Sementara di kamar belakang suara isapan makin cepat dan berat, di ruang tengah Silvi duduk di sisi Doni yang terbaring dengan kaki digips, matanya tertutup tapi napasnya belum sepenuhnya tenang.
5018Please respect copyright.PENANAwAGnr3720f
Silvi menatap wajah suaminya, lalu mengusap pelan dadanya.
5018Please respect copyright.PENANA5XE5SeveTs
“Maaf ya, Mas…” bisiknya lirih, “Kita gagal waktu itu… padahal kamu udah ngotot banget pengen nyobain bertiga sama aku dan Heni…”
5018Please respect copyright.PENANA0d3POLsrmF
Ia menggigit bibir, menahan sesak di dada. Ingatan malam itu masih membekas jelas. Heni udah setengah telanjang waktu itu, bahkan sempat ciuman panas sama dia, tapi tiba-tiba Doni jatuh dari motor pas pulang nyari alat bantu. Patah tulang langsung mengubur semua rencana mesum itu.
5018Please respect copyright.PENANAPhobKeM5eJ
“Mas, kamu tahu nggak… aku juga sebenernya penasaran waktu itu…” lanjutnya pelan, suaranya nyaris bergetar. “Pengen tau rasanya dipegang dua orang sekaligus… dipuaskan dari dua arah…”
5018Please respect copyright.PENANA6helMfhi9A
Tiba-tiba suara pelan terdengar dari arah dapur. Bukan percakapan. Bukan langkah kaki. Tapi suara… isapan?
5018Please respect copyright.PENANA7PuELiqBbW
Silvi menoleh pelan, alisnya mengernyit. Dari arah kamar belakang. Suara itu… terlalu familiar. Ritmik. Basah.
5018Please respect copyright.PENANAvsVfB7xveY
Batinnya bergejolak. Ia tahu Bu Ros suka terapi khusus dari Pram. Tapi malam-malam begini?
5018Please respect copyright.PENANA8PvVUi2fJ1
Silvi berdiri pelan, berjalan menuju dapur pura-pura mengambil air. Tapi langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar belakang terbuka sedikit. Celah sempit itu memperlihatkan pemandangan samar.
5018Please respect copyright.PENANALq0uf1NcNM
Bayangan dua tubuh. Gerakan maju-mundur. Dan suara Bu Ros… mengerang tertahan.
5018Please respect copyright.PENANAknlqzNf4xZ
Silvi menahan napas. Tubuhnya mendadak panas. Tangannya mencengkeram gelas di meja dapur, lututnya lemas.
5018Please respect copyright.PENANALYRqh6Txm5
Dalam kepalanya, bukan rasa jijik yang muncul.
5018Please respect copyright.PENANAMcuM5ABBkH
Tapi… rasa penasaran.
5018Please respect copyright.PENANADya9QkeMhX
Rasa bersalahnya pada Doni makin dalam. Tapi bersamaan dengan itu… nafsu yang dulu sempat dibangkitkan Heni malam itu… mulai hidup lagi.
5018Please respect copyright.PENANAm7O5hV5ayp
Ia kembali ke ruang tengah dengan pikiran kacau, duduk di samping Doni yang masih tidur lelap.
5018Please respect copyright.PENANAO0M4Q7mbdR
“Mas… kalo kamu nggak sembuh-sembuh… gimana kalo aku yang nyari partner lain dulu?” bisiknya sambil mengelus dada suaminya. “Biar aku bisa belajar dulu… nanti pas kamu sehat, kita lanjutin yang waktu itu.”
5018Please respect copyright.PENANAjyTsXjcpjJ
Silvi menunduk, bibirnya mencium lembut pipi Doni yang tak menyadari apa pun.
5018Please respect copyright.PENANA4Jc6B7C0ku
Tapi di dalam matanya, ada bara kecil yang mulai menyala.
5018Please respect copyright.PENANAl1JWXHMUWt
Dan di kamar belakang, suara isapan kembali terdengar—lebih cepat, lebih liar. Disusul erangan tertahan dari Pram.
5018Please respect copyright.PENANALLtkZAHGRG
Malam itu, rumah yang tampak tenang dari luar… sedang menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja.
5018Please respect copyright.PENANAlrmbgi1IwF
5018Please respect copyright.PENANAd6KHNzaQYh
---
5018Please respect copyright.PENANAy9avqP3QN1
Bersambung…
ns216.73.216.212da2