
“TOLOL!!” emosiku meledak, aku berdiri dari sofa lusuhku dan menghampiri seorang anak muda yang berdiri di hadapanku. Dia tampak sangat ketakutan, bahkan bisa kulihat kakinya gemetar. Bagus. Aku menamparnya dengan sangat keras hingga dia terjatuh.
972Please respect copyright.PENANAwMEFhY7uj2
jilbab manis-nia (1)
972Please respect copyright.PENANAfasjrghl1v
“Lu setor duit dua rebu, buat APA?! Lu pake boker aja kaga bisa!!” aku menarik kerah baju lusuhnya, dan memaksanya berdiri. “Udah gue bilang, jurus pura-pura sakit lo tuh murahan! Mana ada orang yang mau beli jam kaya tai gitu ratusan rebu?! Pake otak, njing!” aku mendorong Totok hingga mundur beberapa langkah.
972Please respect copyright.PENANAlEZNbnZR93
“Ma-maaf, Bang.” Totok menjawab terbata-bata. “Gue kira dia bakalan ngasih duit yang gedean, perempuan kan biasanya pada baik, Bang.”
972Please respect copyright.PENANALun9ilEg5H
“Baik? Lu pikir dia emak lo?! Goblok banget punya anak buah kaya elu, Tok!”
972Please respect copyright.PENANA35oR75LvxQ
Totok menundukkan pandangannya sambil meremas bajunya, “Maaf, Bang. Gue kan anak baru disini, Tapi, kalo Abang mau, coba aja Abang yang kesono. Dia cantik banget, Bang, kaya bidadari.”
972Please respect copyright.PENANAZRJWeZAUHn
“Ga usah nyuruh-nyuruh gue! Gue ajarin cara malak orang yang profesional kaya apa. Lo liatin yang bener! Ambil ilmunya! Ga ada lagi gue denger lo pake modus pura-pura HIV lagi!”
972Please respect copyright.PENANAX8de2iipbq
Aku beranjak dari hadapan Totok sambil melepas bajuku. Lalu mencoba mencari pakaian yang sedikit rapi dan mengenakannya, tidak lupa aku mengambil sweater converse abu-abu khas anak muda di belakang pintu keluar dan juga tas selempang yang biasa kupakai untuk kuliah. Dengan semprotan halus parfum mahal ‘spesial’ di beberapa bagian tubuhku, aku siap memangsa target favorit buruanku. Wanita muda yang lagi sendirian.
972Please respect copyright.PENANAq23r1tnO4U
Tidak butuh waktu lama untuk mencapai tempat yang ditunjuk Totok, trotoar tempat dia ‘beroperasi’ hanya berjarak sekitar 25 meter dari rumah kontrakanku. Yah, sebetulnya tempat itu bisa dibilang sebagai markas juga. Karena bagian belakang halaman rumah ini kugunakan untuk mengatur segala aktivitas kriminalku. Belum lagi letaknya yang berada di ujung jalan dan tanpa bangunan lain di sekitarnya menjadikan rumah ini sangat cocok dijadikan tempat bersembunyi dari bisnis haramku. Copet, jambret, hipnotis, penipuan, ngamen, penculikan, perkosaan. Sebut saja semuanya satu-persatu. Hampir pasti semua kegiatan kriminal di daerah ini melibatkanku. Sosok yang disegani di daerah ini karena pengaruhnya yang sangat besar dalam segala hal yang tidak menyenangkan. Tidak ada yang tidak mengenalku di daerah ini. Seorang anak tunggal dari penguasa Tanah Abang.
972Please respect copyright.PENANAZ4Q5t0c7SK
Aku menyulut rokok mild dan menghisap asapnya dalam-dalam. Suasana tempat ini selalu sepi pada jam malam seperti ini. Kalau tidak terpaksa, sepertinya orang-orang akan memilih jalur lain yang lebih terang untuk hanya sekedar lewat. Kecuali jalan raya di depan sana, sampai kiamat pun sepertinya akan selalu ada mobil yang melintas.
