Dalam hal pekerjaan Shima tidak lari dari melakukan tugas tugas luar - meeting dan conference menjadi sebahagian daripada tanggungjawab kepada syarikat. Dan sambil enjoy , bagi Shima, bukan cuma untuk mendapatkan pengetahuan baru. Ia juga mendapatkan banyak relasi baru yang penting dalam business . Apalagi, conference yang diikuti Shima kali ini di Awana, Genting Highland adalah sebuah conference bertaraf international atau dunia . Banyak ahli dan eksekutif dari a round the world hadir. Pada masa istirahat, Shima berkenalan dengan mereka dan saling bertukar business card Lalu, ada beberapa yang tertarik melanjutkan pembincangan business di tengahari . Dalam waktu dua hari saja, tas tangannya penuh berisi aneka business card Namun conference ini juga boleh sangat meletihkan dan sangat membosankan. Terutama ketika memasuki hari ketiga yang juga hari terakhir ini. Selain bosan oleh topik yang semakin tidak menarik, Shima juga bosan bertemu orang-orang berpakaian formal.
Conference belum lagi selesai, masih jauh dari penutupan yang akan diadakan pukul 8 malam, tetapi Shima sudah tak tahan lagi. Pukul 11 pagi ia menyelinap ke luar, balik ke bilik hotel. Dengan cepat ia berganti pakaian, berseluar jeans ketat pendek yang menampilkan keseksian belakangnya , dan berblaus tanpa lengan, tanpa beha. Kacamata hitam menambah menawan penampilan ranjang shima ini, dan sebuah topi baseball Chicago Bull melindungi rambut perangnya dari sengatan matahari Genting.
Dengan teksi, Shima pergi ke Genting Thame Park , lebih jelas lagi ke pub yang dulu pernah ia kunjungi bersama Blake ketika berhibur . Pub itu memang berada di lokasi yang hiruk-pikuk, seperti pasar, tetapi Shima menyukainya. Suasana di pub ini penuh keseronokkan . Percakapan dilakukan seenaknya no formality here! . Pakaian dikenakan sekenanya. Duduk pun tak pernah diatur-atur. Shima menghenyakkan tubuhnya di kursi bambu, mengangkat kakinya yang indah seperti layaknya orang kaya duduk. Gin-tonic segar sudah ada di tangannya, dan seorang lelaki yang terbuka dadanya sudah jadi teman boraknya.
Tak lama kemudian, lelaki itu bosan dengan Shima, dan digantikan oleh seorang pelancong Itali yang berbahasa Inggris patah-patah, tetapi sangat tampan seperti Leornado De Caprio . Ia juga nampak berusaha menampilkan sisi gentleman-nya, tetapi masih saja tak berhasil menyembunyikan keinginan utamanya: meniduri Shima dengan sesegera mungkin. Dalam hati Shima tertawa melihat tingkah lakunya.
Lelaki ketiga dan keempat sama saja. Dua-duanya datang dari Amerika, dan dua-duanya dikalah oleh Remy (itulah burunya) Shima, selalu membandingkan lelaki-lelaki yang ditemuinya. Shima akhirnya menyerah, merasa tidak akan mendapatkan teman lelaki malam ini, dan memutuskan untuk balik ke hotel untuk makan petang . Hari telah menunjukkan pukul 2 petang . Bergegas dibayarnya bon minuman, lalu ia melangkah ringan ke luar pub.
Langkahnya terhenti kira-kira semeter dari pintu. O-my-God, Shima menjerit dalam hati melihat seorang lelaki yang baru muncul di pintu pub. Rambutnya yang panjang diikat terkuncir ke belakang, berwarna hitam legam. Seperti hero dalam film seri Renegade. Hidungnya tidak terlalu mancung, tetapi okeylah dengan wajahnya yang agak persegi. Pasti ada darah Latin atau Indian di tubuhnya. Matanya tajam seperti burung elang, dengan alis yang menggores tegas. Bibirnya juga membayangkan ketegasan, dengan rahang kokoh. Tubuhnya tegap, dan di sebalik baju jelas tersembunyi otot-otot perkasa, walau tak menonjol-nonjol berlebihan. Shima terkedu, ... hendsome sekali lelaki ini, dagunya yang terbelah mengingatkan ia pada bintang film Mel Gibson.
"Hi..," siapa si hendsome dengan ringan ketika mereka berkepit "Hello ...., " sahut Shima sambil melambatkan langkah, lalu dari mulutnya tahu-tahu sudah meluncur kalimat, "... gorgeous, care for a quick lunch near the balkony "Lelaki itu berhenti melangkah, memutar tubuhnya perlahan, "Say that again?" katanya sambil memandang tajam tetapi juga ramah. Shima menahan nafas melihat kedua mata lelaki itu. Begitu memikat, dan begitu seksi! "I said I was going for a lunch in a restourant near the balkony ," jawab Shima sambil menyunggingkan senyuman termanisnya. "And...?," lelaki itu berjalan mendekat, menelengkan kepalanya dengan gaya menawan.
"And you are invited, that is if there is no other appointment," jawab Shima, tetap tersenyum, dan kali ini menambahinya dengan kerlingan menggoda. Lalu, seakan-akan tidak sungguh-sungguh, Shima mulai berjalan meninggalkan pub. Hatinya berdebar, akankah lelaki itu mengikuti? Langkahnya dipercepat, dan kini Shima sudah hampir keluar dari pintu, dan hampir menyerah, ingin membalikkan badan dan mengajak sekali lagi. "Hei, wait!" terdengar suara lelaki itu. Shima melepas nafas lega. Berhasil!
Mereka makan petang dengan lahap di cahaya neon . Udara panas dan kelembaban yang tinggi membuat tubuh keduanya berkeringat terus. Berulang kali Kent -lelaki itu- menghapus keringat dari wajah dan lehernya. Begitu pula Shima, telah menghabiskan berlembar-lembar tisu. Empat botol coca-cola telah pula habis direguk. Sebotol besar Bir Carsberg telah pula pantas diminum Kent. "Sebaiknya, aku buka saja baju," ucap Kent sambil mulai membuka abjunya i. Shima tertawa kecil, lalu segera berhenti kerana melihat tubuh lelaki di depannya. Untuk orang kulit putih, tubuh Kent benar-benar sempurna kerana well-tanned (menjadi coklat kerana terbakar matahari secara merata). Nampak berminyak berpeluh, tubuh itu sungguh menggairahkan dengan sedikit bulu-bulu di dadanya. Hmmm,.. gumam Shima dalam hati, bagaimana rasanya menciumi dada yang bidang itu?
"Now ... it feels lots better!" sergah Kent langsung melipat baju sambil menyuap, Shima tak lekang mengerling melihat tingkah laku lelaki di hadapannya. Restoran teman mereka makan tidaklah terlalu formal. Lagipula, ini Genting , orang boleh makan tanpa baju ye tak!!! . "Aku tidak boleh mengikutimu….bukak baju ," ucap Shima dengan mulut penuh, "Kecuali kalau ingin semua orang melihat ke sini." Kent memandang ke arah dada Shima, lalu bercakap pendek, "I see ..." Mereka tertawa-tawa lagi sambil melanjutkan santapan. Sungguh senang rasanya Shima mendapatkan teman makan seperti Kent. Lelaki ini tanpa pretensi, selalu apa adanya. Selain itu, ia juga penuh dengan humor dan sebaliknya selalu mahu tertawa mendengar kelucon dari Shima. Makan petang terasa bertambah nikmat, walau udara sangat panas. Mahu rasanya berlama-lama dengan lelaki ini, dan kepala Shima pun sebenarnya sudah dipenuhi rencana. Bagaimana caranya mengundang lelaki ini ke hotelnya??????
