
Mendengar itu rasa penasaran Arifah membuat dia diam-diam bangun lagi dari tidurnya. Kembali dia mengintip dari celah pintu yang terbuka dan Arifah melotot melihat Bayu menyetubuhi Dewi di atas sofa. Walau dalam remang-remang cahaya lampu dari dapur yang membuat adegan di ruang tamu itu tetap bisa terlihat. Terlihat mereka saling beradu kelamin. Dewi terlentang di sofa sementara Bayu menggenjotnya dengan penuh gairah.
5172Please respect copyright.PENANAd2XKGO2JlJ
“Yesss…. Terus… ahhhhhh!”
5172Please respect copyright.PENANAWN899nu3cq
Lenguhan, demi lenguhan terus terdengar. Arifah tidak dapat menahan rasa penasaran melihat hubungan kelamin antar dua manusia dewasa. Terlihat Bayu memompakan kontolnya ke memek Dewi sambil meremas payudara kekasihnya itu.
5172Please respect copyright.PENANA2000AtNlcJ
Bunyi pertemuan kedua selangkangan mereka terdengar di kesunyian malam. Mereka bercinta tanpa khawatir orang dalam rumah tiba-tiba bangun dan melihat mereka berdua. Memek Arifah berdenyut-denyut melihat itu.
5172Please respect copyright.PENANALji3GET04M
***
5172Please respect copyright.PENANAXnYk0Xe7b5
Hari demi hari berlalu, dan Arifah menyadari bahwa ia mulai kecanduan untuk melihat adegan seperti itu lagi. Setiap kali ada kesempatan, ia akan mengintip dari balik pintu, menunggu momen-momen intim itu terjadi. Semua itu begitu menarik baginya, begitu asing namun mengundang.
5172Please respect copyright.PENANAGeMbzQFChc
Suatu hari, saat mereka semua sedang makan malam, Dewi memperhatikan Arifah yang tampak gelisah dan lebih pendiam dari biasanya.
5172Please respect copyright.PENANAUPiFvrOOYm
"Rifah, kamu kok kelihatan lebih pendiam akhir-akhir ini. Kamu baik-baik saja kan?" tanyanya dengan nada khawatir.
5172Please respect copyright.PENANAhAl06D2FVF
Arifah tersenyum kecil, berusaha menutupi kegelisahannya. "Aku baik-baik saja, kak. Cuma lagi banyak pikiran aja," jawabnya singkat, mencoba menghindari topik lebih jauh.
5172Please respect copyright.PENANA6DFE3ONx32
Intan, yang duduk di seberang Arifah, ikut menimpali. "Kalau ada apa-apa, jangan sungkan cerita sama kita, ya. Kita semua di sini satu keluarga."
5172Please respect copyright.PENANADO1Wx6w1fE
Arifah mengangguk, tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa ia tidak bisa menceritakan apa yang sebenarnya ia rasakan. Keinginan untuk melihat hal-hal yang seharusnya tidak ia lihat membuatnya merasa bersalah dan bingung. Ia tahu bahwa ini adalah sesuatu yang baru dan salah, tetapi ia tidak bisa menghentikan keinginan untuk terus menyaksikan adegan-adegan seru itu.
5172Please respect copyright.PENANAq782LmPhJn
Malam berikutnya, Arifah kembali mengulangi kebiasaannya. Saat Dewi dan kekasihnya sedang bersama di ruang tamu, ia kembali mengintip dari balik pintu. Namun kali ini, ia mencoba memahami lebih dalam apa yang membuatnya begitu tertarik. Apakah ini hanya karena rasa penasaran, atau ada sesuatu yang lebih dari itu?
5172Please respect copyright.PENANAFHQzr2cwYb
Di tengah kegelisahan hatinya, Arifah tahu bahwa ia harus menemukan jawabannya sendiri. Meskipun perasaannya campur aduk, ia sadar bahwa ini adalah bagian dari pertumbuhannya sebagai seorang gadis muda yang sedang mencari jati diri di kota besar ini. Jakarta telah membuka mata dan pikirannya terhadap banyak hal, dan ia tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk memahami semua ini tanpa kehilangan dirinya sendiri.