972Please respect copyright.PENANAt35UFx4vhM
Tidak begitu jauh di depan, aku melihat seorang wanita berparas cantik berpakaian ala wanita karier, jilbab lebar membungkus wajahnya yang oval. Persis seperti yang dideskripsikan Totok. Sepertinya dia sedang menunggu jemputannya, tidak, angkutan kota mungkin lebih tepatnya. Tidak mungkin seseorang menjemputnya di tempat seperti ini. Aku tersenyum melihat targetku ternyata lebih menggiurkan daripada yang bisa kubayangkan. Berbagai macam modus melintas di benakku, dan jujur saja, aku kebingungan memilih-milih cara yang cocok untuk menjerat mangsa yang menggairahkan ini.
972Please respect copyright.PENANANVGWbByF4R
jilbab manis-nia (2)
972Please respect copyright.PENANAxe6RUZElJS
Untungnya suasana sekitar sangat mendukung. Sekilas aku menoleh ke belakang untuk memastikan tidak ada orang. Aman. Aku mempercepat langkahku ke arah wanita itu dan berhenti sekitar tiga meter di depannya agar dia tidak curiga. Aku menangkap matanya melirik ke arahku sekilas. Dengan cepat aku melemparkan senyuman terbaikku. Dia membalasnya sedikit. Cih.
972Please respect copyright.PENANA6XpWIJS8Q4
Aku berdiri agak lama, mungkin sekitar 15 menit. Berpura-pura menunggu angkutan kota dan melihat jam tanganku berulang kali. Dan aku bisa melihat dari sudut mataku, wanita itu melakukan hal yang sama. Tidak salah lagi, dia menunggu angkutan kota yang melintas. Saat ini aku tertawa terbahak-bahak di dalam hatiku. Mengetahui bahwa pada jam ini angkutan kota yang melintas sangat jarang sekali. Kalau pun ada, tidak mungkin ada tempat yang kosong.
972Please respect copyright.PENANAGaKwBvLFYk
Aku menunggu umpan yang akan dilemparkan wanita itu padaku, apapun bentuknya, aku akan menyambut dan memanfaatkannya. Tidak lama kemudian wanita itu menghela nafasnya sambil berdecak tidak sabar. Aku tersenyum lagi, dia baru saja memasang umpannya. Dengan kilat aku memikirkan siasat licikku. Tidak lupa dengan analisa terbaik dan terburuk yang akan kuhadapi. Dan saat ini, hampir pasti aku bisa menjerat wanita itu ke dalam rencanaku. Tentu saja dia tidak melihat senyumanku. Tinggal sedikit lagi.
972Please respect copyright.PENANAhpDYStJrlD
Aku membungkuk untuk sedikit memijit kedua kakiku yang terasa agak pegal. Aku juga meregangkan kaki dan tanganku sebentar hingga mengeluarkan bunyi yang khas dari persendian tulangku. Oh, asal kau tahu, aku melakukannya dengan sebuah tujuan.
972Please respect copyright.PENANAOdpaFGyrfR
Tidak lama Kemudian wanita itu mulai memijit kedua kakinya, dan membungkuk sedikit ragu-ragu. Berhasil!. Tanpa disadari, dia baru saja melemparkan umpannya padaku. Dengan senang hati aku akan menangkapnya. Dasar Bodoh! Bodoh! Bodoh!
972Please respect copyright.PENANAB1jvrv5IpJ
Aku menoleh sedikit ke arahnya dan membuka percakapan, “Dari tadi ya, mbak? Duduk aja. Saya juga pegel nunggu angkot 09, lama banget.”
972Please respect copyright.PENANAmqTFBv1hMh
jilbab manis-nia (3)
972Please respect copyright.PENANAegEJffU5ny
Wanita itu menatapku dan tersenyum sedikit, “Oh, nggak kok, Mas.” Dia menghentikan pijitannya dan berpura-pura membersihkan rok panjangnya yang berwarna gelap.
