Bab 1: Undangan Lateks
1657Please respect copyright.PENANAAlm9L8QlaR
Lira Arista, 27 tahun. Wanita HR yang terlihat kaku, rapi, dan steril. Tapi di balik kemeja kerja dan blazer polos, ada rasa haus yang tak pernah ia tunjukkan ke siapa pun.
1657Please respect copyright.PENANAy9gqMI079J
Hari itu ia datang ke kantor seperti biasa, tapi di atas mejanya ada sesuatu yang tidak biasa—amplop hitam doff tanpa nama. Ia buka. Sebuah kartu kecil, hitam, dengan tinta merah menyala:
1657Please respect copyright.PENANAIXFP0Q2h4g
> “Chambre Noire – Undangan Khusus. Satu malam. Dresscode: Kulit atau Lateks.”
1657Please respect copyright.PENANAywJ8OptpNc
1657Please respect copyright.PENANA385B2FfBlp
1657Please respect copyright.PENANA1NJBc5ejYY
Tidak ada yang tahu ia menerima itu. Tapi tubuhnya tahu. Tubuhnya yang sudah terlalu lama kering, mengeras hanya karena gesekan sprei dan khayalan, mulai berdenyut pelan.
1657Please respect copyright.PENANAZQIj29zKq1
1657Please respect copyright.PENANAFrc12dRrch
---
1657Please respect copyright.PENANAzLLrkh6e3V
Jam sembilan malam, Lira berdiri di depan pintu logam hitam di gang sempit kota. Seorang pria bertubuh besar memeriksa kartunya, hanya mengangguk, lalu membiarkannya masuk ke lorong berlampu merah redup. Dindingnya dipenuhi suara-suara—desahan, benturan tubuh, dan denting rantai.
1657Please respect copyright.PENANAxK8jykkaNl
Di ruang ganti, seorang wanita bertopeng menyerahkan pakaian: catsuit lateks hitam mengilap.
1657Please respect copyright.PENANA6WmNMJcrsW
“Ini ukuranmu,” bisiknya sambil tersenyum sinis.
1657Please respect copyright.PENANAMDm2ARTkFO
Lira membawa pakaian itu ke bilik. Saat dia membuka pakaiannya sendiri, tubuhnya merinding. Saat tangan menyentuh permukaan lateks itu, ia seperti menyentuh sisi dirinya yang tersembunyi—yang basah dan gatal di antara rapatnya kaki.
1657Please respect copyright.PENANAlEYndscBTM
Ia menarik catsuit itu perlahan dari kaki ke atas. Ketat. Licin. Menempel. Setiap tarikan membentuk lekuk tubuhnya lebih jelas: payudara montoknya, pinggul bulat, garis tipis belahan pantatnya, dan bibir kemaluannya yang mulai basah bahkan sebelum disentuh. Tidak ada celana dalam. Tidak ada bra. Kulit langsung bersentuhan dengan lapisan lateks yang menghimpit klitorisnya sampai denyutnya makin terasa.
1657Please respect copyright.PENANAlc0n3zB1OZ
Saat selesai mengenakannya, ia berdiri di depan cermin. Putingnya menonjol jelas, keras seperti marmer kecil di balik lapisan mengilap. Lubang kecil di tengah crotch-nya dibiarkan terbuka. Tidak untuk kenyamanan. Tapi untuk akses.
1657Please respect copyright.PENANAr9YfMSyaT3
Dia dibawa ke ruangan gelap dengan dinding kaca satu arah. Di baliknya, ia bisa melihat panggung. Seorang perempuan telanjang, bertopeng kelinci, tubuhnya diikat tali merah, dijilat dua pria. Satu menjilati puting kirinya dengan lidah tajam, satu lagi menjulurkan lidah panjang ke dalam lubang vaginanya sambil menghisap kuat. Perempuan itu teriak, bergetar, orgasme di hadapan mereka semua.
1657Please respect copyright.PENANA6KqFYFtLlS
Lira tak bisa berpaling. Nafasnya pendek. Tubuhnya menegang. Tangannya meraba pinggangnya sendiri, lalu turun ke bawah. Ia sentuh bagian lateks yang menutupi kemaluannya. Hangat. Lembap. Basah.
1657Please respect copyright.PENANAkMBvy0SS2N
Dia membuka lubang kecil itu dengan jari. Jari telunjuknya menyentuh klitorisnya langsung. Licin. Sensitif. Dia mulai mengusap, pelan-pelan. Saat perempuan di panggung orgasme kedua kalinya, Lira menggigit bibir. Dia juga hampir tumpah.
1657Please respect copyright.PENANAlo2W5E4bZR
Lalu ia merasakan tatapan.
1657Please respect copyright.PENANA63L3k6iTAf
Di sudut ruangan, berdiri sosok tinggi memakai topeng gagak. Tidak bicara. Tidak bergerak. Tapi tatapannya tajam. Menelanjangi Lira tanpa menyentuhnya.
1657Please respect copyright.PENANAM59iJFyCcE
Dan dia merasa seperti diperintah.
1657Please respect copyright.PENANAaC0J5decVP
Jangan berhenti.
1657Please respect copyright.PENANADLh0m8QPAl
Dia terus mengusap klitorisnya, lebih cepat. Tubuhnya menempel di kaca, payudaranya terhimpit. Cairannya menetes di paha. Saat orgasme menamparnya dari dalam, tubuhnya bergetar. Ia mendesah, bibirnya gemetar, jari-jarinya masih menekan bagian paling sensitif dari dirinya—sampai semuanya meledak diam-diam.
1657Please respect copyright.PENANAjzV6BNow3w
Pria bertopeng gagak masih memandangnya. Dan sebelum ia sempat bicara atau mendekat, ruangan gelap kembali. Seorang staf datang, menyodorkan secarik kartu kecil:
1657Please respect copyright.PENANAsWeMEfYiWS
> “Jika kamu ingin lebih: Sabtu depan. Pintu belakang. Tanpa celana dalam.”
1657Please respect copyright.PENANA7FHVOp3spT
1657Please respect copyright.PENANA6A8IhPbCFs
1657Please respect copyright.PENANAHzL5szVvVQ
Lira tidak menjawab. Tapi dalam pikirannya, dia sudah tahu: ini bukan terakhir kali.
1657Please respect copyright.PENANALAXdEQF3DY
Ini baru awal.
ns216.73.216.143da2