
******
Chapter 2 :
Arcane
******
42Please respect copyright.PENANAoBLWrCOsOS
JEON Jungkook adalah pemuda yang memiliki berbagai kelebihan. Dia bukan tipe yang sempurna, melainkan tipe pemuda ‘tidak sempurna’ yang disenangi oleh banyak perempuan. Dia biasa dipanggil Jungkook, tetapi sejak beberapa waktu terakhir, julukan ‘Casanova’ telah melekat padanya. Dialah sang ‘Casanova Kampus’ di universitasnya. Dia mulai diberi julukan itu sejak ia sering terlihat menggoda para perempuan yang tengah mendekatinya. Paras yang tampan serta jiwanya yang bebas (berhubung dia adalah seorang pembalap andal yang sering mengikuti balap liar) pun ikut mendukung julukan tersebut.
Jungkook memang seorang pemuda yang berparas luar biasa. Wajahnya tampan, sangat mampu membuatmu kagum tiap kali kau melihatnya. Walau kau hanya melihatnya dari kejauhan, kau akan terpesona dan terpikat; kau takkan mau melepaskan pandanganmu darinya. Kau akan merasa seolah tersihir. Dia memiliki rahang yang tegas, hidung yang mancung, dan rambut hitam kecoklatan dengan style yang sangat cocok untuk wajahnya. Dia memiliki beberapa tindik di telinganya yang diberi hoop earrings. Dia punya lumayan banyak tato di leher sebelah kanannya dan juga di kedua area bahu hingga lengannya. Tubuhnya proposional; dia tinggi tegap, bahunya lebar, lengannya berotot dan banyak urat yang terlihat jelas di sana. Dadanya bidang dan perutnya six pack. Benar, dia memiliki tubuh yang sangat luar biasa. Tidak hanya itu, dia juga memiliki bibir yang seksi dan kedua bola mata yang sangat jernih.
Sekarang mari kita bahas tentang ketidaksempurnaannya. Ketidaksempurnaan yang Jeon Jungkook miliki adalah kenyataan bahwa dia terlihat seperti bad boy atau playboy yang hanya akan mempermainkanmu. Menidurimu hanya untuk bersenang senang; tidak akan menganggapmu serius. Ini lumayan didukung dengan kenyataan bahwa Jungkook memang sering terlihat bersenang-senang dengan para perempuan dalam beberapa waktu belakangan. Dia yang sering ikut balap liar—dan bahkan dia selalu juara pertama di sana—itu juga sering terlihat asyik mengobrol dengan perempuan yang berbeda-beda di sirkuit balap liar tersebut. Dia hobi bersenang-senang dengan para wanita, dia sering minum alkohol, dia bertato dan bertindik, dia merokok, dan dia benar-benar merupakan tipe penakluk wanita yang tidak mungkin bisa kau buat bertekuk lutut. Tidak bisa diminta untuk ‘serius’ dan hanya setia kepadamu.
Di luar seluruh ketidaksempurnaan itu, Jungkook sebetulnya adalah pemuda yang cerdas. Dia suka bersenang-senang, tetapi otaknya terbilang cerdas. Hanya saja dia bukanlah kutu buku, jadi dia tidak begitu top di kampus dalam segi akademis. Dia bisa olahraga apa saja, didukung dengan tubuhnya yang atletis. Dia juga tidak pernah membolos di kampusnya, tetapi perihal ini sebenarnya ada beberapa faktor. Pertama, dia bukan orang yang tidak mau belajar; dia hanya berjiwa bebas. Kedua, dia adalah pewaris tunggal JA International, perusahaan multinasional milik ayahnya. Tidak lucu kalau seorang pewaris memiliki jejak pendidikan yang hancur. Ketiga, dia memiliki seorang kekasih bernama Seo Harin yang kuliah satu kampus dengannya. Tiga faktor itu adalah alasan Jungkook tidak pernah membolos kuliah meski dia adalah manusia yang berjiwa bebas dan penuh dengan skandal.
Kekasih Jungkook, Seo Harin, adalah seorang gadis cantik yang sangat cerdas; dia tipikal gadis pintar yang terlihat begitu composed, berwibawa, dan mampu berusaha sendirian. Kulitnya putih, rambutnya sepunggung dan berwarna hitam kelam. Dia adalah jenis gadis yang pergaulannya hanya sebatas circle kecil dan tidak sering hang out ke mana-mana. Dia adalah seorang juara umum sejak masih sekolah dan dia juga menjabat sebagai Ketua Student Council di SMA-nya dulu. Dia sekolah di SMA yang sama dengan Jungkook dan mereka mulai berpacaran di tahun terakhir mereka SMA. Hingga kini, di kampus pun, Seo Harin adalah mahasiswa top yang sering ikut olimpiade Matematika sana-sini. Dia anak yang rajin mengerjakan tugas kuliahnya dan selalu belajar sebelum ujian; hidupnya tertata dan terencana. Namun, kalau dibilang ambisius…dia sebenarnya tidak seambisius itu. Dia tidak setiap hari berkutat dengan buku. Sebenarnya, dia hanya kebetulan memiliki otak yang cerdas serta sifat yang rajin, tenang, dan mandiri. Jadi, secara natural, dia selalu diandalkan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.
Akan tetapi, dunia memang se-plot twist itu. Dia dan Jungkook bisa dibilang bagaikan Ying dan Yang, tetapi dari seluruh kemungkinan yang lebih masuk akal di dunia ini, mereka justru jadi sepasang kekasih. Hubungan mereka bahkan sudah terjalin selama lima tahun hingga kini.
Namun, bukan berarti lamanya sebuah hubungan bisa menjamin kalau hubungan tersebut tidak akan hancur. Hubungan yang lama bukan berarti hubungan tersebut benar-benar baik-baik saja.
42Please respect copyright.PENANAskoopqYx0K
******
42Please respect copyright.PENANAqxTUqktZb7
Dari kejauhan terlihat sebuah mobil sport berwarna merah yang mendekat ke keramaian orang-orang yang berdiri di pinggir jalan. Pakaian orang-orang tersebut bermacam-macam; ada orang yang memakai hoodie, ada yang memakai jeans jacket, ada yang memakai leather jacket, ada yang memakai kaus, dan ada juga yang memakai baju serta rok yang seksi. Para perempuan di sana kebanyakan memakai rok mini, baju tanpa lengan, dan sepatu boots berhak tinggi. Ada yang membawa racing flag, ada yang tertawa seraya mengobrol satu sama lain, ada yang bersorak demi menyemangati para pembalap, ada umbrella girls, dan ada juga yang sedang bermesraan. Suasana saat itu cukup riuh mengingat balap mobil sebentar lagi akan diadakan di area tersebut.
Tatkala melihat mobil sport berwarna merah itu mulai datang dan mendekati kerumunan tersebut, orang-orang yang ada di sana spontan langsung bersorak kencang. Seakan sangat senang dengan kehadiran orang yang ada di dalam mobil itu; seakan kedatangan orang itu sangatlah mereka tunggu-tunggu sejak tadi. Mereka bersikap seakan balapan itu tidak akan seru jika orang tersebut tidak datang. Para perempuan yang ada di sana juga mulai berteriak histeris, bersorak, dan berdecak kagum. Mereka tergila-gila. Dari sorakan-sorakan itu, bisa ditebak bahwa mereka semua sedang memikirkan hal yang sama:
This is the MVP. The butterfly of this race. The star of the day.
