Setiap malam Minggu, aku, Joko (16), akan berjalan kaki ke rumah Bude Sari (42) yang tak jauh dari rumahku. Ayahku dan Pakde Bambang (suami Bude Sari) adalah supir truk lintas provinsi. Mereka berangkat Sabtu sore dan baru pulang Senin pagi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMJyc04FbFb
Sesampainya di sana, aku disambut senyum hangat Bude Sari. Dia berdiri di ambang pintu, menyambutku dengan pelukan singkat. Mataku terus melirik kearah payudaranya yang besar dan tampak menonjol di balik daster lengan pendek yang ia pakai. Pakaiannya yang longgar tak mampu menyembunyikan lekuk tubuhnya yang berisi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoKuRBVK3Y8
"Masuk, Jok," ujar Bude Sari dengan lembut sambil menggeser badannya, memberiku ruang untuk masuk. "Bude mau ke rumah Bu RT, ada tetangga yang mau nikah, Bude mau bantu-bantu di sana. Bude titip si Ida ya. Trus kalau kamu laper, di dapur ada mi instan Jok." katanya lagi sebelum beranjak pergi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy0ejUNUjeh
Aku mengangguk. "Siap, Bude. Hati-hati ya."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMH6ok547pv
Setelah Bude Sari pergi, aku segera masuk. Di ruang keluarga, aku melihat Ida (14) sedang duduk di sofa, fokus menonton televisi. Dia mengenakan kaos berwarna cerah yang terlihat kebesaran di tubuhnya yang ramping. Payudara dan pinggulnya belum begitu terlihat, membuat tubuhnya tampak polos. Rambutnya yang hitam diikat asal, memperlihatkan leher jenjangnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgkpdme9ugK
"Hai, bocil," sapaku sambil tersenyum nakal.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAyhT4bm2W3
Ida menoleh dengan tatapan kesal. "Ih, apaan sih! Aku udah gede ya!" Ia langsung mengambil bantal sofa dan melemparnya ke arahku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3TGcn23veB
Aku tertawa, dan dengan mudah menangkap bantal itu. Aku berjalan mendekat dan duduk di sampingnya, bantal yang dilemparnya tadi kugunakan sebagai sandaran. "Udah gede kok masih datar?" candaku, melirik ke arah dadanya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgm8UQAsACt
Wajah Ida langsung memerah, antara malu dan marah. Tanpa ragu, dia mencubit pahaku dengan keras. "Rasain!" serunya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9KR5InPCyE
Aku meringis dan pura-pura kesakitan. "Aduh, sakit tahu!"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg9kqcciY3l
"Biarin! Siapa suruh mesum!" balas Ida, mengerucutkan bibirnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1l5iW8ZvTQ
"Lah, emang bener kan?" godaku lagi sambil tersenyum jahil. Aku melirik lagi ke arah dadanya, yang membuat Ida salah tingkah. Dia buru-buru menyilangkan tangan di depan dada, mencoba menutupinya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvSyDXe0PJ2
"Nggak usah ditutupin, orang nggak ada isinya," kataku santai.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC2zpF8hRVs
Ida melotot, air mata mulai menggenang di matanya. Aku panik dan langsung mencari cara untuk menghentikannya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOxRiYK7FO4
"Eh, jangan nangis dong," kataku cepat. "Besok Mas Joko beliin es krim deh, mau?"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ4Fmrv3Qhq
Wajahnya langsung berubah cerah. "Mau!" serunya sambil memelukku erat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEYHSLXwsN5
"Nah gitu dong. Eh, Tapi kok beneran nggak berasa, ya?" bisikku sambil balas memeluknya. Ida langsung melepaskan pelukan dan mencubitku lagi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSaKJ2xHmYb
Setelah mencubitku, Ida kembali menghadap TV. Namun, tak lama kemudian dia melirik kearahku dengan wajah cemberut.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Tef8iT04K
"Kenapa lagi?" tanyaku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmmzkcXD6SA
