Aku menutupi tubuhku yang telanjang dengan kedua tanganku. Ibu Boni juga bertelanjang bulat sama sepertiku, tetapi dari raut wajahnya saja aku sudah tahu kalau ia sudah terbiasa. Meski aku sering bertelanjang di depan umum, aku masih sukar menghilangkan rasa malu di pikiranku.
7610Please respect copyright.PENANA7BZehBS1WF
Anakku baru saja pergi untuk berkumpul dengan teman-temannya yang sedang beristirahat setelah melakukan jalan santai. Ia meninggalkanku dengan Ibu Boni tanpa selembar pakaian yang menempel di tubuh kami. Aku hanya bisa pasrah bila ada yang menyelonong masuk ke tempat persembuyian kami dan mendapati kami sedang bertelanjang bulat. Tidak akan ada yang menolong dan bersimpati memberikan sesuatu yang bisa kami kenakan, palingan mereka juga akan menonton kami sama seperti yang lain.
7610Please respect copyright.PENANAytf1FCRijf
Entah sudah beberapa lama anakku memperlakukanku seperti boneka pameran berjalan; aku pikir itu sudah dua minggu yang lalu, tetapi rasanya seperti selamanya.
7610Please respect copyright.PENANAjkWd5BNta0
Ia memang masih tergolong bocah. Namun, tidak ada yang tahu kalau nafsunya seolah melebihi usianya. Ia cuma mengizinkanku memakai baju ketika papan-papan kayu penutup warung aku buka. Selain itu, ia juga tidak membolehkanku memakai celana dalam selama melayani pembeli di warung makan. Sesekali ia menyibak dasterku ke atas sehingga pantatku terlihat oleh pengunjung. Tentu saja itu membuat mereka senang. Jumlah pengunjung warung makan kami menjadi berlipat, tetapi aku selalu malu bila mengingatnya.
7610Please respect copyright.PENANASBkheAlhNm
Hampir semua tetangga membicarakanku. Wajah mereka langsung berpaling setiap kali aku melintas di hadapan mereka. Telingaku cukup tajam untuk mendengar bisikan-bisikan mereka yang membincangkan tubuhku. Aku refleks menutupi payudaraku bila mereka menatap payudaraku yang jarang terbungkus beha.
7610Please respect copyright.PENANABOE8FFzWaj
Aku sering merasa sangat kesepian karena tidak ada yang mau mengobrol denganku. Pernah pada suatu hari aku sangat ingin mengobrol karena sudah berhari-hari aku tidak bergaul dengan para tetangga. Anakku mengetahui gelagatku dan langsung menghentikanku di depan pintu.
7610Please respect copyright.PENANACvLnFAaM9f
“Ada syaratnya kalau mama mau mengobrol bersama mereka,” ujarnya sambil memperhatikan tubuhku. Kemudian ia melipat dasterku ke atas, lalu menarik celana dalamku sampai terlepas. Ia memperhatikanku lagi, lalu melipat dasterku lagi sampai ke atas perutku. Setelah dirasa cukup, ia memandangiku dengan puas.
7610Please respect copyright.PENANAWrLHZ03qiL
“Nah, mama baru boleh mengobrol kalau mama sudah top kayak gini.”
7610Please respect copyright.PENANALurEYfkfpa
Aku tidak akan pernah lupa wajah para ibu-ibu itu ketika mereka memandangi perut dan memekku. Sontak saja mereka langsung pergi sambil bergumam kesal. Setelah itu aku tidak pernah melihat mereka duduk di depan rumahku lagi.
7610Please respect copyright.PENANA6AJ4KBjYUD
Kejadian itu jelas bukan yang terburuk.
7610Please respect copyright.PENANARjTPgmf4I4
Dan sekarang ini adalah yang terburuk.
7610Please respect copyright.PENANARiLrRW13Yg
Kusibak semak-semak ilalang agar aku bisa mengintip kegiatan anak-anak sekolah yang sedang beristirahat. Beberapa guru terlihat sibuk mengawasi para murid agar tidak berkeliaran terlalu jauh dari area peristirahatan. Jarak tempatku berada dengan mereka lumayan dekat, mungkin sekitar lima meter atau lebih. Aku harus tetap waspada mengawasi sekitar.
7610Please respect copyright.PENANAOg0SZspQFb
“Kau tidak ingin kabur dari sini?” tanya Ibu Boni. Ia menggaruk pantatnya yang merah karena digigit serangga. “Di sini jelas bukan tempat untuk dua orang ibu yang tidak memakai baju.”
7610Please respect copyright.PENANAPIsM0Dp5QB
“Kabur? Dalam keadaan seperti ini?”
7610Please respect copyright.PENANAzHc6jkDM9a
“Setidaknya kita bisa kabur dari anakmu yang sinting itu.”
