya kecokelatan, dan tubuhnya—oh Tuhan—tubuhnya adalah mahakarya. Berbeda denganku yang kurus, Dania punya lekuk yang memikat: pinggang ramping, bokong bulat, dan payudara yang menggoda setiap kali dia berlari atau tertawa.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡc7QSwGaJKF
Setelah akhirnya aku pindah dan hanya tinggal bersama Dania berdua, hal ini menjadi awal obsesiku terhadap "tipe pejantan" yang berseberangan denganku. Aku mulai mengidamkan pasangan yang benar-benar berbeda dariku, yang nantinya akan kalian tahu. Obsesiku ini tumbuh karna ulah Dania, atau lebih sopannya…
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDCQw81TLHF
Kak Dania..
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLaORvKqoNc
Dan di sini, di tengah perkebunan yang luas, aku mulai mengenal sisi lain diriku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWaW70lh0pw
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvOip0rr6i0
Masa SMA-ku berlalu begitu cepat. Tinggal satu semester lagi sebelum aku melanjutkan ke perguruan tinggi. Selama ini, aku berteman dengan beragam karakter dari yang paling baik sampai yang paling urakan.
Karena liburan semester kali ini lebih panjang dari biasanya—tiga minggu penuh. Aku menghabiskan waktu dengan belajar mengelola kebun bersama Dania, karna Pamanku sedang keluar kota, ada urusan bisnis katanya..
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe16CmTO8Ji
Dania adalah calon penerus usaha Pamanku. Sejak kecil, dia sudah dibiasakan dengan urusan bercocok tanam, dan antusiasmenya terlihat jelas. Jika Paman sibuk dengan urusan bisnis, aku biasanya belajar langsung dari Kak Dania.
Seperti hari ini, kami berdua berkeliling kebun bersama Pak Mulyono, ajudan Paman, untuk memastikan persiapan panen berjalan lancar.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7d1n2lWJpn
Tetapi, ada hal yang membuatku bingung hari ini, Dania terlihat aneh.
Wajahnya pucat…
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOPpLy4Vayt
"Kakak keliatan capek," kataku, mataku tak lepas dari tubuhnya yang berkeringat.
"Iya, Nad. Kemarin kakak banyak gerak habis bantu Pak Mulyono benerin pompa air," jawabnya sambil tersenyum kecil.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY5iAr0BsoX
Aku mengernyit. Benerin pompa air?
"Emang harus banyak gerak?" tanyaku polos.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7ZDwiX5Wz6
Dania hanya tersipu, sementara Pak Mulyono ajudan Pamanku yang berotot dan berkulit gelap tersenyum penuh arti.
"Iya, Non. Bapak kebelet pipis, jadi minta tolong Non Dania pegangin selangnya sambil bapak... tekan-tekan pompanya."
Aku masih bingung.
"Terus?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9KH1x2722j
"Nah, setelah beberapa lama gak keluar air, bapak minta Non Dania yang tekan-tekan, bapak yang pegang selangnya." ujar Pak Mulyono menjelaskan.
Dania memicingkan mata, bibirnya menyungging senyum nakal.
"Langsung deras airnya," tambah Pak Mulyono sambil tertawa.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIjVhyEVSVi
Aku masih tak paham. Tapi ada sesuatu dalam cara mereka bertukar pandang—sesuatu yang panas.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxalsHEkRvM
"Makanya, kalau kamu ingat, kemarin aku berkeringat lebih banyak dari biasanya. Itu karena bantu Pak Mulyono." timpal kak Dania.
Aku mencoba mengingat-ingat. Kemarin, bajunya memang lebih basah dari biasanya. Ada aroma aneh juga bukan sekadar bau keringat biasa.
"Jadi itu sebabnya bajunya basah banget?" tanyaku lagi.
"Iya, betul Nad!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl0sfiJLAMI
" Aku masih gak paham, kenapa benerin pompa harus banyak gerak?" aku kembali bertanya.
"Ah, kamu nanti juga akan paham, Nad." jawab kak Dania dengan sedikit tersenyum.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQuVxv5xti4
Aku masih penasaran. Sepertinya, ini bukan sekadar urusan pompa.
Lagi pula tadi saat berjalan dibelakang Dania, aku memperhatikan langkahnya yang sedikit lemas, ah mungkin memang efek karna abis jogging pagi juga seperti biasanya.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrWGgdmIpMc
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7fCmD9injU
Sepanjang perjalanan pulang, Nada berjalan di depan Dania. Kesempatan itu digunakan Dania, ia melambatkan langkah, memberi isyarat seolah masih ingin bicara dengan orang di sampingnya, ia pun membisikan sesuatu ke Pak Mulyono.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡscgwdjmdC2
"Jangan aneh-aneh ya, Mang," bisik Dania tiba-tiba, suaranya parau.
"Hehe, iya Non," jawab Pak Mulyono, masih berbisik.
"Non Nada kayaknya gak paham."
"Pokoknya jangan kayak gitu lagi!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ5wMSh87Eh
"Sip, Non!"
Diam sejenak.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡusoLWSiQI5
"Oya, Non..."
"Apa, Mang?"
"Non makin pinter."
