Hari yang ditunggu pun tiba. Dengan bersemangat, Revan diantar oleh Bapaknya menuju rumah nenek menggunakan sepeda tua milik sang Bapak. Ia tidak diperbolehkan membawa sepeda miliknya agar tidak tergoda untuk berkeliling dan menjelajahi daerah sekitar.
129Please respect copyright.PENANAdgpYuJMmGa
Setelah menempuh perjalanan singkat, mereka tiba di rumah nenek yang hangat dan penuh kenangan. Bapak Revan menitipkannya kepada nenek, sambil menyampaikan beberapa pesan penting mengenai batasan yang harus diikuti, ia tidak boleh pergi jauh dari rumah, dan diharapkan untuk membantu nenek dengan segala yang diperlukan.
129Please respect copyright.PENANAXHtXIPh3ba
Setelah obrolan yang menyenangkan, Bapaknya pamit pergi bekerja. Momen itu adalah saat yang berharga, karena Revan diantar pagi oleh Bapaknya bertepatan dengan waktu keberangkatan sang Bapak. Sebelum pergi, Bapaknya mengingatkan Revan untuk berperilaku baik, tidak merepotkan nenek, dan selalu siap sedia membantu.
129Please respect copyright.PENANAmXhydadKUg
Begitu Bapaknya pergi, Revan segera membereskan semua barang-barangnya ke dalam kamar. Perlahan, ia mengatur barang-barang ke dalam lemari. Selesai mengatur, nenek memanggilnya untuk makan, lalu meminta Revan istirahat sejenak.
129Please respect copyright.PENANAQTDet5xg6B
Setelah makan, Revan merasa lelah dan tertidur siang untuk mengistirahatkan tubuhnya. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu seorang gadis cantik yang belum pernah ia kenal sebelumnya, bernama Audy. Kulitnya putih dan wajahnya ceria, menambah kesan misterius di benak Revan.
129Please respect copyright.PENANAuez2HHyEmf
Namun, belum sempat mereka berbincang lebih jauh, nenek membangunkannya karena hari sudah sore. Nenek meminta Revan membantunya membersihkan ladang yang selama ini terabaikan. Dengan semangat, Revan bersiap membantu nenek meskipun ia sedang berlibur.
129Please respect copyright.PENANAW0jTYADLbC
Berdasar pada janji yang ia buat dengan Bapaknya, Revan langsung membasuh muka dan bergegas menuju ladang. Bersama nenek, mereka mulai membereskan rumput liar dan merapikan semak-semak, karena nenek berencana menanami ladang dengan ubi jalar. Perlahan-lahan, ladang itu mulai terlihat rapi, hanya tinggal mencangkul untuk menyiapkan tanah.
129Please respect copyright.PENANAcbIhqqtWfe
Namun, menjelang sore, nenek memutuskan bahwa mereka cukup bekerja untuk hari itu dan memintanya untuk mandi dan bersiap menikmati malam. Revan pun patuh dan segera membersihkan diri sebelum menikmati makan malam yang lezat.
129Please respect copyright.PENANA31duZmOQZV
Malam semakin larut, dan Revan bergegas ke tempat tidur, siap untuk istirahat. Namun, pikiran tentang gadis dalam mimpinya, Audy, terus menghantuinya. Siapa dia, dan mengapa wajahnya terus muncul dalam mimpinya? Pertanyaan itu terus berputar di benaknya hingga ia tertidur.
129Please respect copyright.PENANAcqBKWIgaEr
Dalam dini hari, mimpinya kembali menghadirkan Audy. Kali ini, mereka bermain dan bersuka ria di tengah taman indah, seolah dunia ini hanya milik mereka berdua. Namun, petualangan mereka terputus saat nenek membangunkannya di pagi hari.
129Please respect copyright.PENANAK1Bq3Xvi4v
Hari itu, nenek mengajaknya berbelanja ke pasar sayur. Revan dan nenek segera pergi ke tempat tukang sayur, Pak Somat, di mana nenek mulai memilih sayuran segar untuk dimasak. Sementara Revan duduk di dekat keranjang, nenek memberinya izin untuk jajan.
129Please respect copyright.PENANADfR2EmZIXQ
“Kalau mau, ambil saja, Van,” kata nenek.
129Please respect copyright.PENANAvGwZVJKAoh
“Iya, nek,” sahut Revan dengan senyum.
129Please respect copyright.PENANAMNsraXLrKm
Di tengah kesibukan nenek memilih sayuran, seorang ibu, salah satu tetangga yang kaya namun rendah hati, menghampiri mereka. “Bu Surti, sudah lebih dahulu sampai di sini,” sapa ibu tersebut.
129Please respect copyright.PENANANwzFh9lECa
“Ah, Bu Tati! Tumben Ibu agak siang datangnya,” jawab nenek.
