Setiap malam Minggu, aku, Joko (16), akan berjalan kaki ke rumah Bude Sari (42) yang tak jauh dari rumahku. Ayahku dan Pakde Bambang (suami Bude Sari) adalah supir truk lintas provinsi. Mereka berangkat Sabtu sore dan baru pulang Senin pagi.
1977Please respect copyright.PENANA7E0MkVZMEu
Sesampainya di sana, aku disambut senyum hangat Bude Sari. Dia berdiri di ambang pintu, menyambutku dengan pelukan singkat. Mataku terus melirik kearah payudaranya yang besar dan tampak menonjol di balik daster lengan pendek yang ia pakai. Pakaiannya yang longgar tak mampu menyembunyikan lekuk tubuhnya yang berisi.
1977Please respect copyright.PENANA8YpZ0zobK5
"Masuk, Jok," ujar Bude Sari dengan lembut sambil menggeser badannya, memberiku ruang untuk masuk. "Bude mau ke rumah Bu RT, ada tetangga yang mau nikah, Bude mau bantu-bantu di sana. Bude titip si Ida ya. Trus kalau kamu laper, di dapur ada mi instan Jok." katanya lagi sebelum beranjak pergi.
1977Please respect copyright.PENANA0UKVyaFY8Z
Aku mengangguk. "Siap, Bude. Hati-hati ya."
1977Please respect copyright.PENANAOtyyygX12T
Setelah Bude Sari pergi, aku segera masuk. Di ruang keluarga, aku melihat Ida (14) sedang duduk di sofa, fokus menonton televisi. Dia mengenakan kaos berwarna cerah yang terlihat kebesaran di tubuhnya yang ramping. Payudara dan pinggulnya belum begitu terlihat, membuat tubuhnya tampak polos. Rambutnya yang hitam diikat asal, memperlihatkan leher jenjangnya.
1977Please respect copyright.PENANA3a76sJ59hV
"Hai, bocil," sapaku sambil tersenyum nakal.
1977Please respect copyright.PENANATHXS5fThMv
Ida menoleh dengan tatapan kesal. "Ih, apaan sih! Aku udah gede ya!" Ia langsung mengambil bantal sofa dan melemparnya ke arahku.
1977Please respect copyright.PENANAfMJmD4e64N
Aku tertawa, dan dengan mudah menangkap bantal itu. Aku berjalan mendekat dan duduk di sampingnya, bantal yang dilemparnya tadi kugunakan sebagai sandaran. "Udah gede kok masih datar?" candaku, melirik ke arah dadanya.
1977Please respect copyright.PENANAkYVNypynLD
Wajah Ida langsung memerah, antara malu dan marah. Tanpa ragu, dia mencubit pahaku dengan keras. "Rasain!" serunya.
1977Please respect copyright.PENANAEW3KyE4qbr
Aku meringis dan pura-pura kesakitan. "Aduh, sakit tahu!"
1977Please respect copyright.PENANAQ1WYojXVQB
"Biarin! Siapa suruh mesum!" balas Ida, mengerucutkan bibirnya.
1977Please respect copyright.PENANAiWmS9QJfIP
"Lah, emang bener kan?" godaku lagi sambil tersenyum jahil. Aku melirik lagi ke arah dadanya, yang membuat Ida salah tingkah. Dia buru-buru menyilangkan tangan di depan dada, mencoba menutupinya.
1977Please respect copyright.PENANAzKpVnjNptn
"Nggak usah ditutupin, orang nggak ada isinya," kataku santai.
1977Please respect copyright.PENANAIg3ivv3vq3
Ida melotot, air mata mulai menggenang di matanya. Aku panik dan langsung mencari cara untuk menghentikannya.
1977Please respect copyright.PENANAXljHx7QXb5
"Eh, jangan nangis dong," kataku cepat. "Besok Mas Joko beliin es krim deh, mau?"
1977Please respect copyright.PENANAgzVCKqKTMz
Wajahnya langsung berubah cerah. "Mau!" serunya sambil memelukku erat.
1977Please respect copyright.PENANAPR2hdInaud
"Nah gitu dong. Eh, Tapi kok beneran nggak berasa, ya?" bisikku sambil balas memeluknya. Ida langsung melepaskan pelukan dan mencubitku lagi.
1977Please respect copyright.PENANANNpueCLM5p
Setelah mencubitku, Ida kembali menghadap TV. Namun, tak lama kemudian dia melirik kearahku dengan wajah cemberut.
1977Please respect copyright.PENANARoG72Bbb3J
"Kenapa lagi?" tanyaku.
1977Please respect copyright.PENANAol3QQIotWr
"Gara-gara Mas Joko, aku jadi nggak fokus nonton GGS," keluh Ida. Dia menunjuk layar TV yang menampilkan tulisan 'Bersambung'. "Tuh, kan, udah bersambung!"
1977Please respect copyright.PENANAY03EonVja0
Aku tertawa. "Ya elah, gitu doang ngambek."