Pintu mobil sport berwarna merah itu pun terbuka. Keluarlah sosok Jeon Jungkook dari sana; dia disambut dengan sorakan yang lebih meriah daripada sebelumnya, terutama dari para perempuan. Pendukungnya amat ramai. Banyak orang yang langsung mendekati mobil Jungkook dan mengerumuninya begitu dia turun dari mobil.
Jungkook menutup pintu mobilnya dan menerima sambutan dari orang-orang tersebut dengan senyuman yang semringah. Dia terlihat senang, begitu segar dan siap untuk mengikuti pertandingan hari ini. Sesekali Jungkook tertawa dan menyambut salam yang berupa gerakan ‘tos’ dari teman-temannya. Mereka lalu saling mengangkat tangan mereka dan menepuk telapak tangan satu sama lain dengan akrab. “Yo, Jeooon!”
“Heyyaa, Broo!” sapa yang lain. “Looks great today!”
“Yes, I am,” jawab Jungkook seraya tertawa. Mereka pun saling berpelukan sejenak dan mengobrol. Jungkook duduk di atas bumper depan mobilnya. Para perempuan yang mengerumuni Jungkook itu pun mulai semakin mendekati tubuh Jungkook; ada yang duduk di sampingnya, ada juga yang langsung menempelinya dan memeluk lengannya. Sebagian dari kenalannya yang ada di sana adalah teman-teman sekampusnya, baik itu senior ataupun seangkatan. Ada juga yang dari kampus lain dan ada juga yang sudah bekerja. Banyak orang-orang pencinta balap mobil yang mengikuti acara balap liar tersebut.
Dua perempuan yang menempeli sisi kiri dan kanan Jungkook itu kini benar-benar semakin bergelendot pada Jungkook. Mereka memeluk lengan berotot milik Jungkook dan menekankan dada besar mereka di sana. Salah satu dari mereka mulai mendekatkan wajahnya dengan genit ke leher Jungkook. “Jungkook, tampan sekali seperti biasa, Sayang.”
Jungkook menoleh ke arah perempuan itu. Tersenyum miring dengan tatapan yang menggoda, Jungkook pun mendekatkan wajahnya ke wajah perempuan itu. Jemari Jungkook menyentuh dagu perempuan itu, lalu Jungkook berbisik, “Kaulah yang sangat cantik. Kok bisa kau terlahir secantik ini?”
Setelah mengatakan itu, mereka berdua sama-sama tertawa pelan. Sebuah tawa rahasia di antara mereka berdua saja. Jika dilihat sekilas, mereka seperti sedang kasmaran dan saling tertawa malu-malu karena habis dirayu. Jungkook juga memeluk pinggang perempuan yang satu lagi.
Dari kejauhan, tampaklah seorang pemuda yang tengah berdiri bersama teman-temannya; dia telah memperhatikan Jungkook sejak tadi. Dia adalah seorang pemuda yang rambutnya di-bleaching berwarna platinum blonde. Wajahnya tampan, perawakannya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar. Dia lebih ke arah kurus, sebenarnya, tetapi masih cukup berisi dan enak untuk dipandang. Wajahnya tampan, tetapi dia memiliki tipe wajah yang kelihatan lebih ‘lembut’ daripada Jungkook yang wajahnya bertipe maskulin. Telinga pemuda itu bertindik, dia memakai anting-anting berwarna silver dan memakai leather jacket berwarna hitam kecoklatan. Dia memiliki dua tato, ada tato segitiga di bawah jempol kanannya dan ada tato bunga mawar di belakang telinga kirinya, yang tangkainya memanjang hingga ke leher.
“Sungguh pemandangan yang memuakkan,” komentarnya. Matanya menatap tajam ke arah Jungkook yang sibuk saling menggoda dengan para perempuan yang ada di kerumunan itu. Rahangnya mulai mengetat, tangannya hampir terkepal dan jempolnya mengusap jemarinya yang lain. Dia menatap ke arah kerumunan itu dengan penuh kekesalan sekaligus penuh dengan pertanyaan dan rasa heran.
“…padahal dia sudah punya pacar, tetapi selingkuh terus,” lanjutnya.
Teman-temannya yang sedang berdiri di dekatnya pun hanya tertawa pelan. “Jimin. Ini bukan pertama kalinya kau melihat dia seperti itu, ‘kan?”
Pemuda itu, Park Jimin,kemudian mendengkus. “Mau berapa kali dilihat pun, tetap saja aku tidak habis pikir. Pacarnya itu bukan tipe perempuan yang biasa-biasa saja. Dia berkualitas. Namun, apa-apaan yang pemuda itu lakukan di belakangnya?”
Salah satu teman Jimin itu lantas menepuk pundak Jimin dengan pelan. “Sudahlah. Jungkook bukan orang yang mudah untuk dimengerti. Kadang-kadang dia membawa pacarnya ke sini dan dia benar-benar terlihat overprotective pada pacarnya. Sikapnya terlihat betul-betul berbeda jika kepada pacarnya; dia terlihat…sangat emosional. Namun, aku tak tahu apakah itu hanyalah aktingnya saja atau bukan.”
Teman Jimin yang lain pun ikut berbicara, “Pacarnya itu…yang namanya Seo Harin itu, ‘kan? Yang mahasiswa jurusan Matematika itu? Setahuku mereka sudah lama berpacaran. Banyak yang bilang begitu. Hubungan mereka cukup fenomenal sebab Jungkook itu terkenal di mana pun dia berada. Seo Harin juga mahasiswi top kampus, setahuku.”
“Iya, nama pacarnya itu Seo Harin,” jawab Jimin. “Aku sudah pernah bertemu dan berkenalan dengannya. Walau dibilang Jungkook terkenal atau apa pun itu, menurutku justru Jungkook yang tak pantas untuknya.”
Temannya Jimin tertawa. “Kalau diperhatikan, Jungkook memang takkan kelihatan menoleh pada perempuan lain jika pacarnya ke sini. Sungguh berbeda dengan sikapnya saat pacarnya tidak ada.”
“Iya.” Temannya Jimin yang satu lagi terkekeh. “Aku pernah lihat itu juga. Aktingnyaluar biasa. Kalau ada pacarnya, dia kelihatan seperti pemuda yang bertekuk lutut, ‘kan? Dia akan mengekori dan mengawasi di mana pun Seo Harin berdiri. Namun, jika tidak ada Seo Harin, dia…”
“Bagaimanapun perbedaan sikapnya pada pacarnya atau bagaimanapun aktingnya, intinya dia itu hobi selingkuh,” tukas Jimin. “Hampir setiap hari kita semua melihat dia bermesraan sana-sini dengan banyak perempuan.”
“Iya, sih,” jawab salah satu teman Jimin lagi. “Memang sepertinya dia selalu bermesraan dengan perempuan lain. Apa dia sampai berhubungan seks juga dengan para perempuan itu?”
Teman yang satu lagi tertawa. “Bisa jadi, soalnya memang sesering itu aku melihat dia menempel dengan perempuan lain selain pacarnya. Menempelnya itu tidak wajar. Dia juga orang yang bebas, jadi menurutku mungkin mereka sudah sampai berhubungan seks atau minimal sudah sampai make out panas.”