Dania tersipu, lalu membalas dengan senyum genit.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLoxLmjpdGO
"Mamang kan yang ngajarin... hihi."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡehnkos5BPY
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMzJx8PYsh5
==================================================
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1uT289LKYZ
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzVa4X6Vo26
Part 1
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBSKAn6CUuP
POV Dania
Beberapa tahun sebelum ada Nada
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIwYH8q0WVC
Hari ini genap seminggu aku berada di rumah sendiri. Sejak kecil, Papa selalu menanamkan kemandirian dalam diriku, dan kini di usiaku yang sudah matang, kebiasaan itu melekat begitu saja. Mama sudah berbulan-bulan menemani Nenek yang sakit di kota lain. Kondisi Nenek yang belum menunjukkan tanda-tanda membaik membuatnya mustahil untuk tinggal di sini. Apalagi cuaca di sini cukup dingin. Mama hanya sesekali pulang untuk mengecek keadaanku dan usaha Papa.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR3RVYTJTrt
Adikku, Rania, sedang menjalani program pertukaran pelajar diluar negeri dan baru akan kembali dua tahun lagi. Papa? Jangan ditanya. Dia sibuk dengan urusannya sendiri, sering keluar kota. Sekali lagi, hanya aku yang bisa membantunya mengurus kebun di sini. Tak apa, toh aku juga menikmatinya. Papa sudah membesarkanku dengan pengetahuan tentang bisnisnya sejak kecil. Kuliahku pun sebentar lagi selesai, awal tahun depan aku wisuda.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxjE9MjVdfl
"Hmm, kegiatan apa lagi ya yang bisa mengisi waktuku?"
Aku melamun sambil menatap langit-langit kamar.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8tklDBoB5o
"Oh ya, Nada baru pindah ke sini enam bulan lagi untuk masuk Kuliah."
"Artinya, kesendirianku masih panjang..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlPWjc4nvZ5
"Lari pagi aja deh. Sudah lama diwacanakan, mending eksekusi!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDEEtVC4m4q
Kehidupanku belakangan ini monoton. Aku tipe orang yang suka keseimbangan. Kalau hari ini aku menguras tenaga 100%, besok harus 50%. Mungkin terdengar aneh, tapi itu ciri khasku. Mungkin itu juga yang bikin hubungan pacaranku selalu gagal. Pasanganku tak pernah benar-benar menerima sikapku. Mereka hanya tertarik pada kecantikanku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6ZtF8NkGE9
Narsis? Enggak, aku memang cantik. Hehe.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuSGklbOGgg
Meski sudah jam 7 pagi, kuanggap masih lumayan untuk jalan-jalan pagi. Aku tak yakin jam berapa yang tepat untuk lari pagi, tapi daripada bosan, lebih baik mencoba. Biasanya aku lebih sering yoga atau senam aerobik, terpengaruh kebiasaan Mama yang suka menonton acara senam pagi di A*TV waktu aku kecil. Tapi kali ini, aku ingin sesuatu yang berbeda.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0AZG3Vdsvt
Kubuka lemari, memilih pakaian olahraga. Biasanya aku pakai crop top atau sport bra, tapi hari ini aku memilih kaos tanpa lengan yang simpel dan nyaman. Cuaca pagi ini sejuk, sempurna untuk menikmati kenyamanan tanpa harus terlalu terbuka. Setelah pemanasan singkat, aku mulai lari menyusuri perkebunan.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSSIrMG4P3C
Papa mendesain bukit di belakang rumah khusus untuk keluarga. Ada jalan bercabang menuju perkebunan bisnisnya, tapi rute yang kupilih hari ini mengelilingi area pribadi dulu, lalu turun ke side B perkebunan bisnis, dan kembali ke rumah. Bukit ini cukup tinggi, memberikan pemandangan desa yang memukau. Papa sengaja membangun gazebo di tengah bukit, dikelilingi pepohonan asli untuk meredam suara. Lokasinya sekitar 300 meter dari rumah, agak jauh memang, tapi pemandangannya sepadan.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4nwvrBpL5H
Dua jam sudah berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi saat aku kembali ke halaman belakang rumah. Aku berpapasan dengan Mang Mulyono dan Mang Joko yang sedang menyeruput kopi di teras rumah kecil mereka.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnrGlGn7xyo
"Baru bangun, Mang Yono? Mang Joko?" sapaku sambil mengusap keringat di dahi.
"Pagi, Non Dania," jawab mereka serempak.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7e7oOfT43Q
"Udah dari tadi, Non. Tadi sempat lihat Non lewat dari dalam rumah," kata Pak Mulyono.
"Kalau saya sih baru bangun, Non. Maklum semalem habis nguli," timpal Pak Joko sambil menguap.
Aku ingat Papa bilang Mang Joko harus mengantar pesanan kemarin sampai larut malam.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy6jPhaDitX
"Duh, pasti capek ya? Istirahat aja hari ini, kebun juga gak terlalu sibuk," saranku.
"Ah, gapapa, Non. Lihat Non pagi-pagi udah olahraga, saya jadi ikutan seger," balasnya sambil tersenyum licik.
"Yah, kalau mau seger, ikutan lari dong!" godaku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9cgroCGRLL
"Hehehe, olahraga saya mah gak di sini, Non." kata Pak Joko
"Di mana dong?" balasku.
"Di pulau!" kata Pak Joko lagi
"Pulau apa?" timpalku seperti sedang bersaut-sautan.