Selesai makan petang , Kent mengajak Shima naik motor Viragonya….. Motor itu nampak hebat , berwarna hitam dihiasi metalic di sana-sini. Wow!.. betul-betul gagah lelaki itu di atas motor besarnya. Shima segera memeluk pinggang Kent erat-erat ketika motor melesat meninggalkan Rambut Shima yang perang berkilauan diterpa mentari , sementara Kent masih terbuka dadanya membiarkan tubuhnya diterpa angin kencang. Dengan cepat mereka meninggalkan Pub di Theme Park yang ramai, melintas Awana menuju ke bahagian selatan Genting . Enjin motor menderu mantap dan kedua pasangan ini riang hati menikmati pemandangan di sekitar Genting Resort.
Akhirnya mereka tiba di Apartment Kent, indah permai di bahagian selatan Genting , dan Kent memarking motornya di bawah. Ah, inilah rupanya tempat yang tadi diceritakan oleh Kent: studio musik tempat lelaki ini menghasilkan lagu-lagunya. Kent adalah seorang pencipta musik film, tetapi ia merahasiakan judul film yang saat ini sedang digarapnya. Katanya, nanti kalau film sudah hampir selesai, ia pasti akan memberitahu Shima. The first lady!
Studio itu "disembunyikan" di dalam apartment bergaya Hindustan , lengkap dengan beranda dan patung-patungnya. Dari luar, apartment itu tak berkesan apa-apa, sama dengan apartment lain di sekitarnya. Tetapi di dalam, setelah melewati ruang tamu, terdapat ruang besar yang dirancang sedemikian rupa sehingga kedap suara. Di sinilah terdapat alat-alat musik dan audio-recording canggih. Sungguh tak boleh diduga dari luar!
"Menakjubkan!" ucap Shima sambil melihat berkeliling. Kent tersenyum bangga, merentangkan tangannya, menjelaskan sepintas tentang alat-alat yang ada di sana. Sungguh hebat studio ini, jauh dari keramaian tetapi juga tidak mengganggu lingkungan kerana ruangannya kedap suara. Lebih hebat lagi, ada sebuah jendela cukup besar di sisi timur, sehingga pemusik dapat melihat keluar, ke arah hamparan bukit yang menghijau. Shima berdiri di depan jendela itu, menikmati pemandangan bagai sedang melihat lukisan bogel . Kent berdiri di belakangnya, menjelaskan bahwa kaca jendela itu berlapis dua dan bersifat satu-arah. ( one side mirrorr) Artinya, orang di dalam boleh melihat keluar, tetapi orang di luar tidak boleh melihat ke dalam. Dibuat berlapis dua, agar suara juga tidak keluar dari sana. Shima berdecak-decak kagum.
Sambil melihat keindahan hamparan bukit Shima merasakan tubuh Kent dekat sekali di belakangnya. Sangat dekat, bahkan. Sebuah aliran birahi samar-samar menjalari tubuh wanita yang sejak tadi sebenarnya sudah terpikat oleh lelaki jantan ini. Sambil berpura-pura bertanya dan menunjuk ke suatu tempat, Shima mengundurkan badannya. Kedua bukit belakangnya yang kenyal segera menempel di tubuh bahagian depan Kent. Mmmm……... Kent menjelaskan dengan sabar, sementara tangannya ringan memeluk bahu Shima, membuat wanita ini merasa nyaman berada di dekatnya. Suara Kent yang agak berat tetapi tenang, menambah daya pikatnya. Suasana yang sepi (para pemain musik lainnya sedang berlatih) menambah syahdu suasana, dan Shima semakin merasakan kehangatan sensual memenuhi tubuhnya.
"Mahu minum apa?" tiba-tiba Kent bertanya sambil merengkuh Shima yang masih sibuk berpikir tentang bagaimana caranya memulai percumbuan Shima tidak menjawab, ia mengangkat mukanya untuk memandang wajah Kent yang dekat sekali dengannya. Lelaki itu memandang lembut, tersenyum tipis dan menunggu jawaban Shima. Tetapi, melihat mata biru bening dan bibir yang mengembang menggemaskan itu, Shima seperti kehilangan kata-kata. Ia diam saja, mencari-cari reaksi di mata Kent.
Rupanya Kent pun menerima signal-signal lemah dari wanita yang sejak awal perjumpaan sudah terlihat sangat seksi di matanya ini. Maka sambil perlahan-lahan memutar tubuh Shima, lelaki ini berbisik, "Okay..., kamu tidak haus. Saya pun demikian, dan.... " Kent tidak menyelesaikan ucapannya, mulutnya sudah sibuk mengulum bibir Shima yang merekah dan nampak telah menunggu sejak tadi. Segera saja kedua tangan Shima merangkul leher Kent dan tubuhnya ditempelkan erat sekali ke badan lelaki yang keras berotot itu. Rasanya sedap sekali, menghenyakkan tetek dan puting susunya ke dada berbulu itu. Shima memejamkan mata dan nafasnya cepat sekali memburu. Birahinya cepat sekali berkobar kerana sejak tadi ditahan-tahan. Satu kaki Shima naik melingkari paha Kent, dan dengan demikian selakangannya bergesekan erat dengan kaki bahagian atas lelaki yang gagah mempesona itu. Shima mengerang dan ikut aktif melumat bibir Kent.
Lalu segalanya berlangsung cepat sekali. Kent meloloskan blaus Shima dari atas kepalanya, dan sebelum kedua tangan Shima sempat turun, lelaki itu telah meremas kedua teteknya yang kenyal. Shima menjerit tertahan merasakan nikmat yang tiba-tiba menyerbu. Kedua tangannya tetap di atas, dengan jemari-jemari menelusup ke rambut Kent yang gondrong. Kent menunduk sedikit, mengecupi leher Shima yang terbuka leluasa kerana wanita itu medongakkan kepalanya dengan mata terpejam nikmat. Mulut Kent mendesahkan nafas hangat yang membuat wanita itu kegelian. Apalagi kemudian mulut itu turun, turun, dan turun terus, sampai di celah kedua bukit padat di dadanya. Mulut itu mengendus-endus di sana, membuat Shima mengeliat kegelian. Mulut itu lalu menggigit-gigit kecil dan mengulum puting susu yang sudah tegak-kenyal, bergantian dari kiri ke kanan. Shima mengerang dan menggeliat ke kiri ke kanan pula, mengikuti ke mana perginya mulut yang menimbulkan rasa nikmat di ujung-ujung saraf teteknya itu.