Jimin semakin mengetatkan rahang; giginya bergemeletuk. Luar biasa gila. Harin betul-betul harus meninggalkan Jeon Jungkook. Pemuda seperti itu harus ditinggalkan atau Harin akan makan hati sepanjang hidupnya, menelan rasa pahit yang menghancurkan mental, lalu membuang-buang masa mudanya.
Tidak lama setelah itu, terdengar bunyi pistol pertama yang menandakan bahwa para pembalap harus mulai masuk ke mobilnya dan menuju ke garis start. Jimin pun mulai bersiap menuju ke mobilnya, setelah sebelumnya temannya menepuk pundak Jimin dan berkata, “Semangat, Bro!”
Jimin pun ber-tos dengan teman-temannya itu, lalu menyahut, “Oke.”
Jimin mulai berjalan menuju ke mobilnya yang sebetulnya terparkir tak jauh dari mobil Jungkook beserta peserta-peserta yang lain. Pemuda itu berjalan seraya melihat ke arah Jungkook yang sedang ber-tos—menggunakan kepalan tangan—dengan orang-orang yang sedang mengerumuninya. He looks so fresh and confident. Menurut Jimin sikap Jungkook itu adalah sebuah keangkuhan. Yaa walaupun sebenarnya Jimin tahu alasan di balik kepercayaan diri Jungkook. Pemuda itu memang bukan pembalap abal-abal. Dia top 1 di sini, dia mencetak rekor sebagai yang tak terkalahkan sejak dia baru masuk sebagai anggota. Dia juga tak pernah meremehkan pembalap lain atau pun menganggap sepele suatu arena. Dia serius menyukai dunia balap. Malah, dulunya dia adalah pembalap motor. Dia terbilang cukup baru berkecimpung dalam dunia balap mobil, tetapi dia mampu mengalahkan orang-orang yang sudah veteran.
Akan tetapi, hal itu juga berlaku untuk Jimin.
Jimin juga bukan seorang pembalap yang abal-abal. Dia senior, dia lebih dulu join di sini. Dia memang belum pernah mengalahkan Jungkook, tetapi seringkali nyaris mengalahkannya. Kemampuannya semakin berkembang pesat seiring dengan berjalannya waktu dan dia mulai menyaingi Jungkook.
Tatkala keduanya—Jimin dan Jungkook—sama-sama membuka pintu mobil mereka, Jimin yang telah lama memendam rasa tidak sukanya tersebut mendadak ingin angkat bicara. Entah apa yang terjadi, tetapi hari ini rasanya Jimin ingin menyudahi perasaan gundahnya dan melakukan sebuah tindakan. Dia menoleh ke arah Jungkook, memiringkan kepalanya, dan mulai tersenyum miring. Jungkook yang menyadari hal itu pun lantas menoleh balik ke arah Jimin dan mengernyitkan dahi.
Setelah itu, tak ada angin dan tak ada hujan, Jimin tiba-tiba berbicara. Dia mengatakan sesuatu yang terdengar seperti sebuah petir di siang bolong.
“Mari kita bertaruh, Jungkook,” buka Jimin, pemuda itu pun sedikit mengangkat dagunya, menatap Jungkook dengan tatapan yang dingin. “Kalau aku menang, berikan Harin padaku.”
Tatapan mata Jimin kini benar-benar terlihat seperti sedang menantang Jungkook. Matanya berkilat; dia menyeringai. Iya, inilah sumber kegelisahannya dan ketidaksukaannya selama ini. Seharusnya dari dulu saja dia mengatakan ini pada Jeon Jungkook, seharusnya dari dulu saja dia mengonfrontasi bajingan itu.
“Apa kau bilang?” tanya Jungkook, ingin memastikan kalau pendengarannya tidak salah. Dia lalu menutup pintu mobilnya dengan cukup kencang. Dia kini sudah benar-benar menghadap ke arah Jimin, kedua alisnya menyatu dan matanya menatap Jimin dengan murka. Rahangnya mulai mengeras dan ekspresi wajahnya terlihat penuh dengan amarah. Akan tetapi, tidak, dia masih mencoba untuk memastikan bahwa telinganya tidak salah dengar. “What did you just say?!”
Dengan tatapan yang terlihat semakin menantang Jungkook, Jimin pun mengulangi perkataannya sekali lagi dengan lebih kuat. Lebih terang-terangan. Penuh penekanan.
42Please respect copyright.PENANA3GIpszWE0X
“Kalau aku menang, berikan Harin padaku.”
42Please respect copyright.PENANAmXNZ3Gag2J
Sontak Jungkook langsung berlari ke arah Jimin. Dia berlari secepat kilat, lalu dengan cepat dia menarik bagian leher baju Jimin dan meninju rahang Jimin hingga pemuda itu nyaris tersungkur. Tinjuan itu benar-benar kuat, tenaga Jungkook yang luar biasa itu dibantu dengan amarahnya yang memuncak hingga ke ubun-ubun. Matanya nyalang, dia terlihat seperti seekor beruang yang sedang mengamuk karena diganggu. Sebenarnya, respons ini tidak sepenuhnya terduga. Orang-orang memang menduga bahwa Jungkook setidaknya pasti akan marah atau kesal, tetapi tidak ada yang menduga bahwa Jungkook ternyata akan luar biasa mengamuk seperti ini.Dia terlihat seperti kehilangan kendali. Untungnya, Jimin masih mampu mengimbangi tubuh Jungkook yang besar itu, jadi pemuda itu pun langsung kembali mendekati Jungkook dan berencana untuk meninjunya balik. Mereka berdua hampir meninju satu sama lain kalau saja tidak ada orang-orang di sana yang langsung melerai mereka. Berbeda dengan Jimin yang hanya butuh dua hingga tiga orang untuk menariknya, Jungkook butuh empat hingga lima orang untuk menahan tubuhnya. Dia seolah sedang dikuasai oleh iblis. Belum lagi tubuhnya yang besar dan tinggi.
“Sudah, Jungkook, sudah! Kendalikan dirimu!” teriak salah satu pemuda yang sedang menahan Jungkook, dia merupakan seorang senior di sana. “Ayo, lebih baik kalian berlomba melalui balapan saja. Kalau kau memang marah pada Jimin maka mengamuklah di pertandingan. Jangan kalian rusak acara pertandingan ini.”
Jimin tersenyum miring. Ia yang tadinya ikutan mengamuk pada Jungkook itu pun mulai bisa mendinginkan kepala.
Iya, benar. Ayo kita bersaing.
Jungkook yang masih menatap Jimin dengan penuh kemurkaan itu pun sontak melepaskan kedua tangannya dari orang-orang yang telah menahannya sejak tadi. Dengan penuh amarah, dia pun langsung berjalan ke arah mobilnya, membuka pintu mobil tersebut, lalu masuk dan menutup pintu mobil itu dengan kencang.
Jimin tersenyum puas. Dia akhirnya juga melepaskan diri dari orang-orang yang sejak tadi menahan tubuhnya, lalu dia mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya akibat ditinju oleh Jungkook. Setelah itu, dia pun masuk ke dalam mobilnya dan mulai menjalankan mobil tersebut hingga ke garis start.
Tatkala semua mobil sudah sampai di garis start, ada seorang gadis yang membawa racing flag seraya berjalan ke tengah-tengah garis start. Gadis itu akhirnya berdiri di sana dan mengangkat bendera tersebut. Semua peserta mulai bersiap untuk menginjak pedal gas, berencana untuk langsung berkendara dengan kencang, terutama Jimin dan Jungkook.