"Pulau kapuk! Hehehe" ucapnya usil.
Mereka berdua tertawa. Aku menggeleng, lalu berpamitan, "Yaudah, aku masuk dulu ya!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJwD7bICNh6
"Sip, Non!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFe34snQCcC
Meski sendirian di rumah dengan dua pria di luar, aku merasa aman. Mereka tak pernah bersikap aneh. Aku mengenal mereka sejak kecil, sudah kuanggap seperti paman sendiri. Selain itu, Papa sudah banyak membantu kehidupan mereka. Pernah kudengar Mang Yono berutang budi besar pada Papa karena biaya pengobatan istrinya yang sakit kanker dulu ditanggung sepenuhnya oleh Papa.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMxjB7IGPh2
Sementara Mang Joko adalah teman SD Mang Yono, mantan polisi hutan yang akhirnya bekerja di sini karena kebutuhan ekonomi. Kerjanya bagus, makanya Papa mempercayakannya tinggal dekat rumah.
Tapi tanpa kuketahui, ketika aku sudah berjalan lagi menuju rumahnya, salah satu dari mereka masih menantap penuh arti kearahku. Orang itu berucap pelan, sambil berjalan kembali ke kamarnya.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnf94ZTp0Ac
"Aahh... geulis pisan non Dania..." Mang Joko menggeram pelan kembali diam-diam memperhatikan nona majikannya yang sedang berjalan pulang. Matanya menyipit saat menatap Dania dari balik jendela, tangannya merayap ke celana, mengelus benda yang mulai mengeras.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzL6aLp1P02
"Tapi gak nyangka... bertahun-tahun kerja di sini, baru lihat non pakai baju olahraga kayak gini."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsMwJSF7LMr
Cekrek
Suara kamera ponselnya mengintip saat aku melakukan peregangan di teras.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVP8E80NoaE
"Kali ini aja... selama non gak tahu..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7GPCmqOkNN
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMq179C1VBu
Keesokan harinya, aku lari pagi lagi. Kali ini rutenya kebalikan—perkebunan dulu, baru ke bukit pribadi. Seharusnya aku yoga hari ini, tapi semangat lari pagi masih membara. Mungkin besok baru kujadwalkan selang-seling.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUlrVtBwMjH
"Aaah... enak juga ya lari pagi," gumamku sambil duduk di gazebo, menikmati mentari pagi yang mulai naik.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwoTKneqt3W
Ting.
Notifikasi dari Papa: "Jangan lupa cek kebun hari ini. -Love Papa."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD1LaFhCblr
Aku menghela napas—Klasik.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo6HsN93eQX
Papa jarang nanya kabar, tapi kalau di rumah, dia sangat perhatian. Love language-nya quality time, sementara aku act of service, Rania words of affirmation, dan Mama meskipun sudah berpisah dari papa, aku tahu kalau dia itu receiving gifts.
Lucu ya, satu keluarga bisa beda-beda.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEM9O4ZV1ZA
Jam sudah setengah 9. Aku turun dari bukit, menuju rumah. Saat melewati belakang, tiba-tiba—
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdp4rvm3qs9
"Eh, Non Dania! Maaf, Non!"
Mang Yono baru keluar kamar mandi, bertelanjang dada. Refleks, aku menutup wajah.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKGs4pDJ50H
"Udah pakai handuk, Non!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡetdhUJHcWE
Perlahan, kuangkat tanganku. Ini pertama kalinya aku melihat tubuh pria telanjang dada selain Papa. Mang Yono, meski sudah 40-an, badannya kekar seperti pria 30-an. Kulitnya tidak terlalu gelap, tidak juga terang—pas. Otot-ototnya terpahat jelas, membuat jantungku berdebar kencang.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBqx41z53OJ
"Iya, aku kaget aja..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡO4bOCcX4P9
Kami mengobrol sebentar sebelum aku masuk rumah. Di bawah guyuran air shower, pikiranku melayang ke bayangan tubuh Mang Yono tadi.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMIoCY1wXZ8
"Hmm... kok bagus ya badannya?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbOdbUly9yp
Aku perempuan normal, bukan lesbian. Wajar kalau aku suka melihat keindahan tubuh pria.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjzMLo55rx3
Tapi selama ini, aku belum pernah merasakan ketertarikan intim yang mendalam. Kedua mantanku atletis—satu pemain basket, satu pemain futsal—tapi hubungan kami tak pernah sampai ke ranah fisik.
First kiss-ku saja baru dengan si basket dan tubuhku masih perawan.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvgaxwfFd4g
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXSShIor5mQ
Pagi itu, sinar matahari menyapu perkebunan dengan kehangatannya. Setelah selesai mandi, aku pun bersiap-siap untuk berkerja. Aku berjalan menyusuri perkebun, mengenakan baju casual berbahan hangat, dilapisi cardigan rajut berwarna biru.
Selama perjalanan aku menyadari ada beberapa matanya dari para pekerja yang menyapu tubuhku dari ujung kepala hingga kaki, berhenti sejenak di lekuk dadaku yang bergoyang pelan. Semua dilakukan dengan lirikan cepat dan singkat.
