x
Farel Bintang POV608Please respect copyright.PENANA1WoEw8LKIx
608Please respect copyright.PENANA8qaFoCs1nC
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
608Please respect copyright.PENANA1EK1u8hYt3
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
608Please respect copyright.PENANAi3Muey4ZRB
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
608Please respect copyright.PENANAFWdhb3bg7u
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
608Please respect copyright.PENANAzYb4w2zaAO
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
608Please respect copyright.PENANA6WJ40SKHhn
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
608Please respect copyright.PENANAJvIjxe9ioX
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
608Please respect copyright.PENANA3iGFOF6AIv
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
608Please respect copyright.PENANA60MEXaVQNa
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
608Please respect copyright.PENANA8sDlIkQR9P
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
608Please respect copyright.PENANAuD6LJ2U1k0
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
608Please respect copyright.PENANA1okuPsDThy
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
608Please respect copyright.PENANAfQ2fIydyPj
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
608Please respect copyright.PENANATqxvrwi5FX
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
608Please respect copyright.PENANA68cuSBFcAg
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
608Please respect copyright.PENANAmeXQHBgkKE
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
608Please respect copyright.PENANASH5RFF2zfh
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
608Please respect copyright.PENANAn0zds7xVt2
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
608Please respect copyright.PENANAsSwT1gyGxs
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
608Please respect copyright.PENANAWECUOGsNwW
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
608Please respect copyright.PENANAxuIEfuC49c
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
608Please respect copyright.PENANAXf0SONHRpv
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
608Please respect copyright.PENANAHBHev0qGeB
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
608Please respect copyright.PENANAn8WnHDrDBT
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
608Please respect copyright.PENANAr0kw9VY8Oi
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
608Please respect copyright.PENANAihBYRUs86D
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
608Please respect copyright.PENANAW4OrgpWYIU
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
608Please respect copyright.PENANApW9NdSWlJt
608Please respect copyright.PENANASjsBfJqOzR
608Please respect copyright.PENANAqe7R6DF5cF
608Please respect copyright.PENANAqb2pQz6ofd
608Please respect copyright.PENANADeGxRwWLJC
608Please respect copyright.PENANApapIOGna6e
608Please respect copyright.PENANAaNQodg2nK7
608Please respect copyright.PENANAQmR6SSwn4K
608Please respect copyright.PENANAS49FCakOtw
608Please respect copyright.PENANAEzm5XyvwGx
608Please respect copyright.PENANAiNsDTC340C
608Please respect copyright.PENANABD6N2zEl5n
608Please respect copyright.PENANAIUW10aPfHZ
608Please respect copyright.PENANAkTpwcl7bxQ
608Please respect copyright.PENANAkdRl035eNz
608Please respect copyright.PENANAsSke4luMyU
608Please respect copyright.PENANAjZEwu4tH21
608Please respect copyright.PENANAZNlepZJV7o
608Please respect copyright.PENANA1R5djUx1WT
608Please respect copyright.PENANAm3wuKjhpHR
608Please respect copyright.PENANAT2nrorjfir
608Please respect copyright.PENANAVwW2ghRAzL
608Please respect copyright.PENANA6kIb8MXvkT
608Please respect copyright.PENANA26PyOWeQA0
608Please respect copyright.PENANAcauoZueRdr
608Please respect copyright.PENANAtYHsq0dkZK
608Please respect copyright.PENANAGUTeOdeyd3
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
608Please respect copyright.PENANA0MVLW74cKE
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
608Please respect copyright.PENANAJvDqnxgBxA
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
608Please respect copyright.PENANAbvw6s2ss9I
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
608Please respect copyright.PENANAsyiQOWQwQR
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
608Please respect copyright.PENANAdPvaVoafSj
"Kau, kan?" tanyaku.
608Please respect copyright.PENANALRerlyj38B
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
608Please respect copyright.PENANAyfnmXurExl
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
608Please respect copyright.PENANALoRMUpfAII
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
608Please respect copyright.PENANAvINzwXG69Z
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
608Please respect copyright.PENANAGy3q6qLW0A
Ia benar-benar membenciku.
608Please respect copyright.PENANAXJEw2MYFa3
***
608Please respect copyright.PENANArN8CxObGWv
ns 172.69.7.147da2