"Gara-gara Mas Joko, aku jadi nggak fokus nonton GGS," keluh Ida. Dia menunjuk layar TV yang menampilkan tulisan 'Bersambung'. "Tuh, kan, udah bersambung!"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvTetz3XEG5
Aku tertawa. "Ya elah, gitu doang ngambek."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡorO9ZWyepX
Ida tetap cemberut. Dia menyandarkan punggungnya ke sofa. Tiba-tiba, sebuah ide muncul di kepalaku. Sebuah ide yang sangat nakal.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5lZUHLJH0l
"Eh mas Joko ada film bagus, mau nonton nggak?" tanyaku dengan nada misterius.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwzxPQYLehV
"Film apa?" tanyanya penasaran, matanya yang tadi cemberut kini memancarkan rasa ingin tahu.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFqAdaqXGOi
"Ada deh," jawabku, sengaja menggantungkan jawabannya. "Pokoknya bagus. Jauh lebih seru dari GGS."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ163AQ2H7FV
Ida berpikir sejenak, lalu matanya berbinar. "Yaudah, yuk!" serunya bersemangat, langsung mengubah posisi duduknya menghadapku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4sOPi51ZFS
Aku bangkit dari sofa dan mengambil laptopku dari ransel. Jantungku berdebar kencang. Aku duduk kembali di sampingnya dan menyalakan laptop. Ida dengan polosnya mendekat, menunggu dengan tidak sabar. Jemariku dengan cepat membuka folder tersembunyi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaoOCsi2T8q
"Film apa sih, Mas?" tanyanya tidak sabar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWpR88C2rvN
"Sabar," bisikku sambil tersenyum licik.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyCGM0DKapg
Aku membuka sebuah video, lalu menekan tombol play. Ida langsung mendekatkan wajahnya ke layar laptop. Sebuah adegan pun muncul, memperlihatkan seorang gadis muda sedang merawat kakeknya yang sakit.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqei17yGkkP
"Apaan sih, kok filmnya cuma tentang cucu ngerawat kakeknya gitu?" tanyanya, bingung. "Mana serunya?"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3J4ChV1X4N
Aku terkekeh. "Sst... tonton aja dulu. Bagian serunya belum muncul," bisikku sambil menunjuk layar. Tentu saja, aku tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmFgsQPy1VL
Ida kembali fokus pada layar, menatapnya dengan penuh tanda tanya. Adegan di layar terus berlanjut. Gadis itu mengambil sebuah baskom berisi air hangat dan selembar kain. Dia dengan telaten mulai membasuh tangan dan kaki sang kakek yang terbaring lemah.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPRS0fkBXxq
"Tuh kan, kayak gini doang," bisik Ida.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDcZXeg9Bcd
"Udah, liat aja," ujarku sambil menahan senyum.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEJKFpVCELq
Setelah selesai membasuh tangan dan kaki, gadis itu mulai membuka baju kakeknya. Ida mengerutkan dahinya, tampak bingung.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrRMZg8FXD0
"Kok bajunya dibuka sih?" tanyanya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNy9qM6FVf2
"Namanya juga mau dimandiin," jawabku santai, meskipun tanganku sudah berkeringat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4lfVFpPJ38
Setelah baju kakek terbuka, gadis itu mulai membuka celananya. Mata Ida membulat sempurna. Dia terlihat terkejut, tapi anehnya dia tidak berteriak atau berpaling. Dia hanya terus menatap layar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡupMaaQzqHE
"Lho, kok... kok celananya juga dibuka, Mas?" tanyanya, suaranya terdengar tercekat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9bndnSfWZp
"Emang kalau kamu mandi gimana?" tanyaku santai, sambil menoleh ke arahnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsWCZPh0flU
"Ya dibuka juga sih," jawabnya polos, "tapi kan... tapi kan gak difilmin gitu!" Wajahnya memerah, namun ia tetap tak mengalihkan pandangannya dari layar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHY9TDnxQae