Tak lama kemudian, Shima merasakan seluar dalam pendeknya sudah melorot ke bawah sampai ke mata kaki. Cepat-cepat ia mengangkat kakinya, lalu menendang seluar dalam itu entah kemana. Kedua tangan Kent sudah pula menelusupi seluar dalam dalam tipis yang dengan mudahnya lolos turun, lalu mengikuti nasib seluar dalam pendek, melayang entah kemana. Shima kini telanjang bulat, di ruang yang terang berderang, dengan nafas terengah-engah dan dengan tubuh yang menuntut untuk segera ditiduri. Dengan tidak sabar, ia membantu Kent membuka seluar dalamnya yang ketat. Agak sukar, kerana tidak memakai resleting, melainkan kancing-kancing baja. Setelah sama-sama berjuang, akhirnya Kent pun telanjang bulat.
Tidak ada tempat duduk atau katil di studio ini. Hanya ada dipan kayu yang dipenuhi buku dan kertas. Kent cepat-cepat menuju pintu dan menguncinya. Shima sudah terlentang di bawah, di karpet. Dengan lutut tertekuk, kedua pahanya terbuka lebar, dan wajahnya agak memerah dipenuhi hangat birahi. Sungguh menggairahkan Shima dalam posisi itu, cipapnya nampak memerah-muda dan agak basah di bahagian dalamnya. Sudah sangat terangsang, dan sudah sangat siap!
Kent pun tak ingin menunggu lebih lama. Batangnya tegak berdiri, dan Shima terkesima melihat betapa panjang dan besar dan kokoh lelaki itu. Oh, lebih hebat dari Remy (lagi-lagi ia membuat perbandingan!). Shima tak sabar ingin segera dimasuki oleh otot perkasa itu, ingin ditusuk-dihujam dengan cepat dan kuat dan dalam. Kent berlutut di antara kedua paha Shima, lalu dengan bantuan tangannya ia menggosok-gosokkan ujung batangnya, turun-naik di antara lepitan bibir cipap Shima yang segera terkuak. Oh,... Shima mengeliat kegelian, dan tanpa sadar kedua tangannya telah meremas-remas teteknya sendiri. Ada rasa gatal-geli-nikmat yang mengembang-menjalar dari antara kedua kakinya yang kini semakin lebar terkangkang. Batang Kent terasa bagai sebuah besi yang membuat cipap Shima seperti lilin meleleh, membuat kedua bibirnya merekah lebih lebar, menjadikan liangnya lebih basah dan licin pula. Ingin rasanya Shima menyorongkan tubuhnya ke depan, agar batang-kenyal-padat itu segera terbenam di tubuhnya.
Tetapi Kent masih ingin bermain-main, dan Shima tak mampu berbuat apa-apa selain menurutinya. Dengan ujung batangnya, Kent menyentuh-nyentuh pula tonjolan kecil di bahagian atas cipap Shima... ya, si Merah Kecil itu. Rasa geli-nikmat segera meletup-letup setiap kali Kent membenturkan ujung batangnya di sana. Mulut Shima setengah terbuka, mengerangkan sesuatu yang tak jelas, setiap kali Kent melakukan hal yang menggairahkan itu. Apalagi dengan ujung yang sekarang agak basah itu, Kent juga melesak-lesakkan batangnya, menggosok-gosok lepitannya. Ohhh..., nikmat sekali rasanya.
Bagi Kent pun, aktifitas kecil ini membawa nikmat tak terperi. Membuatnya semakin tegang dan besar dan keras. Ujung batangnya terasa geli tergelincir-gelincir di bahagian kecil yang menonjol-kenyal itu. Apalagi dilihatnya pula Shima menggelinjang-menggeliat seperti itu: pemandangannya sangat sensual, dengan dada yang montok dan dengan perut putih mulus yang naik turun. Memang, seorang wanita jauh kelihatan lebih menggairahkan di saat-saat seperti ini, dan jauh lebih cantik pula. Wajahnya seperti bersinar, matanya sayup-sayup memohon-meminta, bibirnya basah merekah, terbuka memperlihatkan mulut yang mengerang-merintih.
Akhirnya Kent tidak tahan lagi. Dengan kedua tangannya, ia mengangkat paha Shima, membukanya lebih lebar lagi. Lalu, dengan sekali dorong, ia melesakkan batangnya. Shima menjerit nikmat merasakan batang tegar-keras-panas menerobos masuk, mengirimkan denyut sedap-menggairahkan ke segenap sudut cipapnya. Walaupun liang cipapnya sudah licin, tetap diperlukan sedikit tenaga untuk melesakkan seluruh batang Kent. Wow.., Shima mengerang dan menggeliat kegelian merasakan perlahan-lahan otot kenyal-keras menerobos tubuhnya. Dan setelah seluruh batang itu terbenam, Shima menjeritkan penyerahannya kerana ujung yang tumpul itu membentur dinding terdalam, memicu awal dari orgasmenya.
Persetubuhan mereka langsung berubah liar, kerana keduanya sudah tak sabar ingin mencapai puncak bersamaan. Kent langsung menggenjot-menghujam, dengan kedua tangan bertelektekan di kedua sisi tubuh Shima, seperti seorang yang sedang push-up. Shima celentang pasrah, mengangkangkan kaki selebar-lebarnya agar gerakan lelaki perkasa itu boleh bergerak lancar. Shima tak ragu-ragu menjerit, mengerang keras, meneriakkan nama Kent ...., kerana toh ruang ini kedap suara. Kent mengimbanginya dengan geraman dan lenguhan pula, sambil terus mempercepat tempo penghujaman-penusukannya. Suara berkecipak ramai muncul setiap kali batangnya terhenyak sampai ke pangkalnya.
Shima hanya memerlukan 3 minutes untuk mencapai orgasmenya. Ia segera merasakan tubuhnya melayang sambil meledak berkeping-keping, setiap kepingan merupakan kenikmatan belaka. Kedua kakinya bergetar keras, berguncang-guncang seperti orang terkena setrum tegangan tinggi. Kedua tangannya mencengkram punggung Kent, mengguratkan garis-garis merah. Tubuhnya melenting-melengkung dan teriakannya keras terputus-putus. Kent tidak menghentikan gerakannya, bahkan justru makin kuat dan liar. Shima merasa tubuhnya didera nikmat luar biasa, terus-menerus bersambungan, tiada hentinya. Kemudian ia merasakan batang Kent melesak dalam sekali, berhenti sejenak, lalu bergeletar. Dari ujungnya terasa semprotan-semprotan kuat, membuat Shima mengerang nikmat kerana rasa hangat seperti menyirami seluruh tubuhnya dan memicu saraf-saraf gelinya. Oh, kuat sekali pancaran-pancaran birahi Kent, begitu kuatnya sehingga Shima merasa seperti dilemparkan ke langit! Dengan nafas terengah-engah keduanya terkulai. Tubuh Kent menindihi Shima, tetapi tidak membuat wanita ini tercekik kerana kedua tangan lelaki itu masih kokoh menyangga. Sementara batang Kent masih terbenam dalam-dalam di liang yang kini dipenuhi cairan-air mani cinta mereka. Cipap Shima masih berdenyut-denyut, masih dipenuhi geli-gatal yang seakan-akan tak ingin pergi dari sana. Oh, melayang-layang rasanya tubuh Shima. Perlahan-lahan, sebahagian dari air mani kental putih mulai merayap ke luar dari cipapnya. Dengan satu tangan, Dari tas itu ia mengeluarkan saputangan yang selalu dibawanya. Lalu, dengan saputangan sebagai alas, Shima mencegah cairan-air mani cinta mereka berleleran di karpet. Kent tertawa kecil melihat tindakan Shima.