Tak bisa dipungkuri, aku merasa jadi pemandangan indah mereka setiap hari, tak masalah, karna aku tidak merasa dirugikan.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKeBYmW1I5h
Saat menuju kebun, aku berpapasan dengan Mang Yono.
"Pagi, Non Dania! Wangi amat nih!"
"Iya, habis mandi!"
"Bukan wangi sabun, Non... wangi parfumnya..." Aku tersipu, Mang Yono menyadari hal itu,
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ194AHMK4Ua
Memang aku sengaja memakai parfum baru yang agak menggoda—aroma vanilla dan kayu yang hangat, dengan sentuhan musk yang sensual. Aku tahu efeknya pada pria, tapi tidak menyangka Mang Yono akan berkomentar begitu blak-blakan.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjByP6ybE3M
Dia pun menjelaskan rencana kerjanya hari ini sebelum pergi ke sektor lain. Selama dia menjelaskan, aku menangkap matanya yang sesekali mencuri pandang ke arah lain di tubuhku. Ada sensasi aneh—semacam kepuasan mengetahui bahwa ada bagian ditubuhku bisa membuatnya gelisah.
“Apa mungkin karna efek melihat tubuh atletis Mang Yono tadi?” batinku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd5AmGDMQ8z
Setelah mendengar penjelasannya, aku pun segera masuk ke kantor perkebunan. Hari ini kerjaku akan banyak sekali. Melihat laporan pengelolaan, hasil jual beli pada pasar setempat, dan hal-hal lainnya yang butuh ketelitian angka. Tanpa kusadari, waktu berjalan begitu cepat hingga sudah waktunya makan siang.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡN9FCZCc9ND
Saat aku bergegas ke toilet, ketika melewati ruang staff, tiba-tiba kudengar obrolan yang membuatku berhenti di tempat—
Suara Mang Joko dan beberapa pekerja lain, menyebut namaku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZM9Jue5W2F
"Wangi banget parfum non Dania tadi..."
"Sayang belum nikah, pasti laku keras tuh..."
"Duh, pengen punya istri kayak non Dania..."
Dadaku berdebar kencang. Ini pertama kalinya aku mendengar mereka membicarakanku seperti ini. Aku tahu beberapa pekerja kebun sering melirik, tapi tidak pernah sampai mendengar obrolan mereka tentangku. Aku pun jadi penasaran…
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ94AiAZEqeU
"Sssttt... ini..."
Suara bisik-bisik. Apa yang mereka lihat?
"Wadaw! Gak takut ketawan, Pak?!"
"Beuhhh... mantap nih..."
Aku ingin tahu apa yang mereka lihat, tapi takut ketahuan mengintip.
Akhirnya, kuurungkan niat, karna aku sudah tidak tahan ingin ke toilet.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8NWPsmr5G5
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡihfjGRfbHS
Masih di dalam Ruangan Staff
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWP4VQ534Iu
"Hehehe... mantap banget body-nya non Dania..." Pak Joko menyeringai, memutar ponselnya ke arah rekan-rekannya. Beberapa lelaki dalam ruang istirahat itu langsung mendekat, mata mereka terpaku pada layar.
"Ini tadi pagi pas lari... keliatan cantik banget..." Dia menggeser foto demi foto—gambar Dania dalam balutan baju olahraganya dan leggings hitam, tubuhnya berkeringat di bawah sinar matahari pagi. Bajunya yang ketat menampilkan keseluruhan lekup tubuhnya.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXeSrWk1iP7
"Buat bahan coli nih..." Disambut tawa terkekek.
"Duh, gak tahan... wangi banget tadi..." Pak Joko menutup mata sejenak, seolah menikmati memori itu.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3STiMqLc2t
"Nunggu jadi janda aja, Non Dania saya masih mau..."
Terlihat wajah Mang Joko dan para pekerja yang bersamanya tersenyum mesum.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZMZMquoVBE
“Nginep disini lagi kali ya, siapa tahu dapat pemandangan lagi.” batin Pak Joko.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡelUrXfL1Td
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDBYsr9C3Ef
==================================================
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMVB8XwPk4b
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRwf3J1mUre
Part 2
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7eEabZ3IUl
Sudah beberapa hari aku berhasil menetapkan jadwal olahraga yang teratur, selang-seling antara yoga dan lari pagi. Awal minggu ini, antusiasme membuatku lari pagi tiga hari berturut-turut, mencoba berbagai rute sambil menghitung waktu yang dibutuhkan.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKbs0RZsJmm
Kurang lebih dua sampai dua setengah jam, dimulai pukul lima pagi. Badanku terasa lebih ringan, otot perut mulai terbentuk, dan lemak di beberapa bagian tubuh berkurang. Bahkan payudaraku terlihat lebih kencang, terutama saat mengenakan sport bra dengan cup yang sedikit uplift.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjK9umiEvAt
Aku suka memandanginya di cermin—bentuknya sempurna.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt1T2f5XFlJ
Hari Rabu ini, pekerjaanku di kebun tak terlalu padat. Hanya mengecek stok, penjualan, dan merapikan data. Pukul setengah lima sore, sebagian besar pekerja sudah pulang, tinggal penjaga pos dan kadang Mang Yono atau Mang Joko yang masih berkeliaran. Meski mereka tinggal di belakang rumah, aku selalu pulang sendiri.
