“Tuhan memiliki rencana baik, sekalipun kita bertemu orang yang salah.”
—Endless Love Story—
ಬ಼ಬ಼ಬ಼
“Jangan pernah melawan kalo mau selamat.” Pemuda itu mengancam disaat ia merasa kewalahan dengan perlawanan Ivy yang berusaha lepas dari dekapannya.
680Please respect copyright.PENANASgRDFypiff
“Lebih baik mati, daripada menurutimu,” sergah Ivy.
Gadis itu tak bisa berbuat apa pun saat tiba-tiba tangan pemuda itu berpindah menjalari tubuh bagian belakangnya. Selain itu Ivy merasa ada sesuatu yang mengganjal perutnya.
Ia tak pernah merasa sehina ini sebelumnya. Hingga setitik air dari mata yang sedari tadi ditahan keluar begitu saja, pertahanan Ivy runtuh. Tubuhnya bergetar dalam dekapan si pemuda.
Mendengar isakkan kecil, perlahan pelukan pemuda berjaket coklat itu mulai mengendur. Pergerakannya berhenti bersamaan dengan Ivy yang menghentikan perlawanannnya.
“Apa gue bisa ngelakuin hal yang gak pernah gue lakuin? Tapi... gue harus tetep nyelesein tugas ini.” Sejujurnya ada sedikit penolakan dari hati kecil pemuda itu. Ia tak tega mengotori gadis baik-baik seperti ini.
Selama si pemuda diam, Ivy terus berpikir untuk rencana. 680Please respect copyright.PENANAwhXczDYUcM
680Please respect copyright.PENANAIusLq52MqH
Tak membuang waktu. Ivy memulai aksinya, sebelum orang ini berbuat yang tidak terduga padanya. Gadis itu berjinjit lalu menggigit leher si pemuda. Ia berharap semoga gigitan itu akan memberi reaksi sama seperti sebelumnya.
“Ish...,” erangnya tertahan.
“Apa-apaan cewek ini? Kenapa dia ngelakuin hal yang bisa bangunin animo gue?”
“Sialan! Lo, mancing, ya. Liat apa yang bisa gue lakuin biar lo hamil.”
Seperti ada gelanyar panas yang membara di tubuhnya, detik itu pula ia mulai menggila. Mendekap dan menikmati tubuh belakang Ivy. Meski Ivy berontak, ia terus berusaha mencicipi bibir ranum gadis ini.
Untuk sesaat seluruh tubuh Ivy mematung akibat sentuhan itu. Tetesan demi tetesan air mata mengalir dalam waktu hanya dua detik. Namun Ivy kembali tersadar dan memilih untuk terus berontak saat pemuda brengsek itu hendak menodai bibirnya.
Memukul dan mendorong tidaklah bisa menyelamatkan Ivy. Karena itu dengan semua kekuatan yang dimiliki. Ivy membenturkan lututnya ke arah resleting celana pemuda brengsek ini. Orang berjaket coklat itu lantas jatuh terduduk. Dan detikitu pula Ivy berlari ke arah pintu.
“Aaahk... sial! Awas saja nanti kalo tertangkap. Aku gak akan mengampunimu!" murka si pemuda sambil meringis kesakitan.
Di dekat pintu, Ivy masih berusaha membuka kunci sambil terus menoleh ke arah pemuda itu. Berulang kaki tangannya meleset memasukkan kunci karena bergetar hebat.
Ceklek
“Alhamdulillah kebuka.”
Ia cepat-cepat menutup pintu, lalu menguncinya dari luar. Berharap si pemuda tidak bisa mengejar. Ia berlari menuju lift lalu masuk ke dalam. Rasa takut, cemas, sedih , semua itu ia rasakan.
Ivy terduduk di lantaiyang dingin, menatap nanar bayangan di dinding lift. Penglihatannya perlahan memburam kembali. Bahu mungilnya bergetar. Isak tangis mulai terdengar memenuhi lift itu.
Ia memeluk lutut, menenggelamkan wajahnya di sana. Menumpahkan seluruh air matanya, merutuki semua kejadian yang ia alami. Kenapa harus dia yang merasakan hal ini? Dan kenapa harus insiden hina itu yang menimpanya?
Ia membuang napas berat. Mengenyahkan beribu pertanyaan dan keluh kesah dalam pikiran. Ia jelas tahu, masalah tak akan bisa selesai hanya dengan menangis.
Ia mengusap lelehan air di pipi sambil bergumam, “Aku harus bisa keluar sejauh mungkin dari hotel ini.”