"Sorry..., terlalu cepat, ya?" ucap Kent di sela-sela nafasnya yang masih memburu. "Mmmm...," gumam Shima sambil menggigit leher lelaki itu, "Apakah itu berarti love-making kita sudah selesai?" Kent tertawa kecil, menggelinjang kegelian kerana tangan Shima bermain-main pula di dadanya yang berbulu, "Lihat saja nanti...," katanya. Shima menciumi leher Kent yang harum bercampur keringat, Shima suka bau keringat laki-laki semacam ini: tidak terlalu keras, tetapi juga tidak tanpa bau. Shima akan curiga kalau seseorang tidak mengeluarkan bau keringat sama sekali: jangan-jangan bukan manusia. Kent membalas perlakuan Shima dengan menciumi rambut wanita itu, sambil tetapi menindihnya. Tidak itu saja, tangannya pun rajin menjelajah ke sana ke mari. Sekali waktu, tangan itu mengusap-usap tetek Shima yang masih terasa sensitif, membuat wanita itu tertawa kegelian. Di lain waktu, tangan itu berjalan ke bawah, menyelinap di antara kedua tubuh mereka, menggelitik perut Shima di bahagian bawah. Wanita itu menggeliat-menggelinjang, tetapi tak boleh melepaskan diri dari tindihan Kent. Sesungguhnyalah Shima belum benar-benar lepas dari buaian orgasmenya. Cipapnya masih terasa gatal-geli, dan setiap gerakan -betapa pun kecilnya- menyebabkan kegelian itu menjalar ke mana-mana di tubuhnya. Dengan cepat ia merasa birahinya sudah bangkit kembali, dan tanpa sadar ia mulai menggoyang-memutar pinggangnya, membuat batang Kent yang masih terbenam (dan masih cukup keras!) berputar-putar di liang cipapnya. Oh, geli sekali rasanya setiap kali batang yang kenyal itu membentur dinding cipapnya.
Kent pun merasakan semangat nafsu sudah tiba, dengan tiba-tiba muncul kembali. Gerakan-gerakan Shima menyebabkan batangnya seperti diperas-peras untuk bangkit kembali. Dan, benarlah, dalam waktu cepat ia mulai merasakan gairahnya pulih. Dengan mudah, Kent membuat dirinya terduduk, tanpa melepaskan penyatuan kedua kelamin mereka. Shima seperti bantal ringan yang ikut terangkat, dan kini duduk terhenyak dipangkuan Kent. Ah, posisi seperti ini sangat disukai wanita. Posisi yang membuat Shima bebas bergerak sesuka hati. Juga posisi yang sangat tepat untuk permainan yang berkepanjangan, kerana kini giliran Shima yang akan mengambil inisiatif. Sambil berpegangan di pundak Kent yang kukuh, Shima memulai percumbuan kedua ini dengan gerakan-gerakan lemah-gemulai, memutar-mutar pinggangnya. Rasanya sedap-menggairahkan, baik bagi Kent yang kini boleh santai menikmati permainan, mahupun bagi Shima yang merasakan betapa sisa-sisa orgasmenya belum sepenuhnya sirna. Sisa-sisa itulah yang kini terkumpul terpusat di bawah perutnya, seperti sedang diaduk-aduk oleh sebuah tonggak kenyal yang adalah batangnya Kent. Sesekali Shima memaju-mundurkan tubuhnya, menggesek-gesekkan "si Kecil Merah" ke pangkal batang itu. Ah, semakin geli dan semakin nikmat saja rasanya.
Mulut Kent tak tinggal diam. Dengan cepat ditangkapnya puting susu yang sengaja disodorkan Shima ke muka lelaki itu. Segera sebuah getaran keras menjalar dari puting yang disedut-sedut. Shima tersentak-sentak dibuatnya, mengerang-erang merasakan dua sumber kenikmatan memancar dari tubuhnya. Apalagi kemudian tangan Kent bermain-main di belakang nya, meremas-remas dua bukit kenyal di sana. Lalu, salah satu jarinya menelusup menuju lubang pelepasan yang sudah pula berdenyut-denyut mengikuti denyut liang lain di bahagian depan. Lubang itu kini disentuh-sentuh oleh ujung jari Kent, dielus-elus ringan, menyebabkan rasa geli. Oh, kini ada tiga sumber kenikmatan memancar: dari selangkangan, dari puting susu, dan dari lubang belakang. Oh, Shima merasa tubuhnya dipenuhi kenikmatan belaka, membuat dirinya menggeletar. Menggelinjang-gelinjang. Menggeliat-geliat.
Shima kini mulai menaik-turunkan tubuhnya, sambil tetap bergoyang-goyang berputar. Wow.., orgasmenya segera datang lagi dengan cepat. Betul-betul cepat tak terkendali, membuat dirinya bergerak tanpa kendali pula. Tubuh Shima melonjak-lonjak, menghenyak-henyak, seperti penunggang sapi liar di arena rodeo. Kedua tangan Kent kini membantu gerakannya, mencengkram pingganggnya, dan menaik-turunkan tubuhnya dengan mudah. Oh, Kent seperti sedang bermasturbasi, tetapi bukan menggunakan tangannya, melainkan menggunakan tubuh seorang wanita seksi yang sedang penuh birahi. Dengan bersemangat, ia angkat dan henyakkan tubuh Shima, dan Shima pun menambah cepat gerakannya. Shima mengerang merasakan orgasmenya tiba. Shima menggelinjang merasakan geli yang amat-sangat. Shima lalu berteriak ketika 3628Please respect copyright.PENANAv3nLd29zCa
gelombang pertama klimaks menerpa tubuhnya. "Kent!!.. I'm coming, ohh.. God!..... yessss,..... Aaaah, ahhhh ah hhhhhhhhhh .... Mmm ... my God! .... yess.... Ohhhh, please ..... Kent,.... ohhh, yesssssss kenttttttt…………..ohhhhh emmmmm a aaaahh emmm mmm mm ....," erangan-rintihan Shima seperti orang yang meracau. Kent kini mengatur gerakan Shima agar tetap naik-turun, kerana wanita itu sudah kehilangan kendali dirajah oleh gelora orgasmenya sendiri. Dengan mudah Kent mengangkat tubuh Shima tinggi-tinggi, hampir saja membuat batangnya keluar dari liang cipap, lalu cepat-cepat menhujamkan lagi tubuh itu ke bawah, langsung membenamkan batangnya sampai ke pangkal. Shima menjerit-jerit nikmat setiap kali Kent mengulangi tindakannya itu. Orgasmenya sungguh berkepanjangan dan kuat sekali menyerbu setiap sudut tubuhnya. Rasanya seperti sedang dipilin-pilin oleh sejuta kegelian-kegatalan-kenikmatan belaka. Terus dan terus dan terus.... terus-menerus Kent mengangkat dan menghenyakkan tubuh yang masih menggeliat-geliat keenakan itu. Sampai akhirnya Shima tidak tahan lagi, kegelian-kenikmatan itu sudah terlalu geli dan terlalu gatal sehingga berubah menjadi sedikit ngilu.