1977Please respect copyright.PENANA8hPoUTrVSd
Ida tetap cemberut. Dia menyandarkan punggungnya ke sofa. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepalaku. Sebuah ide yang sangat nakal.
1977Please respect copyright.PENANA7pR5zhEO1o
"Eh mas Joko ada film bagus, mau nonton nggak?" tanyaku dengan nada misterius.
1977Please respect copyright.PENANAHbXDjvGRWY
"Film apa?" tanyanya penasaran, matanya yang tadi cemberut kini memancarkan rasa ingin tahu.
1977Please respect copyright.PENANAXYXy6t2jTH
"Ada deh," jawabku, sengaja menggantungkan jawabannya. "Pokoknya bagus. Jauh lebih seru dari GGS."
1977Please respect copyright.PENANAG3WzqMHGdT
Ida berpikir sejenak, lalu matanya berbinar. "Yaudah, yuk!" serunya bersemangat, langsung mengubah posisi duduknya menghadapku.
1977Please respect copyright.PENANA9j3HiuFC3G
Aku bangkit dari sofa dan mengambil laptopku dari ransel. Jantungku berdebar kencang. Aku duduk kembali di sampingnya dan menyalakan laptop. Ida dengan polosnya mendekat, menunggu dengan tidak sabar. Jemariku dengan cepat membuka folder tersembunyi.
1977Please respect copyright.PENANA6aodxV8ad8
"Film apa sih, Mas?" tanyanya tidak sabar.
1977Please respect copyright.PENANAqC1T321RTW
"Sabar," bisikku sambil tersenyum licik.
1977Please respect copyright.PENANAoOhcVloGzg
Aku membuka sebuah video, lalu menekan tombol play. Ida langsung mendekatkan wajahnya ke layar laptop. Sebuah adegan pun muncul, memperlihatkan seorang gadis muda sedang merawat kakeknya yang sakit.
1977Please respect copyright.PENANAHcXPn7Wway
"Apaan sih, kok filmnya cuma tentang cucu ngerawat kakeknya gitu?" tanyanya, bingung. "Mana serunya?"
1977Please respect copyright.PENANAYu1iA0di9F
Aku terkekeh. "Sst... tonton aja dulu. Bagian serunya belum muncul," bisikku sambil menunjuk layar. Tentu saja, aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
1977Please respect copyright.PENANAIGiiNhoGld
Ida kembali fokus pada layar, menatapnya dengan penuh tanda tanya. Adegan di layar terus berlanjut. Gadis itu mengambil sebuah baskom berisi air hangat dan selembar kain. Dia dengan telaten mulai membasuh tangan dan kaki sang kakek yang terbaring lemah.
1977Please respect copyright.PENANAvmfJSFFHVk
"Tuh kan, kayak gini doang," bisik Ida.
1977Please respect copyright.PENANA0LSS1fWTOG
"Udah, liat aja," ujarku sambil menahan senyum.
1977Please respect copyright.PENANAGRT2Un3cp8
Setelah selesai membasuh tangan dan kaki, gadis itu mulai membuka baju kakeknya. Ida mengerutkan dahinya, tampak bingung.
1977Please respect copyright.PENANAsvmveVqHBH
"Kok bajunya dibuka sih?" tanyanya.
1977Please respect copyright.PENANAwjHPKbygMx
"Namanya juga mau dimandiin," jawabku santai, meskipun tanganku sudah berkeringat.
1977Please respect copyright.PENANAcLT8cduVC9
Setelah baju kakek terbuka, gadis itu mulai membuka celananya. Mata Ida membulat sempurna. Dia terlihat terkejut, tapi anehnya dia tidak berteriak atau berpaling. Dia hanya terus menatap layar.
1977Please respect copyright.PENANAVqonwAXTLq
"Lho, kok... kok celananya juga dibuka, Mas?" tanyanya, suaranya terdengar tercekat.
1977Please respect copyright.PENANAyopH3OjrXB
"Emang kalau kamu mandi gimana?" tanyaku santai, sambil menoleh ke arahnya.
1977Please respect copyright.PENANAko0ACCfqnV
"Ya dibuka juga sih," jawabnya polos, "tapi kan... tapi kan gak difilmin gitu!" Wajahnya memerah, namun ia tetap tak mengalihkan pandangannya dari layar.
1977Please respect copyright.PENANA2D35SXK3Jd
Aku semakin gemas melihat kepolosannya. "Ini namanya film edukasi, bocil," kataku, berusaha terlihat serius. "Biar kamu tahu cara ngerawat orang sakit."
1977Please respect copyright.PENANAJSwRQv0pii
"Tapi itu... itu tititnya kelihatan, Mas!" celetuknya, suaranya kini terdengar seperti berbisik.
1977Please respect copyright.PENANACBaRJULjc7
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum tipis. Aku membiarkan keheningan mengisi ruang, membiarkan Ida mencerna apa yang dilihatnya. Adegan di layar semakin intens. Si gadis di video itu mulai mengocok penis si kakek.
1977Please respect copyright.PENANA1RNhYIHLfa
"Itu... itu diapain lagi, Mas?!" Ida bertanya, suaranya naik satu oktaf, terkejut dan bingung.