972Please respect copyright.PENANAt1kpPldHrc
Aku belum bisa masuk ke zona amannya, jadi aku berjalan ke arahnya, tidak terlalu dekat, tidak terlalu jauh, aku duduk di sisi trotoar. Menghadap ke jalan raya, tepat di sampingnya. “Udah, santai aja, Mbak. Saya temenin duduknya disini. Saya aja pegel, masa mbak nggak?”
972Please respect copyright.PENANAl7rU621Ep7
“Eh..” wanita itu sedikit kaget dan terdiam sekitar 3 menit sebelum akhirnya dia ikut duduk di sampingku dengan jarak yang terpaut 1 meter.
972Please respect copyright.PENANARb1AFDSjdw
Dua hal yang kuanalisa dari keragu-raguannya. Pertama, dia takut berdekatan denganku, pria yang bukan muhrimnya. Kedua, dia merasa tidak nyaman. Tapi aku yang duduk diam disampingnya secara tidak sadar telah membuatnya merasa lebih aman. Belum lagi otot kaki dan pinggangnya kurasa sudah tidak bisa meregang lebih lama dan berteriak-teriak meminta istirahat dari tadi.
972Please respect copyright.PENANAqg02GIh15c
Aku biarkan dia menganalisa diriku sebentar. Memberinya waktu untuk menyesuaikan diri di situasi yang aneh ini. Dengan dandanan anak kuliahan seperti ini, besar kemungkinan dia tidak mencurigaiku. Didukung dengan parasku yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa aku adalah orang yang berbahaya. Dan jangan lupakan parfum berbau halus yang kusemprotkan tadi akan membuat nyaman siapapun yang berada di dekatku. Terutama wanita.
972Please respect copyright.PENANAwmtaIXW0E6
“Malem-malem gini angkotnya udah susah banget, Mbak.” aku menyulut rokokku dan menunggu tanggapannya.
972Please respect copyright.PENANAPcHQLbL3cl
Hening. Dia mengacuhkanku. Brengsek! Wanita congkak!
972Please respect copyright.PENANA056ctkH8TE
“Kalau ibu saya ga sakit, ga akan deh saya maen kesini malem-malem.” aku melancarkan serangan tambahan. Kali ini aku menolehkan wajahku padanya, meminta dia menjawab pernyataanku secara langsung.
972Please respect copyright.PENANAvC60N1jLuB
jilbab manis-nia (4)
972Please respect copyright.PENANABum6qopin0
“Kalau lagi sakit, kenapa ibunya ditinggal?” akhirnya wanita itu angkat bicara. Meskipun dia sama sekali tidak menatapku, Itu sudah lebih dari cukup.
972Please respect copyright.PENANAcLcIwGPef5
“Besok saya ada ujian pagi-pagi. Kalau ga pulang ke kosan sekarang, saya pasti ga bisa ikut ujian besok, Mbak.” aku menghisap rokokku dalam-dalam. “Untungnya di rumah ada adek yang bisa jaga ibu. Tadi juga saya kesini ditelepon dia, katanya ibu step lagi.”
972Please respect copyright.PENANAgk5ZrcJiOV
Aku berhasil mencuri sedikit perhatiannya. Kali ini aku bisa melihat sorotan matanya yang penuh dengan pertanyaan.
972Please respect copyright.PENANAnFkNJm5oIE
“Emang adiknya umur berapa?” wanita itu berkata dengan intonasi yang dibuat-buat. Mungkin maksudnya ingin terlihat stay-cool, namun tampaknya tidak berhasil.
972Please respect copyright.PENANAFLpwoEDSyK
“Sembilan tahun. Sekarang dia sendirian jaga ibu, rumah saya keliatan kok dari belokan di depan.” aku menunjuk dengan rokokku ke arah rumah kontrakanku. “Kasian, dia jadi begadang terus.”
972Please respect copyright.PENANAn29VODZhrR
“Sakit apa ibunya?”
972Please respect copyright.PENANALtAjWfOdZs
“Kanker otak.”
972Please respect copyright.PENANAGFKJMLSpzP
Wanita itu terlihat sedikit tercekat, dan kurasa sekaranglah saat yang tepat. Semua persiapan sudah matang. Hanya tinggal sandiwara penutup yang harus dilakukan dengan sempurna.