5172Please respect copyright.PENANArkdH1CWtdP
Malam itu, Arifah kembali terjaga. Kegelisahan dalam dirinya membuatnya sulit tidur, dan rasa ingin tahu yang kian membesar menariknya untuk keluar dari kamar. Ia tidak tahu mengapa ia melakukan ini, tapi ada sesuatu yang membuatnya tak mampu menahan diri.
5172Please respect copyright.PENANAtvDsIZFX8U
Dengan hati-hati, Arifah membuka pintu kamar. Ia sudah hafal dengan suara tawa dan bisikan pelan Dewi dan kekasihnya di ruang tamu. Tanpa sadar, ia mendekatkan wajahnya ke celah pintu, berharap bisa melihat apa yang sedang terjadi.
5172Please respect copyright.PENANAllzT1RR4Uj
Di ruang tamu, Dewi dan kekasihnya tampak tenggelam dalam dunia mereka sendiri. Mereka saling berciuman dengan lembut, dan Arifah bisa melihat tangan kekasih Dewi yang mulai menyentuh tubuh Dewi dengan mesra. Payuadara Dewi terlihat diremas oleh Bayu. Arifah menahan napas, merasakan campuran rasa malu, penasaran, dan kegembiraan aneh yang mulai muncul di dalam dirinya. Ia tahu apa yang ia lakukan ini salah, tetapi keinginan untuk terus melihat begitu kuat.
5172Please respect copyright.PENANAE2HgHxye9O
Adegan makin panas saat keduanya sudah saling mengadu kelamin. Kali ini Dewi berada di atas tubuh Bayu yang terlentang dengan kontol berdiri tegak. Arifah terpana melihat kontol Bayu. Memeknya berdenyut hanya dengan menyaksikan kemaluan lelaki. Dewi menduduki kontol itu dan melesaklah kontol itu ke dalam memek Dewi. Setelah itu Dewi mulai bergerak erotis diatas tubuh Bayu.
5172Please respect copyright.PENANA4C8yHwWov8
“Shhhhhhhhhhhh…. Ahhhhhhhhhhhhhh!”
5172Please respect copyright.PENANArpm44vSKmP
Dewi menggoyang tubuhnya dengan gerakan yang semakin liar. Terkadang turun naik berganti maju muindur, kemudian memutar pinggulnya. Sesekali payudaranya yang berguncang-guncang itu diremas oleh Bayu.
5172Please respect copyright.PENANA9YfzHyD1wR
Namun, tiba-tiba Dewi menghentikan gerakannya. Ia sepertinya menyadari sesuatu. Dewi menoleh ke arah kamar, dan matanya langsung bertemu dengan pandangan Arifah yang mengintip dari balik pintu. Arifah tersentak, wajahnya memerah, dan ia segera menarik diri dan melangkah perlahan menuju ke tempat tidur. Dia membaringkan tubuhnya di ranjang dengan sebisa mungkin tak menimbulkan suara. Jantungnya berdebar kencang, rasa malu dan ketakutan menguasai dirinya.
5172Please respect copyright.PENANAHdzhRSA2Xr
Sesaat kemudian, terdengar suara ketukan di pintu. Arifah tahu itu pasti Dewi. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu dan melihat Dewi berdiri di sana dengan hanya memakai celana dalam dan BH saja, dengan senyuman misterius di wajahnya.
5172Please respect copyright.PENANAubcqZ0gGr3
"Rifah, aku tahu kamu melihat kita tadi, gapapa kok," kata Dewi lembut, tidak menunjukkan tanda-tanda marah. "Kamu nggak perlu malu."
5172Please respect copyright.PENANA7JKf0zSOFw
Arifah menunduk, tidak berani menatap Dewi. "Maaf, kak... aku nggak sengaja..."
5172Please respect copyright.PENANADGeHEnaVaX
Dewi menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. "Nggak apa-apa, Rifah. Aku ngerti kok. Wajar kalau gadis seusia kamu penasaran dengan hal-hal kayak gitu."
5172Please respect copyright.PENANACKtZMvmAxI
Arifah mengangguk pelan, tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. "Iya... aku cuma... aku nggak tahu kenapa aku ngelakuin ini."