1977Please respect copyright.PENANAOeefalNnK0
Aku menahan napas, menunggu momen ini. Aku harus tetap terlihat santai. "Ya lagi digosok, namanya juga lagi dimandiin," jawabku, pura-pura fokus pada layar.
1977Please respect copyright.PENANAE0gQIp1lk8
"Tapi kok... kok nggak pake sabun?" tanyanya, polos.
1977Please respect copyright.PENANAqgikww4APg
Aku tahu adegan selanjutnya. Si gadis akan meludahi penis si kakek sebagai pelumas kocokan.
1977Please respect copyright.PENANAGKS7bDcwGI
"Di Jepang, sabun bisa diganti pake ludah, Dek," kataku dengan wajah serius.
1977Please respect copyright.PENANACQ0d640nS8
"Boong! Mana mungkin!" Ida langsung menyanggah, wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan.
1977Please respect copyright.PENANAzKkNaY32xZ
"Ngeyel, kamu pernah liat kucing mandi belum?" tanyaku, memberinya analogi. "Kucing kan kalau mandi jilat-jilatin tubuhnya gitu. Sama aja kan pake ludah."
1977Please respect copyright.PENANAPhQsgjuWId
"Itu kan kucing!" balas Ida dengan nada tinggi. "Kalau manusia, nggak mungkin lah!"
1977Please respect copyright.PENANAmZ5CAu2RAh
Tepat pada saat itu, adegan yang kutunggu-tunggu muncul. Gadis di layar mendekatkan wajahnya, lalu meludahi penis si kakek. Ludahnya terlihat jelas di layar, membasahi penis si kakek yang sudah tegang.
1977Please respect copyright.PENANAl67xJ9krKe
Ida terbelalak. Dia membuka mulutnya, tapi tidak ada suara yang keluar. Dia hanya menatapku dengan tatapan tidak percaya, seolah-olah aku baru saja meramal masa depan.
"Tuh kan," kataku penuh kemenangan.
1977Please respect copyright.PENANADTu23aSetD
Ida masih terdiam, mencerna apa yang baru saja dilihatnya. Matanya bolak-balik antara aku dan layar laptop. Dia tidak lagi protes, hanya menatap dengan seksama.
1977Please respect copyright.PENANAvtZYy1Y9qJ
Dengan perlahan, tanganku bergerak ke arah celana. Aku membuka resleting celanaku, lalu menurunkannya. Aku juga menurunkan celana dalamku. Penisku yang sudah tegang langsung menyembul keluar. Aku melirik Ida. Dia tidak berkedip, matanya terpaku pada layar.
1977Please respect copyright.PENANAM6wThkMDst
Aku mulai mengocok perlahan, mengikuti irama di video. Ida akhirnya menoleh ke arahku. Matanya membulat sempurna, melihat apa yang kulakukan.
1977Please respect copyright.PENANAZlxLW3Tbe2
"Ihh... Mas Joko ngapain?" tanyanya, suaranya tercekat.
1977Please respect copyright.PENANAiBD93tnvUx
"Lagi bersih-bersih, Dek," jawabku santai, suaraku sedikit bergetar. "Kayak di film itu."
1977Please respect copyright.PENANAAE1SrHWrWU
"Tapi kenapa di depan aku, masss!" protesnya, suaranya terdengar panik.
1977Please respect copyright.PENANAngPujSfpM4
Aku tersenyum nakal. "Ya biar kamu bisa lihat langsung, kan. Biar makin paham edukasinya." Aku mendekatkan wajahku padanya. "Atau... kamu mau sekalian praktek?" godaku, berbisik pelan.
1977Please respect copyright.PENANAY9FFMhFwB3
Ida terdiam. Wajahnya memerah. Matanya yang polos menatapku. Aku bisa melihat kilatan penasaran di matanya. Bibirnya terbuka sedikit, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi ragu.
"Praktek... gimana, Mas?" tanyanya pelan, suaranya hampir tidak terdengar.
1977Please respect copyright.PENANAF646njP9wR
"Ya, kayak di film itu," jawabku, senyumku semakin lebar.
1977Please respect copyright.PENANAnhyC0zNhYu
Dia menelan ludah, lalu kembali menatap ke layar laptop. Dia mengamati gerakan tangan gadis di video dengan seksama, lalu kembali menatapku. Tangannya yang mungil meremas-remas ujung kaosnya.
1977Please respect copyright.PENANAsLDbR32pVL
"Aku... aku... nggak tahu caranya," bisiknya, malu-malu.
1977Please respect copyright.PENANATF3oNEBPqV
"Makanya Mas ajarin," bisikku balik. "Mau nggak?"
1977Please respect copyright.PENANAk54kacjSuz
Ida terdiam sejenak. Wajahnya masih memerah, tapi dia mengangguk pelan. Aku tersenyum penuh kemenangan. Aku sudah berhasil menanamkan rasa penasaran di benaknya.
1977Please respect copyright.PENANAY85mjLjpxt
"Sini," ajakku, suaraku terdengar serak. Aku meraih tangan mungilnya dan menuntunnya ke arahku.