Aku semakin gemas melihat kepolosannya. "Ini namanya film edukasi, bocil," kataku, berusaha terlihat serius. "Biar kamu tahu cara ngerawat orang sakit."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8FbSXLk6Q9
"Tapi itu... itu tititnya kelihatan, Mas!" celetuknya, suaranya kini terdengar seperti berbisik.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm48eaoPPyO
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum tipis. Aku membiarkan keheningan mengisi ruang, membiarkan Ida mencerna apa yang dilihatnya. Adegan di layar semakin intens. Si gadis di video itu mulai mengocok penis si kakek.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8XhYqXWcbU
"Itu... itu diapain lagi, Mas?!" Ida bertanya, suaranya naik satu oktaf, terkejut dan bingung.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ92H5qcD7Mt
Aku menahan napas, menunggu momen ini. Aku harus tetap terlihat santai. "Ya lagi digosok, namanya juga lagi dimandiin," jawabku, pura-pura fokus pada layar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2vwcJIZnZd
"Tapi kok... kok nggak pake sabun?" tanyanya, polos.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGCqSAZIVVW
Aku tahu adegan selanjutnya. Si gadis akan meludahi penis si kakek sebagai pelumas kocokan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡga5qmp1cL2
"Di Jepang, sabun bisa diganti pake ludah, Dek," kataku dengan wajah serius.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhyFK09V2pG
"Boong! Mana mungkin!" Ida langsung menyanggah, wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMBYjxfYQgd
"Ngeyel, kamu pernah liat kucing mandi belum?" tanyaku, memberinya analogi. "Kucing kan kalau mandi jilat-jilatin tubuhnya gitu. Sama aja kan pake ludah."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAjgh3QJIPe
"Itu kan kucing!" balas Ida dengan nada tinggi. "Kalau manusia, nggak mungkin lah!"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLKSgdPyzZV
Tepat pada saat itu, adegan yang kutunggu-tunggu muncul. Gadis di layar mendekatkan wajahnya, lalu meludahi penis si kakek. Ludahnya terlihat jelas di layar, membasahi penis si kakek yang sudah tegang.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9addNkXaJb
Ida terbelalak. Dia membuka mulutnya, tapi tidak ada suara yang keluar. Dia hanya menatapku dengan tatapan tidak percaya, seolah-olah aku baru saja meramal masa depan.
"Tuh kan," kataku penuh kemenangan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAPqQTgW6cT
Ida masih terdiam, mencerna apa yang baru saja dilihatnya. Matanya bolak-balik antara aku dan layar laptop. Dia tidak lagi protes, hanya menatap dengan seksama.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3jhMOkhZ7U
Dengan perlahan, tanganku bergerak ke arah celana. Aku membuka resleting celanaku, lalu menurunkannya. Aku juga menurunkan celana dalamku. Penisku yang sudah tegang langsung menyembul keluar. Aku melirik Ida. Dia tidak berkedip, matanya terpaku pada layar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2dBQnVlfG9
Aku mulai mengocok perlahan, mengikuti irama di video. Ida akhirnya menoleh ke arahku. Matanya membulat sempurna, melihat apa yang kulakukan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUFpaLVZbwX
"Ihh... Mas Joko ngapain?" tanyanya, suaranya tercekat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd5pOpsojP0
"Lagi bersih-bersih, Dek," jawabku santai, suaraku sedikit bergetar. "Kayak di film itu."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDTZJfoMRDp
"Tapi kenapa di depan aku, masss!" protesnya, suaranya terdengar panik.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqKC9rHcSLE
Aku tersenyum nakal. "Ya biar kamu bisa lihat langsung, kan. Biar makin paham edukasinya." Aku mendekatkan wajahku padanya. "Atau... kamu mau sekalian praktek?" godaku, berbisik pelan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhX97OsNPTZ
Ida terdiam. Wajahnya memerah. Matanya yang polos menatapku. Aku bisa melihat kilatan penasaran di matanya. Bibirnya terbuka sedikit, seolah ingin mengatakan sesuatu tapi ragu.
