Bab 2: Lidah di Balik Topeng
409Please respect copyright.PENANAlINyX4RHwv
Sabtu malam.
Lira datang tanpa celana dalam, seperti yang diminta. Di balik mantel panjang, tubuhnya hanya terbungkus catsuit lateks dengan lubang terbuka di bagian bawah. Angin malam menyelip, menyentuh bibir vaginanya yang lembap dan siap.
409Please respect copyright.PENANAWPD595zggP
Ia masuk dari pintu belakang seperti yang tertulis di kartu. Petugas klub tidak berbicara, hanya menuntunnya masuk ke lorong sempit yang lebih gelap dan lebih sunyi daripada sebelumnya.
409Please respect copyright.PENANA4iVFGYlqfw
Sampai di sebuah ruangan kecil tanpa lampu, hanya cahaya dari lubang bundar di tengah dinding. Ketinggian lubang itu sejajar dengan kelaminnya. Ia tahu apa yang diminta.
409Please respect copyright.PENANAzWWGHBA45z
Lira membuka kaki. Berdiri dengan celah yang cukup lebar. Ia condong ke depan, menempelkan perutnya ke dinding, mempersembahkan lubangnya yang basah kepada siapa pun di balik sana.
409Please respect copyright.PENANAPrwiReooD1
Beberapa detik hening.
Lalu terasa.
Napas panas menyentuh bibir vaginanya. Lira mendesah kecil.
409Please respect copyright.PENANAC0EJueFwue
Lidah itu datang tiba-tiba, menjulur panjang dan langsung menyapu seluruh celah dari bawah ke atas. Klitorisnya disentuh tepat sasaran, seakan lidah itu sudah kenal bentuknya. Ia bergetar.
409Please respect copyright.PENANAjPyPVH9siv
“F-fuck…”
409Please respect copyright.PENANAaCHL2UeWyp
Lidah itu menjilat dengan irama pelan, panjang, penuh tekanan. Lira mencengkeram dinding. Setiap gerakan menimbulkan suara licin dari cairannya sendiri.
Kepalanya menunduk, dada bergetar, puting keras bergesek dengan lateks, menambah sensasi. Lidah itu masuk lebih dalam. Menggoreskan putaran di lubang basahnya, lalu kembali naik ke klitoris. Hisapan kecil. Tekanan lembut.
409Please respect copyright.PENANAzAbGatiAIm
“Oh Tuhan… ya… terus…”
409Please respect copyright.PENANAYGpJKxm6yH
Pria di balik dinding tidak berkata-kata. Hanya menjilati. Intens. Terampil. Licin dan liar. Sesekali dia menyentil klitoris dengan ujung lidahnya, membuat Lira memekik pelan, pinggulnya maju otomatis.
409Please respect copyright.PENANAZdgAYZ57fy
Dia tidak tahu siapa yang menjilatnya. Tidak bisa melihat wajah, tidak bisa mengenali suara. Tapi itulah yang membuat cairannya mengalir makin deras. Misteri dan kontrol yang bukan miliknya.
409Please respect copyright.PENANA58WK2EjmOi
Lidah itu semakin cepat. Klitorisnya digigit pelan. Lira menggigit tangannya sendiri agar tidak menjerit. Paha dan perutnya bergetar.
409Please respect copyright.PENANAKPrahunnW2
“Gila… aku keluar…”
409Please respect copyright.PENANAW1rLy6Uamu
Dan dia benar-benar keluar. Orgasmenya datang panas dan deras. Kakinya goyah, cairannya menetes sampai ke paha. Tapi lidah itu tak berhenti. Ia menjilati semua yang menetes. Menyapu dan menghisap dengan rakus, sampai lubang Lira bersih, tapi tetap gemetar.
409Please respect copyright.PENANA7Zecv7tWru
Lira menahan napas. Tubuhnya lemas, tapi puas.
409Please respect copyright.PENANA3bHw9GJXFD
Saat dia menarik napas dan hendak membenahi diri, sebuah kartu kecil diselipkan dari lubang yang sama.
Tertulis:
409Please respect copyright.PENANAHXiqXGvZ7g
> “Jika kamu suka rasa, coba dengarkan suara. Kamar 9. Sabtu depan.”
409Please respect copyright.PENANAxvdXg5VcXr
409Please respect copyright.PENANAsnMKYfBUQZ
409Please respect copyright.PENANAdEMj4DEHNg
Lira mencium kartu itu.
Tubuhnya masih berdenyut. Tapi dalam pikirannya, ia sudah membayangkan seperti apa “suara” itu nanti.
ns216.73.216.143da2