Gadis yang membawa bendera itu pun berteriak, “Ready?!”
Setelah itu, gadis tersebut menggerakkan bendera itu ke bawah…bersamaan dengan bunyi pistol sebagai pertanda bahwa balapan telah dimulai.
“GO!!”
Seluruh mobil pun langsung berjalan dengan kecepatan tinggi. Jimin langsung berusaha untuk mengejar mobil Jungkook yang sudah memelesat di depannya. Jimin langsung ingin menyalip mobil Jungkook tatkala tiba-tiba saja Jungkook membelokkan mobilnya dan menghindari rencana Jimin. Setelah itu, mobil Jungkook langsung memelesat dengan kecepatan penuh, menghadang mobil Jimin di tikungan. Jimin mengumpat tatkala mobilnya hampir keluar dari jalur saat membanting setir. Dia memukul setirnya sejenak, lalu dia kembali menyusul Jungkook dengan luar biasa cepat. Mobil mereka saling menyalip dan mengimpit satu sama lain, menghindari seluruh kendala dengan gesit. Akan tetapi, Jimin akui, mengalahkan Jungkook bukanlah perkara yang mudah, terutama setelah mengajaknya taruhan dengan Seo Harin sebagai persembahannya. Pertarungan itu jadi ribuan kali lebih sulit. Lebih sengit.
Jungkook memang benar-benar terlihat berkendara seraya mengamuk. Kendalinya jauh lebih cepat, lebih cerdik, lebih gila, dan nyaris tak masuk akal. Seolah sudah tak memikirkan nyawa lagi.
Hingga akhirnya, mereka berdua pun sampai di garis finish.
Pertarungan itu benar-benar sengit hingga mereka berdua meninggalkan peserta lain jauh di belakang sana.
Akan tetapi, saat sampai di garis finish, mobil yang keluar sebagai pemenangnya adalah:
42Please respect copyright.PENANA5mF0Gi0w5y
Mobil Jungkook.
42Please respect copyright.PENANAEROwNfps4d
Jimin memukul setirnya saat mengetahui bahwa ia kalah. Ia betul-betul mengusahakan pertandingan tadi setengah mati. Tatkala beberapa detik telah berlalu, Jimin pun keluar dari mobil dan kebetulan dia juga melihat Jungkook keluar dari mobilnya. Mereka berdua sama-sama memasang wajah yang penuh dengan amarah. Jimin kesal karena masih kalah, sementara Jungkook masih murka karena permintaan Jimin tadi sebelum bertanding.
Namun, meski kesal luar biasa, Jimin tetap berdiri di sana. Dengan lantang dia kembali menantang Jungkook. “Di pertandingan selanjutnya, akulah yang akan menang.”
Jungkook menatapnya dengan tatapan membunuh. Bungkamnya itu jauh lebih menyeramkan; ia seolah akan membunuhmu kapan saja tanpa berpikir dua kali.
“Kau itu seharusnya bersyukur; kau beruntung punya Harin,” ucap Jimin. “Dia cantik, pintar, dan setia. Akan tetapi, kau malah menempel dengan gadis-gadis ‘seksi’ lain yang tak sebanding dengannya. Kalau kau tak mau Harin, aku akan mengambilnya darimu.”
“Diam, keparat,” ujar Jungkook dengan suara yang terdengar begitu dingin dan mengintimidasi. Dia terdengar sangat mengerikan. “Tidak sebelum kau langkahi mayatku. Sekali lagi kau sebut nama wanitaku dari mulutmu, I’ll ruin your life forever, you motherfucker. I’ll definitely kill you.”
Tepat setelah Jungkook mengatakan itu, kedua mata Jimin langsung memelotot penuh dengan amarah. Dia mengepalkan tangannya dan langsung berencana untuk berlari mendekati Jungkook, begitu pula dengan Jungkook yang langsung melakukan hal yang sama. Akan tetapi, sebelum sirkuit balap itu berubah menjadi TKP pembunuhan; sebelum mereka berdua benar-benar menghabisi satu sama lain, semua orang yang ada di sana langsung berusaha untuk menahan mereka. Memegangi mereka ramai-ramai. Melerai mereka.
Sejujurnya, semua orang diam-diam sudah mengetahui sebuah fakta, yaitu:
Jeon Jungkook akan menjadi sangat emosional jika itu menyangkut kekasihnya dari SMA, Seo Harin. Pemuda itu beberapa waktu belakangan memang sering terlihat tengah menggoda perempuan lain, supel kepada perempuan lain, tetapi kepada Seo Harin, dia berbeda. Dia terlihat emosional. Kepada Harin, dia seperti memakai hati, jantung, otak, dan seluruh tubuhnya. Kepada Harin, dia terlihat…main hati.
42Please respect copyright.PENANAqvh8sBy6TL
******
42Please respect copyright.PENANAZzDWpgRxNK
Harin mengerang ketika Jungkook mulai menggigit kecil lehernya. Tubuh pemuda itu menempel pada Harin sepenuhnya, hanya dihalangi oleh pakaian yang mereka kenakan. Kedua tangan kekar Jungkook memeluk Harin, kepalanya bersarang di leher Harin dan dia menciumi leher bagian kiri perempuan itu sekaligus menggigitnya sesekali; dia sukses membuat beberapa tanda merah di sana.
“Hng!” erang Harin lagi tatkala Jungkook beralih ke bagian kanan lehernya, mengisap kulit lehernya yang lembut itu dengan kuat. “Jungkook…!”
Harin belum sepenuhnya bisa mencerna apa yang sedang terjadi. Sepuluh menit yang lalu, Harin mendengar pintu apartemennya diketuk, lalu ketika ia berjalan ke pintu itu dan membukanya, ia menemukan Jungkook di sana yang tengah berdiri dan menatapnya nanar. Rambut pemuda itu terlihat sedikit berantakan; matanya gelap. Tatkala mata Harin melihat tepat ke kedua bola mata milik pemuda itu, Harin seolah langsung terjerumus ke dalam kegelapannya dan tenggelam di sana, terjebak di dalam lingkaran hitam tanpa ujung. Hal itu membuat kakinya mendadak jadi tak bisa digerakkan.
Tepat setelah tiga detik saling memandang, dengan secepat kilat Jungkook langsung mendekati Harin dan menciumnya dengan ganas. Sebelah tangan kekarnya sempat menutup pintu depan apartemen Harin seraya mencium gadis itu dengan penuh gairah. Kedua tangan Jungkook mulai meraba-raba tubuh Harin dengan penuh hasrat, dia mengerang tatkala mendengar Harin tak sengaja mendesah di dalam ciuman mereka. Setelah beberapa saat, Harin mulai kehilangan kendali tubuhnya dan tak mampu memikirkan apa pun sampai-sampai Harin tak sadar bahwa mereka sudah ada di dalam kamarnya entah sejak kapan. Ciuman itu terasa begitu panas dan tak sabaran. Rabaan kedua tangan Jungkook pada tubuhnya juga semakin membuatnya tidak sadar sama sekali dengan sekelilingnya. Tidak sadar sama sekali ke mana Jungkook menuntunnya sembari berciuman.