1977Please respect copyright.PENANAHEOxEbahsj
Ida tak melawan. Tangannya terasa dingin saat menyentuh penisku. Dia menatapku dengan tatapan polos, menunggu instruksi. Aku bisa merasakan napasnya yang pendek dan cepat.
1977Please respect copyright.PENANAKru0clrcA7
"Nah, gitu. Sekarang coba gerakin, Dek." bisikku, memberikan contoh.
1977Please respect copyright.PENANA94ubJNczCZ
Ida mulai menggerakkan tangannya. Gerakannya kaku dan canggung, tapi aku tahu dia sedang berusaha.
1977Please respect copyright.PENANANooa3cxWgy
"Sekarang... ludahin, Dek." Bisikku.
1977Please respect copyright.PENANAbI1HipPtHN
Ida menatapku bingung. "Kayak di film?"
1977Please respect copyright.PENANApZ2HRmMT9U
"Iya, persis kayak di film," jawabku, meyakinkan.
1977Please respect copyright.PENANANqYgLKclyV
Dengan ragu, Ida mendekatkan wajahnya. Dia membuka mulutnya, lalu meludahi penisku. Rasanya hangat.
1977Please respect copyright.PENANARWqi4GIQSe
"Nah, gitu. Sekarang lanjutin, Dek." perintahku.
1977Please respect copyright.PENANA8l5fVPLMP1
Ida kembali mengocok, kali ini gerakannya lebih berani. Aku bisa melihatnya mulai terbiasa. Napasnya terdengar semakin pendek, dan aku tahu dia tidak akan berhenti.
1977Please respect copyright.PENANAeoFmmrfs41
Hampir sepuluh menit berlalu, gerakannya semakin cepat. Tiba-tiba, adegan di film berubah. Sang kakek kini membuka rok si gadis muda itu, memperlihatkan vaginanya yang mulus. Aku bisa melihat dengan jelas bibir vaginanya. Si kakek kemudian mulai menjilatinya. Aku menahan napas, menunggu reaksi Ida.
1977Please respect copyright.PENANAAN0u5DXA6T
Ida terkejut. Gerakan tangannya berhenti, dan dia menatap layar dengan mata terbelalak. Dia menoleh ke arahku, tatapannya polos dan penuh kebingungan.
1977Please respect copyright.PENANArle5gbBczy
"Dek, kamu mau coba yang itu juga?" tanyaku, suaraku serak. Aku menunjuk ke layar.
1977Please respect copyright.PENANAGkJ75rB24D
"Itu langsung dijilatin pake lidah, Mas?" tanyanya, suaranya bergetar. "Emang Mas Joko gak jijik?"
1977Please respect copyright.PENANAbSjmZnLjvI
"Enggak jijik kok," jawabku, berusaha meyakinkannya. "Kan demi edukasi."
1977Please respect copyright.PENANAMXUyHR4bpk
Ida terdiam sejenak, memikirkan perkataanku. Dia menghela napas panjang, seolah sedang mengambil keputusan besar.
1977Please respect copyright.PENANAgIuMtR5HLE
Kemudian Ida mulai berdiri. Dia menarik celananya sendiri, lalu menurunkannya. Diikuti dengan celana dalamnya yang berwarna putih, polos, tanpa motif. Setelah terbuka, aku bisa melihat vaginanya yang mulus, tak ada satupun bulu disana. Aku menelan ludah. Ini adalah pemandangan paling luar biasa yang pernah kulihat, indah.
1977Please respect copyright.PENANAIRkl3mf3xD
Aku langsung menarik Ida hingga posisi kami berganti. Kini, aku yang berdiri dan dia duduk di hadapanku. Dia menatapku dengan tatapan polos, seolah menunggu instruksi. Aku berlutut di depannya, menatap vaginanya yang mulus.
1977Please respect copyright.PENANAsDygT7MvHu
Aku mendekatkan wajahku ke arahnya. Ida tidak bergerak, dia hanya menatapku dengan mata lebar. Aku membuka mulutku dan menjulurkan lidah.
1977Please respect copyright.PENANAiy4xJ75iZ5
Aku mulai menjilatinya. Gerakanku canggung pada awalnya, tetapi aku mencoba meniru gerakan di film. Aku merasakan tubuh Ida menegang. Dia menutup matanya, menahan napas.
1977Please respect copyright.PENANAZQjjRaFb2y
Aku menjilati setiap inci vaginanya, dari atas ke bawah. Aku bisa merasakan kulitnya yang lembut dan hangat. Aku bisa mendengar napasnya yang pendek dan cepat.
1977Please respect copyright.PENANAXG3GkDC3Pp
"Ah..." Ida mendesah pelan, suaranya sangat lirih.
1977Please respect copyright.PENANAv76P8mMb1J
Aku tersenyum dalam hati. Aku tahu dia menyukainya. Aku terus menjilatinya, gerakanku semakin berani. Aku bisa merasakan tubuhnya mulai rileks. Dia mulai mendesah lebih sering, dan aku tahu aku telah berhasil.
