Bab 2: Lidah di Balik Topeng
411Please respect copyright.PENANAtkSK37li4a
Sabtu malam.
Lira datang tanpa celana dalam, seperti yang diminta. Di balik mantel panjang, tubuhnya hanya terbungkus catsuit lateks dengan lubang terbuka di bagian bawah. Angin malam menyelip, menyentuh bibir vaginanya yang lembap dan siap.
411Please respect copyright.PENANAMSdABUz6uC
Ia masuk dari pintu belakang seperti yang tertulis di kartu. Petugas klub tidak berbicara, hanya menuntunnya masuk ke lorong sempit yang lebih gelap dan lebih sunyi daripada sebelumnya.
411Please respect copyright.PENANAPRYFX0WyU9
Sampai di sebuah ruangan kecil tanpa lampu, hanya cahaya dari lubang bundar di tengah dinding. Ketinggian lubang itu sejajar dengan kelaminnya. Ia tahu apa yang diminta.
411Please respect copyright.PENANAzKVoqesVky
Lira membuka kaki. Berdiri dengan celah yang cukup lebar. Ia condong ke depan, menempelkan perutnya ke dinding, mempersembahkan lubangnya yang basah kepada siapa pun di balik sana.
411Please respect copyright.PENANA5KYrr3KySh
Beberapa detik hening.
Lalu terasa.
Napas panas menyentuh bibir vaginanya. Lira mendesah kecil.
411Please respect copyright.PENANAMvNMqad2PA
Lidah itu datang tiba-tiba, menjulur panjang dan langsung menyapu seluruh celah dari bawah ke atas. Klitorisnya disentuh tepat sasaran, seakan lidah itu sudah kenal bentuknya. Ia bergetar.
411Please respect copyright.PENANA629mzRCKnJ
“F-fuck…”
411Please respect copyright.PENANAjnJw5rswbN
Lidah itu menjilat dengan irama pelan, panjang, penuh tekanan. Lira mencengkeram dinding. Setiap gerakan menimbulkan suara licin dari cairannya sendiri.
Kepalanya menunduk, dada bergetar, puting keras bergesek dengan lateks, menambah sensasi. Lidah itu masuk lebih dalam. Menggoreskan putaran di lubang basahnya, lalu kembali naik ke klitoris. Hisapan kecil. Tekanan lembut.
411Please respect copyright.PENANAEHkLP8xYo2
“Oh Tuhan… ya… terus…”
411Please respect copyright.PENANAVJlcdPBQB3
Pria di balik dinding tidak berkata-kata. Hanya menjilati. Intens. Terampil. Licin dan liar. Sesekali dia menyentil klitoris dengan ujung lidahnya, membuat Lira memekik pelan, pinggulnya maju otomatis.
411Please respect copyright.PENANAh0w881qiuD
Dia tidak tahu siapa yang menjilatnya. Tidak bisa melihat wajah, tidak bisa mengenali suara. Tapi itulah yang membuat cairannya mengalir makin deras. Misteri dan kontrol yang bukan miliknya.
411Please respect copyright.PENANAmPUu62XiMm
Lidah itu semakin cepat. Klitorisnya digigit pelan. Lira menggigit tangannya sendiri agar tidak menjerit. Paha dan perutnya bergetar.
411Please respect copyright.PENANAg1wZNEX1Tw
“Gila… aku keluar…”
411Please respect copyright.PENANAyZztmPBRUF
Dan dia benar-benar keluar. Orgasmenya datang panas dan deras. Kakinya goyah, cairannya menetes sampai ke paha. Tapi lidah itu tak berhenti. Ia menjilati semua yang menetes. Menyapu dan menghisap dengan rakus, sampai lubang Lira bersih, tapi tetap gemetar.
411Please respect copyright.PENANAjjbGVdVJuW
Lira menahan napas. Tubuhnya lemas, tapi puas.
411Please respect copyright.PENANAXAwMRjEszr
Saat dia menarik napas dan hendak membenahi diri, sebuah kartu kecil diselipkan dari lubang yang sama.
Tertulis:
411Please respect copyright.PENANAWkRy46lEDr
> “Jika kamu suka rasa, coba dengarkan suara. Kamar 9. Sabtu depan.”
411Please respect copyright.PENANAXpaScAxxgG
411Please respect copyright.PENANABRi9pXxaYU
411Please respect copyright.PENANAhL0fEtAfH2
Lira mencium kartu itu.
Tubuhnya masih berdenyut. Tapi dalam pikirannya, ia sudah membayangkan seperti apa “suara” itu nanti.
ns216.73.216.143da2