Sekarang Jungkook sudah melepaskan dirinya dari leher Harin. Kepala Jungkook mulai turun ke bawah, dia mulai menciumi dada Harin yang masih tertutupi oleh baju tidur. Dia menciumi bagian di antara kedua payudara Harin, mengerang tatkala sadar bahwa Harin tidak mencoba untuk menghentikannya.
Harin sesungguhnya sudah sangat sering dicumbu seperti ini oleh Jungkook, tetapi Harin selalu menghentikan Jungkook tatkala dirasa sudah berlebihan. Soalnya, ia tahu bagaimana lihainya Jungkook dalam menyenangkan tubuhnya, ia juga tahu bagaimana sulitnya menenangkan gairah Jungkook. Dia takut mereka akan kebablasan jika tidak dihentikan.
Sebenarnya, akhir-akhir ini Harin sedang benar-benar marah pada Jungkook. Sakit hati. Kebohongan Jungkook kemarin juga masih membuatnya kepikiran hingga kini. Ia sudah makan hati akibat Jungkook yang akhir-akhir ini tak pernah menghargainya. Namun, ketika dia dicumbu oleh Jungkook dengan sangat bergairah seperti ini, dia mendadak kembali lengah. Ini juga disebabkan karena ketika Jungkook mencumbunya, feeling gadis itu seolah mengatakan padanya bahwa Jungkook menginginkannya. Dari cara Jungkook mencium Harin, merengkuhnya, meremas tubuhnya, merabanya, mengelusnya, membelainya…itu semua seolah mengatakan bahwa pemuda itu sedang jatuh cinta. Ini membuat Harin jadi sering lupa atau malah sengaja menyisihkan masalah mereka ke samping terlebih dahulu tatkala Jungkook mencumbunya. Walau sebenarnya ia tahu bahwa seharusnya ia mendorong Jungkook, menamparnya, lalu mengusir pemuda itu dari apartemennya.
Jungkook pun menggendong Harin dan mengimpitnya ke dinding kamar. Dia mencium bibir Harin dan memasukkan lidahnya ke mulut Harin, melilit lidah Harin bersamanya. Ciuman itu terasa begitu dalam, begitu liar. Sesekali ia menggigit bibir Harin dan mengisapnya dengan kuat. Harin memejamkan mata seraya mengerutkan dahinya; bibirnya dipagut tanpa henti oleh Jungkook seolah itu adalah santapan yang begitu nikmat. Santapan yang selalu pemuda itu tunggu-tunggu. Sesekali Jungkook mengerang rendah dan tatkala ciuman itu terlepas, bunyi kedua bibir yang saling melepaskan itu terdengar begitu sensual. Begitu erotis. Jungkook menatap Harin dengan tatapan yang dalam, matanya semakin menggelap. Harin kembali tenggelam di dalam tatapan pemuda itu—ia masih terengah-engah—hingga tiba-tiba Jungkook kembali merunduk dan menciumi area dadanya. Kini Jungkook menciumi kulit kenyal bagian atas payudaranya; Jungkook masih mampu menyelipkan wajahnya masuk ke area payudara Harin melalui bagian leher baju tidur Harin yang terbuka. Bagian leher baju itu memang agak longgar sehingga Jungkook bisa mencium bagian atas payudara Harin dari sana. Pemuda itu hanya mampu mencium bagian atasnya karena Harin masih mengenakan bra. Jungkook pun mengisap kulit lembut payudara sebelah kiri Harin dari atas dan hal itu membuat Harin spontan meremas rambut Jungkook. “Hngh! Jung—”
“Lembut sekali, Sayang,” ucap Jungkook dengan nada yang memuja. Suara kecupannya pada payudara Harin terdengar begitu erotis. “Nikmat.”
Tiba-tiba Jungkook mencengkeram kedua payudara Harin dan meremasnya dengan kuat. Dia langsung menatap tepat ke kedua bola mata Harin, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Harin. Hidung mereka bersentuhan dan mereka sama-sama terengah-engah. Harin yang dahinya berkerut seraya mendesah kuat, serta Jungkook yang mengerang karena reaksi Harin akan sentuhannya. Dia sungguh tergila-gila dengan seluruh respons yang diberikan Harin kepadanya.
“Boleh kubuka bajunya?” Jungkook bertanya dengan napas yang memburu, tepat di depan bibir Harin. “Hm? Aku buka, ya, Cinta.”
“Hangh!” desah Harin tatkala ia merasa bahwa remasan tangan Jungkook pada kedua payudaranya jadi semakin kuat. Semakin tidak sabar. Semakin bergairah. “Jangan—”
Tangan Jungkook mendadak menyelip masuk ke baju Harin dan kontan saja Harin tersentak tatkala merasakan kulit tangan Jungkook yang bersentuhan langsung dengan perutnya. Jungkook pun mulai mendesah, sesekali dia menciumi bibir Harin. Dia sudah sangat terangsang; kejantanannya sudah berdiri tegak sepenuhnya. Dia pun berbicara lagi, “Atau aku sentuh langsung saja, ya?”
Tanpa sempat menyadari apa yang terjadi, Harin langsung terperanjat tatkala merasakan kedua tangan Jungkook yang besar itu tiba-tiba masuk menyelip melalui bagian bawah bra-nya dan langsung menangkup kedua payudara Harin dengan cepat.
“Ahh... Sayang…” desah Jungkook sensual tatkala kedua tangannya sukses menangkup kedua payudara Harin dengan sempurna dan merasakan betapa lembutnya kedua gundukan daging yang bulat itu. Kini akalnya seakan sudah hilang sepenuhnya. Ia mulai menciumi seluruh bagian leher Harin; dia memberikan ciuman kupu-kupu yang terasa lembut, tetapi penuh dengan hasrat. “Lembut sekali, Sayang… Sangat lembut. Bentuknya bulat, pas sekali di tanganku. Oh…putingnya mengeras, Sayang... Enak, Sayang?”
Harin menengadah, dia memejamkan kedua matanya kuat-kuat dan menggigit bibirnya. Dia punya feeling bahwa jika dia tidak menggigit bibirnya, desahannya akan tak terkendali dan itu pasti akan membuat Jungkook jadi semakin bersemangat. Namun, sungguh, Harin seratus persen sadar bahwa apa yang sedang Jungkook lakukan pada payudaranya itu terasa begitu nikmat. Sebetulnya, walau mereka sudah berpacaran selama lima tahun lamanya, baru kali ini Jungkook benar-benar memegang payudaranya secara langsung tanpa penghalang apa pun.
Dia sering sekali dicumbu oleh Jungkook, sudah tak terhitung berapa kali. Pemuda itu terkadang tiba-tiba muncul di depan apartemennya, lalu mencumbuinya. Sama seperti malam ini. Terkadang Jungkook mencumbuinya di dalam mobil, di kampus, bahkan di rumah pemuda itu. Akan tetapi, selama ini mereka melakukan itu dalam keadaan masih terhalang pakaian. Paling-paling…pakaian mereka jadi berantakan karena panasnya make out yang mereka lakukan.
Namun, malam ini agak berbeda. Setelah lima tahun lamanya, akhirnya Jungkook betul-betul memegang payudara Harin tanpa penghalang. Jungkook yang selama ini selalu mencium dan meremas payudara Harin dari luar; Jungkook yang mendambakan setiap inci tubuh Harin…pemuda itu hanya dapat mengutarakan kekagumannya melalui sentuhan yang bergairah dari luar pakaian Harin. Biasanya, Jungkook selalu menuruti apa pun yang Harin inginkan; jika Harin bilang jangan atau tidak, Jungkook pun akan berhenti. Pemuda itu tak ingin Harin marah padanya. Akan tetapi, malam ini berbeda. Jungkook seperti terpengaruh oleh sesuatu dan langsung melakukan apa yang pemuda itu inginkan tanpa meminta persetujuan Harin lagi.