129Please respect copyright.PENANAfX5Y4Z0JAS
Sambil berbincang, Ibu Tati menceritakan cucunya yang juga baru datang. “Kasihan, Bu, cucu saya itu satu-satunya, selalu ditinggal sibuk orang tuanya.”
129Please respect copyright.PENANA3H4zDAsPX6
“Oh, ya? Besok ajak dia ke sini, biar bisa berteman dengan Revan!” kata nenek penuh harap.
129Please respect copyright.PENANAKJMkn4HQqt
Setelah berbelanja, mereka pulang dan Pak Somat melanjutkan keliling menjajakan dagangannya. Di rumah, Revan membantu nenek menyiapkan sarapan. Usai selesai, mereka kembali ke ladang untuk melanjutkan kerja.
129Please respect copyright.PENANAkZmE84JR0K
Dari pagi hingga sore, mereka mengolah ladang dengan tekun, hanya mengambil waktu sejenak untuk istirahat. Setelah satu hari penuh, mereka akhirnya berhasil mencangkul seluruh ladang. Setelah beres, Revan segera mandi dan menikmati makan malam.
129Please respect copyright.PENANAxw6BMCd80I
Malam kembali menyelimuti, dan Revan bergegas ke tempat tidur, berharap bisa tidur lebih awal. Namun, bayangan Audy kembali menghantuinya, kepenasaran akan siapa dia dan mengapa menjadi bagian dari mimpinya tak kunjung sirna.
129Please respect copyright.PENANAu4iP3djveQ
Ketika mimpi terulang kembali di tengah malam, Revan merasa semakin dekat dengan Audy, seolah dunia mereka terjalin dalam siluet kenangan yang indah. Namun, alarm pagi menyadarkannya dari mimpi, dan ia segera melangkah ke depan, mencari nenek yang sedang mempersiapkan sarapan.
129Please respect copyright.PENANA9gPjjIFoGS
“Eh, tumben kamu belum dibangunkan. Sudah bangun ya, Van?” tanya nenek ketika melihat Revan yang masih mengantuk.
129Please respect copyright.PENANA6PsQ9w46u4
“Iya, nek. Mimpi yang bikin Revan kaget,” jawabnya sambil menguap.
129Please respect copyright.PENANAWlcxH9F4za
Sebuah senyuman muncul di wajah nenek. “Mimpi aneh ya? Mungkin penunggu ladang ngamuk karena rumahnya dibersihkan!” lelucon nenek mengundang tawa, meski Revan masih terbayang oleh Audy yang misterius.
129Please respect copyright.PENANAZSxQ7kIQTn
“Nek, mimpi saya sudah tiga kali tentang gadis bernama Audy. Kenapa ya?” tanyanya penasaran.
129Please respect copyright.PENANAwl9jagJ9I8
“Ah, itu bunga tidur saja,” jawab nenek sambil mengalihkan pembicaraan.
129Please respect copyright.PENANAxneEkEII55
Meskipun nenek mencoba mengalihkannya, dalam hati Revan, rasa ingin tahunya akan Audy semakin membara. Dengan semangat baru, ia bersiap menjalani hari yang penuh kemungkinan.
129Please respect copyright.PENANAguVGmV39LZ
Revan mencuci muka dan menggosok gigi, sebelum akhirnya membuang air kecil. Setelah menyegarkan wajahnya, ia menunggu sejenak, sementara neneknya masih mengisi air panas ke dalam termos untuk persediaan siang nanti.
129Please respect copyright.PENANA32zpXjGkYX
Tak lama kemudian, mereka berangkat menuju pangkalan Pak Somat untuk berbelanja bahan-bahan yang akan dimasak hari itu. Dengan cepat, mereka tiba di tempat penjual sayur yang terletak tak jauh dari rumah mereka.
129Please respect copyright.PENANAa2B5pdCRvK
Revan pun duduk di dekat keranjang jajanan. Meski tidak begitu suka jajan, ia senang mengamati jajanan yang terdapat di depannya, membolak-balikkan bungkus-bungkusnya dengan penuh teliti, mencari yang menarik perhatian.
129Please respect copyright.PENANAKXDcSEOYfI
Tak lama setelah mereka tiba, suara hangat Ibu Tati terdengar dari kejauhan menyapa nenek. Revan tidak menghiraukan percakapan orang dewasa itu; ia asyik membolak-balik jajanan, terlarut dalam dunia pilihannya.
129Please respect copyright.PENANAOI7II2Zhdp
“Revan, sibuk banget pilih-pilih,” ucap Ibu Tati dengan nada akrab.
129Please respect copyright.PENANAcx9usd5x1B
“Iya, Bu. Bingung mau pilih yang mana,” jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari jajanan.
129Please respect copyright.PENANAr17Y3qaeLl
Revan kembali melanjutkan pencariannya di keranjang tersebut, hingga Ibu Tati berkata, “Ayo, kamu juga pilih jajanan seperti Revan.” Sebuah kalimat yang langsung menarik perhatiannya karena namanya disebut.