Papa bilang mereka tak perlu menemaniku kecuali aku meminta.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ57ok4Q2m9d
"Ahh... capeknya..." Aku merenggangkan pergelangan tangan sebelum bersiap pulang.
Langit mulai senja, lebih baik segera pergi sebelum gelap. Saat hendak keluar, telingaku menangkap obrolan dari ruang staff lagi—
suara Mang Joko dan beberapa pekerja lain seperti beberapa hari kemarin.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI5cCqjIvg4
"Wah iya sih, pantat Non Dania makin berisi sekarang..." ucap salah satu dari mereka, entah siapa.
"Lagi-lagi ngomongin aku? Ah hari ini aku tahu mereka ngobrolin apa aja! Karna kemarin aku gak tahan pengen ke toilet" batinku.
"Gimana, Pak? Tanggapannya? Kemarin-kemarin kan Bapak nginep di situ terus..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaticcVGAKw
Slruppp.
Suara sedotan kopi.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtFn7UcMGzy
"Aah... gimana ya bilangnya..."
"Gimana-gimana, Pak? Ayo, kasih tahu!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBKz8Ir6Lcw
Aku mengenali suara Mang Joko. Apa lagi yang dia bicarakan? Kemarin aku tak sempat dengar jelas, sekarang penasaranku menggebu.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnMxVb7iP9z
"Halah-halah, Bud, padahal kamu yang ingetin saya kemarin! Sekarang malah antusias!" Tawa mereka pecah.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmE60aQ6S6U
"Oh, salah satunya Mang Budi?"
"Mereka bahas apa sih???" pikirku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMhUWPix6S5
"Saya sih gak foto lagi, tapi apa yang saya lihat sudah cukup buat bahan pikiran dua minggu ke depan..."
"Foto? Bahan pikiran?" Aku benar-benar berdebar menantikan sejauh mana pembicaraan ini akan tertuju.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIqYZf2jGur
"Wah, apa tuh, Pak? Kasih tahu dong!"
"Sssttt!! Non Dania masih di dalam, jangan keras-keras!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOtCVHvlj97
"Ya ampun, kalau bahas Non Dania, saya paling seneng..."
"Ngefans banget sama beliau..." ucap salah satu pekerja bernama Mang Diki.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuIJI6w3xHJ
"Apa?! Mang Diki ngefans sama aku?!" Jantungku berdegup kencang.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpzMyphMJlP
"Hehehe, saya juga ngefans... tapi untuk hal lain..." Suara Mang Joko membuat bulu kudukku merinding.
"Sini, dekatkan kuping kalian..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhnD8m5FUZo
Aku menggigit bibir. Lagi-lagi mereka berbisik!
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡH4qcZbNXnm
"WAH, BANGSAT, BERUNTUNG BANGET BAPAK!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5EjUA2F0lx
Plak!
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXLLCFTcOqC
"Jangan teriak-teriak, tolol!"
"Eh, maaf, Pak! Abis gimana saya jadi gimana gitu dengerinnya!"
"Bapak beruntung banget!"
"Wah, saya gak percaya, Pak..."
"Bener kata Diki, Bapak beruntung banget!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUVUFYv1XMQ
"APA SIH APA SIH?!" batinku penasaran, Aku hampir melompat keluar, tapi tiba-tiba—
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgXiPYy2lN7
"Udah, simpan aja rahasia ini..."
"Tapi gak bisa dipungkiri, dada Non Dania... meski dari luar keliatan bentuknya cakep banget..."
"Gak kebayang tangan siapa yang beruntung bisa meremasnya..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNxpT5prswM
DEG!
Tubuhku panas seketika.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSDs5HjoewG
"D-Dadaku?!" Aku tak pernah peduli jadi bahan obrolan, tapi ini... mereka membicarakan tubuhku secara vulgar. Seharusnya aku marah, tapi...
Kenapa aku malah merasa... terangsang?
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4QCjYwL2ig
"Iya, dada Non Dania emang indah bentuknya..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡommaGJzZb7
"Duh... perasaan apa ini...?" Aku menekan paha, merasakan kelembaban yang tak biasa di celana dalam.
"Cukup..Cukup.. Ini udah… Harus dihentikan!" Aku melangkah keluar dengan tegas.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTHg2hQ3aXA
"Eh, Mang Joko, Mang Budi, Mang Diki, belum pulang?" Wajah mereka pucat ketika mereka mendengar suaraku yang muncul tiba-tiba.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡicGjBI3J7W
"E-eh, iya, Non... ini mau balik..." kata mang Budi.
"Aanu... abis ngobrol bentar..." timpal mang Diki.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0SBoXqvcY8
"Abis ngecek gedung, Non Dania?" Mang Joko mencoba tenang, tapi matanya tak bisa lepas dari dadaku.
"Iya, Pak Joko. Duluan ya!" Aku bergegas pergi, tapi telingaku masih menangkap bisik-bisik mereka.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAgyW1X7NdB
"Kalian kayak maling ketangkep aja!" Mang Joko berbisik pelan.
"Ya gimana, tiba-tiba Non muncul..." timpal mang Budi.