"Stop... oh, stop it Kentttt .... Kent!.... stop, pleaaaaaase," erang Shima sambil berusaha menahan gerakan tangan Kent dengan tangannya sendiri. Kent menghentikan tindakannya, membiarkan tubuh Shima tehenyak lunglai di pangkuannya. Batangnya terbenam dalam, terasa seperti sedang dikemut- kemut oleh mulut besar yang basah dan licin. Shima merintih-rintih, semakin lama semakin pelan. Diganti oleh desahan-desisan yang berkepanjangan. Sungguh luarbiasa orgasme keduanya ini. Begitu dahsyat dan berpanjangan.
"Oh, that's wonderful..," desah Shima sambil berusaha mengatur nafasnya yang memburu. Kent menciumi lehernya yang jenjang, seperti hendak membantu Shima mengendalikan nafas. Terasa degup jantung wanita itu sampai ke pangkal lehernya. Berdegup-degup menyerupai kereta api uap yang baru tiba di stasiun dari perjalanan panjang. Shima memeluk leher Kent, mengempit kepala lelaki itu di dadanya yang bergelora. Kedua kakinya yang panjang dan mulus kini melingkari pinggang Kent, membuat batangnya tenggelam semakin dalam. Oh, batang itu masih keras-kenyal kerana memang belum apa-apa. Kent belum mencapai klimaks, dan Shima pun berharap permainan berikutnya segera dimulai lagi. Tetapi setelah letih berada di atas, Shima bertanya-tanya dalam hati: posisi apa yang akan dipilih Kent?
Seakan mendengar pertanyaan itu, Kent tiba-tiba membalikkan tubuh Shima. Lelaki ini kuat sekali, pikir Shima, dengan mudah boleh memutar tubuhku tanpa melepaskan batangnya. Oh, kini Shima membelakangi lelaki itu, merangkak di karpet di atas kedua lutut dan telapak tangannya. Dan Kent kini tegak di atas kedua lutunya, mulai menyetubuhi Shima dari belakang dengan gerakan maju mundur. Tangannya meraih ke depan, meremas tetek Shima yang bergelantungan-bergoyangan kerana dorongan-dorongan tubuh Kent.
Dengan posisi merangkak seperti ini, Shima merasakan batang Kent semakin keras menggosok-gosok dinding cipapnya. Padahal dinding-dinding itu masih berdenyut-bergelora akibat orgasme yang baru lalu. Akibatnya, dengan segera Shima kembali mengerang-erang merasakan kegelian-kegatalan baru, kali ini bahkan lebih kuat kerana langsung terasa sampai ke tulang sumsum. Rasanya, batang Kent bertambah panjang saja, menelusup jauh ke dalam tubuh Shima, membuat wanita ini seperti dirogoh-rogoh sampai ke jantungnya.
Kent pun merasakan kenikmatan baru, berbeda dari ketika ia hanya duduk menerima henyakan tubuh Shima. Kini ia boleh mengendalikan lagi permainan yang tadi diambil alih. Kini ia boleh leluasa mengeluar-masukkan batangnya, memutar-mutarnya sesekali, dan menggesek-gesekkannya ke dinding kenyal-licin. Nikmat sekali rasanya liang wanita yang sudah orgasme, kerana seperti hidup dan bergelora. Tidak pasif seperti seonggok daging belaka. Itulah sebabnya, setiap kali berhubungan seks, Kent selalu berusaha setidaknya ia boleh terus bersetubuh setelah si wanita orgasme untuk kesekian-kalinya. Tetapi, diam-diam Kent kagum juga merasakan betapa cipap Shima lain dari yang lain. Cipapnya lebih kuat mencekal, lebih kenyal dan tidak terlalu dibanjiri air mani cinta. Kerana itu, nikmat sekali rasanya mengeluar-masukkan batang di liang yang kenyal-padat seperti itu. Betul-betul nikmat.
Salah satu tangan Kent meninggalkan tetek Shima, menjalar ke bawah, lalu menggerayangi "si Kecil Merah". Wow!... bagi Shima, sentuhan-sentuhan di bahagian itu, pada saat seperti ini -ketika orgasme sedang bersiap melanda tubuhnya kembali- adalah "sentuhan maut". Ia menggelinjang, lalu mengerang, "Oh, yessss..... touch me there!" menyatakan persetujuannya. Kent pun tanpa ragu-ragu mulai menggosok-gosok si kecil yang semakin menonjol itu. Mula-mula cuma menggosok halus, tetapi semakin lama semakin keras, dan akhirnya bukan lagi menggosok. Kent memilin-meremas tonjolan itu, membuat Shima merintih-rintih keenakan. Kenikmatan yang datang dari tonjolan itu kini berbaur dengan kenikmatan yang datang dari serudukan-serudukan batang Kent dan dari satu teteknya yang diremas. Berbaur semakin menyatu, semakin membesar, seperti badai yang sedang mengumpulkan momentum. Kent pun merasakan hal ini. Maka ia mempercepat ayunan pinggangnya, menghujam lebih keras dan dalam, meremas-remas lebih gemas, dan menggosok-memilin lebih tegas.
"Kent!!!.." jerit Shima keras sekali. Lalu kepalanya mendongak dan tubuhnya menggeliat-geliat liar, hampir saja lepas dari rangkulan Kent. Klimaks datang dengan sangat tiba-tiba dan cepat, tidak lagi seperti air bah yang menggelandang, tetapi seperti pijar kilat di langit. Tubuh Shima kembali berguncang-guncang dan bergeletar hebat. Erangannya kembali memenuhi ruangan. Klimaks ketiga ini sungguh tak kalah dahsyat dari yang kedua. Malah lebih hebat lagi, kerana datang di saat tubuh Shima masih dilanda kenikmatan sisa klimaks sebelumnya. Shima merasakan seluruh sendinya seperti mahu copot akibat orgasme yang datang bertalu-talu berkepanjangan ini. Otot-ototnya terasa pegal akibat terus-menerus meregang menerima gelitikan-nikmat. Pandangannya kabur kerana keringat kini memenuhi dahi dan mengalir masuk ke matanya yang berkerejap-kerejap. Tetapi semua itu menambah nikmat belaka. Memang, letih kerana orgasme adalah letih yang jauh berbeda dibanding letih yang lain. Inilah satu-satunya hal yang meletihkan yang tidak meletihkan!
Shima terjerembab, tertelungkup di karpet kerana tak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri yang berguncang-guncang. Dengan suara ... plop!... batang Kent tercerabut dari liang cipapnya. Air mani cinta berleleran di sela-sela paha Shima, cepat-cepat Kent menghapusnya dengan saputangan handuk yang sebenarnya masih berlepotan sisa percintaan sebelumnya. Tubuh Shima yang telungkup nampak berguncang-guncang seperti orang tersedu-sedan. Keringat tipis mulai nampak di punggungnya, seperti lapisan plastik berkilat-kilat. Seksi sekali tubuh molek yang putih mulus itu nampak dari belakang. Kent mengusap-usap belakang Shima yang menonjol padat, seakan-akan sedang berusaha menenangkan wanita yang sedang terguncang oleh klimaks itu. Shima membalikkan tubuhnya dengan lunglai. Ah, nikmat dan melelahkan sekali permainan cinta kali ini, gumamnya dalam hati. Dipandangnya Kent yang masih berlutut dan masih dengan kejatanannya yang tegak-keras. Oh, kasihan sekali, ia belum apa-apa, pikir Shima. Tetapi kalau ia melanjutkan hujaman-tikamannya, Shima pasti akan jatuh pingsan!
