BAB 6: JIKA TIDAK TERSENYUM, AKAN DIHUKUM
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRDkKgVxfWG
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEd5GLDhSLH
Nayla terbangun dengan kepala yang terasa pusing, seolah-olah dunia berputar perlahan di sekitarnya. Ia sudah berada di kamarnya, terbaring di atas kasur yang seharusnya terasa nyaman, namun pagi ini ada yang berbeda. Selangkangannya terasa kebas dan perih, sensasi yang membuatnya meringis saat mencoba menggerakkan tubuh. Matanya terpejam sejenak, berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Ingatan samar tentang dirinya di kamar Reino muncul.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡc33oHqsc27
“Semalem aku ngapain sama Kak Reino ya? Kenapa selangkanganku perih banget rasanya.”
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXNoyUe6wLe
Belum sempat ia menyusun pecahan-pecahan ingatan itu, tiba-tiba selimut yang menutupi tubuhnya ditarik dengan kasar. Dira berdiri di samping tempat tidur dengan ekspresi mendesak.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlLw9C5yGzt
“Nay, bangun! Mandi cepet, Ayah udah nunggu buat sarapan di bawah. Jangan bikin dia tambah marah,” ujar Dira sambil berbalik dan meninggalkan kamar.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPuqAbHKkDm
Nayla terdiam, jantungnya berdegup kencang. Dengan susah payah, ia bangkit dan menyeret tubuhnya ke kamar mandi, rasa perih itu terus mengganggu setiap langkahnya.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPzT6Pfk63D
Beberapa saat kemudian, Nayla menuruni anak tangga menuju ruang makan. Langkahnya tertatih, kakinya gemetar menahan rasa sakit yang masih tersisa. Di ujung tangga, ia melihat Ravel, ayahnya, sudah duduk di meja makan dengan wajah dingin dan tatapan tajam. Nayla menunduk, tak berani menatap ke arahnya. Aura kemarahan yang memancar dari Ravel membuat udara terasa berat. Ia melangkah perlahan dan duduk di kursinya, tangannya gemetar di atas pangkuan.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVl5fl6iSz1
Nayla melirik sekeliling meja makan. Hanya ada empat orang pagi itu: Ravel, dirinya, Kay, dan Dira. Reino dan Elina tidak ada di sana, entah pergi ke mana. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya terdengar bunyi sendok yang sesekali menyentuh piring. Nayla menatap piringnya sendiri dengan wajah pucat, makanan di depannya tak tersentuh. Selera makannya hilang, digantikan oleh rasa takut yang menggerogoti. Ia bisa merasakan tatapan Ravel yang sesekali mengarah padanya, penuh penilaian.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8xAdhxs8ci
“Nayla, kenapa kamu cuma diam? Makan,” suara Ravel menggema, tajam dan dingin.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyk0jm1VtwV
“A-aku... nggak lapar, Ayah,” jawab Nayla lirih, kepalanya semakin tertunduk.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYXrkKXs80i
Ravel mendengus kesal dan menjawab, “Nggak lapar? Oh, atau kamu pengen sarapan yang lain?”
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKJtxiqdk5s
“Maksud Ayah apa?” tanya Nayla bingung.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8fd50gUZN1
Tiba-tiba Ravel menarik tubuh Nayla hingga ia jatuh tersungkur di depan tubuh Ravel. Pria itu menurunkan celananya dan Nayla dipaksa melayani sambil tersenyum di hadapan Ravel. Melihat hal itu Nayla bingung harus berbuat apa, sedangkan Ravel sudah menatapnya seperti serigala yang kehausan.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3vvfFOHwDD
“Kamu masih nggak paham juga? Kay, Dira ajari adik kalian!” kata Ravel.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG0zui9zvVE
Kay dan Dira memandu Nayla untuk “belajar tampil menyenangkan” di depan Ravel. Mereka membantu Nayla melucuti pakaiannya dan memposisikan nya atas meja makan sebagai "pajangan hidup".