7610Please respect copyright.PENANAnNAZ8uKUou
Aku langsung geram mendengar anakku dibilang sinting, tetapi ia ada benarnya. Anakku pasti memang sinting kalau sampai bisa membuat dua orang ibu patuh kepadanya.
7610Please respect copyright.PENANAOnqQJFG1L9
“Lihat semak-semak itu,” Ibu Boni menunjuk ke hamparan ilalang tebal di kejauhan. “Mungkin kita akan sedikit gatal-gatal bila melewatinya, tapi ilalang ini cukup luas terhampar sampai setengah jalan. Kita bisa mengendap-endap sampai ujung wilayah ini tanpa perlu ketahuan orang lain.”
7610Please respect copyright.PENANAT28BtF4bxU
Ilalang-ilalang di sekitar kami memang cukup tebal untuk menyembunyikan kami berdua. Terlebih lagi jalan setapak yang kami lalui tadi hanya berupa jalan kecil yang jarang dilalui orang. Mendadak aku merasakan semangat bergelora di tubuhku. Aku menganggukan kepala tanda setuju.
7610Please respect copyright.PENANAFabIdyyV1K
“Kita jangan buang-buang waktu. Anakmu akan sulit menemukan kita bila kita sudah berjalan kira-kira sepuluh meter dari sini.”
7610Please respect copyright.PENANAnRGijcpuhS
“Anakku dan anakmu,” kataku membetulkan. “Anakmu juga sama gilanya.”
7610Please respect copyright.PENANAsV8okHyVxV
“Itu karena ajaran anakmu,” jawabnya tak mau kalah.
7610Please respect copyright.PENANA7BMwgF9fxv
Kami segera merangkak di bawah lindungan ilalang dan merayap menuju ke batas area ilalang yang ditunjuk oleh Ibu Boni. Untung saja tanah di bawah kami cukup berlumut dan itu membuat kedua lutut kami tidak terluka karena bergesekan dengan tanah. Ujung daun ilalang yang setajam silet menggores beberapa bagian tubuhku, tetapi tidak sampai mengeluarkan darah. Aku mulai merasa tidak nyaman dengan gatal-gatal di sekujur tubuhku. Berkali-kali aku harus berhenti karena gatal tak terkira di punggung dan lenganku.
7610Please respect copyright.PENANAiEzfhuY2wT
Srek!
7610Please respect copyright.PENANA3WJr4xyFtr
Terdengar ada seseuatu yang bergerak di belakang kami. Ibu Boni menoleh ke belakang. Kedua matanya menyiratkan kekhawatiran.
7610Please respect copyright.PENANAnkzYM9Tnxv
“Jangan-jangan itu mereka berdua,” bisiknya.
7610Please respect copyright.PENANAyTmo53NFVG
Aku ikut menoleh ke belakang. Beberapa ilalang terlihat bergoyang-goyang seperti ada yang melintas di bawahnya.
7610Please respect copyright.PENANAv9AkF8EvcW
“Percepat gerakanmu!” seru Ibu Boni.
7610Please respect copyright.PENANAjMZJ6hDVMN
Kami langsung merangkak dengan kecepatan tinggi. Aku tidak peduli dengan rasa gatal yang menghujani punggungku. Kedua lututku juga terasa nyeri. Namun, aku harus bisa mencapai batas ilalang ini dengan segera.
7610Please respect copyright.PENANApDrIXg4xAD
Suara ribut di belakang kami terdengar semakin jelas.
7610Please respect copyright.PENANAGjwwz88zDR
“Lihat! Kita sudah dekat!” seru Ibu Boni.
7610Please respect copyright.PENANA3kdswZ6wQ7
Aku bisa melihat jalan setapak yang tadi kami lalui. Kami bisa langsung berlari menuju jalan setapak dan bersembunyi di balik hutan kecil yang letaknya berseberangan dengan pesawahan.
7610Please respect copyright.PENANAkKoM46jrlq
Baru saja aku hendak bangkit, tahu-tahu ada sesuatu yang menubrukku dari belakang. Aku langsung ambruk di tanah berlumut. Pandanganku berputar-putar. Kedua kakiku lemas dan kedua tanganku sulit digerakkan seperti ada yang mengikatnya.
7610Please respect copyright.PENANACEBA8U81Fm
“Mama mau kabur kemana? Sudah aku bilang diam saja di tempat.”
7610Please respect copyright.PENANAkVchoq8aLJ
Aku mengenal suara itu. Suara manusia yang aku lahirkan ke dunia dengan cinta. Kini manusia itu sedang duduk diatas punggungku dengan tatapan merah menyala.