Pintu lift terbuka, ia berdiri membenarka pakaian dan letak tasnya. Lalu berjalan keluar melewati lobby hotel dan berhenti di depan pintu utama sambil melirik jam di tangannya.
Pukul 23.00.
Diusapnya mata yang masih agak basah. Ivy putuskan untuk terus berjalan, meski tak tau harus kemana. Ia hanya mengikuti arah kakinya melangkah.
Ivy memandang ke arah hotel untuk terakhir kalinya. Tak sengaja matanya menangkap sesosok objek di dalam lobby berdindingkan kaca.
Ia terbelakak, “Kenapa lelaki itu bisa keluar? Lalu siapa lelaki yang bersamanya itu?” Tanpa berpikir panjang Ivy berlari menjauhi area hotel. Terus berlari sekencang yang ia bisa.
ಬ಼ಬ಼ಬ಼
Seorang lelaki mengedarkan pandangannya sambil mengatur napas yang terengah-engah. Diikuti seorang pemuda yang lebih tua darinya.
680Please respect copyright.PENANAIoILMloxGP
“Dimas, gimana ceritanya dia bisa lepas?” kesal seseorang di belakangnya.
“Ah, maafin gue. Ceritanya panjang,” sesal Dimas sambil menyipitkan mata memastikan sesuatu.
“Farel! itu gadisnya ayo!”
Dimas menunjuk dan berlari kearah objek yang ia maksud. Pemuda dengan jaket coklat dan pemuda lain yang berkemeja merah maroon berlari ke luar hotel. Mengejar target mereka yang lepas.
“Hah... hah... hah...ke mana perginya dia?” Dimas berjongkok untuk meredakan rasa lelah dan mengatur napasnya yang habis karena lari mengejar target yang tak lain adalah Ivy.
Dengan penuh emosi, Farel menarik jaket coklat milik pemuda berambut ikal itu. “Dimas, gue gak mau tau. Pokoknya lo harus bawa balik tuh cewek."
“Iya, gue tau.”
Dimas berdiri melepaskan tangan Farel dari jaketnya. Mata hitamnya mengawasi satu titik, lalu melangkahkan kaki menuju bak sampah yang ada di antara bangunan cafe dan salon.
“Mau, kemana lo?” Farel mengerutkan dahinya. Melihat Dimas yang berjalan mengendap-endap.
“Gue rasa ada seseorang di balik bak sampah itu,” ucapnya selirih mungkin.
“Huh... kagak bakal ada orang. Karena di balik bak itu ada comberan. Lagi pula gue baru aja liat gadis itu masuk ke girl's cafe," jelasnya sambil memandang cafe yang berjarak 100 meter dari tempatnya berdiri.
Dimas menghentikan langkah, berbalik kearah Fatir lalu menarik tangan rekannya yang lebih tua agar ikut berlari bersama menuju cafe tanpa berkata apapun. Pemuda tanggung itu terlalu takut kehilangan targetnya.
Ivy keluar dari balik bak sampah yang beberapa saat lalu dihampiri dua lelaki untuk mencarinya. Ia menghela napas lega, melirik ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada tanda-tanda keberadaan dua lelaki tadi. Dirasa aman, Ivy bergegas menjauh dari area ruko di perum ini.
Lelah yang Ivy rasakan. Sudah cukup jauh ia berjalan dan yang ia tahu sekarang, ia berada di area perumahan lain. Ingin sekali istirahat, tapi di mana?
Gadis itu mengedarkan pandangannya berharap ada masjid atau mushola agar ia bisa tidur semalam saja di sana. Namun nihil. Ia tak menemukan apa pun.
'Braak'
Ivy terpenjat, benturan kuat membuatnya menoleh ke sana kemari mencari asal suara. Sekitar lima puluh meter di belakangnya. Ada seseorang yang sepertinya terjatuh dari motor yang dikendarainya. Segera ia menghampiri orang itu.
“Hah, laki-laki? Apa aku harus menolongnya,”batin Ivy bimbang.
Ia sebenarnya tak tega melihat lelaki itu kesakitan. Tapi... ia juga takut kalau ini cuma bohongan. Modus penjahat yang akhir-akhir ini banyak terjadi.
“Tapi... gak ada yang aneh dari gelagat lelaki itu. Sepertinya dia emang jatuh beneran.” Lagi, helaan napas panjang keluar dari bibir mungilnya.