Anehnya, alih-alih menghentikan Jungkook, Harin yang sudah terpengaruh oleh hasrat Jungkook itu pun justru diam saja. Dia seolah membiarkan Jungkook meremas payudaranya dengan bersemangat. Namun, tatkala Jungkook tiba-tiba menarik kedua putingnya, Harin sontak berteriak.
“Ahh!! Ahngg—ahh!!”
“Oh, your voice, My Queen,” ujar Jungkook, pemuda itu seakan tersihir karena suara desahan kekasihnya. “It sounds so…beautiful. Suka, Sayang?”
“Jungkook…!” Harin terengah-engah. Demi Tuhan, dia merasakan kenikmatan yang luar biasa saat putingnya ditarik dengan kuat, tetapi dia tahu bahwa dia harus segera menghentikan Jungkook. “Sudah—ahh!! Hngh!!”
“Boleh kuisap?” pinta Jungkook tiba-tiba. Dia terdengar memohon. Secara mendadak, Harin juga merasa bahwa tubuhnya kini mulai terentak-entak ke atas karena Jungkook mendorong kejantanannya yang masih terbungkus celana jeans itu ke area kewanitaan Harin yang juga masih terbungkus celana tidur. Jungkook mengentakkan kejantanannya dari bawah dengan kuat, berkali-kali, seolah ingin merasakan gesekan yang ditimbulkan dari sana. Seolah sambil ingin berfantasi bagaimana kalau kejantanannya memang masuk ke dalam vagina milik Harin. “Aku isap, ya, Sayang? Putingnya mengeras… Ini pasti akan terasa sangat nikmat apabila berada di antara lidahku. Boleh, ya?”
Napas mereka berdua memburu. Sebelum Harin sempat menjawab apa pun, Jungkook langsung membawa Harin yang sedang berada di dalam gendongannya itu ke arah ranjang, lalu membanting tubuh Harin ke sana dengan tidak sabaran. Harin terperanjat tatkala menyadari bahwa tubuhnya yang tadinya terimpit ke dinding itu tiba-tiba kini sudah berada di atas ranjang dan langsung ditindih oleh tubuh besar Jungkook. Dia berasa kecil sekali di bawah tubuh kekar Jungkook yang menjulang di atasnya. Cahaya lampu di bagian atas ruangan itu langsung terhalang oleh tubuh Jungkook; Harin diselimuti oleh bayangan Jungkook. Seluruh penglihatan Harin kini dipenuhi dengan sosok pemuda itu yang tengah mengungkungnya dari atas. Mereka pun saling bertatapan.
“Ah… Aku sangat mencintaimu,” ujar Jungkook, desperate. Matanya menatap Harin dengan penuh cinta, penuh gairah, dan penuh hasrat. “Aku mencintaimu, Sayang. Cinta kamu. Semuanya untukmu.”
Harin jujur sedikit kaget dengan ungkapan cinta itu. Sebenarnya, sudah tak terhitung berapa kali Jungkook mengungkapkan cinta kepadanya, tetapi malam ini Jungkook benar-benar terlihat putus asa. Matanya terlihat menatap Harin dengan penuh damba; dia menatap Harin begitu dalam seolah sedang berada dalam pengaruh sihir. Dia terlihat begitu mengagumi kecantikan Harin. Begitu lapar. Begitu memuja.
Tiba-tiba Jungkook melepas seluruh kancing baju tidur Harin dan langsung melemparkan baju itu ke sembarang arah hingga jatuh ke lantai. Tak membuang waktu, ia lantas membuka bra yang sedang Harin kenakan, lalu melempar bra tersebut ke lantai juga dengan tak sabaran. Harin sempat berteriak, “Ah!” karena perlakuan itu. Seluruh penutup bagian atas tubuh Harin sudah benar-benar terlepas dari gadis itu; ia kini setengah telanjang di hadapan Jungkook. Dia terperangkap di bawah kedua mata Jungkook yang semakin menatapnya dengan rasa ingin. Ia sungguh merona karena merasa benar-benar terbuka di bawah pengawasan mata Jungkook yang menggelap tatkala melihat penampilannya saat ini.
“Cantik sekali,” puji Jungkook. “Cantik, Sayang. Terlihat sangat…nikmat. Seksi sekali.”
Setelah mengatakan itu, Jungkook menjilat bibirnya dan menatap Harin dengan penuh nafsu. Pemuda itu kemudian langsung merunduk dan mengisap puting berwarna merah kecoklatan milik Harin tanpa ampun. Dia menyedotnya, menariknya dengan kuat menggunakan lidahnya, menggigitnya, dan mengemutnya; dia terlihat begitu haus. Begitu lapar. Dia sudah terbakar nafsu berahi. Desahan Harin yang kini tak terkendali itu semakin membuatnya gila. Dia yang sedari tadi sudah merasa hilang akal, kini semakin merasa tak terkontrol. Dia ingin menyetubuhi Harin sekarang juga.
“Angh!! Ah—Jungkook...!” rengek Harin. “Jungkook—sudah… Ahh! Ah! Pelan—pelan-pelan, Jungkook...”
Mendengar itu, Jungkook jadi semakin merasa dimabuk gairah. Udara yang dia hirup seolah merupakan udara yang sangat berat dan bertekanan tinggi akibat dipenuhi dengan cinta. Hormon dopaminnya memelesat hingga full; dia serasa berada di atas awang-awang. Ah, dia bisa-bisa ketagihan.
Jika mulutnya tengah sibuk menyusu di payudara Harin yang sebelah kanan, tangannya sibuk memelintir dan menarik puting payudara Harin yang sebelah kiri. Sesekali dia meremas payudara itu dengan semangat. Memutarnya…meremas demi merasakan kekenyalannya…memainkan putingnya di telapak tangannya…lalu meremasnya kembali, merasakan betapa lembut, bulat, dan indahnya payudara natural milik Harin, serta merasakan betapa pas ukuran payudara itu di tangannya yang besar. Dia bisa gila.
Setelah itu, Jungkook mengganti posisinya. Dia mengisap payudara Harin yang sebelah kiri dan kini tangan kirinyalah yang bertugas memainkan payudara Harin yang sebelah kanan. Jeritan Harin terdengar begitu merdu di telinganya. Dia betul-betul terobsesi.
“Ah—nikmat sekali,” ujar Jungkook tatkala mulutnya melepas puting Harin dengan suara kecupan yang sensual. “Nikmat sekali, Sayang…” pujinya.
“Jungkook, rasanya agak perih…” rengek Harin. Kedua putingnya berasa pedih dan panas. Sepertinya, seluruh bagian dari payudaranya kini jadi merah-merah. Dengan mata yang berkaca-kaca, Harin pun memohon pada Jungkook, “Sudah, ya…?”