5172Please respect copyright.PENANAAiMG8hjmxD
Dewi menatap Arifah dengan tatapan penuh pengertian. "Dengar, Rifah, aku nggak marah. Kalau kamu penasaran dan mau lihat, kamu lihat aja gak usah takut-takut dan ngintip segala. Kami nggak akan marahi kamu kok."
5172Please respect copyright.PENANAT5urYcNl5N
Arifah terdiam, tercengang dengan apa yang baru saja didengarnya. Tawaran itu membuatnya terkejut, tetapi juga mengguncang nalurinya. Ada sesuatu yang menggelitik di dalam dirinya, rasa ingin tahu yang begitu besar, tetapi juga ketakutan yang sama besarnya.
5172Please respect copyright.PENANAK8FWpu1vFC
"Aku... aku nggak tahu, kak," jawab Arifah pelan, suaranya bergetar. "Aku nggak pengen ngitip sih... aku nggak ngerti kenapa malah tiba-tiba jadi ngitipin kakak."
5172Please respect copyright.PENANAzXH1WmgdYw
Dewi tersenyum, meraih tangan Arifah dan menggenggamnya dengan lembut. "Nggak apa-apa, Rifah. Kamu nggak usah ngerasa bersalah. Aku cuma ingin kamu tahu kalau kamu nyaman di sini, dan kami nggak akan menghakimi kamu."
5172Please respect copyright.PENANAMvEV0ogkSu
Arifah merasakan hangatnya genggaman tangan Dewi, dan ia terharu dengan pengertian Dewi. "Terima kasih, kak. Aku... aku hanya takut."
5172Please respect copyright.PENANAYiZiQATZu5
Dewi mengangguk, melepaskan tangannya dari genggaman Arifah. "Udah santai aja gak usah takut lagi."
5172Please respect copyright.PENANAsZ4gHW9tcz
Arifah mengangguk, merasa lega dan sedikit tenang. Meskipun masih banyak yang belum ia pahami tentang perasaannya, ia tahu bahwa ia tidak sendirian. Dan mungkin, dengan waktu, ia akan bisa menemukan jawaban atas kebingungan yang melanda hatinya.
5172Please respect copyright.PENANAZ1BA81qYeU
Dewi tersenyum lagi sebelum kembali ke ruang tamu menemui kekasihnya untuk kembali bersetubuh dengan kekasihnya, meninggalkan Arifah yang masih dilanda berbagai perasaan, hatinya kacau balau. Dia mencoba merenungi apa yang terjadi padanya malam ini. Arifah berbaring dengan banyak pikiran di kepalanya, mencoba mencerna semuanya, dan memahami jalan hidup yang begitu berbeda di kota ini.
5172Please respect copyright.PENANAVddN9Fo61q
Keesokan harinya, suasana di rumah kontrakan terasa agak canggung bagi Arifah. Pikirannya masih dipenuhi oleh percakapan dengan Dewi tadi malam. Dewi seolah bisa melihat segala kebingungan yang ada di wajah Arifah, dan memutuskan untuk berbicara lagi dengannya.
5172Please respect copyright.PENANAg7hHawpL7X
Ketika mereka hanya berdua di dapur, Dewi mendekati Arifah dan berkata dengan nada lembut, "Rifah, aku tahu kamu mungkin merasa bingung dan mungkin sedikit malu dengan apa yang kamu lihat tadi malam. Aku cuma ingin kamu tahu bahwa kalau kamu ingin melihat lagi, kamu nggak perlu sembunyi-sembunyi. Kamu gak perlu ngintip-ngintip."
5172Please respect copyright.PENANAzAzwylGvrR
Arifah menatap Dewi dengan mata lebar, terkejut dengan keterusterangannya. "Maksudnya, Kak? aku gak ngerti?"
5172Please respect copyright.PENANAuUz9e8Ej7D
Dewi tersenyum, lalu menghela napas ringan. "Aku dan Intan udah pernah ngobrol soal ini. Kami berdua nggak keberatan kalau kamu ingin melihat langsung apa yang kami lakukan dengan pacar kami. Kamu boleh ada di sana, asal kamu merasa nyaman. Kami nggak ingin kamu merasa harus mengintip atau sembunyi-sembunyi."