"Praktek... gimana, Mas?" tanyanya pelan, suaranya hampir tidak terdengar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaHQkkx8cqN
"Ya, kayak di film itu," jawabku, senyumku semakin lebar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡP2kFbSMBHS
Dia menelan ludah, lalu kembali menatap ke layar laptop. Dia mengamati gerakan tangan gadis di video dengan seksama, lalu kembali menatapku. Tangannya yang mungil meremas-remas ujung kaosnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡy6YvDrZ34R
"Aku... aku... nggak tahu caranya," bisiknya, malu-malu.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCW9UIPQ05m
"Makanya Mas ajarin," bisikku balik. "Mau nggak?"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhcGKObxC3h
Ida terdiam sejenak. Wajahnya masih memerah, tapi dia mengangguk pelan. Aku tersenyum penuh kemenangan. Aku sudah berhasil menanamkan rasa penasaran di benaknya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbNYEFvDooa
"Sini," ajakku, suaraku terdengar serak. Aku meraih tangan mungilnya dan menuntunnya ke arahku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGTHuVtVJZe
Ida tak melawan. Tangannya terasa dingin saat menyentuh penisku. Dia menatapku dengan tatapan polos, menunggu instruksi. Aku bisa merasakan napasnya yang pendek dan cepat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrtI26hEQ2L
"Nah, gitu. Sekarang coba gerakin, Dek." bisikku, memberikan contoh.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZkGIy7CiaL
Ida mulai menggerakkan tangannya. Gerakannya kaku dan canggung, tapi aku tahu dia sedang berusaha.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1CBI5ta43s
"Sekarang... ludahin, Dek." Bisikku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7BAPsnLNIq
Ida menatapku bingung. "Kayak di film?"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6aRz4EXdfN
"Iya, persis kayak di film," jawabku, meyakinkan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkcK4gMyKy3
Dengan ragu, Ida mendekatkan wajahnya. Dia membuka mulutnya, lalu meludahi penisku. Rasanya hangat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8Y2DzoAlcH
"Nah, gitu. Sekarang lanjutin, Dek." perintahku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpDhesDzl9R
Ida kembali mengocok, kali ini gerakannya lebih berani. Aku bisa melihatnya mulai terbiasa. Napasnya terdengar semakin pendek, dan aku tahu dia tidak akan berhenti.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0oFxHL8jBy
Hampir sepuluh menit berlalu, gerakannya semakin cepat. Tiba-tiba, adegan di film berubah. Sang kakek kini membuka rok si gadis muda itu, memperlihatkan vaginanya yang mulus. Aku bisa melihat dengan jelas bibir vaginanya. Si kakek kemudian mulai menjilatinya. Aku menahan napas, menunggu reaksi Ida.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8n1fl8SaO4
Ida terkejut. Gerakan tangannya berhenti, dan dia menatap layar dengan mata terbelalak. Dia menoleh ke arahku, tatapannya polos dan penuh kebingungan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIvfI2xtW1P
"Dek, kamu mau coba yang itu juga?" tanyaku, suaraku serak. Aku menunjuk ke layar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwoQt3dpnUJ
"Itu langsung dijilatin pake lidah, Mas?" tanyanya, suaranya bergetar. "Emang Mas Joko gak jijik?"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3XkEbGCeVX
"Enggak jijik kok," jawabku, berusaha meyakinkannya. "Kan demi edukasi."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgKbZldLiya
Ida terdiam sejenak, memikirkan perkataanku. Dia menghela napas panjang, seolah sedang mengambil keputusan besar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAeKWEF4FbQ
Kemudian Ida mulai berdiri. Dia menarik celananya sendiri, lalu menurunkannya. Diikuti dengan celana dalamnya yang berwarna putih, polos, tanpa motif. Setelah terbuka, aku bisa melihat vaginanya yang mulus, tak ada satupun bulu disana. Aku menelan ludah. Ini adalah pemandangan paling luar biasa yang pernah kulihat, indah.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTWeiT7hjGn
Aku langsung menarik Ida hingga posisi kami berganti. Kini, aku yang berdiri dan dia duduk di hadapanku. Dia menatapku dengan tatapan polos, seolah menunggu instruksi. Aku berlutut di depannya, menatap vaginanya yang mulus.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxybl5GCxlI
Aku mendekatkan wajahku ke arahnya. Ida tidak bergerak, dia hanya menatapku dengan mata lebar. Aku membuka mulutku dan menjulurkan lidah.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjoDSFrfYRm
Aku mulai menjilatinya. Gerakanku canggung pada awalnya, tetapi aku mencoba meniru gerakan di film. Aku merasakan tubuh Ida menegang. Dia menutup matanya, menahan napas.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQKMPwFNrPJ
Aku menjilati setiap inci vaginanya, dari atas ke bawah. Aku bisa merasakan kulitnya yang lembut dan hangat. Aku bisa mendengar napasnya yang pendek dan cepat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnF1WjiRVWD
"Ah..." Ida mendesah pelan, suaranya sangat lirih.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnEUsLMQN3R
