Farel Bintang POV864Please respect copyright.PENANAkhEFwEcGpi
864Please respect copyright.PENANATcPIZDRmOI
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
864Please respect copyright.PENANARjIJrhsdbW
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
864Please respect copyright.PENANAdmAW9LZrCx
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
864Please respect copyright.PENANAlRoT27c5u9
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
864Please respect copyright.PENANALzmZ4ut35k
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
864Please respect copyright.PENANA0H1M5hfIhV
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
864Please respect copyright.PENANAPrnL6UI38O
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
864Please respect copyright.PENANAm81DEg7rwp
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
864Please respect copyright.PENANAgbGTzhft4f
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
864Please respect copyright.PENANADDQQzN71w5
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
864Please respect copyright.PENANAC3m2LOxmMd
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
864Please respect copyright.PENANA5GLXDvlA3X
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
864Please respect copyright.PENANAWoB6QtHyh8
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
864Please respect copyright.PENANA1V5k6zV2L8
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
864Please respect copyright.PENANADNnwzZ8SgP
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
864Please respect copyright.PENANADfA7EmbaNC
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
864Please respect copyright.PENANA0ygev9rGhh
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
864Please respect copyright.PENANAAtVpiisvAS
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
864Please respect copyright.PENANAkjS1T41kml
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
864Please respect copyright.PENANARDQdlgCjzI
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
864Please respect copyright.PENANA0tgbb7uLeZ
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
864Please respect copyright.PENANA5dS4zaKvf1
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
864Please respect copyright.PENANAr8Y1BSUsen
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
864Please respect copyright.PENANAuUI8n6PGzE
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
864Please respect copyright.PENANA4ZnIogA2hr
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
864Please respect copyright.PENANAenlui4HbAD
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
864Please respect copyright.PENANAoHnwrWPlzt
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
864Please respect copyright.PENANAACabk4uEuZ
864Please respect copyright.PENANAxgJiVJB5xG
864Please respect copyright.PENANADsK8x9vF4G
864Please respect copyright.PENANAd2aPkxxLUa
864Please respect copyright.PENANAKUp65ffXKl
864Please respect copyright.PENANAgLFpjmhOul
864Please respect copyright.PENANAQPHxcT2KM3
864Please respect copyright.PENANAktvlQJz52g
864Please respect copyright.PENANAaEIK43yfrY
864Please respect copyright.PENANApBSIZMhXh4
864Please respect copyright.PENANAxhD4yrmluP
864Please respect copyright.PENANAF02XqXn16H
864Please respect copyright.PENANA9buO5nrfP5
864Please respect copyright.PENANAVnRKo8dGGY
864Please respect copyright.PENANAhacdVvj5aW
864Please respect copyright.PENANAjKbDT8IrNh
864Please respect copyright.PENANAaARqZtzBgX
864Please respect copyright.PENANAnkYHmD0vqS
864Please respect copyright.PENANA5YFqroK5yF
864Please respect copyright.PENANAaKJvymEodA
864Please respect copyright.PENANAkwtwSdFtbz
864Please respect copyright.PENANANFQHOX5zAa
864Please respect copyright.PENANApIqOZThItQ
864Please respect copyright.PENANAdNSqEKfMnk
864Please respect copyright.PENANAnumn2rMywf
864Please respect copyright.PENANAdLQHpzV227
864Please respect copyright.PENANAMaHsxWEqBQ
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
864Please respect copyright.PENANAnGyvMJWj8h
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
864Please respect copyright.PENANAng6wrGipOO
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
864Please respect copyright.PENANAUWa4l1a7Ru
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
864Please respect copyright.PENANA03oPOaY7Fk
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
864Please respect copyright.PENANAKq7FApog3n
"Kau, kan?" tanyaku.
864Please respect copyright.PENANA3nAVAsAJ1T
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
864Please respect copyright.PENANAkIO4W2Ks9i
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
864Please respect copyright.PENANAuWvN55bYXk
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
864Please respect copyright.PENANAolWFgCm6WA
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
864Please respect copyright.PENANAECAuUecuFK
Ia benar-benar membenciku.
864Please respect copyright.PENANABfYip0fXLP
***
864Please respect copyright.PENANA487BaiJSt2
ns3.135.209.242da2