Bab 2: Lidah di Balik Topeng
415Please respect copyright.PENANAotgNwyc4Cy
Sabtu malam.
Lira datang tanpa celana dalam, seperti yang diminta. Di balik mantel panjang, tubuhnya hanya terbungkus catsuit lateks dengan lubang terbuka di bagian bawah. Angin malam menyelip, menyentuh bibir vaginanya yang lembap dan siap.
415Please respect copyright.PENANAN7Sg1mEQS7
Ia masuk dari pintu belakang seperti yang tertulis di kartu. Petugas klub tidak berbicara, hanya menuntunnya masuk ke lorong sempit yang lebih gelap dan lebih sunyi daripada sebelumnya.
415Please respect copyright.PENANAUDwsH2guJs
Sampai di sebuah ruangan kecil tanpa lampu, hanya cahaya dari lubang bundar di tengah dinding. Ketinggian lubang itu sejajar dengan kelaminnya. Ia tahu apa yang diminta.
415Please respect copyright.PENANAaPeo4BHQ2y
Lira membuka kaki. Berdiri dengan celah yang cukup lebar. Ia condong ke depan, menempelkan perutnya ke dinding, mempersembahkan lubangnya yang basah kepada siapa pun di balik sana.
415Please respect copyright.PENANAanjvUo32Te
Beberapa detik hening.
Lalu terasa.
Napas panas menyentuh bibir vaginanya. Lira mendesah kecil.
415Please respect copyright.PENANAZnKFOEUJRV
Lidah itu datang tiba-tiba, menjulur panjang dan langsung menyapu seluruh celah dari bawah ke atas. Klitorisnya disentuh tepat sasaran, seakan lidah itu sudah kenal bentuknya. Ia bergetar.
415Please respect copyright.PENANAbcWnFsScbo
“F-fuck…”
415Please respect copyright.PENANA0Qkmbg41Oq
Lidah itu menjilat dengan irama pelan, panjang, penuh tekanan. Lira mencengkeram dinding. Setiap gerakan menimbulkan suara licin dari cairannya sendiri.
Kepalanya menunduk, dada bergetar, puting keras bergesek dengan lateks, menambah sensasi. Lidah itu masuk lebih dalam. Menggoreskan putaran di lubang basahnya, lalu kembali naik ke klitoris. Hisapan kecil. Tekanan lembut.
415Please respect copyright.PENANABp0KrWxMVo
“Oh Tuhan… ya… terus…”
415Please respect copyright.PENANAIElnyoNsUZ
Pria di balik dinding tidak berkata-kata. Hanya menjilati. Intens. Terampil. Licin dan liar. Sesekali dia menyentil klitoris dengan ujung lidahnya, membuat Lira memekik pelan, pinggulnya maju otomatis.
415Please respect copyright.PENANAyt8MGccxak
Dia tidak tahu siapa yang menjilatnya. Tidak bisa melihat wajah, tidak bisa mengenali suara. Tapi itulah yang membuat cairannya mengalir makin deras. Misteri dan kontrol yang bukan miliknya.
415Please respect copyright.PENANAZyVky5kTLi
Lidah itu semakin cepat. Klitorisnya digigit pelan. Lira menggigit tangannya sendiri agar tidak menjerit. Paha dan perutnya bergetar.
415Please respect copyright.PENANA0X6nRzsE5P
“Gila… aku keluar…”
415Please respect copyright.PENANAAiI5H24lPO
Dan dia benar-benar keluar. Orgasmenya datang panas dan deras. Kakinya goyah, cairannya menetes sampai ke paha. Tapi lidah itu tak berhenti. Ia menjilati semua yang menetes. Menyapu dan menghisap dengan rakus, sampai lubang Lira bersih, tapi tetap gemetar.
415Please respect copyright.PENANApSdsCawMEq
Lira menahan napas. Tubuhnya lemas, tapi puas.
415Please respect copyright.PENANAiF5SFrwzlP
Saat dia menarik napas dan hendak membenahi diri, sebuah kartu kecil diselipkan dari lubang yang sama.
Tertulis:
415Please respect copyright.PENANAOES4HQAKqd
> “Jika kamu suka rasa, coba dengarkan suara. Kamar 9. Sabtu depan.”
415Please respect copyright.PENANAuV4hPheuHB
415Please respect copyright.PENANAlYYxk8iDQ1
415Please respect copyright.PENANAailXap7PrF
Lira mencium kartu itu.
Tubuhnya masih berdenyut. Tapi dalam pikirannya, ia sudah membayangkan seperti apa “suara” itu nanti.
ns216.73.216.143da2