Aku tersenyum dalam hati. Aku tahu dia menyukainya. Aku terus menjilatinya, gerakanku semakin berani. Aku bisa merasakan tubuhnya mulai rileks. Dia mulai mendesah lebih sering, dan aku tahu aku telah berhasil.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeGafyBqrO6
Aku menggerakkan lidahku dengan lebih cepat, dan aku bisa merasakan tubuh Ida bergetar. Dia meremas sofa dengan tangannya, seolah sedang menahan diri.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCcqMTmsFRR
"Enak, Dek?" tanyaku di sela-sela jilatanku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbOgXpWFpkC
"Ah... Mas... enak," jawabnya dengan suara lirih.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡalzncfNSTK
Aku terkekeh dalam hati. Aku menggerakkan lidahku dengan lebih cepat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeRaBtcET2f
"Ah... ah... Mas... jangan cepet-cepet..." desahnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZhZJYbJKBd
Aku tidak peduli. Aku terus menjilatinya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡV2Qh96JbiO
"Ah... Mas... geli..." desahnya lagi, kali ini terdengar lebih keras.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXBYpLhrEHi
Aku terus menggerakkan lidahku. Tubuhnya semakin bergetar, dan aku tahu dia akan segera mencapai puncaknya. Aku mempercepat jilatanku, dan itu membuat Ida mendesah lebih keras.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTCyhmZBYb1
"Ahhh... Mas! Aku... akuuuu... ahhh!"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwTK3BkgtjO
Aku terus menjilatinya, sampai akhirnya aku merasakan cairan hangat menyembur mengenai wajahku. Ida muncrat. Tubuhnya menegang, lalu lemas. Dia terduduk di sofa dengan napas terengah-engah.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJf2yCxyMKL
Aku menyeka mulutku. Ida menatapku dengan mata lebar, wajahnya memerah. Ada senyum tipis di bibirnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGvl1Mc1qap
"Gimana, Dek? Enak, kan?" tanyaku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ91iAHtgAnY
Dia mengangguk pelan. "Iya, Mas... enak."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSxlgQ50kbp
"Nah, sekarang sana, bersihin. Jorok tuh, muncratannya ke mana-mana," ejekku sambil menunjuk ke vaginanya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡogTljDJgbt
Dia terlihat malu. Buru-buru bangkit, lalu melesat pergi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr02pIrGSvs
"Nanti langsung tidur ya, jangan begadang!" teriakku. "Biar Bude nggak marah!"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSAxt1gvgJj
Ida hanya mengacungkan jempolnya dari kejauhan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSY157kImwE
Aku tersenyum puas. Kemudian membenarkan posisi celanaku. Aku melihat ke arah lantai. Ada noda basah di sana. Aku mengambil tisu dan mulai membersihkannya.
Setelah semuanya bersih, aku menutup laptop dan memasukkannya kembali ke dalam ransel. Aku menyalakan televisi, tapi pikiranku melayang. Aku memikirkan apa yang baru saja terjadi. Rasanya seperti mimpi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnTgoxDcOXk
Ditengah lamunanku, aku melihat Ida berlari dari arah kamar mandi ke arah kamarnya. Dia tidak menoleh ke arahku, sepertinya dia masih malu. Aku hanya tersenyum geli.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡathodDBJWm
Setelah sekitar lima belas menit melamun, aku mendengar suara pintu terbuka. Bude Sari pulang dari rumah Bu RT. Wajahnya terlihat lelah, tetapi dia masih tersenyum.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ606JuS4IfD
"Kok belum tidur, Jok?" tanyanya.
"Belum ngantuk, Bude," jawabku, berusaha terdengar santai. "Udah selesai bantu-bantunya?"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcqP05qJov5
"Belum, dilanjut besok lagi, Jok," jawabnya sambil meregangkan badan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJPcbmvfVDJ
Dia kemudian melihat ke arah kamar Ida. "Ida mana? Udah tidur?"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0IKUT1Zkyq
"Udah, Bude," jawabku cepat. "Habis nonton sinetron, langsung masuk kamar."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgdiHqOHBCa
"Baguslah," gumamnya. "Gerah banget nih, Bude mandi dulu, ya."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIQaVsqxa0y
Bude Sari berjalan menuju kamar mandi. Aku bisa melihat dia mengambil handuk dari gantungan. Lekuk tubuhnya yang berisi terlihat jelas di balik dasternya. Bayangan Bude Sari yang sedang mandi langsung memenuhi pikiranku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvR6qO1LFWq
Tiba-tiba, sebuah ide gila muncul di kepalaku. Aku bisa mengintip dari ventilasi di atas pintu kamar mandi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgqIEAQw0nt
Tanpa pikir panjang, aku segera beranjak dari sofa, berjalan perlahan menuju kamar mandi. Namun sebelumnya, aku harus mencari pijakan agar bisa menjangkau ventilasi. Mataku menyapu seisi ruangan, dan aku melihat kursi di meja setrika.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd2qK2DoTFC
Aku mengambil kursi itu, lalu membawanya ke depan pintu kamar mandi. Memposisikannya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara. Lalu naik ke atas, dan mulai mengintip.