"Semoga gak denger..." suara pelan mang Diki.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrj07h0LBDq
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGLJHvKp4cK
Pagi ini, aku lari pagi lagi—rute perkebunan lalu berakhir di gazebo bukit. Udara sejuk, tapi pikiranku masih panas.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡB0OcPpDfAe
"Memangnya ada apa dengan dadaku?" Percakapan kemarin masih terngiang.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyE0RWUSuFJ
"Kemarin Mang Joko membisikkan sesuatu... dan mereka terkejut..."
"Kalau memang tentang dadaku... jangan-jangan..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9pvtpUZeji
Aku mengingat tiga hari lalu, saat aku lari pagi berturut-turut dengan sport bra tipis. Putingku sempat nyeplak karena udara dingin.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo5CKadKFkY
"Apa Mang Joko lihat...?"
"Gak kebayang tangan siapa yang beruntung bisa meremasnya..." Kalimat itu membakar pikiranku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRhTBlzYiLJ
Tanpa sadar, tangan kiriku meremas payudaraku sendiri.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJQ5456BZXJ
"Apa aku semenarik itu?" Tekanan semakin kencang.
"Nghhh... apa yang...? Kenapa aku gak berhenti...?" Putingku mengeras, panas menjalar ke selangkangan.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgI6gt1YEau
Teman dekatku, Sania, pernah bilang: "Umur 21 tahun, udah waktunya cewek kena kontol!"
Kata-kata rusak-nya sekarang terngiang.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1ZBQ9mBGqk
"Apakah aku harus belajar perihal seks sekarang?"
"Sshhh... nghhh..." Desahan keluar saat kugesekkan paha.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaErFEsXPtS
"Tangan yang beruntung meremas dadaku... tangan siapa?" pikiranku melayang ke Mang Yono—badannya kekar, wangi sabunnya...
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD2sm3R3LJJ
"Ah..udah..udahh mending pulang aja daripada pikiranku makin kemana-mana.." Akupun langsung bangkit dari gazebo dan buru-buru menuruni bukit.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPN3sluVV2p
Saking masih tidak fokusnya pikiranku dan langkahku terburu-buru,
“Aduhhh!!” Tiba-tiba aku terpeleset.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuIxMns4iZT
"Non Dania, kenapa?!" Teriak Mang Yono yang kebetulan melihatku dari rumah kecilnya. Ia pun berlari dan menggendongku dengan mudah. Dadanya yang telanjang menempel di lenganku.
Di dudukannya aku di bangku teras rumah kecilnya, aku pun tidak sengaja menghirup aroma tubuhnya pada saat ia meletakanku di bangku.
"Wanginya... enak banget...aduhhhh"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxEat6bF9Zw
Diselonjorkannya kedua kakiku, lalu perlahan Mang Yono memijit kakiku dengan lembut. Awalnya aku merasa perih, aku tidak merasa kakiku terkilir, tapi tetap saja rasanya sakit.
Pijitannya yang lembut membuatku merasa nyaman, sampai ketika ia pijatannya menyentuh betis atasku...
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwCQ0c5o3Oa
"Nghhh..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7AIZdHUBKo
"Non, sakit?"
"Dikit, Mang..." Bohong, yang kurasakan bukan sakit…ini karna pijatannya…
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNQDCnHPz6p
Ada rasa yang tersisa muncul lagi. Dan, ini pertama kalinya aku dipijat oleh pria dewasa yang sedang bertelanjang dada—
Mengingatkan pada aktivitas kecilku di bukit tadi, membuatku merasakan lembab lagi di pangkal pahaku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡelx2PEyj3V
"Uhhh... gak tahan!" batinku.
“Udah Mang.. Dania udah gak berasa sakit, aku balik dulu ya Mang, udah gak betah pengen mandi.” Aku menghentikannya, inginku buru-buru masuk ke kamar.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5Cc4q26v1t
“Tapi non?” Aku yang tidak menghiraukannya langsung saja buru-buru masuk ke rumah.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtVBWPlKkDT
Dengan langkah cepat-cepat, aku menuju kamarku, dan setelah aku menutup pintu kamarku,
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfVWMdvngtb
"Sania... bangsat!"
Tanpa pikir panjang, ku buka celana leggingku, dan merebahkan diriku dibalik pintu, ku lebarkan kedua kakiku dan menekuknya.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDHhDfc7vPh
Ngghhhhhhhh...
Nnghhhhhhh...
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡht2Y1ms3pt
Aaaaahhhhh...
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrWZFelA8RZ
Jari-jariku menjelajah, menemukan titik yang selama ini tersembunyi.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY6Ee4yQPeq
Aku memang masih perawan, tapi terimakasih untuk Sania yang kadang berbagi materi pelajaran "Biologi"-nya di group yang berisikan aku, dia, dan seorang sahabatku satunya lagi.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡS4M2HwNWBn
"Sshee... seminggu lagi Papa baru pulang..." Sambil kuputar pelan-pelan bagian itu sesuai informasi yang pernah diberikan Sania.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBw8Zy2mso1
Aghhh...
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKPoY5qmPp8
"Dan... aku masih sendirian..." Gerakaku perlahan semakin cepat.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDrnbhEX8r7
Shhh... nghhh...
aku tak bisa menahan eranganku, lagi pula hanya ada aku sendiri di rumah.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTWBeg2nrgl
"Harus... kah aku....?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡV8XIbFDSU7
MMMMPHHH!!!
NGHHMMPPPP!!!
SSHHMMP!!!!!
