BAB 6: JIKA TIDAK TERSENYUM, AKAN DIHUKUM
773Please respect copyright.PENANA6LwtETz73b
773Please respect copyright.PENANAupkUbJsG7B
Nayla terbangun dengan kepala yang terasa pusing, seolah-olah dunia berputar perlahan di sekitarnya. Ia sudah berada di kamarnya, terbaring di atas kasur yang seharusnya terasa nyaman, namun pagi ini ada yang berbeda. Selangkangannya terasa kebas dan perih, sensasi yang membuatnya meringis saat mencoba menggerakkan tubuh. Matanya terpejam sejenak, berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Ingatan samar tentang dirinya di kamar Reino muncul.
773Please respect copyright.PENANA66mvWorTtT
“Semalem aku ngapain sama Kak Reino ya? Kenapa selangkanganku perih banget rasanya.”
773Please respect copyright.PENANAceoS1ScBUa
Belum sempat ia menyusun pecahan-pecahan ingatan itu, tiba-tiba selimut yang menutupi tubuhnya ditarik dengan kasar. Dira berdiri di samping tempat tidur dengan ekspresi mendesak.
773Please respect copyright.PENANAmzc7R17ZOA
“Nay, bangun! Mandi cepet, Ayah udah nunggu buat sarapan di bawah. Jangan bikin dia tambah marah,” ujar Dira sambil berbalik dan meninggalkan kamar.
773Please respect copyright.PENANA91f58gQRZl
Nayla terdiam, jantungnya berdegup kencang. Dengan susah payah, ia bangkit dan menyeret tubuhnya ke kamar mandi, rasa perih itu terus mengganggu setiap langkahnya.
773Please respect copyright.PENANALyr73L7Lfy
Beberapa saat kemudian, Nayla menuruni anak tangga menuju ruang makan. Langkahnya tertatih, kakinya gemetar menahan rasa sakit yang masih tersisa. Di ujung tangga, ia melihat Ravel, ayahnya, sudah duduk di meja makan dengan wajah dingin dan tatapan tajam. Nayla menunduk, tak berani menatap ke arahnya. Aura kemarahan yang memancar dari Ravel membuat udara terasa berat. Ia melangkah perlahan dan duduk di kursinya, tangannya gemetar di atas pangkuan.
773Please respect copyright.PENANAT4jlZHGWqK
Nayla melirik sekeliling meja makan. Hanya ada empat orang pagi itu: Ravel, dirinya, Kay, dan Dira. Reino dan Elina tidak ada di sana, entah pergi ke mana. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya terdengar bunyi sendok yang sesekali menyentuh piring. Nayla menatap piringnya sendiri dengan wajah pucat, makanan di depannya tak tersentuh. Selera makannya hilang, digantikan oleh rasa takut yang menggerogoti. Ia bisa merasakan tatapan Ravel yang sesekali mengarah padanya, penuh penilaian.
773Please respect copyright.PENANAcB6Y1x1m9S
“Nayla, kenapa kamu cuma diam? Makan,” suara Ravel menggema, tajam dan dingin.
773Please respect copyright.PENANAti5T4peQle
“A-aku... nggak lapar, Ayah,” jawab Nayla lirih, kepalanya semakin tertunduk.
773Please respect copyright.PENANAqaaS0bEGtg
Ravel mendengus kesal dan menjawab, “Nggak lapar? Oh, atau kamu pengen sarapan yang lain?”
773Please respect copyright.PENANAMxNBXV5gVj
“Maksud Ayah apa?” tanya Nayla bingung.
773Please respect copyright.PENANAQGcs5NN8QY
Tiba-tiba Ravel menarik tubuh Nayla hingga ia jatuh tersungkur di depan tubuh Ravel. Pria itu menurunkan celananya dan Nayla dipaksa melayani sambil tersenyum di hadapan Ravel. Melihat hal itu Nayla bingung harus berbuat apa, sedangkan Ravel sudah menatapnya seperti serigala yang kehausan.
773Please respect copyright.PENANA5x7X5NgmVf
“Kamu masih nggak paham juga? Kay, Dira ajari adik kalian!” kata Ravel.
773Please respect copyright.PENANAjcwZ05IZtF
Kay dan Dira memandu Nayla untuk “belajar tampil menyenangkan” di depan Ravel. Mereka membantu Nayla melucuti pakaiannya dan memposisikan nya atas meja makan sebagai "pajangan hidup".
773Please respect copyright.PENANArYdLz04gzj
“Kak, kenapa makanannya ditaruh di atas perutku?” tanya Nayla bingung.