Posisi Bude Sari membelakangiku, berdiri di depan wastafel. Dia sedang menyikat giginya. Aku menunggu, tidak sabar untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPPTHG08oh4
Selesai menyikat gigi. Bude Sari mulai melepas pakaiannya, menarik ujung dasternya dari bawah, hingga akhirnya melewati kepalanya. Daster itu terlepas, dan kini dia hanya mengenakan bra dan celana dalam.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBzkCOi7Y6V
Dia kemudian melepaskan bra-nya. Payudaranya yang besar terlihat kendor, menjuntai ke bawah. Dengan puting berwarna coklat gelap yang cukup besar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOrrmNvZhh1
Sekarang giliran celana dalamnya. Bude Sari menariknya perlahan. Celana dalam itu melorot, memperlihatkan gundukan vagina yang ditutupi bulu-bulu lebat.
Aku tertegun melihat pemandangan itu. Aku tidak bisa menahan diri lagi. Aku membuka resleting celana, lalu menurunkan celanaku. Penisku yang sudah tegang langsung menyembul keluar. Aku mulai mengocoknya pelan, sambil terus mengintip. Di dalam sana, Bude Sari mulai membasahi tubuhnya dengan air.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk8Tl4M05Dr
Kocokanku semakin cepat. Dan kini didalam sana Bude Sari mulai menyabuni tubuhnya. Tangannya mengusap-usap tubuhnya dengan sabun, menciptakan busa yang menutupi kulitnya. Aku bisa melihatnya memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcvKsau2iyo
Tiba-tiba, dia mulai bergoyang pelan dan bernyanyi.
"Ku hamil duluan... sudah tiga bulan..." dia mulai bernyanyi dengan suara yang merdu.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWcbNvAyOsI
Aku terkejut. Pikiranku langsung melayang. Aku berkhayal, membayangkan diriku yang menghamilinya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ49rGqj1emq
Lalu, dia melanjutkan lirik lagunya. "Gara-gara pacaran... tidurnya berduaan..."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZPN5FhKocu
Khayalanku semakin liar. Aku membayangkan kami berdua, tidur bersama, berpelukan di bawah selimut. Aku membayangkan dirinya, merengek dan juga memohon.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI74SEDMPQS
"Ah... Bude..." desahku pelan.
Goyangan Bude Sari yang semakin intens membuat payudaranya yang besar ikut menari-nari. Pemandangan itu membuatku semakin gila.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeLneemMrQq
Bude Sari kini menyabuni payudaranya. Tangannya mengusap payudaranya dengan lembut, menciptakan busa yang banyak. Dia kemudian menyabuni vaginanya. Gerakan tangannya membuatku membayangkan hal yang lebih jauh. Aku membayangkan tanganku yang melakukannya. Aku membayangkan diriku yang memegang payudaranya dan mengusap vaginanya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAF13L2NV3f
Aku memejamkan mata, membiarkan khayalanku menguasai. Aku mempercepat gerakanku, dan aku bisa merasakan tubuhku akan segera mencapai puncaknya.
"Ku hamil duluan... sudah tiga bulan..." Di bawah sana, Bude Sari masih bergoyang dan bernyanyi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiRZZ00EpPi
Tangannya menyabuni tubuhnya, lalu kembali bernyanyi. "Gara-gara pacaran... suka gelap-gelapan..."
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1cDktXB0qF
"Ahhh... Bude..." Aku mendesah keras, merasakan penisku yang semakin berdenyut.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYIo9DcaLeN
Tiba-tiba, Bude Sari berhenti bernyanyi. Dia mendongak, dan matanya langsung bertemu dengan mataku. Dia terlihat terkejut dan tanpa ragu, melemparkan sabun batang yang ia gunakan ke arahku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOyB1yymGeG
Buk!