129Please respect copyright.PENANAWA1N1jcF9T
Dalam hati, ia berpikir bahwa Ibu Tati tidak datang sendirian. Dengan rasa penasaran, ia menoleh. Betapa terkejutnya ia ketika melihat gadis yang menghiasi mimpinya kini berdiri nyata di hadapannya.
129Please respect copyright.PENANAVvuEQ5VnNG
“Nek…,” serunya pelan, sembari menatap gadis itu, Audy.
129Please respect copyright.PENANA35hkRYs6Yl
Nenek yang merasakan ketegangan itu, langsung menoleh dan melihat ke arah Audy. Seolah mengerti kerumitan pikiran cucunya, nenek mendekat dan mengalihkan perhatian Revan agar tidak membingungkan orang-orang di sekitar.
129Please respect copyright.PENANACf0pCAZCWj
“Jadi, Van, kamu mau jajanan yang mana?” tanya nenek, sambil berdiri di hadapan Revan, menutupi pandangannya terhadap Audy.
129Please respect copyright.PENANAtJdhuME77f
“Nek, gadis itu…” bisiknya penuh harap.
129Please respect copyright.PENANA9PJ7AupNzX
“Shh, jangan berisik. Tenang dan simpan saja dalam hati,” jawab nenek sembari mengangguk penuh makna.
129Please respect copyright.PENANAsT2DCzkC5U
Revan menuruti petunjuk nenek, merasakan betapa nenek menyimpan sebuah rahasia penting. “Mau jajanan yang mana, Van? Nenek bawa ke Pak Somat untuk dibayar,” ucap nenek lembut.
129Please respect copyright.PENANAFshjeDMABS
“Yang ini saja, nek,” jawab Revan seraya mengambil satu jajanan tanpa ragu lagi.
129Please respect copyright.PENANAjTWUEUMERG
“Cuma ini?” tanya nenek lagi.
129Please respect copyright.PENANAi8kazAqx9f
“Iya, ini saja, nek,” tegaskan Revan.
129Please respect copyright.PENANAL799E7TtdH
“Baiklah, nenek bayar dulu,” ucap nenek sambil membawa jajanan yang dipilihnya menuju Pak Somat.
129Please respect copyright.PENANAbPtLPy2vwe
Di sisi lain, Ibu Tati masih berusaha membujuk Audy untuk memilih jajanan.
129Please respect copyright.PENANAQ0YxmiXIxj
“Sudah, ayo pilih jajanan, seperti Revan yang sudah menemukan pilihannya,” rayu Ibu Tati.
129Please respect copyright.PENANA0iZ8QHPM4I
“Ah, nggak mau, malu, Oma. Nanti saja,” jawab Audy, terlihat tidak bersemangat.
129Please respect copyright.PENANACYtxVeq2rx
“Tidak apa-apa, kenalan saja dulu dengan Revan agar punya teman. Kamu kan tidak punya teman sama sekali,” bujuk Ibu Tati.
129Please respect copyright.PENANAacgaBfN9wU
“Aku punya teman, Oma jangan bikin aku malu saja,” balas Audy.
129Please respect copyright.PENANAwt5tue0oDY
“Mas Revan, sini, kenalkan ini cucu Oma, namanya Audy,” panggil Ibu Tati.
129Please respect copyright.PENANA26wDfFemNb
Revan menoleh kepada neneknya, yang mengangguk mengizinkannya untuk mendekati Audy.
129Please respect copyright.PENANA6QFsTsMtKu
“Iya, Ibu,” ucapnya sambil melangkah mendekati gadis itu.
129Please respect copyright.PENANASKj1DhbSdv
“Mulai sekarang, jangan panggil Ibu lagi. Panggil Oma, seperti Audy,” kata Ibu Tati.
129Please respect copyright.PENANAIuDXQ1ZrVj
“Eh, iya, baik, Oma,” jawab Revan, merasa hangat dengan panggilan baru itu.
129Please respect copyright.PENANAUMmCcqE7Dp
“Sekarang, mulai kenalan dengan cucu Oma yang cantik ini. Revan, temani ya,” ucap Oma, mendorong mereka berdua untuk berinteraksi.
129Please respect copyright.PENANADoAnfV7NWZ
“Oma…” bisik Audy, tampak sedikit canggung.
129Please respect copyright.PENANAmdnOf7eyfT
“Iya, siap, Oma,” jawab Revan, tersenyum.
129Please respect copyright.PENANA4UPAo94uyp
Akhirnya, tanpa terasa, mereka berdua pun saling berkenalan, mulai menjalin pertemanan yang diharapkan bisa membawa kebahagiaan di antara mereka.129Please respect copyright.PENANAwDoGwduZD0