1977Please respect copyright.PENANAvRSS5dzM8C
Aku menggerakkan lidahku dengan lebih cepat, dan aku bisa merasakan tubuh Ida bergetar. Dia meremas sofa dengan tangannya, seolah sedang menahan diri.
1977Please respect copyright.PENANAOZ9BdWj3O6
"Enak, Dek?" tanyaku di sela-sela jilatanku.
1977Please respect copyright.PENANAtBJmN3HbGP
"Ah... Mas... enak," jawabnya dengan suara lirih.
1977Please respect copyright.PENANAqUSv3IQ4vD
Aku terkekeh dalam hati. Aku menggerakkan lidahku dengan lebih cepat.
1977Please respect copyright.PENANANGtPb1303c
"Ah... ah... Mas... jangan cepet-cepet..." desahnya.
1977Please respect copyright.PENANAnd6tCWgqva
Aku tidak peduli. Aku terus menjilatinya.
1977Please respect copyright.PENANArJYTalynGR
"Ah... Mas... geli..." desahnya lagi, kali ini terdengar lebih keras.
1977Please respect copyright.PENANAcn0LLjzVlh
Aku terus menggerakkan lidahku. Tubuhnya semakin bergetar, dan aku tahu dia akan segera mencapai puncaknya. Aku mempercepat jilatanku, dan itu membuat Ida mendesah lebih keras.
1977Please respect copyright.PENANAHxTOVsGaAC
"Ahhh... Mas! Aku... akuuuu... ahhh!"
1977Please respect copyright.PENANANC7gSKulJD
Aku terus menjilatinya, sampai akhirnya aku merasakan cairan hangat menyembur mengenai wajahku. Ida muncrat. Tubuhnya menegang, lalu lemas. Dia terduduk di sofa dengan napas terengah-engah.
1977Please respect copyright.PENANAzI3vWg4iBc
Aku menyeka mulutku. Ida menatapku dengan mata lebar, wajahnya memerah. Ada senyum tipis di bibirnya.
1977Please respect copyright.PENANARNBRXQu0iN
"Gimana, Dek? Enak, kan?" tanyaku.
1977Please respect copyright.PENANAobyMidtrZ1
Dia mengangguk pelan. "Iya, Mas... enak."
1977Please respect copyright.PENANAaYK2XFjcP1
"Nah, sekarang sana, bersihin. Jorok tuh, muncratannya ke mana-mana," ejekku sambil menunjuk ke vaginanya.
1977Please respect copyright.PENANA12VMSmx27P
Dia terlihat malu. Buru-buru bangkit, lalu melesat pergi.
1977Please respect copyright.PENANA1hB8s22m3X
"Nanti langsung tidur ya, jangan begadang!" teriakku. "Biar Bude nggak marah!"
1977Please respect copyright.PENANA5iA2R4v7SI
Ida hanya mengacungkan jempolnya dari kejauhan.
1977Please respect copyright.PENANAFZFjXBYKrN
Aku tersenyum puas. Kemudian membenarkan posisi celanaku. Aku melihat ke arah lantai. Ada noda basah di sana. Aku mengambil tisu dan mulai membersihkannya.
Setelah semuanya bersih, aku menutup laptop dan memasukkannya kembali ke dalam ransel. Aku menyalakan televisi, tapi pikiranku melayang. Aku memikirkan apa yang baru saja terjadi. Rasanya seperti mimpi.
1977Please respect copyright.PENANAybgvdbnV9S
Ditengah lamunanku, aku melihat Ida berlari dari arah kamar mandi ke arah kamarnya. Dia tidak menoleh ke arahku, sepertinya dia masih malu. Aku hanya tersenyum geli.
1977Please respect copyright.PENANANCmHcLqNfd
Setelah sekitar lima belas menit melamun, aku mendengar suara pintu terbuka. Bude Sari pulang dari rumah Bu RT. Wajahnya terlihat lelah, tetapi dia masih tersenyum.
1977Please respect copyright.PENANAYyKWU6NfN1
"Kok belum tidur, Jok?" tanyanya.
"Belum ngantuk, Bude," jawabku, berusaha terdengar santai. "Udah selesai bantu-bantunya?"
1977Please respect copyright.PENANAFxWdZ1bK9U
"Belum, dilanjut besok lagi, Jok," jawabnya sambil meregangkan badan.
1977Please respect copyright.PENANAdylj5HgCF9
Dia kemudian melihat ke arah kamar Ida. "Ida mana? Udah tidur?"
1977Please respect copyright.PENANAAzXNlu1MED
"Udah, Bude," jawabku cepat. "Habis nonton sinetron, langsung masuk kamar."
1977Please respect copyright.PENANAAQrJwZOxRS
"Baguslah," gumamnya. "Gerah banget nih, Bude mandi dulu, ya."
1977Please respect copyright.PENANABON9ffc9dr
Bude Sari berjalan menuju kamar mandi. Aku bisa melihat dia mengambil handuk dari gantungan. Lekuk tubuhnya yang berisi terlihat jelas di balik dasternya. Bayangan Bude Sari yang sedang mandi langsung memenuhi pikiranku.