"Kasihan kamu...," bisik Shima sambil menggeser mendekat ke arah Kent. Lalu, sembari tetap terlentang di karpet, Shima menarik tubuh Kent lebih dekat lagi dan menangkap batang lelaki itu dengan mulutnya. Hap!.. Kent tersentak kegelian, tapi segera pula tak berkutik ketika Shima mulai mengulum-menyedot. Sambil tetap berlutut, diperhatikannya Shima seperti bayi kelaparan, berusaha memasukkan seluruh batangnya ke mulutnya. Mana boleh. Terlalu panjang, batang otot-kenyal-padat itu. Hanya sepertiga saja yang boleh masuk, itu pun sudah terbentur langit-langit kerongkongan Shima. Gosh... enak sekali rasanya disedut-sedut mulut yang hangat dan basah. Shima terpejam menikmati mainan barunya. Ada rasa asin dan sedikit kecut di batang Kent, tentu kerana otot-kenyal-keras itu berlumuran air mani cinta mereka berdua. Shima merasa terangsang oleh campuran itu, yang kata orang mengandung banyak protein danaphrodisiac. Tapi bagi Shima saat ini, semua teori tentang air mani cinta itu tak penting. Sekarang ia sedang berkonsentrasi, sedang berusaha keras memberikan kenikmatan maksimal kepada lelaki yang telah menyuguhkan 3 orgasme dahsyat kepadanya. Shima sedang membalas budi.
Dengan lidahnya yang gesit, Shima menyentuh-nyentuh ujung batang Kent. Setiap sentuhan lidah itu membuat Kent tersentak-sentak. Apalagi kemudian lidah itu menjilat-jilat berkeliling, .... Kent bergidik-bergetar merasakan nikmat luar biasa. Apalagi kemudian Shima meremas-remas lembut telur yang menggantung yang ada di pangkal batangnya. Pelan-lembut ia meremas, membuat Kent seperti dilambung-lambungkan ke awan. Seperti diperas-peras pula, layaknya sebuah jeruk diperas untuk diambil airnya. Kent menggeliat-geliat merasakan tubuh bahagian bawahnya seperti dipenuhi air yang mencari jalan keluar, bercampur geli yang menyebar ke seluruh tubuhnya, bercampur gatal yang tidak hilang hanya dengan digaruk.
Shima tahu Kent sebentar lagi akan mencapai klimaks. Telur di genggamannya terasa mengkerut-mengeras, tanda lelaki itu sedang menuju puncak birahi. Maka Shima memperkuat sedotan-kenyotannya, lalu memaju-mundurkan kepalanya, membuat batang Kent keluar-masuk dengan suara berdecap-decap. Kent memejamkan matanya kuat-kuat, bernafas menderu-deru seperti kerbau marah. Seluruh otot-otot di tubuhnya menegang, meregang, bersiap menyentakkan keluar lahar-bah yang panas memcoli. Sebentar lagi, mungkin dalam hitungan detik saja, ia akan meledak berkeping-keping. Tetapi .... nanti dulu.... akankah lahar itu dibiarkan tumpah di mulut Shima? Tidak, pikir Kent cepat, aku ingin menumpahkannya di dalam cipapnya!
Shima terkejut ketika kepalanya dipaksa berhenti begerak, dan Kent mencabut batang dari cengkraman mulutnya. What's wrong? Tanpa berkata-kata, Kent memposisikan dirinya di antara kedua paha Shima. Belum sempat wanita itu memprotes, Kent telah mengangkangkan pahanya dan dengan sekali gerakan telah menghujamkan batangnya dalam-dalam. Shima memekik, terdiam sekaligus keenakan. Oh, lelaki ini tak mahu klimaks di tempat lain selain di dalam sana! gumam Shima gembira. Tak apa lah, sekalian kunikmati klimaks berikutnya .... pikir Shima lagi sambil memejamkan mata, menikmati serbuan-hujaman-tikaman Kent.
Ganas dan liar sekali Kent menghujam-hujamkan batangnya, seperti tak peduli pada Shima yang menggelepar-gelepar bagai sedang disembelih. Sesungguhnyalah wanita ini sedang disembelih oleh pedang kenikmatan, sedang menjalani "kematian kecil" yang membawanya ke surga dunia. Dengan sisa tenaga yang masih ada, Shima melingkarkan kedua kakinya di pinggang Kent, membiarkan tubuhnya kini terikat-terpaut ke tubuh lelaki perkasa itu. Semua gerakan Kent kini mengikut-sertakan pula tubuh Shima yang terhenyak-henyak di karpet. Untunglah karpetnya bukan karpet murahan yang boleh membuat tubuhnya melecet. Akhirnya klimaks itu tiba bergumuruh bagai taufan yang meluluh-lantakan segalanya. Kent menggeram-mengerang keras, menghujam cepat dan pendek berkali-kali, bagai seorang yang sedang marah penuh dendam. Shima sudah tak ingat apa-apa lagi. Sudah setengah pingsan dan melayang-layang entah di mana. Di tubuhnya cuma ada kenikmatan-kegelian-kegatalan yang bertubi-tubi. Ia tidak lagi boleh merasakan ketika batang Kent menggeliat memuncratkan air mani kental panas, bertubi-tubi membentur seluruh bahagian dalam cipapnya, membuat liang cipap itu penuh. Sebahagian air mani itu pun tumpah berleleran, tak lagi boleh dicegah membasahi karpet. Shima hanya boleh terpejam dan mengerang pelan, nyaris tak terdengar. Ia sungguh-sungguh tak berdaya.
Lama juga keduanya terletak dengan tubuh berkeringat di atas karpet yang kini ternoda itu. Shima bahkan sempat tertidur 10 minutes , dan baru terbangun ketika ia merasakan bibirnya dikulum lembut. Kent sudah lebih dulu "siuman" dan kini menciumi Shima dengan penuh perasaan. Hmmm..., Shima meregangkan badannya yang terasa penat, lalu menggeletak lagi seenaknya. Rasanya, ia tak kan boleh bangun dengan segera.
"Now ... do you still NOT want to drink?" goda Kent sambil mengecup ujung dagu Shima. "Oh,... sekarang aku perlu soft-drink yang dingiiiiiiin...sekali! maybe coke " "Okay," kata Kent sambil bangkit dan berjalan menuju sebuah lemari di sudut studio. Dua botol Coca-Cola dingin segera diraihnya, ke tempat Shima terletak, Memutarkan lagu Kenny G sebuah lagu instrumental bergaya futuristik segera memenuhi ruangan. Dengan lahap Shima meneguk minuman yang menyegarkan itu. Sekejap kemudian botol sudah kosong . Kent tertawa kecil melihat tingkah Shima yang masih belum mahu bangkit dari tidurnya. Wanita ini seperti ikan duyung, pikir Kent memandang tubuh Shima yang putih terletak di atas karpet biru laut. Dengan ujung jarinya, Kent menelusuri lekuk-lekuk tubuh yang seksi itu, seperti seorang pemahat sedang mengagumi sebuah master piece. Shima tertawa-tawa kegelian, tetapi tak bermaksud menghentikan tangan nakal itu."Tolong ambilkan tisu,darling" bisik Shima lembut. Kent meraih tas Shima dan memberikan setumpuk tisu. Diperhatikannya perempuan molek itu membersihkan selangkangannya dengan tisu. Nampak basah sekali cipapnya, dipenuhi air mani cinta yang putih-pekat. Liang cipapnya terlihat memerah dan masih agak berdenyut-denyut. Tak berapa lama, cipap itu telah bersih kembali. Kent meletakkan botol minuman yang juga telah kosong. Ia mendekatkan duduknya ke tubuh Shima. Entah darimana datangnya, Kent merasa punya tenaga berlebihan hari ini. Ia membungkukkan badan di antara selangkangan Shima, lalu dengan lembut mencium cipapnya yang telah bersih itu.