972Please respect copyright.PENANA2MNU8ic1iX
Handphoneku berdering, alarm berbunyi nada telepon yang kupasang saat aku menunggu tadi. Aku berpura-pura kaget sekaligus panik. Dengan cepat aku merogoh saku depan sweaterku dan mengangkat teleponnya. “Ada apa, Dek?” Aku diam sesaat sebelum kemudian membelalakkan mataku. “Sa-sabar ya, Dek, mas kesana sekarang, jangan panik!!”
972Please respect copyright.PENANAAC3IhRSVJl
jilbab manis-nia (5)
972Please respect copyright.PENANAn8d2Y8L6X3
Aku menutup teleponku dan berusaha membuat wajahku terlihat sekacau mungkin. “Ibu… meninggal!!”
972Please respect copyright.PENANAjCAWhZ6SuD
Aku berlari sekencang mungkin meninggalkan wanita itu dengan wajahnya yang keheranan. Dan bisa kudengar di kejauhan dia memanggilku dengan lantang. Tentu saja dia memanggilku, karena aku meninggalkan tas kuliahku dengan sengaja di sampingnya. Inilah yang kusebut pertaruhan yang sebenarnya. All in!!
972Please respect copyright.PENANAa2W9htpcxc
Kalau kalkulasiku benar, wanita itu akan mengejarku. Dia tidak akan tega untuk mengacuhkan tas berisi buku kuliah di sisi jalan. Dan dompet di dalamnya yang berisi uang tiga ratus ribu lengkap dengan fotoku adalah sebuah alibi, yang akan membuatnya mempercayaiku dan tidak akan mencurigaiku. Perfect!
972Please respect copyright.PENANA3K0m2UqszE
Aku sampai di rumahku, dengan nafas terengah-engah aku mencari cairan berwarna hijau yang terakhir kuingat terletak di kotak obat. Aku segera menuangkan cairan pembius berbau menyengat itu ke atas saputanganku, Chloroform.
972Please respect copyright.PENANAtcBAHqeCx2
Aku bisa merasakan adrenalinku meningkat drastis. Aku sangat menyukai permainan seperti ini. Lebih menyenangkan sekaligus menggairahkan, saat ini aku tidak ambil pusing jika dia mengambil tasku dan kabur. Peduli setan!. Toh anak buahku bisa mengejarnya dengan motor jambretnya.
972Please respect copyright.PENANA2oEHwCpIMX
Aku mengintip melalui kaca ke arah jalan di luar. Dan seketika perasaanku membuncah bahagia luar biasa, ketika aku melihat sosok wanita itu menghampiri rumah ini dengan setengah berlari. Dia menggendong tas kuliahku. Aku benar-benar tidak tahan untuk tidak tertawa. Wanita bodoh!
972Please respect copyright.PENANAywx8jVNymB
Dengan sedikit ragu-ragu wanita itu mulai masuk pekarangan rumahku, mengucapkan permisi beberapa kali sebelum akhirnya melangkahkan kakinya ke dalam rumah ini. Dan saat itulah aku yang bersembunyi di balik pintu membekapnya dengan sapu tangan berisi obat bius itu tanpa ragu.
972Please respect copyright.PENANA7KyCQjzoQJ
jilbab manis-nia (6)
972Please respect copyright.PENANAbG53fmcbeU
Dia meronta, sangat kuat. Tapi aku yang menguasai keadaan. Aku yang berkuasa disini. Aku yang memainkan permainan ini. AKU!!
972Please respect copyright.PENANAyykVguXKs5
Tidak lama wanita itu lunglai. Tubuhnya menyerah pada kekuatan obat bius yang terlalu banyak dihisapnya. Nafasku makin memburu melihat sesosok wanita cantik tergeletak tak berdaya di hadapanku. Aku menyeret tubuh wanita itu ke dalam kamarku dan mengunci pintunya di belakangku.
