Sementara di kamar belakang suara isapan makin cepat dan berat, di ruang tengah Silvi duduk di sisi Doni yang terbaring dengan kaki digips, matanya tertutup tapi napasnya belum sepenuhnya tenang.
4821Please respect copyright.PENANAE0Bn7pYJDd
Silvi menatap wajah suaminya, lalu mengusap pelan dadanya.
4821Please respect copyright.PENANAO29D7Dqqnh
“Maaf ya, Mas…” bisiknya lirih, “Kita gagal waktu itu… padahal kamu udah ngotot banget pengen nyobain bertiga sama aku dan Heni…”
4821Please respect copyright.PENANALdrVziidt6
Ia menggigit bibir, menahan sesak di dada. Ingatan malam itu masih membekas jelas. Heni udah setengah telanjang waktu itu, bahkan sempat ciuman panas sama dia, tapi tiba-tiba Doni jatuh dari motor pas pulang nyari alat bantu. Patah tulang langsung mengubur semua rencana mesum itu.
4821Please respect copyright.PENANAVDEMWSmrNP
“Mas, kamu tahu nggak… aku juga sebenernya penasaran waktu itu…” lanjutnya pelan, suaranya nyaris bergetar. “Pengen tau rasanya dipegang dua orang sekaligus… dipuaskan dari dua arah…”
4821Please respect copyright.PENANAoJiAWt2ubz
Tiba-tiba suara pelan terdengar dari arah dapur. Bukan percakapan. Bukan langkah kaki. Tapi suara… isapan?
4821Please respect copyright.PENANAJmCjD0ZQ6G
Silvi menoleh pelan, alisnya mengernyit. Dari arah kamar belakang. Suara itu… terlalu familiar. Ritmik. Basah.
4821Please respect copyright.PENANAvSroUfebB0
Batinnya bergejolak. Ia tahu Bu Ros suka terapi khusus dari Pram. Tapi malam-malam begini?
4821Please respect copyright.PENANALrAAAyjNq1
Silvi berdiri pelan, berjalan menuju dapur pura-pura mengambil air. Tapi langkahnya terhenti saat melihat pintu kamar belakang terbuka sedikit. Celah sempit itu memperlihatkan pemandangan samar.
4821Please respect copyright.PENANAb7JlxQGLUL
Bayangan dua tubuh. Gerakan maju-mundur. Dan suara Bu Ros… mengerang tertahan.
4821Please respect copyright.PENANA8AAmWMwugF
Silvi menahan napas. Tubuhnya mendadak panas. Tangannya mencengkeram gelas di meja dapur, lututnya lemas.
4821Please respect copyright.PENANASiEkrDmqRR
Dalam kepalanya, bukan rasa jijik yang muncul.
4821Please respect copyright.PENANAHcxttvEq0R
Tapi… rasa penasaran.
4821Please respect copyright.PENANAv1IR7LcANy
Rasa bersalahnya pada Doni makin dalam. Tapi bersamaan dengan itu… nafsu yang dulu sempat dibangkitkan Heni malam itu… mulai hidup lagi.
4821Please respect copyright.PENANAkceluJRrVx
Ia kembali ke ruang tengah dengan pikiran kacau, duduk di samping Doni yang masih tidur lelap.
4821Please respect copyright.PENANAnPHTlwZpav
“Mas… kalo kamu nggak sembuh-sembuh… gimana kalo aku yang nyari partner lain dulu?” bisiknya sambil mengelus dada suaminya. “Biar aku bisa belajar dulu… nanti pas kamu sehat, kita lanjutin yang waktu itu.”
4821Please respect copyright.PENANASPSDz9fvQb
Silvi menunduk, bibirnya mencium lembut pipi Doni yang tak menyadari apa pun.
4821Please respect copyright.PENANAkBkafjn1GE
Tapi di dalam matanya, ada bara kecil yang mulai menyala.
4821Please respect copyright.PENANAaA6N0YTOMk
Dan di kamar belakang, suara isapan kembali terdengar—lebih cepat, lebih liar. Disusul erangan tertahan dari Pram.
4821Please respect copyright.PENANAWAC7dwnB41
Malam itu, rumah yang tampak tenang dari luar… sedang menyimpan rahasia yang siap meledak kapan saja.
4821Please respect copyright.PENANAxPLS5doCRr
4821Please respect copyright.PENANAW7bC6N2XaB
---
4821Please respect copyright.PENANAUvASShnU6n
Bersambung…
ns216.73.216.205da2