"Heiiii...," Shima menjerit terdiam. Tangannya cepat meraih kepala Kent, mencengkram rambutnya yang gondrong. Tetapi tangan itu tak bertindak apa-apa lagi, membiarkan saja Kent menciumi cipapnya. Oh, terasa lembut-hangat bibir lelaki itu menyentuh-nyentuh bibir cipapku, ucap Shima dalam hati. Ia sendiri juga heran, mengapa birahinya hari ini sangat mudah terbakar. Apakah kerana ia makan kerang dan kepiting tadi? Kent mengubah posisinya, sehingga kini ia mengangkangi kepala Shima, sementara ia sendiri menenggelamkan seluruh wajahnya ke sela-sela paha wanita itu. Voila!! ... posisi 69 terbentuk dengan sempurna. Tanpa basa-basi, Shima pun memulai apa yang memang harus dilakukannya dalam posisi seperti ini: 3628Please respect copyright.PENANALQPgFSCv0i
ia mulai menghisap dan mengulum lagi. Mulutnya segera penuh lagi terisi otot-kenyal-hangat yang perlahan-lahan semakin membesar dan memanjang. Sementara di bawah sana cipapnya mulai terkuak lagi, merekah seperti delima masak, dijilati oleh Kent dengan lembut. Shima mengerang dan memperkuat sedotan-emutan mulutnya setiap kali Kent menjilati cipapnya. Kalau Kent memutar-mutarkan lidahnya, Shima juga melakukan hal yang sama. Kalau Kent menelusupkan lidahnya, Shima menyedot kuat-kuat. Dengan cepat irama permainan cinta mereka terbina penuh romantis!
Dengan cepat pula, birahi mereka berdua menggelegak mendidih kembali, seperti air yang dimasak dengan kompor gas berkekuatan tinggi. Apalagi kini Kent menelusupkan jari-jarinya ke liang cipap Shima yang sudah basah kembali, sambil menghisap-hisap tonjolan si Merah Kecil. Ohhhh..., Shima segera melayang-layang lagi menuju puncak birahi. Ia merenggangkan kedua pahanya lebih lebar lagi, sementara mulutnya semakin sibuk mengulum dan menyedot, mengupayakan agar batang Kent bangkit sebangkit-bangkitnya. Tubuhnya pun sudah minta diisi lagi oleh otot-kenyal-padat-hangat itu.
Setelah puas menyedot-menjilat, Kent memutar tubuhnya. Diangkatnya kedua kaki Shima dan dengan ringan, lalu diselampirkannya di pundak. Tubuh bahagian bawah Shima menjadi agak terangkat kerananya, dan cipapnya yang masih memerah-muda itu jadi berada tepat di depan batang Kent yang sudah tegang-tegak. Mudah sekali Kent menghujamkan batangnya, kerana liang cipap Shima sudah benar-benar siap, sudah terkuak lebar dan sudah basah-licin pula. Setelah seluruh batangnya tenggelam, Kent tidak segera menghujam-menikam, melainkan menekan dan memutar-mutar pinggangnya. "Aaaah...., " Shima mengerang keras mendapat perlakuan seperti itu. Rasanya seperti diremas-diurut di bawah sana. Geli dan gatal sekali rasanya. Menggairahkan menggelorakan sekali rasanya. Enak sekali. Sedap sekali. Shima memejamkan mata sambil berdecap-decap seperti seorang merasakan masakan lezat. Cipapnya terasa penuh terisi otot-kenyal-padat yang tercengkram erat oleh dinding-dindingnya yang kenyal.
Kent terus menekan dan memutar, menggesek-gesekkan dengan keras pangkal batangnya di pintu liang cipap Shima, membuat wanita ini menggeliat gelisah. Lalu, ketika Shima masih terbuai-buai oleh geli-nikmat yang datang dari pinggiran gerbang cipapnya, Kent tiba-tiba sudah memasuk-keluarkan batangnya. "Ohhhhh.... gawd!... Ohhh!…..emmmmm ammmmm ahhhh" Shima mengerang nikmat, kini merasakan geli-gatal menyeruak lebih dalam masuk ke tubuhnya, melalui liang yang serasa menyempit itu, naik menuju perut dan menyebar ke seluruh tubuh. Kent menusuk-menghujam berkali-kali dengan cepat, lalu ia berhenti lagi, memutar-menekan lagi. Shima kewalahan menahan gelombang kenikmatan yang menyerbu tubuhnya. Ia try mengimbangi dengan goyangan pinggang, tetapi gerakannya tidak karuan. Semakin ia bergerak, semakin geli-gatal rasanya. Di tengah gelora-gelombang kenikmatan yang membuai-buai itu, Shima merasakan satu jari Kent menuju bahagian belakangnya. Bertambah geli rasanya, ketika jari-jari itu bermain-main dengan lubang belakangnya. Tidak hanya bermain-main di pinggir lubang, tetapi juga lalu menelusup, setelah dibasahi oleh cairan-air mani cinta yang diambil dari depan.
Shima menunggu dengan tegang, apa yang hendak dilakukan Kent. Lalu ia menjerit kecil, ketika jari Kent akhirnya masuk, mengaduk-aduk. "Ooooooh!", Shima merasa kenikmatan baru muncul dari lubang itu. Apalagi kemudian Kent mengeluar-masukkan jarinya, seirama dengan hujaman-tikaman batangnya. Oh, pinggang dan panggul Shima rasanya seperti dipenuhi semut-semut nakal yang menimbulkan gatal-geli-nikmat. Bukan main, bukan kepalang. Nikmat sekali percumbuan dengan lelaki perkasa ini. Dia benar-benar tahu bagaimana membuatku terlena, pikir Shima sambil terus mengerang-merintih.
Tidak berapa lama, Shima merasakan orgasmenya datang lagi. Kini sudah tak jelas, lapan kali klimaks dimulai, lapan kali mencapai puncak, dan lapan kali berhenti. Agaknya tidak pernah berhenti, kerana sejak tadi Shima merasakan nikmat belaka yang semakin lama semakin meluas-menyebar ke seluruh tubuh. Bahagian pinggang ke bawah sudah terasa sangat sensitif, sehingga jangankan ditusuk-dihujam oleh batang, diraba saja sudah boleh menyebabkan letupan orgasme. Benar-benar hebat cumbuan Kent ini!