Tubuhku bergetar hebat, pertama kalinya aku merasakan orgasme.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1c8VwNQk9t
Di gazebo, di kamar—bibit penasaranku tumbuh menjadi api yang tak bisa dipadamkan.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwywYavyw0w
Dan aku...
Masih punya lima bulan sendirian di rumah.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfjJldfULNj
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhwc57jtmuM
"Malu bangeettt!!!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhGPpOOh33y
Aku masih merasakan getaran di sekujur tubuhku. Beberapa jam yang lalu, aku melakukan sesuatu yang benar-benar gila—sesuatu yang tak pernah kubayangkan akan kulakukan.
Desahan dan eranganku masih bergema di telingaku, seolah kamarku menyimpan setiap suara mesum yang keluar dari bibirku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyNI5LbuKEB
Aku duduk di ruang tamu, mengunyah kacang mede dengan gemas sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Tubuhku masih lemas, mataku berat, tapi ada kepuasan yang tak bisa dijelaskan. Bau amis yang aneh masih tercium samar—
Bau yang sama yang kulihat menempel di antara pahaku setelah ledakan kenikmatan tadi.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnZd2lcvn9u
"Kenapa rasanya seenak itu?"
"Dan aku bisa melakukannya sendiri... tanpa bantuan siapa pun…
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTKIzDekEPF
“Semua gara-gara Sania!"
Senyum kecil mengembang di bibirku saat mengingat bagaimana jemariku dengan terampil menemukan titik-titik sensitif yang memberikan rangsangan keseluruh tubuhku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSiMZxzZmvE
"Sania benar... ini memang nagih..."
Tapi ada satu hal yang menggangguku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ67P0tKxxjL
"Aku sama sekali tidak membayangkan siapa pun saat melakukannya..."
"Sempet sih mikirin Mang Yono… tapi akhirnya cuma fokus pada sensasi yang kurasakan..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTPb0hCKXAE
Apakah ini normal? Atau aku memang berbeda?
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAzyBlrZ0oR
"Nghhssshhh..."
Napasku sedikit tersengal saat bayangan jika seandainya nanti tangan besar, menjamah tubuhku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkN5KWjRYRK
"Dah ah, tidur saja. Sudah jam 1 pagi..."
Aku berjalan ke kamar, melepas satu persatu kancing piyamaku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwbFHsqU6Ph
"Hihihi... lagipula tidak ada yang melihat..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQ856drbplk
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ122K21bzg3
Aku selalu percaya diri dengan penampilanku. Tanpa riasan berlebihan pun, aku tahu aku menarik. Tapi kejadian-kejadian belakangan ini membuatku sadar daya tarikku ternyata lebih dari sekadar cantik.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs9WB6eAqEa
"Apa Mang Joko sedang mencuri pandang lagi?" Pikiranku melayang saat berdiri di sebelahnya, mendengarkan laporan pekerjaan.
"Nah, makanya, Non, si Bapak sempat bilang—" Aku tak mendengarkan.
Pikiranku sibuk mempertanyakan:
"Apa Mang Budi juga melirikku hari ini?"
"Mang Diki tidak masuk, jadi dia tidak melihatku..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY3P2UnOCUh
"Ehh!!!" Aku tersentak, memotong pembicaraannya.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvnQkA6BQ8T
"Ngg, kenapa, Non?"
"Gapapa, Pak Joko... tadi aku cuma keinget sesuatu." Tapi sebenarnya, aku sedang berperang dengan diriku sendiri.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhlUXVOz2Wz
"Dania, kamu kenapa sih?"
"Kenapa kamu mikirin mereka melirikmu atau tidak?"
"Harusnya kamu marah!"
"Tapi... kenapa malah senang?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvKY0oSQ0ri
"SENANG??!!!" Jantungku berdebar kencang.
"Apakah aku memang senang diperhatikan seperti itu?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVMndf1Wy9n
Kepalaku panas. Tanpa sadar, jariku membuka kancing kemejaku satu per satu...
Satu... dua... tiga...
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmg420bbSuD
Mang Joko menatap.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZq3CYjE4Qd
"Dan... Dania kepanasan, Mang Joko..."
"E-eh, iya, Non..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgjEWpoJNLX
Mata kami bertemu. Ada sesuatu yang menggantung di antara kami—sebuah pertanyaan yang tak terucap.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOpk3NLBXYX
"Dania... apa yang sedang kamu lakukan?"
Aku berbalik, berjalan meninggalkannya dengan jantung berdebar dan senyum tipis.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYG6xHuJ5h3
"Apa yang baru saja kulakukan?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡteTcE2bFj9
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ9VKKOEed6
Hari ini, aku memilih rute lari pagi yang berakhir di gazebo bukit. Biasanya, aku bermeditasi di sini selama 15 menit, mencari solusi untuk masalah-masalah kecil.
Tapi hari ini, pikiranku dipenuhi oleh satu hal:
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxq5xxvEdCH
"Payudaraku"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡczYNaag1Cy
"Apakah kekaguman para pria kepada salah satu bagian tubuhku memicu ini?"
Tanpa berpikir panjang, ku buka tali sport bra-ku dan melepasnya. Kaos oblong olahragaku kugeser ke bawah, membiarkan udara pagi menyentuh kulit yang biasanya tertutup.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3aEUsZkCd7
"Apa aku suka dilihat?"