972Please respect copyright.PENANA0GcTHwSheW
Tanpa membuang waktu, aku melempar badan wanita itu ke atas kasur dan mengikat semua tangan dan kakinya di keempat tiang di pojokan kasur. Aku mengambil pisau besar Rambo di atas lemari, dan mulai merobek pakaian wanita itu perlahan-lahan, mencoba membuat potongan baju yang hanya ada pada bayangan terliar seorang lelaki yang diburu nafsu, kusisakan jilbab birunya tak tersentuh.
972Please respect copyright.PENANA12hfrBXW5W
Wanita itu mengerang lemah, sebuah tanda dia akan segera siuman. Aku duduk di sampingnya, membuka sumpalan di mulutnya dan memandangnya sebentar, lalu mencium bibirnya lama. Kemudian aku menghirup habis setiap aroma keringat bercampur parfum yang sangat khas dari tubuhnya.
972Please respect copyright.PENANAo4BEC0ZGJe
Ketika aku mengusap rambutnya yang hitam, dia terbangun. Aku mengelus pipinya perlahan, mencoba membuatnya tenang. Dia yang baru menyadari situasinya terancam mulai meronta-ronta lebih gila dari sebelumnya.
972Please respect copyright.PENANAMSvZkkhu9l
“LEPASKAN AKU!!” wanita itu berteriak. “TOLONGG!! TOLOOONGG!!”
972Please respect copyright.PENANA8Jd5qxM3mC
“Ssstt, jangan berisik ya…”dengan perlahan aku menempelkan sisi pisau yang bergerigi di atas bibir mungilnya yang berwarna merah muda. Aku tidak ingin merusak bibir yang sempurna itu.
972Please respect copyright.PENANAO93tjHMrtJ
“BANGSAT KAMU!!” diluar dugaanku, dia mengibaskan kepalanya dengan berani, dan meludahiku. Tepat di wajahku. Dia bergidik ketika aku menjilat ludahnya yang menetes ke mulutku.
972Please respect copyright.PENANA9KeJCsE7DS
jilbab manis-nia (7)
972Please respect copyright.PENANAhbBfDDzLIr
Saat ini semua hal yang dilakukannya hanya akan membuatku semakin bergairah, nafsuku memuncak, ke-tidak berdayaannya semakin membuatku ingin melumatnya habis. Aku melepas pakaianku dan duduk di atas pinggangnya, aku hanya tersenyum melihatnya yang terus menerus berontak sambil mengucapkan semua sumpah serapah terkasar yang ada di dunia ini.
972Please respect copyright.PENANAgwvVukNDBy
“Jangan ngomong kasar dong, Sayang!” aku kembali menempelkan ujung pisauku pada bibirnya.
972Please respect copyright.PENANA5YcJlvB8im
“BAJINGAN KAMU!! LEPASKAN AKU KALO BERANI, DASAR BENCONG PENGECUT!!” wanita itu bergidik melihat apa yang akan menimpanya, tapi sama sekali tidak bisa menghindar, ia tidak punya waktu untuk menghindar. Telapak tanganku sudah melayang menghajar mukanya yang sebelah kiri.
972Please respect copyright.PENANA4hOFPLldOi
”AUW!!” wanita itu tersentak, ia menjerit, lebih banyak karena terkejut daripada karena sakitnya tamparanku.
972Please respect copyright.PENANAZVlJVyXyzI
Kujambak rambutnya yang tertutup jilbab, sementara tanganku yang lain menarik bagian atas blusnya hingga bisa kulihat tonjolan buah dadanya yang bulat besar. Kuremas-remas sebentar sambil tak lupa kupilin-pilin putingnya yang mungil kemerahan saat aku kembali mengancam, “DIAM, ATAU KUBUNUH KAU!!!” kataku keras.
972Please respect copyright.PENANAk24RFw7ZIT
Wanita yang terlihat semakin hot di penglihatanku itu masih berusaha melindungi dirinya dengan mendorong tanganku menjauh ketika aku sedang meremas salah satu gundukan buah dadanya. Dia rupanya gigih juga bertahan. Geram, langsung saja kutarik lagi jilbabnya, kujambak rambutnya yang terikat melingkar di belakang. Wanita itu mengerang kesakitan, tatapan panik dan ketakutan tampak di matanya yang bulat ketika ia menatap mataku. “Jangan, jangan!” teriaknya parau.