5172Please respect copyright.PENANAAh5KTPHKuk
Arifah merasa bingung dengan tawaran ini. Dia benar-benar heran dengan Dewi dan Intan. Apa yang ada dibenak mereka bisa-bisanya mereka tidak keberatan adegan intim mereka aku lihat.
5172Please respect copyright.PENANAlOShZoSatr
"Tapi... itu kan hal yang pribadi, kak. Aku nggak mau ganggu kalian."
5172Please respect copyright.PENANA9R0ONEhH3D
Dewi mengangguk, memahami keraguan Arifah.
5172Please respect copyright.PENANA9avqfocQOI
"Aku ngerti, Rifah. Tapi di sini, di rumah ini, kami lebih terbuka tentang hal-hal kayak gini. Ini mungkin berbeda dengan yang kamu tahu di kampung atau di tempat lain, tapi kita semua di sini adalah teman. Kami percaya bahwa nggak ada salahnya berbagi pengalaman, selama semua orang merasa nyaman."
5172Please respect copyright.PENANAG9wCEh7NN8
Arifah terdiam, mencerna kata-kata Dewi. Ia tidak tahu harus berkata apa. Di satu sisi, ia merasa tidak seharusnya ia melihat atau terlibat dalam hal-hal seperti itu. Namun, di sisi lain, ada rasa ingin tahu yang kuat dalam dirinya yang membuatnya ingin tahu lebih banyak.
5172Please respect copyright.PENANA30gWCVfYDB
"Kakak bicara dengan kak Intan tentang ini?" tanya Arifah akhirnya, mencoba mengalihkan pikirannya dari keraguan.
5172Please respect copyright.PENANAs4z8OQ6kKS
Dewi mengangguk lagi. "Iya, kami berdua nggak masalah. Intan dan aku hanya ingin kamu merasa nyaman dan tahu bahwa kalau kamu tiba-tiba melihat kami dengan pacar kami kapan pun kamu tidak harus ngerasa salah. Karena ini adalah rumah kita bersama, dan kami ingin kamu merasa seperti di rumah."
5172Please respect copyright.PENANACVBKZiqBvU
Percakapan itu membuat Arifah merasa sedikit lebih tenang, meskipun hatinya masih penuh dengan kebingungan. Ia belum pernah dihadapkan pada pilihan seperti ini sebelumnya, dan ia merasa perlu waktu untuk memutuskan apa yang sebenarnya ia inginkan.
5172Please respect copyright.PENANAqbQeFCR6rS
Malam itu, ketika Dewi dan Intan masing-masing menghabiskan waktu bersama kekasih mereka. Dewi dan Bayu di ruang tamu. Intan dan kekasihnya Andre di kamar Intan. Sementara Anisa saat ini sedang shift malam. Arifah merasa canggung berada di dalam kamar sendirian. Kata-kata Dewi bahwa dia bebas melihat mereka terngiang di kepalanya. Ia bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika ia menonton mereka secara terang-terangan di dekat mereka.
5172Please respect copyright.PENANA0whEPahhBf
Dengan langkah perlahan, Arifah hendak membuka pintu kamarnya dan berjalan keluar. Ia bisa mendengar suara tawa dan bisikan dari kamar Intan dan Dewi. Ia berhenti sejenak di depan pintu kamarnya, ragu untuk terus melangkah. Dia merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Di dalam pikirannya, ia bertarung dengan rasa penasaran dan ketakutannya.
5172Please respect copyright.PENANAD8MxPPPV1d
Setelah beberapa saat, Arifah menarik napas dalam-dalam dan kembali ke kamarnya. Malam ini, ia memutuskan untuk tidak melangkah lebih jauh. Tetapi ia tahu bahwa ia akan terus memikirkan hal ini. Mungkin suatu saat nanti, ia akan menemukan jawabannya sendiri. Hingga saat itu, ia hanya bisa mencoba untuk mengerti dan menemukan jalan hidupnya di kota yang begitu berbeda ini.