Ivy mendekat. Meraih sebelah tangan berbalut berjaket dan meletakkannya di atas pundak. Membantu orang itu berdiri, lalu menuntunnya menuju ke tepi jalan.
Beruntung orang itu masih setengah sadar, jadi Ivy bisa membaringkannya di rerumputan. Ia kembali mendekati lelaki berjaket itu setelah meminggirkan motor milik orang ini.
Diperhatikannya orang itu. "Lelaki ini tidak sadarkan diri, tidak ada yang berdarah, semoga ia baik-baik saja. Beruntung helmnya tidak terlepas. Aku harus membawanya ke rumah sakit.” Ivy terdiam sebentar.
"Tapi bagaimana aku membawanya? Aku butuh bantuaan saat ini." Ivy mengedarkan pandangan ke sekeliling berharap akan ada seseorang. Namun di sini sepi, tak ada siapa pun.
23.40 WIB
“Ah, pantas saja sepi,” batinnya setelah melirik jam.
Gadis itu mengalihkan pandangan pada kendaraan si pemuda. Motor sport milik lelaki itu juga baik-baik saja, tidak ada yang rusak.
“Kak.”
Ivy menoleh kebelakang, ternyata ada anak laki-laki sekitar 10 tahun berpakaian lusuh dengan sarung menutupi kakinya.
“Kenapa ada anak kecil di jam seperti ini?”
“Kak, kok bengong. Ayo, aku bantuin. Aku tau tadi kakak nyari seseorang untuk membantu kakak, kan? Nah ayo, aku bisa kok kalau cuma mengankat kakak ini ke atas motor,” ucapnya tulus sambil memandang lelaki yang sedang berbaring di rerumputan.
“Nama, adek siapa?” tanya Ivy lalu mendekatinya.
“Aku Beni, kalau kakak?”
“Nama kakak, Ivy.” Gadis itu lantas tersenyum pada anak yang bernama Beni.
“Salam kenal, kak. Yaudah kak, ayo kita bawa kakak ini ke rumah sakit,” ajaknya lalu menghampiri pemuda itu. Dengan jemari kecilnya, ia melepas helm milik korban dengan telaten.
“Kak, ini helmnya. Lebih baik kakak yang pakai.” Ivy menerima helmnya lalu memandang lamat-lamat wajah lelaki itu.
“Hah... lelaki pemabuk di hotel tadi. Kenapa aku harus bertemu denganya?”gerutu Ivy.
“Astagfirullah, ayo Ivy tolong dia.”
Segera ia menaiki motor milik lelaki itu. Tak lama setelah ia benar-benar duduk di jok. Atas bantuan Beni, pemilik motor sport itu sudah duduk di jok belakang. Sepasang tangan yang memeluk perutnya dengan tiba-tiba, sontak membuat Ivy terpenjat.
“Ah, maaf kak mengagetkan. Tapi ini diperlukan agar Kakak ini tidak jatuh saat dibonceng kakak. Dan maaf kak aku harus mengikat tubuh kakak dengan kakak ini pakai sarung,” jelas anak laki-laki itu yang kini hanya memakai celana selutut.
“Iya Beni, gapapa. Seharusnya kakak yang berterima kasih sama kamu karena mau menolong kakak.”
Beni hanya tersenyum sambil mengikatkan sarung pada pinggang Ivy dan tubuh lelaki itu. “Nah, sudah kak. Apa kakak tau rumah sakit yang dekat dari sini?”
Ivy hanya menggeleng lemah.
“Kalau begitu, dari sini. Kakak lurus terus untuk keluar dari kompleks. Belok kiri dan terus aja sampai bertemu lampu merah dua kali. Di lampu merah kedua, langsung belok kiri dan nanti ada plang di jalan yang bisa menunjukkan arah menuju RSUD,” terang Beni dengan wajah seriusnya. Ivy terdiam, mungkin terpesona pada kebaikan bocah kecil ini padanya.
“Ah, makasih ya Beni. Semoga setelah ini kita ketemu lagi,” tutur Ivy sambil membenarkan posisi duduknya.
“Sama-sama kak,” ia tersenyum.
Ivy memakai helm, lalu menyalakan motor dan mulai mengendarainya. Di sepanjang jalan Ivy terdiam. Ia sangat kesal dengan lelaki di belakangnya ini.
Ah, bukan. Bukan kesal, lebih tepatnya membenci. Tapi, ia juga tak bisa membiarkan begitu saja seseorang yang membutuhkan pertolongan, sedangkan ia mampu menolongnya.
“Ini semua karena Allah. Kamu harus ikhlas Ivy.”