1977Please respect copyright.PENANAtsKMP9QGJh
Tiba-tiba, sebuah ide gila muncul di kepalaku. Aku bisa mengintip dari ventilasi di atas pintu kamar mandi.
1977Please respect copyright.PENANAi14TKF64MI
Tanpa pikir panjang, aku segera beranjak dari sofa, berjalan perlahan menuju kamar mandi. Namun sebelumnya, aku harus mencari pijakan agar bisa menjangkau ventilasi. Mataku menyapu seisi ruangan, dan aku melihat kursi di meja setrika.
1977Please respect copyright.PENANAnx4EYqe08J
Aku mengambil kursi itu, lalu membawanya ke depan pintu kamar mandi. Memposisikannya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Lalu naik ke atas, dan mulai mengintip.
Posisi Bude Sari membelakangiku, berdiri di depan wastafel. Dia sedang menyikat giginya. Aku menunggu, tidak sabar untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya.
1977Please respect copyright.PENANAvxzkUCFBSg
Selesai menyikat gigi. Bude Sari mulai melepas pakaiannya, menarik ujung dasternya dari bawah, hingga akhirnya melewati kepalanya. Daster itu terlepas, dan kini dia hanya mengenakan bra dan celana dalam.
1977Please respect copyright.PENANArkMLDs74Bg
Dia kemudian melepaskan bra-nya. Payudaranya yang besar terlihat kendor, menjuntai ke bawah. Dengan puting berwarna coklat gelap yang cukup besar.
1977Please respect copyright.PENANAcn3GEJQixc
Sekarang giliran celana dalamnya. Bude Sari menariknya perlahan. Celana dalam itu melorot, memperlihatkan gundukan vagina yang ditutupi bulu-bulu lebat.
Aku tertegun melihat pemandangan itu. Aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku membuka resleting celana, lalu menurunkan celanaku. Penisku yang sudah tegang langsung menyembul keluar. Aku mulai mengocoknya pelan, sambil terus mengintip. Di dalam sana, Bude Sari mulai membasahi tubuhnya dengan air.
1977Please respect copyright.PENANAhM7yHt4y0B
Kocokanku semakin cepat. Dan kini didalam sana Bude Sari mulai menyabuni tubuhnya. Tangannya mengusap-usap tubuhnya dengan sabun, menciptakan busa yang menutupi kulitnya. Aku bisa melihatnya memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan.
1977Please respect copyright.PENANAcC6GlqfDbi
Tiba-tiba, dia mulai bergoyang pelan dan bernyanyi.
"Ku hamil duluan... sudah tiga bulan..." dia mulai bernyanyi dengan suara yang merdu.
1977Please respect copyright.PENANAbpDQmExabn
Aku terkejut. Pikiranku langsung melayang. Aku berkhayal, membayangkan diriku yang menghamilinya.
1977Please respect copyright.PENANAWJ5RaFZpvv
Lalu, dia melanjutkan lirik lagunya. "Gara-gara pacaran... tidurnya berduaan..."
1977Please respect copyright.PENANAlTHlgml94V
Khayalanku semakin liar. Aku membayangkan kami berdua, tidur bersama, berpelukan di bawah selimut. Aku membayangkan dirinya, merengek dan juga memohon.
1977Please respect copyright.PENANAgwhFiHVmCS
"Ah... Bude..." desahku pelan.
Goyangan Bude Sari yang semakin intens membuat payudaranya yang besar ikut menari-nari. Pemandangan itu membuatku semakin gila.
1977Please respect copyright.PENANAxPKAIwWWtK
Bude Sari kini menyabuni payudaranya. Tangannya mengusap payudaranya dengan lembut, menciptakan busa yang banyak. Dia kemudian menyabuni vaginanya. Gerakan tangannya membuatku membayangkan hal yang lebih jauh. Aku membayangkan tanganku yang melakukannya. Aku membayangkan diriku yang memegang payudaranya dan mengusap vaginanya.
1977Please respect copyright.PENANA6yCImyEQX6
Aku memejamkan mata, membiarkan khayalanku menguasai. Aku mempercepat gerakanku, dan aku bisa merasakan tubuhku akan segera mencapai puncaknya.
"Ku hamil duluan... sudah tiga bulan..." Di bawah sana, Bude Sari masih bergoyang dan bernyanyi.
1977Please respect copyright.PENANAWcR45FPfmW
Tangannya menyabuni tubuhnya, lalu kembali bernyanyi. "Gara-gara pacaran... suka gelap-gelapan..."
1977Please respect copyright.PENANAeHE1sSqmYs
"Ahhh... Bude..." Aku mendesah keras, merasakan penisku yang semakin berdenyut.
1977Please respect copyright.PENANA12CvbccZIp
Tiba-tiba, Bude Sari berhenti bernyanyi. Dia mendongak, dan matanya langsung bertemu dengan mataku. Dia terlihat terkejut dan tanpa ragu, melemparkan sabun batang yang ia gunakan ke arahku.