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡylxoqIL7Nk
“Kak, kenapa makanannya ditaruh di atas perutku?” tanya Nayla bingung.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ96l746qwA
“Udah nurut, nggak usah banyak nanya!” jawab Dira.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYRWAfNhtmo
Perlahan Ravel menjilati tubuh Nayla dari ujung kaki lalu semakin naik ke paha dan berputar-putar di selangkangannya. Seketika tubuh Nayla menggelinjang, dia ingin menolak tapi sebenarnya ia menikmatinya.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJbVgOupXci
“Empphh… Ahhh… Ayah…” racau Nayla.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRgr6NeixxG
“Ummm… Slurp… Kenapa Nay?” sahut Ravel makin liar memainkan lidahnya.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe8CIH7qFcZ
Kay yang melihat itu ikut merasa tegang, ia berdiri di atas kepala Nayla dan tangannya mulai meremas-remas gunung kembar Nayla sambil sesekali mencubit putingnya. Dira yang melihat itu tak ikut diam, dia sibuk menikmati makanan yang ditaruh di atas perut Nayla sambil menjilatinya.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfGQr0YEedf
“Ahhh… Ahhh… Geli…” desah Nayla.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFrIo6eBMC3
Kay, Ravel dan Dira saling pandang dan melempat senyuman nakal, seolah menjadi kode kalau Nayla sebenarnya menikmati permainan mereka bertiga. Kay dan Ravel lalu menggesekkan jari-jari mereka di memek Nayla untuk membuatnya basah.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVQ3ylAKD8s
“Uhhh… Mpphhh… Ohhhh…”
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPbmG6hMIVq
“Udah mulai becek nih, Yah,” kata Kay.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡon96Os6Z7T
“Kocok terus Kay, sampai Nayla banjir dan orgasme,” sahut Ravel.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs3qkN2B1dO
Dira gantian mengocok memek Nayla dengan memasukkan dua jarinya yang membuat tubuh Nayla menggelinjang hebat. Hingga akhirnya cairan putih kental keluar membasahi memeknya. Dira lalu berpindah posisi memegang tangan Nayla dari atas agar tak banyak gerak. Kay membuka kedua kaki Nayla hingga membuat memeknya terekspos.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwBfpdxRfhT
“Senyum Nay! Kalau nggak aku bakal main kasar!” kata Ravel yang membuat Nayla harus pura-pura tersenyum menikmati permainan ini.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk9T2yeSDht
“Aku pengen sarapan pagi dengan menikmati memek kamu, Nay,” kata Ravel terkekeh.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6wFLS6CuN3
“Emmpph, Ayah jangan…” Nayla mulai memberontak tapi Dira dan Kay sudah memegang tangan dan kakinya.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7jrkjf8eAM
Ravel memegang kontolnya yang sudah tegang itu dan mulai menggesekkan ke memek Nayla untuk menggodanya. Sampai akhirnya kontol yang besar dan berurat itu melesat masuk ke dalam memek Nayla. Karena masih perawan, sontak Nayla menjerit kesakitan.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNOLWqbADY2
“Akh… Sakit…. Ummmm….”
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡn1GICPCuZH
“Ahhh… Shhh… Ternyata kamu emang masih perawan, memek kamu rasanya sempit banget,” kata Ravel sambil menggoyangkan pantatnya maju mundur secara perlahan.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ1gqjU9nUr
“Ahhh… Ohhh…”
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKf1m51mWn0
“Duh, tetek Nayla kalau lagi geter juga bikin sange pengen aku remas,” batin Kay yang langsung meremas kedua tetek Nayla.
916Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBjvQ9bBglJ
Ravel masih main dengan cara halus karena ia tahu ini adalah pertama kali buat Nayla. Sedangkan Dira terus memegangi tangan Nayla sambil mengulum bibirnya dari atas. Meja makan itu bergetar hebat kala mereka bertiga memainkan tubuh Nayla. Sarapan pagi itu berubah jadi makin panas.
ns216.73.217.10da2