Ia melirik wajah pria yang bersandar di punggungnya. “Benar, wajah blasteran inilah. Wajah pemuda jahat, yang berbuat tak sopan padaku.”
Sebenarnya Ivy tidak nyaman berada dalam posisi seperti ini, tapi keadaanlah yang memaksanya. Selama ia hidup, tak pernah sekalipun seorang lelaki memeluknya. Kecuali ayah dan kakeknya. Meskipun lelaki itu dalam keadaan tak sadar, tetap saja Ivy merasa risih.
“Ah... kenapa rumah sakitnya jauh sekali?”
Tiba-tiba, ia teringat kejadian di lorong. “Lelaki ini mabuk. Ia ingin menciumku. Untuk membuktikan kalau ia bukan gay. Hah... kenapa harus aku yang menjadi objek taruhan lelaki ini.”
Ivy menggeleng, ia tidak mau berprasangka buruk karena itu tak akan membawa kebaikan sedikit pun dalam hidupnya. Ia berusaha berkonsentrasi mengendarai motor ini, agar mereka sampai di RSUD dengan selamat.
Setelah 20 menit di perjalanan, akhirnya Ivy sampai di area RSUD. Ia memberhentikan motor di dekat pintu masuk UGD. Tidak menunggu lama, beberapa perawat lelaki membawa brankar. Dengan segera, mereka menurunkan lelaki di belakangnya dan membaringkan tubuh berbalut jaket itu di atas brankar. Sementara pemuda itu ditangani, Ivy memarkirkan motor dan mengurus segala administrasinya.
“Siapa nama masnya mbak?” tanya resepsionis pada Ivy, saat dirinya sedang membayar biaya masuk rumah sakit pria tadi.
Ivy melirik ke kakan ke kiri, “Aku harus bilang apa?”
“Hm... saya gak kenal mbak. Soalnya dia itu tadi kecelakaan dan saya langsung mengantarnya ke sini," jawab Ivy dengan senyuman kikunya.
Resepsionis itu juga tersenyum, memaklumi. Kembali mengetikkan sesuatu di keyboard komputer.
“Nik, ini dompet sama handphone milik pasien yang dibawa mbak ini,” sela perawat laki-laki yang keluar dari ruang UGD.
Resepsionis itu mengambil dompet coklat dan ponsel hitam dari rekannya, menatap Ivy sekilas. “Mbak saya izin buka dompetnya, ya.”
“Silahkan mbak,” angguk Ivy. Matanya ikut memerhatikan pergerakan resepsionis ini.
“Namanya Yudha Hilmy Prayata. Umur 18 tahun. Tinggal di Jakarta Pusat.” Resepsionis itu mengetiknya ke dalam data identitas pasien.
“Ini, Mbak bisa telepon keluarganya dan ini dompetnya. Silahkan mbak tunggu karena pasien masih ditangani,” sambungnya sambil menyerahkan handphone dan dompet milik lelaki bermarga Prayata itu.
Ivy menerimanya, lalu melangkah menuju kursi yang ada di depan ruangan UGD tempat lelaki itu ditangani. Ia duduk disana, lalu memejamkan mata sejenak. Lelah, gelisah, kesedihan, masih ia rasakan hingga kini. Kejadian itu masih membekas di ingatannya dengan jelas.
Ia membuka mata, berdiri dan melangkah. Tujuannya saat ini ialah musholah. Ivy ingin mencurahkan segala keluh kesah dan kesedihan yang ia rasakan pada-Nya. Dengan harapan semoga kegelisahannya luruh disetiap sujudnya.
ಬ಼ಬ಼ಬ಼680Please respect copyright.PENANAP8vthTEZys
680Please respect copyright.PENANAF2rbOV7UJz
680Please respect copyright.PENANAlPpYDhOfnT
680Please respect copyright.PENANA5RMh5WFGBi
680Please respect copyright.PENANAVKwQwd8uHT
Ivy melihat jam yang ada di tangan.
02.15 WIB
Sejak sampai disini, dua jam yang lalu. Ivy sama sekali belum memasuki ruangan di rawatnya Yudha. Ia hanya duduk menunggu di depan ruangan.
“Untuk apa aku memasuki ruangannya. Lagi pula menurut dokter, pasien bermarga Prayata itu tak akan siuman sampai efek alkohol yang ia minumnya hilang. Perkiraan dokter ia akan siuman pukul 3 pagi. Sekitar 45 menit lagi.”