1977Please respect copyright.PENANAnuHp6c2GHQ
Buk!
1977Please respect copyright.PENANAlkNG7G43yM
Sabun itu mengenai kepalaku. Aku meringis kesakitan, dan buru-buru turun dari kursi.
1977Please respect copyright.PENANAqWg5gLCYoK
"Tunggu Bude di ruang tengah!" teriaknya dari dalam kamar mandi. "Awas kalau kabur! Bude aduin ke Pakde Bambang!"
1977Please respect copyright.PENANAXEKNB8ad0h
Aku merasa lemas. Aku tahu aku dalam masalah besar. Aku berjalan ke ruang TV. Lalu duduk di sofa, sambil memegang kepalaku yang terkena timpukan sabun Bude Sari. Pikiranku melayang, membayangkan hukuman dan amarah Bude Sari.
1977Please respect copyright.PENANAVKVKoLkyzi
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Bude Sari keluar dengan lilitan handuk, rambutnya basah. Dia berjalan ke arahku dengan langkah cepat, tatapan matanya tajam. Aku menunduk, tidak berani menatapnya.
1977Please respect copyright.PENANA5PPItiOVJa
"Joko!" teriaknya, suaranya menggelegar.
1977Please respect copyright.PENANAyRWm8OPfGf
Aku tidak menjawab. Hanya menunduk, menunggu amarahnya.
1977Please respect copyright.PENANASvuxvDGxPt
"Ngapain kamu ngintipin Bude?! Hah?!" tanyanya lagi, suaranya terdengar bergetar.
1977Please respect copyright.PENANAOlOaqmWLo9
Aku masih diam.
1977Please respect copyright.PENANAKA7JNbeZto
"Jawab! Atau Bude laporin Pakde Bambang sekarang juga!" ancamnya.
1977Please respect copyright.PENANAvuXXfi1uAE
Aku langsung mendongak. "Jangan, Bude! Jangan!"
Tiba-tiba, Bude Sari tertawa. Aku menatapnya bingung. Dia menutupi mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tawa.
1977Please respect copyright.PENANAPOISGizHkl
"Kamu pikir Bude beneran marah, ya?" katanya sambil terkekeh.
1977Please respect copyright.PENANAlhPI3lHJU9
Aku merasa bodoh. Aku baru saja ketakutan setengah mati, dan ternyata Bude Sari hanya pura-pura marah. Wajahku memerah karena malu.
1977Please respect copyright.PENANAB56dcohLWh
"Lanjutin, sana." katanya, suaranya kini terdengar menggoda.
1977Please respect copyright.PENANAAZuFNP3w8F
Aku menatapnya bingung. "Lanjutin apa, Bude?"
1977Please respect copyright.PENANA7kPrVCvdBM
"Itu, tadi belum selesai, kan?" katanya sambil menunjuk ke arah celanaku.
Aku terkejut. Aku tidak menyangka dia akan menyuruhku melanjutkanya. Aku menelan ludah, lalu perlahan membuka resleting celanaku. Penisku yang sudah tegang langsung menyembul keluar.
1977Please respect copyright.PENANAybP34s7xjr
"Nah, gitu dong," katanya sambil tersenyum nakal.
1977Please respect copyright.PENANAX20gACVu0F
Aku mengangguk, lalu mulai mengocok perlahan.
1977Please respect copyright.PENANAJatoTrD2rm
Sepuluh menit berlalu, tetapi aku belum juga ejakulasi. Bude Sari menatapku dengan tatapan bingung.
1977Please respect copyright.PENANAGCUnXYftuX
"Kok enggak crot-crot, sih?" tanyanya. "Kenapa? Bude kurang sexy, ya?"
Aku terkejut. "E-enggak, Bude. Enggak gitu," jawabku terbata-bata.
1977Please respect copyright.PENANASsUbPcWU7h
"Terus kenapa?" tanyanya lagi.
1977Please respect copyright.PENANAtS7p7x595F
Aku terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.
1977Please respect copyright.PENANAqSoGuoOMxa
Dan tiba-tiba, dia berdiri. Melepaskan lilitan handuknya. Tubuhnya yang berisi langsung terpampang di depanku. Payudaranya yang besar menjuntai ke bawah, dan vaginanya yang ditutupi bulu-bulu lebat terlihat jelas. Aku hanya bisa menelan ludah.
1977Please respect copyright.PENANAsIcqoEomgr
Bude Sari berjalan mendekat. Meraih bahuku, lalu mendorongku hingga aku terbaring di sofa. Bude Sari juga ikut naik ke atas sofa, lalu berjongkok tepat di atas penisku.
Aku bisa melihat vaginanya yang lebat, tepat di atas penisku. Dia meraih penisku, dan mengusapnya ke bibir vaginanya. Gerakan itu membuatku gila. Aku bisa merasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat bergesekan dengan penisku.
1977Please respect copyright.PENANAJTpeYncbI9
"Udah siap?" bisiknya.