Namun, hal itu justru berefek sebaliknya pada Jungkook. Melihat Harin memohon padanya dengan mata berkaca-kaca seperti itu, merengek padanya, dia jadi semakin ingin menyetubuhi Harin tanpa ampun, sekarang juga. Dia jadi ingin bersenggama dengan Harin. Dia menggeram, rahangnya mengeras, dan giginya bergemeletuk. Setelah itu, dengan tanpa ampun dia langsung menarik kedua tangan Harin untuk diletakkan di atas kepala gadis itu. Dia langsung mengunci kedua tangan Harin itu dengan sebelah tangan kirinya, kemudian dia juga langsung melepaskan celana tidur Harin dengan satu gerakan tangan kanannya. Setelah dia melempar asal celana tersebut, dengan geraman yang rendah dia pun membuka ritsleting celananya sendiri dan menurunkan celana jeans itu sedikit ke bawah hingga hanya terlihat boxer hitam ketatnya yang menampilkan kejantanannya yang sudah berdiri tegak. Kejantanan itu sungguh besar, berdiri tegak, dan berurat. Harin sontak melebarkan matanya karena panik. Pipinya memanas dan memerah; jujur baru kali ini dia melihat kejantanan Jungkook meski masih tertutupi oleh boxer. Harin terperangah. Dia langsung bergerak dengan gelisah. Dia takut Jungkook benar-benar akan berhubungan seks dengannya saat ini, padahal hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja. “Jangan—Jung—”
Namun, tanpa ba bi bu lagi, Jungkook langsung mendekatkan dan mendorong kejantanannya yang tertutupi oleh boxer itu ke vagina Harin yang juga masih tertutupi oleh celana dalam. Jungkook langsung mengentakkan kejantanannya ke vagina Harin—seakan menyetubuhinya dengan sangat kuat—hingga Harin merasa seolah sedang dihujam dari bawah, padahal kedua alat vital mereka masih terhalang oleh kain.
“Ahhh!” desah Harin, gadis itu nyaris berteriak. “Hangh—ahh!! Jung—Jungkook—jangan...! Jungkook…!”
Saking kuatnya hujaman Jungkook, Harin jadi merasa seperti benar-benar sedang digagahi. Entah mengapa rasanya sangat luar biasa, dia bisa merasakan kejantanan Jungkook yang sangat besar dan keras itu menempel pada vagina-nya yang masih tertutupi oleh celana dalam tipis. Selain itu, dia yakin celana dalamnya sekarang sudah sangat basah sehingga Jungkook pun pasti bisa merasakan tekstur vagina-nya dengan sangat jelas. Mulai dari kedua bibir vagina-nya,klitorisnya…pasalnya erangan Jungkook terdengar semakin kuat. Pemuda itu menggeram, mengerang, dan mendesah di telinga Harin. It feels so fucking good. Sebelah tangannya masih menahan kedua tangan Harin, sementara sebelah tangannya lagi sedang meremas payudara Harin. Menarik putingnya kuat-kuat. Dia mencium bibir Harin dengan penuh nafsu, hujamannya di bawah sana terasa semakin kuat. Dia seolah ingin benar-benar memasukkan kejantanannya ke dalam vagina milik Harin.
“Sayang…” Jungkook mengerang tatkala ciuman mereka terlepas. Bibirnya berada tepat di depan bibir Harin, napas mereka terasa begitu hangat, memburu, dan penuh gairah. “Sayang... My Rin…”
“Jangan dimasukkan, Jungkook, kumohon…” pinta Harin. Matanya berkaca-kaca, antara merasa nikmat dan merasa gelisah. “Jangan…ya?”
“Percayalah, Sayang, aku ingin menyetubuhimu dengan sangat kuat sekarang juga; aku ingin menusuk, menghujam vagina milikmu yang begitu cantik dan sempit ini hingga kau menangis dan memohon padaku untuk berhenti,”ujar Jungkook dengan mata yang melebar penuh penekanan. Rahangnya mengeras. Tatapannya penuh dengan intimidasi. “tetapi meski aku sangat lapar, meski vagina-mu terasa begitu mengundangku saat ini,aku tetap tidak akan memecah keperawananmu jikakau tidak mengizinkanku. Aku lebih baik mati daripada dibenci olehmu seumur hidup.”
Harin yang matanya berkaca-kaca itu mendadak berteriak lagi ketika ia merasa bahwa Jungkook kembali menghujamnya dengan satu gerakan yang paling kuat, sebelum akhirnya pemuda itu membuat gerakan memutar dengan seksi. Sesekali dia menggesekkan kejantanannya tepat ke klitoris Harin hingga desahan Harin jadi tak terkontrol. Pemuda itu lalu kembali membuat gerakan memutar, tepat di klitoris Harin, hingga refleks Harin berteriak kencang. Ada sesuatu yang rasanya terpancing di dalam tubuh Harin. Seolah ia tak mau Jungkook berhenti bergerak. Ia refleks menarik kedua tangannya dari cengkeraman Jungkook yang sangat kuat itu dan Jungkook mengizinkan hal itu terjadi. Jungkook melepas cengkeramannya—yang sudah membuat lengan Harin jadi memerah itu—dan membiarkan kedua tangan Harin bebas. Kedua tangan Harin pun spontan memeluk leher Jungkook dan hal itu membuat Jungkook jadi mabuk kepayang. Rasanya nikmat sekali. Bagian sensitif yang saling bergesekan, saling memutar, saling bertabrakan dengan keras, saling merasa tak cukup, saling membutuhkan, semuanya membuat Jungkook dan Harin seolah lupa segalanya.
“Jungkook! Ha—ah! Jungkook…!” teriak Harin. Ah, sungguh indah sekali namanya tatkala diteriakkan oleh Harin dengan penuh desahan seperti itu. “Haaangh!! Jung—sesuatu…sesuatu seperti ingin—ingin keluar! A—aku—ah!!”
Gila. Jungkook kini benar-benar jadi gila. Dia yakin, kemungkinan tetangga sebelah akan mendengar aktivitas mereka saat ini. Apartemen Harin bukanlah apartemen yang kedap suara. Hanya saja mereka dibantu dengan dinding yang cukup tebal. Unit-unit apartemen itu memang bersebelahan, tetapi dindingnya cukup tebal. Jarak antar kediaman tidak begitu berdempetan satu sama lain meski masih satu bangunan. Jungkook lalu mulai menghujam vagina Harin dengan sangat kuat, sangat cepat, dan sangat brutal. “Keluarkan, Sayang. Keluarkan. Keluarkan semuanya. Aku di sini.”
“Jungkook! Haanghh!! Ah! Ke—keluar!” Harin mendesah kencang, dia berteriak dengan putus asa. Desahannya terdengar begitu seksi dan erotis. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada leher Jungkook, kedua kakinya yang tadinya mengangkang di bawah Jungkook kini refleks mengalung di pinggang pemuda itu. Sesuatu di dalam dirinya menuntutnya untuk menyelesaikan semua ini. Dia ingin selesai. Dia tak ingin Jungkook berhenti. Dia ingin...selesai sampai akhir. Dia ingin klimaks. “Ahhh! O—oh! Haa! Haanggh!!”
Setelah itu,dengan satu hujaman yang amat kuat dari Jungkook, Harin pun melengkungkan tubuhnya ke belakang dan kepalanya terdongak. Dia pun berteriak kencang, “Jungkook…!!!!”