Ia ragu apakah harus ia yang menelpon keluarga pemuda itu sekarang atau biar lelaki itu sendiri yang menelpon keluarganya. Tapi, jika Yudha yang menelponnya, otomatis ia harus bertatap muka dengan Prayata itu untuk mengembalikan ponsel hitam ini.
Setelah berpikir matang. Ivy putuskan untuk menelpon keluaraga Prayata. Ia keluarkan handphone hitam milik Yudha dari tas selempangnya. Memandang sejenak benda itu.
Detik selanjutnya, ia mulai mencari nomor yang dirasa adalah milik orang tua Yudha. Di pencetnya kontak bernama ‘MAMA’, lalu menekan tombol hijau.
Dengan ragu, Ivy mendekatkan ponsel pada telinganya. Terdengar nada tersambung dari telepon.
“Halo, Yudha kamu ke mana aja sih? Kamu tau kan besok mama sama papa mau berangkat. Sekarang kamu tidur dimana?” tanya seorang wanita di telepon dengan nada tinggi.
“Yudha, yud kamu denger mama apa enggak sih?”
“Maaf Tante, ini bukan anak tante tapi—”
“Eh, kamu siapa?” tanya wanita di sebrang.
“Anak tante tadi kecelakaan nabrak pohon di pinggir jalan, kerena ia mengendarai sepeda motor di bawah pengaruh alkohol. Saat itu kebetulan saya lagi jalan di sana, melihat anak tante pingsan. Saya langsung bawa anak tante ke RSUD," jelas Ivy.
Tepat setelah penjelasan dari Ivy berakhir. Terdengar suara isakkan kecil di telepon. “Terima kasih nak, saya akan kesana.”
“Iya Bu, akan saya kirimkan alamat rumah sakitnya.”
Setelah mengatakan itu, sambungan telepon langsung terputus. Wajah Ivy rertunduk, maniknya menatap lantai putih rumah sakit. Masalah ini akan segera selesai. Lalu akan kemana ia setelah ini?
Bersambung...
A/n:
680Please respect copyright.PENANAOAAPaE24AX
680Please respect copyright.PENANAQrs3tACxii
680Please respect copyright.PENANA5ftD1rjnrT
680Please respect copyright.PENANAXCKvSaK62d
680Please respect copyright.PENANA5pxMEWHJzm
680Please respect copyright.PENANALnGqmZPIF3
680Please respect copyright.PENANABh1MkQF8W5
680Please respect copyright.PENANAMfKV00FM5b
680Please respect copyright.PENANAIgvlNA5ecp
680Please respect copyright.PENANADLq3TADuVh
680Please respect copyright.PENANAQZbS7JwjiH
680Please respect copyright.PENANAORmWBMpwDl
680Please respect copyright.PENANATFLDoHwx1h
680Please respect copyright.PENANAdQ1IKde3Lr
680Please respect copyright.PENANAXNqOlSAmBU
680Please respect copyright.PENANAgmSr8DZXpl
680Please respect copyright.PENANAv9aEGPOnlp
680Please respect copyright.PENANAtkKyRdDvzj
680Please respect copyright.PENANAPLOSDOwNt2
680Please respect copyright.PENANARiCHsFq7rp
680Please respect copyright.PENANAETq6ITaY4Q
680Please respect copyright.PENANAgAxLmDYseR
680Please respect copyright.PENANA7t8Hovwsk4
680Please respect copyright.PENANAA3aWuxK46n
680Please respect copyright.PENANAa9E4vXSGsf
680Please respect copyright.PENANAwdI1yC9TER
680Please respect copyright.PENANAebewVhukxJ
680Please respect copyright.PENANA1LuSYrTH5d
680Please respect copyright.PENANAwmMIut9Tsv
680Please respect copyright.PENANAgdusZ6WP6J
680Please respect copyright.PENANAfwGp5FNs2b
680Please respect copyright.PENANAgUmQ26N4D4
680Please respect copyright.PENANAPzv1n8Mwpr
680Please respect copyright.PENANAMsCfUljs4t
680Please respect copyright.PENANAxdlu4oBvHs
680Please respect copyright.PENANAmsyQKuIHlE
680Please respect copyright.PENANAPsqfqJEmyr
680Please respect copyright.PENANA8ZbdLsN2E6
680Please respect copyright.PENANAI9twzFEijQ
680Please respect copyright.PENANAlazwvNUbxj
680Please respect copyright.PENANA7QYfiHYrjI