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe3sblBaYCE
Sabun itu mengenai kepalaku. Aku meringis kesakitan, dan buru-buru turun dari kursi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk5GrE5uWcO
"Tunggu Bude di ruang tengah!" teriaknya dari dalam kamar mandi. "Awas kalau kabur! Bude aduin ke Pakde Bambang!"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOCtLfW3gLF
Aku merasa lemas. Aku tahu aku dalam masalah besar. Aku berjalan ke ruang TV. Lalu duduk di sofa, sambil memegang kepalaku yang terkena timpukan sabun Bude Sari. Pikiranku melayang, membayangkan hukuman dan amarah Bude Sari.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvGcWzegGW9
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi terbuka. Bude Sari keluar dengan lilitan handuk, rambutnya basah. Dia berjalan ke arahku dengan langkah cepat, tatapan matanya tajam. Aku menunduk, tidak berani menatapnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbtfJjYJEtu
"Joko!" teriaknya, suaranya menggelegar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9ByegCPafL
Aku tidak menjawab. Hanya menunduk, menunggu amarahnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7TWp1V3ZB7
"Ngapain kamu ngintipin Bude?! Hah?!" tanyanya lagi, suaranya terdengar bergetar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIemof60sey
Aku masih diam.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmIo0E5dSI8
"Jawab! Atau Bude laporin Pakde Bambang sekarang juga!" ancamnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhH3ftL1aXn
Aku langsung mendongak. "Jangan, Bude! Jangan!"
Tiba-tiba, Bude Sari tertawa. Aku menatapnya bingung. Dia menutupi mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tawa.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPw6RTH7pju
"Kamu pikir Bude beneran marah, ya?" katanya sambil terkekeh.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYNVTSImvkm
Aku merasa bodoh. Aku baru saja ketakutan setengah mati, dan ternyata Bude Sari hanya pura-pura marah. Wajahku memerah karena malu.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFfWZ7ZSBO1
"Lanjutin, sana." katanya, suaranya kini terdengar menggoda.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSgzfGemSQE
Aku menatapnya bingung. "Lanjutin apa, Bude?"
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0SbPSZMSLj
"Itu, tadi belum selesai, kan?" katanya sambil menunjuk ke arah celanaku.
Aku terkejut. Aku tidak menyangka dia akan menyuruhku melanjutkanya. Aku menelan ludah, lalu perlahan membuka resleting celanaku. Penisku yang sudah tegang langsung menyembul keluar.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHPS27vfTFl
"Nah, gitu dong," katanya sambil tersenyum nakal.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsftN7t6EbU
Aku mengangguk, lalu mulai mengocok perlahan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwa57wPArAA
Sepuluh menit berlalu, tetapi aku belum juga ejakulasi. Bude Sari menatapku dengan tatapan bingung.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoFHNqTLLjp
"Kok enggak crot-crot, sih?" tanyanya. "Kenapa? Bude kurang sexy, ya?"
Aku terkejut. "E-enggak, Bude. Enggak gitu," jawabku terbata-bata.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7uDGXy7fMX
"Terus kenapa?" tanyanya lagi.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvZCIoHnr8y
Aku terdiam. Tidak tahu harus menjawab apa.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9E12IY8kyC
Dan tiba-tiba, dia berdiri. Melepaskan lilitan handuknya. Tubuhnya yang berisi langsung terpampang di depanku. Payudaranya yang besar menjuntai ke bawah, dan vaginanya yang ditutupi bulu-bulu lebat terlihat jelas. Aku hanya bisa menelan ludah.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQYI6hYojzL
Bude Sari berjalan mendekat. Meraih bahuku, lalu mendorongku hingga aku terbaring di sofa. Bude Sari juga ikut naik ke atas sofa, lalu berjongkok tepat di atas penisku.