5172Please respect copyright.PENANAcmrwlcDAsk
****
5172Please respect copyright.PENANAXm2c31mS2e
Malam itu, setelah berhari-hari bergulat dengan perasaannya, Arifah akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran Dewi. Rasa penasaran yang selama ini menghantui pikirannya kini tumbuh semakin kuat. Dia ingin melihat langsung tanpa harus mengintip dengan rasa takut. Ia ingin tahu lebih banyak tentang dunia yang selama ini ia hanya dengar dari cerita atau baru-baru ini dia lihat secara mengintip. Meskipun hatinya masih diliputi kebingungan dan sedikit rasa takut, Arifah tahu bahwa satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa penasaran di hatinya.
5172Please respect copyright.PENANANfMUUw0oH1
Dengan tangan gemetar, Arifah keluar dari kamarnya dan berjalan perlahan menuju ruang tamu. Ia bisa mendengar suara tawa lembut dan percakapan pelan dari kamar Dewi. Jantungnya berdebar kencang, setiap langkah terasa semakin berat, tetapi keinginan untuk mengerti lebih banyak mendorongnya untuk terus maju.
5172Please respect copyright.PENANAAXeUVKPIa5
Di depan pintu kamar Dewi, Arifah berhenti sejenak. Ia mengumpulkan keberanian, mengingat kata-kata Dewi bahwa ia tidak perlu merasa malu atau takut. Akhirnya, dengan satu tarikan napas panjang, Arifah mengetuk pintu perlahan.
5172Please respect copyright.PENANAJTqgw1wOaK
Dewi membuka pintu dengan senyuman ramah. Ia tampak tidak terkejut melihat Arifah berdiri di sana.
5172Please respect copyright.PENANAbMa1zWbmiV
“Hei, Rifah. Ada apa? Kamu mau ngobrol?” tanyanya dengan lembut.
5172Please respect copyright.PENANAtxrx5zAncX
Arifah mengangguk pelan, merasa sedikit gugup.
5172Please respect copyright.PENANAdVVFtl5rqS
“Kak Dewi, aku… aku pikir aku ingin mencoba menerima tawaran kakak yang kemarin.”
5172Please respect copyright.PENANAc3CxY0LT0I
Rasanya sangat sulit mengucapkan kata-kata itu dan saat bisa terucap begitu malunya Arifah.
5172Please respect copyright.PENANAqFVDPqIfG6
Dewi tersenyum hangat, menandakan persetujuannya. “Nah gitu dong biar kamu gak perlu takut-takut dan malu. Yuk, masuk.”
5172Please respect copyright.PENANAzlXLhtiGza
Arifah melangkah masuk ke dalam kamar Dewi. Di dalam, kekasih Dewi, Bayu, duduk di tepi tempat tidur dengan senyum ramah.
5172Please respect copyright.PENANAqgkbGXoM0E
“Hai, Arifah,” sapanya. “Nggak apa-apa, ya? Kita juga nggak mau bikin kamu nggak nyaman.”
5172Please respect copyright.PENANAgpOS2MRVZ7
Arifah mengangguk lagi, sedikit terkejut dengan sikap ramah mereka. “Nggak apa-apa kan, kalau aku cuma… pengen tahu lebih banyak. Terima kasih udah ngerti.”
5172Please respect copyright.PENANAZxeVRVuckC
Dewi dan Bayu bertukar pandang sejenak sebelum Dewi melangkah mendekati Arifah dan menggenggam tangannya. “Kamu boleh duduk di sini, Rifah. Kami akan mulai pelan-pelan, oke? Kalau kamu merasa nggak nyaman kapan saja, kamu bisa bilang.”
5172Please respect copyright.PENANAhEOyeCpYpP
Arifah duduk di kursi yang disiapkan Dewi, tepat di sudut ruangan. Ia merasa campuran antara kegugupan dan rasa penasaran, tetapi ia memutuskan untuk tetap berada di sana dan melihat apa yang terjadi. Lampu tetap dinyalakan dengan erang benderang agar semua terlihat jelas bagi Arifah.
5172Please respect copyright.PENANA7w2qhS7IiI
Dewi dan Bayu perlahan-lahan, mereka mulai saling mendekat dan berciuman. Arifah menyaksikan dengan mata terbelalak, memperhatikan setiap gerakan dengan seksama. Ia merasa jantungnya berdebar lebih cepat, tetapi tidak ada rasa takut lagi. Hanya ada rasa ingin tahu yang mendalam.