773Please respect copyright.PENANAZH4pjIlRLD
“Udah nurut, nggak usah banyak nanya!” jawab Dira.
773Please respect copyright.PENANAC8D3E7NNe3
Perlahan Ravel menjilati tubuh Nayla dari ujung kaki lalu semakin naik ke paha dan berputar-putar di selangkangannya. Seketika tubuh Nayla menggelinjang, dia ingin menolak tapi sebenarnya ia menikmatinya.
773Please respect copyright.PENANAzJ0pD9gjHu
“Empphh… Ahhh… Ayah…” racau Nayla.
773Please respect copyright.PENANAg2DlBMwYjD
“Ummm… Slurp… Kenapa Nay?” sahut Ravel makin liar memainkan lidahnya.
773Please respect copyright.PENANAF4Np7NFWdB
Kay yang melihat itu ikut merasa tegang, ia berdiri di atas kepala Nayla dan tangannya mulai meremas-remas gunung kembar Nayla sambil sesekali mencubit putingnya. Dira yang melihat itu tak ikut diam, dia sibuk menikmati makanan yang ditaruh di atas perut Nayla sambil menjilatinya.
773Please respect copyright.PENANA0slZmsU3Ix
“Ahhh… Ahhh… Geli…” desah Nayla.
773Please respect copyright.PENANAiyXlrxjjIQ
Kay, Ravel dan Dira saling pandang dan melempat senyuman nakal, seolah menjadi kode kalau Nayla sebenarnya menikmati permainan mereka bertiga. Kay dan Ravel lalu menggesekkan jari-jari mereka di memek Nayla untuk membuatnya basah.
773Please respect copyright.PENANAWeV1wDzCqV
“Uhhh… Mpphhh… Ohhhh…”
773Please respect copyright.PENANAOK3drRTcaf
“Udah mulai becek nih, Yah,” kata Kay.
773Please respect copyright.PENANA1nqVu8kZwz
“Kocok terus Kay, sampai Nayla banjir dan orgasme,” sahut Ravel.
773Please respect copyright.PENANAaJX64pNVOq
Dira gantian mengocok memek Nayla dengan memasukkan dua jarinya yang membuat tubuh Nayla menggelinjang hebat. Hingga akhirnya cairan putih kental keluar membasahi memeknya. Dira lalu berpindah posisi memegang tangan Nayla dari atas agar tak banyak gerak. Kay membuka kedua kaki Nayla hingga membuat memeknya terekspos.
773Please respect copyright.PENANA0PGBJIVpw2
“Senyum Nay! Kalau nggak aku bakal main kasar!” kata Ravel yang membuat Nayla harus pura-pura tersenyum menikmati permainan ini.
773Please respect copyright.PENANAEC1wkdAwtC
“Aku pengen sarapan pagi dengan menikmati memek kamu, Nay,” kata Ravel terkekeh.
773Please respect copyright.PENANAWVIFlEY5pC
“Emmpph, Ayah jangan…” Nayla mulai memberontak tapi Dira dan Kay sudah memegang tangan dan kakinya.
773Please respect copyright.PENANAusuIndYXb5
Ravel memegang kontolnya yang sudah tegang itu dan mulai menggesekkan ke memek Nayla untuk menggodanya. Sampai akhirnya kontol yang besar dan berurat itu melesat masuk ke dalam memek Nayla. Karena masih perawan, sontak Nayla menjerit kesakitan.
773Please respect copyright.PENANAuVVfSvV59t
“Akh… Sakit…. Ummmm….”
773Please respect copyright.PENANAsTsaEoA5Ph
“Ahhh… Shhh… Ternyata kamu emang masih perawan, memek kamu rasanya sempit banget,” kata Ravel sambil menggoyangkan pantatnya maju mundur secara perlahan.
773Please respect copyright.PENANAxFHN4YYUyf
“Ahhh… Ohhh…”
773Please respect copyright.PENANAeW42vvTSji
“Duh, tetek Nayla kalau lagi geter juga bikin sange pengen aku remas,” batin Kay yang langsung meremas kedua tetek Nayla.
773Please respect copyright.PENANArOY9sbHSzC
Ravel masih main dengan cara halus karena ia tahu ini adalah pertama kali buat Nayla. Sedangkan Dira terus memegangi tangan Nayla sambil mengulum bibirnya dari atas. Meja makan itu bergetar hebat kala mereka bertiga memainkan tubuh Nayla. Sarapan pagi itu berubah jadi makin panas.
ns216.73.216.6da2