Sambil terus menghujam-menikam, Kent mendekatkan bibirnya ke telinga Shima dan membisikkan sesuatu. Mulanya Shima tidak mendengar apa-apa, kerana ia memang sedang terlanda nikmat puncak birahi. Tetapi kemudian, setelah Kent mengulang, ia mendengar ucapan itu: sebuah tawaran untuk bermain belakang! "Aku belum pernah...," ucap Shima ditengah desahan nafasnya yang memburu, "...tetapi aku ingin tahu juga" cepat-cepat ia menyambung. Kent tersenyum mendengar jawaban Shima. "Mahu try?" bisik Kent di antara hujaman-tikaman. Oh,... Shima tak sempat berpikir lagi. Ia hanya mengangguk cepat.
"Please,... jangan terlalu kasar," pinta Shima. "I promise...," ucap Kent, "Kalau sakit, kita hentikan saja." Lalu Kent menghentikan hujaman-tikamannya, menarik keluar batangnya. Wow, Shima tiba-tiba merasa kosong-melompong. Liang cipapnya seperti tak rela melepaskan batang itu, seperti berupaya mencengkram dan menariknya kembali. Dengan sabar, Kent lalu melumuri batangnya dengan cairan-air mani cinta yang berleleran di sela-sela paha Shima. Ah, banyak sekali aku mengeluarkan cairan, desah Shima dalam hati.
"Bantu aku dengan merangsang dirimu sendiri," bisik Kent. Mulanya Shima tidak mengerti, tetapi lalu Kent meletakkan jari Shima di cipapnya sendiri. Kent meminta Shima untuk masturbasi, sementara ia berusaha memasukkan batangnya ke lubang belakang perlahan-lahan in other word "ANAL" . Permintaan Kent itu beralasan, kerana dengan masturbasi Shima merasakan kegelian-kenikmatan yang memenuhi cipapnya. Lalu, kerana itu pula lubang belakangnya menjadi lentur, ikut berdenyut-denyut seirama liang di depan. Perlahan-lahan Kent mulai mendorong. Mula-mula hanya sedikit ujung batang itu yang boleh masuk, dan Shima mengerang merasakan tubuhnya seperti hendak dibelah dua oleh sebuah pisau tumpul. Kent tidak meneruskan dorongannya, membiarkan lubang belakang itu melentur dahulu, sebelum menerima tamu asing yang keras-kenyal. Lalu, Kent mengurut-urut belakang Shima, memberikan rasa nyaman dan mengusir perih.
Setelah beberapa saat, Kent mendorong lagi lebih dalam. Shima kali ini tidak merasakan perih, selain kerana ia sendiri sedang merasakan kenikmatan dari tangannya sendiri, juga kerana lubang belakangnya sudah cukup terkuak. Ketika akhirnya Kent mendorong sekali lagi, lebih dari setengah batangnya boleh melesak masuk. Shima merintih, tetapi bukan kerana sakit. Ternyata nikmat juga disetubuhi dari belakang!
Tak lama kemudian, Kent sudah menghujam menikam lagi. Pelan-pelan saja, seperti seorang lelaki sedang mengambil kegadisan kekasihnya. Shima sesungguhnya merasa seperti seorang virgin dalam hal ini. Ia pernah bermain-main dengan lubang belakangnya, tetapi belum pernah sungguh-sungguh bercinta dengan cara ini. Oh, ternyata rasanya sama saja. Lubang itu ternyata juga sensitif dan memberi rasa gatal-geli yang sama dengan. Bedanya cuma satu: di lubang belakang tidak ada si Kecil Merah. Tetapi saat ini perbedaan tersebut tidaklah relevan, kerana Shima sudah merasa kegelian-kenikmatan sendiri dari tangannya. Apalagi kemudian Kent membantu dengan jari-jarinya. Jempol Kent membantu mengurut-menggelincirkan tonjolan kenikmatan itu, sementara dua jari lainnya menelusup menjelajahi liang cipapya. Tujahan dan hujaman batangnya kini semakin lancar, selancar kalau Kent melakukannya di depan. Shima merasakan kenikmatan ganda, luarbiasa enak memenuhi tubuhnya. Ia terpejam pasrah, membiarkan Kent melakukan apa saja di bawah sana.
Sekali lagi orgasme datang melanda tubuh Shima yang sudah mengerang-merintih lagi, menggelinjang dan menggeliat lagi. Keringat semakin membanjir memenuhi tubuhnya. Kent semakin bersemangat menghujam-menikam. Kedua kaki Shima sudah terkakangkan-terbentang lebar sekali. Sementara itu, bagai diatur seorang agent musik yang tadi dinyalakan Kent bergempita dan bergelora mengiringi percumbuan luarbiasa ini.
Kent tak boleh bertahan lama merasakan batangnya terjepit di lubang yang lebih sempit daripada liang cipap Shima. Ia tak kuasa menahan serbuah orgasme yang tahu-tahu sudah melanda tubuhnya, bergemuruh seperti air bah menerjang segala rintangan. Kent mempercepat gerakannya, tak peduli pada Shima yang nampak kewalahan menghadapi hujaman-tikaman. Tubuh Shima terhenyak-terguncang di karpet. Teriakannya sudah seperti sapi yang disembelih, diselingi rintihan-rengekan seperti orang minta dikasihani. Kent tidak boleh mengendalikan diri lagi ketika akhirnya letupan klimaks terjadi di bawah sana. Ia mengerang-menggeram, menegakkan tubuhnya sambil menghujamkan batangnya dalam-dalam, menumpahkan air mani kental panas ke lubang belakang Shima yang telah berdenyat-denyut. Shima membelalakkan mata dengan pandangan kosong merasakan sebuah kenikmatan prima menyergap tubuhnya. Lalu pandangannya mengabur, dan ia seperti melayang-layang. Setengah pingsan! Kent roboh menindih tubuh molek di bawahnya. Tenaganya seperti terkuras habis. Untung saja ia masih ingat menahan tubuh dengan sikunya. Kalau tidak, Shima boleh terhenyak dan hilang nafas. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, ketika akhirnya Kent membonceng Shima meninggalkan "sarang cinta" mereka ke hotelnya kembali, tempat Shima menginap. Sebelum itu, berdua tadi mereka telah membersihkan karpet yang dipenuhi berbagai air mani cinta, sambil tertawa-tawa mengenang perbuatan mereka yang liar. Shima sungguh merasakan kepuasan bercinta, dan baru 3628Please respect copyright.PENANAYs6sWvIHKY
menyadari selangkangannya agak perih. Kent menggendongnya ke bilik mandi untuk berbasuh. Suka-cita rasanya Shima dimanja seperti itu, mandi bersama 3628Please respect copyright.PENANAzAFGW9hID2
setelah bercinta berjam-jam (tepatnya, 3 jam 42 minutes !).
Di tengah jalan Genting menuju KL, barulah Shima teringat bahwa makan-malam untuk penutupan conference akan berlangsung pukul 8. Tapi ...what the heck!!... aku akan tidur puas malam ini. Kalau teman-teman bertanya, aku akan mengatakan bahwa aku sakit, pikir Shima sambil tersenyum sendiri. Memang betul, kangkangnya terasa agak perih dan pegal. Itu juga termasuk "sakit", bukan?
ns18.191.132.143da2