Aku memejamkan mata, mengulang pertanyaan dalam hati:
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwk2kEWArNY
"Dania, apakah kamu suka jika dadamu disentuh orang lain?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWPoVvLBtmD
Deg! Deg! Deg!
Jantungku berdetak kencang.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIekZ6iKQoV
"Dania, apakah kamu senang dikagumi?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrC0oEJxmhC
Ahhh...
Desahan keluar tanpa kusadari. Tubuhku mulai merespon.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNdGbSI7n15
"Jadi ini jawabannya..."
Aku flashback ke momen-momen sebelumnya—obrolan mesum Mang Joko, pijatan Mang Yono, masturbasi pertamaku...
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd6he5pj5JJ
"Aku suka perasaan hangat ini..."
Tapi apakah sensasi ini akan bertahan? Atau hanya karena ini pengalaman pertama kali?
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGMOA2HiodQ
"Haruskah kujadikan ini percobaan?"
Mataku tertuju pada sport bra yang tergeletak di sampingku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIGwdHi9ggo
"Hihihi... apakah Mang Yono akan beruntung?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡV8iJDlYJ4b
***
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5bU3jiu5pW
Aku menuruni bukit dengan langkah penuh antisipasi.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpSLvGQksx5
"Apa Mang Yono akan ada di rumah?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbS16PXpQit
Dan benar—
Dia sedang memotong rumput di teras.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡajI8ZenDTn
"Mang Yono, rajin amat pagi-pagi?" Dia tak menoleh.
"Kenapa gak noleh sih? Aku jadi kesal..."
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjdQ9pVJBeq
Aku duduk di kursi tempatnya memijitku kemarin.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRYtE7dRsS2
"Mang Yono... boleh minta pijit lagi?"
"Oh, masih sakit, Non?"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKinNnX4V2H
"Sedikit sih.. Aku agak takut kalau pijit-pijit sendiri, pijitan Mang Yono enak soalnya, kemarin ngurangin rasa sakitnya"
Mang Yono tersenyum mendengar penjelasanku dan mengangguk, ia pun menyelesaikan pekerjaannya sebelum mendekatiku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiURh7EylSX
Aku memejamkan mata, menunggu sentuhannya. Terasa jemari dari tangan kasar Mang Yono mulai menekan salah satu kaki dan betisku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbeOlNUrWU8
"Kenapa tangannya sebesar ini...? Kasar, tapi justru bikin merinding..."
Setiap kali Mang Yono menekan, bayangan aneh muncul di kepalaku. Bagaimana jika tangan itu tidak berhenti di paha?
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUgk9ZwRXlA
Bagaimana jika—
"Nngh—!"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcjP7AVHaF1
Aku menggigit bibir bawah keras-keras merasakan jari Mang Yono membelai kulit pahaku, yang agak sensitif.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFYqmYwd5fD
"Kalau dia terus naik... apa aku akan menghentikannya?"
Pikiranku kacau. Bau keringat Mang Yono terasa menusuk, memenuhi kepalaku. Anehnya, itu membuatku semakin pusing... semakin penasaran.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOHMyZacrl1
"Mang Yono...pelann— ah!"
“Eh saya ke kencengan ya non? Maaf maaf…”
“Engga mang, tapi pelan-pelan aja masih agak nyeri bagian situ..” Jawabku berbohong.
Padahal aku mengerang kecil karena saat pria itu menekan titik di belakang lututku, rasanya seperti sentuhan itu langsung tersambung ke antara pahaku.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIJi0zk59go
Mang Yono bergumam menyadarkan lamunanku, "Non.. Ini biar nggak pegel lagi pas lari besok...", Aku tidak begitu mendengarkannya, fokus mataku mengikuti arah pegerakan tangannya kepada kaki kananku, aku pun hanya bisa mengangguk lemah untuk merespon apapun yang keluar dari mulutnya.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsHQHdoBMZb
“Lari besok? Aku malah jadi mikir hal-hal lain…”
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzXDsZUodhi
Tapi...
"Kenapa rasanya aku menginginkan lebih dari sekedar pijatan"
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡq4WHuouKht
Ada perasaan yang menuntut sesuatu dari arah selangkanganku. Rasanya aku ingin menjepit sesuatu disana. Lagi-lagi aku teringat satu hal dari omongan Sania, dan itu membuatku penasaran.. Lebih tepatnya aku benar-benar ingin tahu rasanya, dan kuyakin orang seperti Mang Yono pasti sudah berpengalaman..
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvb2Drql6i2
Aku menatapnya sayu… dan dengan rasa frustasi karna hasratku yang tiba-tiba menggebu, aku menarik tangannya.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWcLejZ9q9f
"Mang Yono! Dania mohon..." Napasku berat.
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpp6jpTe60k
"Jilat memek Dania, Mang!!"
Akal sehatku hilang. Yang tersisa hanya keinginan untuk tahu—seberapa jauh kenikmatan baru akan membawaku?
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡM9iJn2v5fD
Dan saat ini... aku siap untuk semuanya…
315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNg8Sc3mhQY
Baca kelanjutannya di >> https://victie.com/novels/terjebak_rahasia_mereka_(dania_universe)_-_season_1315Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4ajP6rxafk