1977Please respect copyright.PENANAkrkfM8MYLK
Aku tidak bisa menjawab. Hanya mengangguk. Dia tersenyum, lalu mulai menurunkan tubuhnya. Aku bisa merasakan kepala penisku mulai menembus bibir vaginanya.
1977Please respect copyright.PENANAsgsMFlgaic
Dia menurunkan tubuhnya lebih dalam, hingga akhirnya penisku masuk sepenuhnya. Rasanya seperti mimpi. Vaginanya yang basah dan hangat, mencengkeram erat penisku.
1977Please respect copyright.PENANAzzL8O3mbUu
"Enak, kan?" bisiknya.
1977Please respect copyright.PENANAFBARhGAdx2
Aku mengangguk, tidak bisa berkata-kata.
1977Please respect copyright.PENANAcA4Ve2JZxf
Dia mulai menggerakkan tubuhnya. Gerakannya pelan pada awalnya, tetapi semakin lama semakin cepat.
1977Please respect copyright.PENANACthnoNhmaX
Tanganku terulur, meraih payudaranya yang besar. Aku meremasnya dengan lembut, merasakan kelembutannya di tanganku. Bude Sari mendesah pelan, aku tahu dia menyukainya.
1977Please respect copyright.PENANAlnSTIJPFzF
Aku mulai memainkan putingnya, mencubitnya pelan.
"Ah... enak... Jok..." desahnya.
1977Please respect copyright.PENANAzKEBPvL2Kj
Tiba-tiba Bude Sari menurunkan tubuhnya. Payudaranya yang besar kini tepat di depan wajahku. Aku tahu apa yang dia inginkan. Tanpa ragu, aku membuka mulutku dan mulai menghisap putingnya. Aku menghisapnya dengan kuat, seperti anak kecil yang sedang menyusu. Bude Sari mendesah lebih keras, dan aku bisa merasakan tubuhnya bergetar di atasku.
1977Please respect copyright.PENANAs7FZ83cuRp
Kadang aku juga menggigit putingnya. Setiap gigitan membuat Bude Sari mendesah, dan itu membuatku semakin bersemangat.
1977Please respect copyright.PENANAI8Z4Tjsxp4
"Ahhh... Joko..." desahnya.
Tiba-tiba, cengkeraman vaginanya semakin mengencang. Aku tahu dia akan segera mencapai puncaknya.
1977Please respect copyright.PENANAo8YHMdDNfK
"Ahhh... Jok... Bude... ahhh!" teriaknya.
1977Please respect copyright.PENANAgsAXQSP1FZ
Pada saat yang sama, aku merasakan penisku semakin berdenyut-denyut. Cengkeraman vaginanya yang semakin kuat membuatku tidak bisa menahan diri lagi. Aku mempercepat gerakanku, hingga akhirnya aku crot di dalam vagina Bude Sari. Dan pada saat yang sama, Bude Sari juga menjerit. Dia muncrat, aku bisa merasakan cairan hangat membanjiri penisku. Hingga akhirnya Bude Sari ambruk di atasku.
1977Please respect copyright.PENANAPszvbJoBHg
Setelah kejadian itu, malam Mingguku menjadi jauh lebih menyenangkan. Saat Bude Sari pergi, aku akan bersenang-senang dengan Ida. Ida sudah tidak malu lagi. Dia dengan polosnya akan menanggalkan pakaiannya di depanku, memamerkan tubuhnya yang mulus. Kemudian aku akan berlutut, untuk menjilati vaginanya. Lidahku bergerak menelusuri setiap inci vaginanya, membuatnya mendesah keenakan.
1977Please respect copyright.PENANA0sSt3AdPo5
"Ah... Mas... enak Mas... terus... " desahnya, meremas rambutku.
1977Please respect copyright.PENANAfp3hbAWQ0S
Aku terus menijali vaginanya, hingga akhirnya dia muncrat.
1977Please respect copyright.PENANAGmY822yhXo
Di malam hari, setelah Ida tidur, giliranku bersenang-senang dengan Bude Sari. Kadang kami melakukannya di kamar, di ruang tengah, atau bahkan di dapur. Kami semakin berani, dan aku semakin menyukainya.
1977Please respect copyright.PENANA2cHjTnKCfO
Kami tidak pernah menggunakan kondom. Kami berdua suka merasakan sentuhan kulit ke kulit. Kami suka merasakan kehangatan satu sama lain. Kami tidak peduli dengan risikonya. Kami hanya ingin bersenang-senang.
1977Please respect copyright.PENANAA1maSM4HbQ
Suatu hari, Bude Sari memberitahuku bahwa dia hamil. Aku terkejut, tetapi aku juga merasa senang. Aku tahu itu adalah bayiku. Kami memutuskan untuk tidak memberi tahu Pakde Bambang, dan kami tetap melanjutkannya, bahkan saat Bude Sari hamil.
1977Please respect copyright.PENANALXt7Q3luWn
Aku menyukai sensasi melakukan hubungan dengan Bude Sari yang sedang hamil. Perutnya yang besar membuatku semakin bersemangat.
ns216.73.216.6da2