972Please respect copyright.PENANAsFQYcBj6sb
Aku tampar dia sekali lagi, lebih keras dari yang tadi, suara jeritannya terdengar merdu sekali di telingaku ketika kepalanya terlempar ke samping, sementara tanganku masih menjambak jilbabnya yang kini mulai terlihat kusut dan acak-acakan.
972Please respect copyright.PENANASBORrYYYP6
jilbab manis-nia (8)
972Please respect copyright.PENANANFuI9x4iQr
“Jangan berisik!” aku menghardiknya, jerit kesakitan dan ketakutannya bagaikan musik di telingaku, “Tutup mulut kamu!” ancamku.
972Please respect copyright.PENANAmpM6aMrbTm
“Le-lepaskan aku!!” sahutnya dengan suara gemetaran karena shock akan kejadian yang tengah menimpanya. Untuk ukuran orang yang baru mengalami penyiksaan, dia cukup tegar juga.
972Please respect copyright.PENANASiiN0vI2HA
“Le-lepaskan aku! Kumohon!!” dia mengulangi perintahnya, kali ini lebih keras.
972Please respect copyright.PENANAdARw3MU4fH
Aku menggeleng, tentu saja itu tidak mungkin. Tubuh telanjangnya telah membiusku. Lihat, penisku yang menempel di kulit pahanya sudah ngaceng berat, masa mau kubiarkan begitu saja. Itu mubazir namanya.
972Please respect copyright.PENANA7rmJVnfNXd
“Tidak!!!” wanita itu memekik. “Mau ngapain kamu?” dia terkesiap saat dengan pelan kumasukan jari tengahku ke liang kemaluannya yang terasa hangat dan basah. Kukocok sebentar disana sebelum akhirnya kutarik keluar beberapa saat kemudian.
972Please respect copyright.PENANAKauuYckgy8
jilbab manis-nia (9)
972Please respect copyright.PENANAL60MDzA0RX
“Ahh! Lepaskan aku! Kamu gila!!” jeritnya dengan tubuh menggelinjang ke kiri dan ke kanan. Kuremas-remas tonjolan buah dadanya yang bergerak indah saat dia terus memberontak sambil kujilati jari tengahku yang penuh oleh cairan kewanitaannya. Hmm, rasanya gurih dan nikmat. Baunya juga harum sekali, aku menyukainya. Rupanya dia telaten juga merawat liang kemaluannya.
972Please respect copyright.PENANAdxQ3owCJR1
Tak sabar, segera kuletakkan batang penisku di mulut gerbang surgawinya. “Tidak! Jangan!!” wanita itu makin meronta dan memohon-mohon padaku. Dia tidak tahu, semakin dia memberontak, semakin aku terangsang untuk menyetubuhinya.
972Please respect copyright.PENANAI5f6w129oD
“Diam kamu! Dasar cerewet!!” tukasku dengan sembarangan. Sekali hentak, kudorong batang kemaluanku ke depan. Bless!! Tak sampai satu detik, tubuhku sudah menjadi satu dengan tubuhnya. Alat kelamin kami saling mengisi dan bersentuhan. Ugh, rasanya sungguh nikmat sekali.
972Please respect copyright.PENANAfGBhedsbUy
“AAAH… setan kamu!!” wanita itu mengumpat, tapi kudengar ada sedikit nada kegelian dalam suaranya. Aku yakin, dia juga menikmatinya.
972Please respect copyright.PENANA1HSQwy3Afy
Segera kugoyang pinggangku secara liar hingga batang kemaluanku mulai mengocok-kocok liang kemaluannya. Aku menyetubuhinya. Kuperkosa dia dengan sesuka hati.
972Please respect copyright.PENANAtthc5E3osp
“Ahh… bajingan! Stop! Hentikan!!”