680Please respect copyright.PENANAj6kwBtnAOM
680Please respect copyright.PENANA2xBQYjiEJ8
680Please respect copyright.PENANAH5ZzjaZLz8
680Please respect copyright.PENANArS4M6GEAiB
680Please respect copyright.PENANAdbXJPDs7cM
680Please respect copyright.PENANAkrwy0LX0f2
680Please respect copyright.PENANAxLL64IQEIO
680Please respect copyright.PENANAOb7Jq9U6bG
680Please respect copyright.PENANA4pYIE9ytfk
680Please respect copyright.PENANAfa4Is01Pmi
680Please respect copyright.PENANAqaqox95U8X
680Please respect copyright.PENANA0foY2tlP2F
680Please respect copyright.PENANAe0JRMoDZ06
680Please respect copyright.PENANAXk0oy4GbC0
680Please respect copyright.PENANACBcZY4QPBj
680Please respect copyright.PENANAprwSvOGQ9A
680Please respect copyright.PENANAD91KyJ2LQx
680Please respect copyright.PENANAsMXTvQln9Q
680Please respect copyright.PENANA9fbwWFzO0N
680Please respect copyright.PENANAVxEhxsTF0o
680Please respect copyright.PENANAiXCIyWKAdM
680Please respect copyright.PENANAQ4VluU4DWU
680Please respect copyright.PENANAdMJPLNIKnb
680Please respect copyright.PENANAXWl4TYMvg4
680Please respect copyright.PENANA5Zd5vTAQGU
680Please respect copyright.PENANAJ0LaFlozld
680Please respect copyright.PENANAsFR563FjQt
680Please respect copyright.PENANA88KQk6DQyx
680Please respect copyright.PENANAnoLKYsevhc
680Please respect copyright.PENANAxTlG6SNFs2
680Please respect copyright.PENANAvuWoDKfkC6
680Please respect copyright.PENANAgp4Xg5rvCr
680Please respect copyright.PENANADlyxpzqNU7
680Please respect copyright.PENANAJCGrGjmEek
680Please respect copyright.PENANAVjB7gR4cmC
680Please respect copyright.PENANAvaEY44bz5T
680Please respect copyright.PENANADcXvqWFpFr
680Please respect copyright.PENANAFEWMao9E1N
680Please respect copyright.PENANALO9w9cYyeH
680Please respect copyright.PENANAPtWnmDCk2S
680Please respect copyright.PENANADiuJe771q9
680Please respect copyright.PENANAxZgfBSl2fM
680Please respect copyright.PENANATCT7NAM3cT
680Please respect copyright.PENANA5krglzl14b
680Please respect copyright.PENANAcfo2SQFMIE
680Please respect copyright.PENANAIH0DJd4Ze8
680Please respect copyright.PENANAfFd9Vl4swI
680Please respect copyright.PENANAXkKbN1ouuo
680Please respect copyright.PENANAvAd9uU8ZU5
680Please respect copyright.PENANAQu4pKvSS30
680Please respect copyright.PENANAXN6sTC2lW2
680Please respect copyright.PENANAYCUuawef7J
680Please respect copyright.PENANAPPQOi8vFFo
680Please respect copyright.PENANAJLtGMWbHuB
680Please respect copyright.PENANAY6HgBEapq9
680Please respect copyright.PENANA9zihWxXRwC
680Please respect copyright.PENANAEXEsHW82W8
680Please respect copyright.PENANAXFVPcdeTJ2
680Please respect copyright.PENANAaADafZXNMU
680Please respect copyright.PENANAPRqpEW2rpu
680Please respect copyright.PENANAgePzVsr2XG
680Please respect copyright.PENANA8TM1kbtPUu
680Please respect copyright.PENANAz4f3hriR59
680Please respect copyright.PENANAvYdlEWgpuF
680Please respect copyright.PENANAfniO2v7Rmb
680Please respect copyright.PENANAKte7C9laeM
680Please respect copyright.PENANARKeFldsAG1
680Please respect copyright.PENANA8zG9y8dtcu
680Please respect copyright.PENANAHkNI2V1ta4
680Please respect copyright.PENANAeCXxscR4LD
680Please respect copyright.PENANAaASn2XPRbT
680Please respect copyright.PENANAOim0atyzDc
680Please respect copyright.PENANA3TwhnlBnIy
Hayo. Bakalan kaya gimana Ivy setelah ini? Hoho, nantikan kelanjutannya yaa... 680Please respect copyright.PENANAuzP5V5daHO
680Please respect copyright.PENANAoCDdagNn0L