5172Please respect copyright.PENANAbuAsaBSm29
Seiring waktu, Dewi dan Bayu mulai lebih intim. Mereka tampak benar-benar nyaman satu sama lain, dan Arifah merasa seperti sedang menonton sesuatu yang indah namun pribadi. Ada keintiman dan kepercayaan yang jelas di antara mereka, sesuatu yang Arifah belum pernah saksikan sebelumnya. Mereka saling menelanjangi dan saling mencumbu.
5172Please respect copyright.PENANAQ5k16SnSSX
Arifah bisa melihta dengan jelas kontol Bayu yang menimbulkan sebuah rasa di memeknya hanya dengan melihat saja. Bayu dan Dewi saling bergantian menjilati kemaluan pasangan mereka. Erangan dan rintihan terdengar silih berganti. Memek Dewi terlihat tanpa bulu mungkin dia mencukurnya.
5172Please respect copyright.PENANAsD3ME6yVxE
Arifah bisa melihat proses masuknya kontol Bayu yang lumayan besar itu ke dalam memek Arifah. Melesak dan ditelan oleh memek yang tanpa bulu itu.
5172Please respect copyright.PENANApynHzBXSWV
Setelah beberapa waktu, Dewi dan Bayu berhenti dan berbalik ke arah Arifah. Dewi tersenyum lembut padanya. “Gimana, Rifah? Kamu baik-baik aja kan?”
5172Please respect copyright.PENANAkT7S4rRRO7
Arifah menelan ludah dan mengangguk. “Iya, aku baik-baik aja kak. Terima kasih sudah memperbolehkan aku melihat. Aku… aku belajar banyak.”
5172Please respect copyright.PENANAzXJdT2pVzq
Dewi dan Bayu tersenyum, tampak lega dan senang bahwa Arifah merasa baik-baik saja. Dewi meraih tangan Arifah sekali lagi dan menggenggamnya erat. “Aku senang kamu di sini, Rifah. Kami ingin kamu tahu bahwa kamu selalu bisa bertanya atau datang ke sini kapan saja. Kita semua belajar bersama, kan?”
5172Please respect copyright.PENANAhNOwBCm0Wl
Arifah merasa terharu dengan kata-kata Dewi. Ia tersenyum kecil, merasa lebih tenang dan nyaman daripada sebelumnya. “Iya, terima kasih, Kak Dewi. Terima kasih, Kak Bayu. Aku benar-benar menghargai ini.”
5172Please respect copyright.PENANAMe7cRowa6s
Bayu dan Dewi mengangguk sambil tersenyum dan keduanya mulai beradu kelamin di hadapan Arifah yang duduk di kursi dekat ranjang. Mereka menikmati persetubuhan sambil dilihat orang lain. Ada sensasi tersendiri yang timbul dari hal itu.
5172Please respect copyright.PENANAIBf1etTigg
Berbagai gaya ngentot dilihat oleh Arifah yang masih perawan dan polos itu.
5172Please respect copyright.PENANAyXppfiWOhK
“Ouwhhhhh yah ….iyahhhhh gitu … ahhhhhhhhh!”
5172Please respect copyright.PENANAf904vMg3GT
Semua terlihat begitu merangsang bagi Arifah. Memeknya terasa basah oleh cairan yang merembes akibat rangsangan yang timbul dari melihat secara langsung adegan senggama antar dua kekasih itu.
5172Please respect copyright.PENANAWTJfvtmW68
“Aku mau nyampe yang…!” Ujar Dewi.
5172Please respect copyright.PENANA0HXSlZDrHB
“Aku juga mau keluar….!”
5172Please respect copyright.PENANASvoWdPVtCg
Keduanya makin ganas mengadu kelamin mereka. Tiba-tiba Bayu mencabut kontolnya dan mengocoknya dengan cepat di depan wajah Dewi.
5172Please respect copyright.PENANAVUbjyVWdLb
Crottt…….. crotttttttttt… crotttttttttttt
5172Please respect copyright.PENANAxY1H3RvtGg
Akhirnya mereka mencapai klimaksnya.