7610Please respect copyright.PENANAIRqU2u8sU1
Kedua tanganku sama sekali tidak bisa digerakan. Beberapa detik kemudian aku sadar kalau anakku sudah mengikat kedua tanganku dengan tali yang kuat. Sejak kapan ia membawa tali?
7610Please respect copyright.PENANAJshPjE1aqW
Aku baru mau membuka mulutku untuk mengatakan sesuatu, tetapi ia langsung menyumpal mulutku dengan kain basah.
7610Please respect copyright.PENANAbjnMjO8p6I
“Kalau mau berbicara nanti saja ya ma.”
7610Please respect copyright.PENANAd90DtD2gi0
Boni muncul di hadapanku dengan membawa ibunya yang juga sudah terikat dengan tali di pergelangan tangannya. Ibu Boni memandangku dengan perasaan menyesal. Boni meremas-remas payudara ibunya dengan penuh kemenangan.
7610Please respect copyright.PENANA5KUnXTVg60
“Jadi enaknya mereka diapain nih boss?” tanyanya.
7610Please respect copyright.PENANAMwbqX7JcRP
“Pastinya mereka akan dihukum. Hukuman yang berat,” kata anakku. Ia menyelipkan jarinya di antara belahan pantatku. Aku memejamkan mata menahan rasa geli dan takut yang bercampur jadi satu.
7610Please respect copyright.PENANAkNlhp4IgO7
“Ugggh uuuuggghh,” aku berusaha berbicara.
7610Please respect copyright.PENANAsMq4TosAjD
“Hukuman apa yang berat? Diikat di tiang bendera semalaman? Jalan bugil di seharian di desa? Ah, aku bingung,” kata anakku.
7610Please respect copyright.PENANAQZABBZp8uB
Aku bisa merasakan jari telunjuknya yang masuk ke dalam lubang memekku.
7610Please respect copyright.PENANAVjSrpwVrtr
“Ah aku tahu! Tapi sementara itu yuk kembali ke jalan. Waktu istirahat sudah selesai.”
7610Please respect copyright.PENANA0CVWvWGRw4
Mereka berdua mendorong kami seolah kami adalah hewan ternak. Aku menundukkan kepala karena malu. Ibu Boni berjalan di depan bersama anaknya. Mengapa kami bisa kalah dengan kedua bocah ini?
7610Please respect copyright.PENANAKsrkTPdxDA
Kami tiba di tempat peristirahatan yang sudah sepi dari anak-anak. Anakku menyuruh kami untuk duduk di dalam gubuk kecil yang terletak di tengah-tengah tanah lapang. Aku mematuhinya tanpa banyak melawan. Ia dan Boni lalu pergi menghilang di balik gubuk.
7610Please respect copyright.PENANAQOYIjzJYWW
Firasatku mengatakan ada yang tidak beres. Sepertinya Ibu Boni juga merasakan hal yang sama. Kami berdua duduk menunggu nasib yang akan menimpa kami.
7610Please respect copyright.PENANAgjXMOHTGwC
Tak lama kemudian, anakku dan Boni muncul kembali. Kali ini mereka tidak hanya berdua, melainkan bersama beberapa orang anak yang tubuhnya jauh lebih besar dari mereka.
7610Please respect copyright.PENANA04PTgYkcsC
Sepuluh orang, aku membatin. Mereka berjumlah sepuluh orang.
7610Please respect copyright.PENANARopXH9F75u
Anakku maju ke depan dan berkata ke yang lainnya, “Nah seperti yang aku janjikan. Hari ini kalian bisa melepas keperjakaan kalian dengan mengentot kedua pelacur ini sesuka kalian.”
7610Please respect copyright.PENANAcYEIHIZiqs
Anak-anak lainnya bersorak-sorai. Mereka langsung mendekati kami berdua dengan wajah penuh nafsu.
7610Please respect copyright.PENANA5737UPGLze
“Uuuuugh… uuuuughhh,” Ibu Boni berusaha melepaskan diri saat dua orang anak bertubuh besar berusaha melebarkan selangkangannya.
7610Please respect copyright.PENANAdQHieoLjHf
Detik kemudian pandanganku menjadi gelap.
7610Please respect copyright.PENANARO0pPcRenQ
Ada seseorang yang menutupi mataku dengan kain.
7610Please respect copyright.PENANAsVOdDbRy56
Aku tidak bisa melawan saat tubuhku direbahkan seperti bersujud. Entah berapa tangan yang meremas-remas payudara dan menarik putingku. Pantatku dilebarkan dan belasan tepukan menghajar pantatku.
7610Please respect copyright.PENANAuBX7chUlTf
“Uggggh…” aku mendesah seperti Ibu Boni. Ada benda keras yang dimasukkan ke dalam anusku. Benda itu keluar masuk di lubang anusku, berkedut sebentar, lalu mengecil. Setelah benda itu keluar, ada benda keras lainnya yang masuk ke dalam memekku.