Dengan satu teriakan kencang itu, Harin pun akhirnya klimaks. Ada cairan yang keluar dari vagina-nya, merembes keluar dari kedua sisi celana dalam tipisnya. Kepalanya yang terdongak itu kini terasa begitu ringan. Ia merasa seperti berada di atas awan, melambung tinggi ke langit. Dia sedang berada di puncak kenikmatan; kedua matanya seolah melihat bintang. Rasanya tubuhnya ringan sekali.
Dia tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Rasanya seakan semua hal di sekitarnya jadi memutih semua. Akalnya hilang. Dia baru sadar kalau ternyata puncak kenikmatan itu rasanya seperti ini. Dia berasa seperti baru saja berhubungan seks dengan Jungkook, bercinta dengan hebat, padahal kenyataannya mereka belum sejauh itu. Meskipun demikian, rasanya dia seperti baru saja disetubuhi habis-habisan oleh Jungkook.
Namun, tatkala sudah bisa meraih kewarasannya kembali, Harin pun menatap ke bawah sana. Soalnya, dia merasa bahwa kejantanan Jungkook masih menekan vagina-nya; Jungkook masih menggoyangkan dan menggesekkan kejantanannya di sana. Tentu saja, Jungkook belum keluar.
“Jungkook…?” panggil Harin dengan lemas. Tubuhnya mendadak terasa lelah setelah klimaks. Suaranya serak.
“Iya, Sayang?” jawab Jungkook dengan mesra. Dia menatap Harin yang ada di bawahnya itu dengan penuh cinta. Namun, Harin masih melihat ke bawah sana. Ke kejantanan Jungkook. Gadis itu jadi berpikir.
“Masih mau…ya?” tanya Harin pada Jungkook dengan polosnya. Dia bahkan tak sadar bahwa dia telah menanyakan hal yang segamblang itu, soalnya yang dia pikirkan hanyalah: dia sudah klimaks, tetapi Jungkook belum. Jungkook juga pasti ingin selesai, seperti dia tadi yang ingin sekali klimaks.
Namun, pertanyaan polosnya itu justru membuat Jungkook kembali mengeraskan rahang. Dia langsung menatap Harin dengan tatapan tajam. “Jangan pancing aku, Sayang. Nanti aku jadi benar-benar menusukmu.”
Mata Harin membulat sempurna tatkala mendengar jawaban Jungkook itu. Dia menatap mata Jungkook dan pipinya merona. “Aku—aku tidak memancingmu. Aku hanya…”
Jungkook tersenyum miring. “Bantu aku klimaks, ya?”
Harin menggigit bibirnya. Pipinya semakin memerah. “Bagaimana...caranya?”
“Menungging untukku, hm?” pinta Jungkook seraya berbisik di depan bibir Harin. “Aku janji tidak akan menusukmu. Aku hanya akan menggesekkan milikku di antara kedua pahamu. Boleh?”
Kini wajah Harin sudah semerah kepiting rebus. Itu—maksudnya—
“Boleh, Sayang?” tanya Jungkook sekali lagi dengan napas yang memburu. Wajahnya dengan wajah Harin sekarang hampir menempel satu sama lain. “Kejantananku sudah sakit sejak tadi. Kau seksi sekali. Kau begitu nikmat. Tidak usah lepas celana dalammu.”
“Apakah kau akan melepas celana dalam…mu?” tanya Harin dengan ragu, dia sesungguhnya malu mengucapkan itu dari mulutnya sendiri.
Jungkook terkekeh pelan, pemuda itu terdengar seksi sekali. “Bagaimana caraku menggesekkannya di antara kedua pahamu, hingga mengenai vagina-mu yang indah itu, jika aku tidak melepas celana dalamku?”
Sontak Harin jadi semakin malu. Napasnya tertahan. Pipi gadis itu semakin merona (jika itu memungkinkan) dan dia semakin salah tingkah luar biasa. Jantungnya berdebar kencang. Sungguh, Jungkook vulgar sekali. Baru kali ini mereka bercumbu seberani ini. Atau lebih tepatnya, sebenarnya Jungkook memang seberani itu, tetapi selama ini Harin tidak mengizinkannya. Harin sangat malu tatkala memikirkan bahwa kali ini…dia benar-benar akan merasakan bentuk kejantanan Jungkook melalui kedua pahanya dan melalui vagina-nya yang hanya tertutupi oleh celana dalam tipis.
Dia jadi takut celana dalam tipis itu akan tergeser ke samping. Benar juga! Ini berbahaya!
“T—tapi jangan dimasukkan, ya?” pinta Harin dengan pipi yang memerah. Matanya memandangi Jungkook dengan penuh permohonan, masih berkaca-kaca. Aah, Jungkook jadi benar-benar tidak tahan.
“Iya, Ratuku,” jawab Jungkook. Dia tertawa pelan. Wajahnya terlihat luar biasa tampan di antara cahaya yang menerangi kamar Harin. Tubuhnya yang besar itu mengurung Harin sepenuhnya. “Menungging, ya, Sayang? Aku akan membantumu. Masih lemas, hmm? Pegangan ke bantal, ya, Sayang. Aku akan menusuk sela-sela pahamu dari belakang.”
Setelah itu, Jungkook membantu Harin untuk berbalik. Ketika Harin baru saja berada dalam posisi menyamping (belum benar-benar berbalik), Jungkook tiba-tiba berbisik di telinganya.
“Boleh aku menginap di sini malam ini, Sayang?” tanyanya dengan suara yang serak, seksi, dan menggoda. “Kurasa aku tidak akan pulang dalam waktu dekat.”
“Eh...?” Harin melebarkan matanya, spontan menoleh ke arah Jungkook. Maksudnya…apa?
“Pastikan celana dalammu tidak tergeser, Sayang,” pesan Jungkook—tak menghiraukan Harin yang keheranan—dia berbisik perlahan seraya membalikkan tubuh Harin. “Aku tak yakin kalau aku bisa menahan nafsu untuk tidak memasukkan kejantananku ke dalam lubang vagina-mu jika celana dalammu terbuka. You hear me?”
Harin hanya bisa mengangguk perlahan. Dengan rasa gelisah dan takut, ia pun menjawab, “Hng.”
Jungkook lalu menaikkan pinggul Harin agar Harin benar-benar menungging di hadapannya. Pemuda itu lalu merapatkan kedua paha Harin dan dia mulai mengagumi bokong Harin yang sangat bulat dan indah. Matanya melebar penuh hasrat. Ia benar-benar berahi. Napasnya memburu, mulutnya sedikit terbuka. Dia betul-betul takjub melihat pemandangan yang ada di depannya saat ini.
Harin. Gadis yang sangat ia cintai. Gadis yang sangat ia inginkan. Sumber mimpi basahnya. Objek fantasi liarnya. Satu-satunya gadis yang mampu membuatnya terobsesi. Cinta matinya, segala pusat kehidupannya selama ini…kini menungging di depannya. Menunggu untuk dihujam. Menunggu untuk ditusuk. Menunggunya dengan patuh.
Rahang tegasnya yang menawan itu kini nyaris terlihat berurat. Dia menggeram rendah. Seekor binatang buas di dalam tubuhnya seakan bangkit. Terlepas dari belenggunya.
Setelah itu, seraya menurunkan boxer yang ia kenakan, Jungkook pun menatap Harin dari belakang dengan mata yang segelap malamdan sedalam samudra. “You will be the death of me, My Queen. Stay put for me, yeah? I won’t let you go for the next few hours.” []
42Please respect copyright.PENANAvt0ZbsjOHJ