Aku bisa melihat vaginanya yang lebat, tepat di atas penisku. Dia meraih penisku, dan mengusapnya ke bibir vaginanya. Gerakan itu membuatku gila. Aku bisa merasakan bulu-bulu kemaluannya yang lebat bergesekan dengan penisku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsUGwbgd5gj
"Udah siap?" bisiknya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCRbXvgegR5
Aku tidak bisa menjawab. Hanya mengangguk. Dia tersenyum, lalu mulai menurunkan tubuhnya. Aku bisa merasakan kepala penisku mulai menembus bibir vaginanya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk08k2Sf8Pk
Dia menurunkan tubuhnya lebih dalam, hingga akhirnya penisku masuk sepenuhnya. Rasanya seperti mimpi. Vaginanya yang basah dan hangat, mencengkeram erat penisku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjRF1F1ZaHp
"Enak, kan?" bisiknya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡixf7imDOk1
Aku mengangguk, tidak bisa berkata-kata.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlCTIelcnCv
Dia mulai menggerakkan tubuhnya. Gerakannya pelan pada awalnya, tetapi semakin lama semakin cepat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpZjewGY2AE
Tanganku terulur, meraih payudaranya yang besar. Aku meremasnya dengan lembut, merasakan kelembutannya di tanganku. Bude Sari mendesah pelan, aku tahu dia menyukainya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNprcfuMnVU
Aku mulai memainkan putingnya, mencubitnya pelan.
"Ah... enak... Jok..." desahnya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwWJhY0pZGR
Tiba-tiba Bude Sari menurunkan tubuhnya. Payudaranya yang besar kini tepat di depan wajahku. Aku tahu apa yang dia inginkan. Tanpa ragu, aku membuka mulutku dan mulai menghisap putingnya. Aku menghisapnya dengan kuat, seperti anak kecil yang sedang menyusu. Bude Sari mendesah lebih keras, dan aku bisa merasakan tubuhnya bergetar di atasku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIib0th1X3Z
Kadang aku juga menggigit putingnya. Setiap gigitan membuat Bude Sari mendesah, dan itu membuatku semakin bersemangat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHPse6j3Bvq
"Ahhh... Joko..." desahnya.
Tiba-tiba, cengkeraman vaginanya semakin mengencang. Aku tahu dia akan segera mencapai puncaknya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2Ft3Vd8BcQ
"Ahhh... Jok... Bude... ahhh!" teriaknya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaTW9TeCfaf
Pada saat yang sama, aku merasakan penisku semakin berdenyut-denyut. Cengkeraman vaginanya yang semakin kuat membuatku tidak bisa menahan diri lagi. Aku mempercepat gerakanku, hingga akhirnya aku crot di dalam vagina Bude Sari. Dan pada saat yang sama, Bude Sari juga menjerit. Dia muncrat, aku bisa merasakan cairan hangat membanjiri penisku. Hingga akhirnya Bude Sari ambruk di atasku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2iUtuxO9II
Setelah kejadian itu, malam Mingguku menjadi jauh lebih menyenangkan. Saat Bude Sari pergi, aku akan bersenang-senang dengan Ida. Ida sudah tidak malu lagi. Dia dengan polosnya akan menanggalkan pakaiannya di depanku, memamerkan tubuhnya yang mulus. Kemudian aku akan berlutut, untuk menjilati vaginanya. Lidahku bergerak menelusuri setiap inci vaginanya, membuatnya mendesah keenakan.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ13fjFupZkW
"Ah... Mas... enak Mas... terus... " desahnya, meremas rambutku.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1ecWV7uxhO
Aku terus menijali vaginanya, hingga akhirnya dia muncrat.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuGBnHEhUuj
Di malam hari, setelah Ida tidur, giliranku bersenang-senang dengan Bude Sari. Kadang kami melakukannya di kamar, di ruang tengah, atau bahkan di dapur. Kami semakin berani, dan aku semakin menyukainya.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrEkM3WeP01
Kami tidak pernah menggunakan kondom. Kami berdua suka merasakan sentuhan kulit ke kulit. Kami suka merasakan kehangatan satu sama lain. Kami tidak peduli dengan risikonya. Kami hanya ingin bersenang-senang.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqMMtliOoTB
Suatu hari, Bude Sari memberitahuku bahwa dia hamil. Aku terkejut, tetapi aku juga merasa senang. Aku tahu itu adalah bayiku. Kami memutuskan untuk tidak memberi tahu Pakde Bambang, dan kami tetap melanjutkannya, bahkan saat Bude Sari hamil.
2004Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUFMS7IiSn4
Aku menyukai sensasi melakukan hubungan dengan Bude Sari yang sedang hamil. Perutnya yang besar membuatku semakin bersemangat.
ns216.73.216.6da2