7610Please respect copyright.PENANAQfUlYWOW36
Ada banyak cairan kental yang mengalir pelan di punggungku. Seorang anak membuka paksa mulutku supaya penisnya bisa masuk. Aku ingin muntah karena mual, tetapi anak lainnya langsung menekan kepalaku sebelum aku memuntahkan semua yang ada di mulutku.
7610Please respect copyright.PENANAeVLEQ1gLQG
Gesekan-gesekan di lubang memek dan pantatku tak mau berhenti. Aku tidak tahu harus merasa malu atau nikmat; di satu sisi aku malu karena tubuhku dipakai oleh segerombolan anak yang tida aku kenal, dan di sisi lain sukar untuk tidak menikmatinya. Siapa yang tidak menikmati seks?
7610Please respect copyright.PENANAEzGaTuuzBq
“Sudah puas?” aku mendengar suara anakku. Sepertinya mereka sudah selesai. Ibu Boni juga berhenti bersuara.
7610Please respect copyright.PENANAU9mOKLjVeI
“Yup,” ujar anak lainnya yang bersuara lebih berat. “Memek ibu kalian legit sekali. Kapan kita bisa mengentotnya lagi?”
7610Please respect copyright.PENANAQ3v9IQI37U
“Nanti ada waktunya,” jawab anakku.
7610Please respect copyright.PENANANFxN0Mt34B
Setelah itu aku mendengar suara langkah anak-anak itu pergi.
7610Please respect copyright.PENANAf3t4krpak5
Kain penutup mataku dibuka. Aku mengerjapkan mata karena silau. Kain itu menutup mataku terlalu kuat.
7610Please respect copyright.PENANANkvWmPWibT
“Ggggghhhhh!” aku tersentak kaget melihat Ibu Boni tengkurap dalam keadaan mata ditutup kain dan kedua tangan terikat. Kulitnya yang putih kini dipenuhi memar-memar akibat tamparan. Air matanya mengalir di sela-sela kain penutup mata. Aku pikir ia lebih cuek saat digerayangi anak-anak lainnya. Namun, dugaanku sepertinya salah.
7610Please respect copyright.PENANAmowol6jB0B
Boni dan anakku pergi ke toilet umum yang letaknya tidak jauh dari pondok peristrahatan dan kembali lagi dengan membawa dua ember kecil berisi air. Mereka membasahi kain handuk, lalu menggosok tubuhku dan Ibu Boni sampai lendir-lendir menjijikkan itu menghilang tanpa bekas. Setelah mereka berdua yakin tubuh kami bersih, mereka menyuruh kami berdiri.
7610Please respect copyright.PENANAFbv8nwR42g
Boni melepas kain penutup mata ibunya. Kedua mata Ibu Boni bengkak karena air mata.
7610Please respect copyright.PENANAj79T5Xle7D
“Bagaimana ma? Enak?” Boni menggoda ibunya.
7610Please respect copyright.PENANADrPDSAbCzn
Ibu Boni diam seribu kata.
7610Please respect copyright.PENANAgedTEb4X1G
“Jadi kita lanjut jalan atau tidak nih boss? Jujur saja aku capek banget nih,” kata Boni.
7610Please respect copyright.PENANADXfJ7ZMJhY
Anakku melihat jam tangannya.
7610Please respect copyright.PENANANyQjgXIfoe
“Sudah terlalu siang. Aku juga capek. Lebih baik kita pulang saja.”
7610Please respect copyright.PENANAGy6H5TsN3Z
Anakku melepas ikatan mulutku dan juga ikatan mulut Ibu Boni.
7610Please respect copyright.PENANANB6djUBMN2
“Jalan ke rumah ma,” katanya.
7610Please respect copyright.PENANArj216FErEu
“Tapi masa pulang ke rumah gak pakai baju begini?” aku membayangkan jalan setapak yang cukup jauh itu. “Siang seperti ini banyak orang di jalan.”
7610Please respect copyright.PENANA4dZs7WVUMl
“Ah cerewet banget sih mama!”
7610Please respect copyright.PENANAVhwpBt1M3h
Anakku menarik jembutku dan menyuruhku berjalan. Mau tidak mau aku menuruti perintahnya. Boni juga menarik jembut ibunya. Kami berdua seperti hewan ternak yang dituntun.
7610Please respect copyright.PENANAQCLDKjoehO
Berjalan telanjang bulat di wilayah persawahan sambil ditarik jembutnya oleh dua anak kecil?
7610Please respect copyright.PENANAApVnICcZfv
Aku tidak tahu apa yang lebih buruk dari ini.
ns216.73.216.197da2