972Please respect copyright.PENANAH9tf2LUZqY
Semakin dia memaki dan mengumpatku dengan ekspresi judesnya itu, semakin terangsang aku jadinya. Kembali kuremas-remas tonjolan buah dadanya yang membulat indah sambil kugoyang pinggulku semakin cepat. Akan kubuat dia takluk dalam nikmatnya orgasme dan mengakui kejantanan yang kuberikan padanya.
972Please respect copyright.PENANAHqH1o80jnk
“Mmmh… s-sudah! Jangan!!” dia masih berteriak-teriak memintaku untuk berhenti.
972Please respect copyright.PENANAOjzceiFNeK
jilbab manis-nia (10)
972Please respect copyright.PENANAia8ipZd6qj
“Diam kamu, jangan banyak omong!!” hardikku cuek. Sambil terus memompa liang kemaluannya, aku menunduk untuk menghisap puting payudaranya yang berwarna pink agak kecoklatan. Kuhisap benda mungil menggemaskan itu bergantian.
972Please respect copyright.PENANAso5VeNua1U
“Ohh… shhh!” rintihnya pilu. Dia menatapku dengan pandangan yang bercampur antara kemarahan dan kegelian yang amat sangat akibat rasa nikmat yang ditahan.
972Please respect copyright.PENANAIWzmz4sQxu
Sejenak aku menghentikan gerakanku. Kasihan juga aku melihatnya terikat seperti ini. Dengan menggunakan belati yang tergeletak di pinggir ranjang, aku memotong tali yang mengikat kedua kakinya. Begitu kedua kakinya terbebas, wanita itu sempat berontak. Tapi apa dayanya dengan posisi telentang dan tangan masih terikat ke atas kepalanya. Belum lagi posisiku yang sudah mantap di antara kedua kakinya, membuat dia hanya bisa meronta-ronta dan kakinya menendang-nendang tanpa hasil. Aku terus menyetubuhinya, bahkan kini semakin terasa nikmat karenanya.
972Please respect copyright.PENANAt3Z9XyDC3Q
“Ahh… sudah! Hentikan! Ampun! Lepaskan aku!” dia memohon lagi, tapi kali ini suaranya tidak kasar seperti tadi, malah mulai terdengar mendesah karena geli. Nafasnya pun mulai sedikit memburu. Mungkin wanita itu sadar kalau sia-sia saja melawan, jadi dia mulai berusaha menikmati apa yang aku berikan.
972Please respect copyright.PENANA5iVeHt8FPJ
Kusingkap jilbab lebarnya ke atas hingga aku bisa melihat batang lehernya yang mulus dan jenjang, kujilat lembut disana hingga ia makin tak mampu menutupi rasa geli dan nikmatnya. “Aduh! Sshh… udah dong! Hhh… ssh…” suaranya memohon, tapi diselingi desahan lirih yang menggairahkan. Kedua kakinya masih meronta menendang-nendang tapi kian lemah dan pelan. Tendangannya juga bukan karena memberontak, melainkan akibat menahan rasa geli dan nikmat yang kuberikan di sekujur tubuhnya.
972Please respect copyright.PENANAdF39ThHaav
jilbab manis-nia (11)
972Please respect copyright.PENANAx02Eh9W6i2
Aku menaikkan tempo dalam memompa liang kemaluannya sehingga tubuh wanita itu semakin bergetar setiap kali batang kemaluanku menusuk ke dalam liang kemaluannya yang hangat berulir serta kian basah oleh cairan kenikmatannya yang makin membanjir itu. Kali ini suara desah nafasnya sudah sedemikian berat dan memburu.
972Please respect copyright.PENANAv4Mp7C5KE0
“Uhh… uhh… sialan kamu! Aghh… uhh… uhh!” Wajahnya terlihat semakin memerah, sesekali dia memejamkan matanya sehingga kedua alisnya yang tebal seperti bertemu. Tapi tiap kali dia begitu atau saat dia merintih nikmat, selalu wajahnya dipalingkan dariku. Pasti dia malu kepadaku. Liang kemaluannya kurasakan mulai mengeras seperti memijit batang kemaluanku. Pantatnya mulai bergerak naik turun mengimbangi gerakan batang kemaluanku yang bergerak keluar masuk semakin cepat di liang kenikmatannya yang sudah basah total.
972Please respect copyright.PENANArxjwx0bvBm
Saat itulah aku berbisik, “Gimana, nikmat bukan?” aku menggodanya. Tanganku kembali memijiti tonjolan buah dadanya yang bulat besar, benda itu terasa sedikit kaku sekarang.
972Please respect copyright.PENANA2KxVGlvFly
Sambil mengatur nafas dan dengan ekspresi yang sengaja dibuat serius, wanita itu berkata, “Tidak… ba-bajingan kamu!” suaranya dibuat setegas mungkin, tapi matanya yang sudah sangat sayu itu tidak dapat berbohong kalau dia sangat menikmati perbuatanku.
972Please respect copyright.PENANAdTbltUsA20
jilbab manis-nia (12)
972Please respect copyright.PENANAhRxIofWIXu
“Masa?” godaku lagi sambil terus menggerakkan batang kemaluanku keluar masuk di liang kemaluannya yang terasa semakin basah dan membanjir.
972Please respect copyright.PENANAq4ksAP8EWx
Tampak dia ingin menjawab dengan wajahnya yang merah padam karena peluh, nafasnya yang berat terasa menerpa wajahku, tapi dia tidak jadi membuka mulutnya. Yang ada dia malah mendesah dan merintih semakin keras saat kugenjot pinggulku semakin cepat. “Hssh… hh… hh…” kakinya melingkar di kulit pahaku, seperti ingin meminta lebih dan lebih
972Please respect copyright.PENANA891krWB828
Aku tersenyum saat melihatnya, dia sudah benar-benar jatuh ke dalam pelukanku, seperti korban-korbanku yang lain selama ini. Terus kuhujamkan batang kemaluanku ke liang kemaluannya, semakin lama semakin keras dan dalam, hingga…
972Please respect copyright.PENANAkkvyKJc1pb
”Ughh… hhh… ghh…” wanita itu dengan gugup berusaha menarik nafas panjang dan menggigit bibir bawahnya, berusaha mengendalikan nafasnya yang sudah sangat berat dan ngos-ngosan. Pantatnya yang bulat mulai bergerak turun naik, mengimbangi genjotanku di atas tubuh sintalnya yang sudah mengkilat pasrah, ia sama sekali tak sanggup untuk menghentikannya. Di dalam, liang kemaluannya juga kurasa semakin berdenyut kencang dan menggigit kuat batang kemaluanku. Rupanya dia sudah hampir orgasme.
972Please respect copyright.PENANAAULyVUQyde
“Gimana, nikmat bukan?!”
972Please respect copyright.PENANAfVpS0L9Us0
Kata-kataku membuatnya tak mampu berpura-pura lagi. Mukanya mendadak memerah padam dan dengan setengah tersipu dia berbisik, “Ah, setan kamu! Uhh… uhh… tapi iya, memang enak ba… ughh!!”
972Please respect copyright.PENANA82vdPzYI7E
Belum selesai ia berkata, aku langsung kembali menggenjotnya hingga ia kembali melenguh panjang. Rupanya perasaan malunya telah ditelan oleh kenikmatan yang kuberikan kepadanya.
972Please respect copyright.PENANAxzXACoFSXy
“Ah iya… iya… terus… mmh… aah!!” dia tanpa sungkan-sungkan lagi mengekspresikan kenikmatannya.
972Please respect copyright.PENANAy78RJWGlFF
Selama 15 menit berikutnya kami masih bertempur sengit. Tiga kali dia orgasme dan yang terakhir betul-betul dahsyat kerena bersamaan dengan saat aku ejakulasi. Spermaku menyemprot kencang di liang vaginanya, bertemu dengan semburan-semburan cairan kenikmatannya yang begitu basah dan hangat. Tersungging senyum puas di wajahku. Senyum penuh kemenangan. Ah, sungguh hari yang sempurna. Aku merasa seakan-akan dipenuhi energi yang luar biasa sehingga sanggup untuk menyetubuhinya tiga kali lagi.
ns216.73.216.209da2