5172Please respect copyright.PENANAfjUTHpwG3t
****
5172Please respect copyright.PENANAgEdWzvU7ro
Malam itu, Arifah kembali ke kamarnya dengan pikiran yang penuh, tetapi hati yang lebih tenang. Ia tahu bahwa masih banyak yang harus ia pelajari dan pahami, tetapi ia merasa lebih yakin bahwa ia bisa menemukan jalannya sendiri di tengah-tengah semua ini. Mungkin, perlahan-lahan, ia akan bisa memahami dan menerima sisi baru dari dirinya yang mulai terungkap di kota besar ini.
5172Please respect copyright.PENANAzaJCorvvmw
Malam berikutnya, suasana di rumah kontrakan sedikit berbeda. Setelah peristiwa dengan Dewi dan Bayu, Arifah merasa sedikit lebih terbuka terhadap hal-hal baru. Namun, ia masih merasa agak canggung saat harus bertemu dengan Dewi dan Intan, meskipun mereka semua sudah bersikap sangat baik dan pengertian.
5172Please respect copyright.PENANALzwqSovTNg
Intan, yang sejak awal menyadari kebingungan Arifah, memperhatikan perubahan sikapnya. Saat mereka bertiga sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi, Intan memutuskan untuk memulai percakapan.
5172Please respect copyright.PENANAyXVYTYWTOb
"Rifah," Intan memanggilnya dengan nada lembut. "Kamu kelihatan udah lebih enjoy kayaknya belakangan ini. Aku senang kalau kamu udah mulai merasa nyaman di sini."
5172Please respect copyright.PENANAFP0L8nVAuK
Arifah tersenyum tipis, mengangguk. "Iya, terima kasih, Kak Intan. Aku belajar banyak dari kalian berdua. Meski masih banyak yang perlu kupahami."
5172Please respect copyright.PENANAgFLHnsIpTe
Intan tersenyum dan menatap Arifah dengan penuh perhatian. "Baguslah kalo gitu. Jadi kamu gak stress ngadapin segala sesuatu yang baru di rumah ini."
5172Please respect copyright.PENANAzoihWdlJj4
Setelah beberapa saat hening, Intan berbicara lagi, kali ini dengan nada lebih hati-hati. "Rifah, aku tahu ini mungkin aneh atau gimna, tapi aku pengen nawarin sesuatu ke kamu."
5172Please respect copyright.PENANAO19G5g4hr9
Arifah menatap Intan dengan sedikit rasa ingin tahu. "Apa itu, kak Intan?"
5172Please respect copyright.PENANAAruBtMqPN9
Intan menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Kalau kamu gak keberatan, kamu bisa gabung ama aku dengan pacarku malam ini?”
5172Please respect copyright.PENANAq46akssVTf
Mata Arifah membesar karena terkejut. "Bergabung… ama kalian. Oh kalian mau aku lihta langsung kalian lagi gituan ya kak?"
5172Please respect copyright.PENANAjfrsUFSj0M
Intan mengangguk pelan, mencoba meyakinkan Arifah. "Iya, Rifah. Tapi ini bukan sekedar liat aja Rifah, kalau kamu mau ikutan main boleh kok."
5172Please respect copyright.PENANA4hVLiLcOPm
Arifah sangat kaget mendengar ucapan Intan. Dia terdiam sejenak, mencerna tawaran yang baru saja ia dengar. Ada bagian dari dirinya yang penasaran, yang ingin tahu apa yang bisa ia pelajari dan alami dari situasi ini. Tetapi di sisi lain, ia juga merasa takut dan ragu. Ini sesuatu yang aneh bahkan gila. Mana ada seorang gadis menawarkan seseorang untuk ikut dalam percintaan yang dia lakukan dengan pacarnya.
5172Please respect copyright.PENANAXgwz4Tt5fG
"Aku… aku nggak tahu, kak. Ini semua masih aneh bagiku. Aku masih mencoba memahami semua ini," kata Arifah, suaranya sedikit gemetar.
5172Please respect copyright.PENANAta9mGmtRWI
Intan meraih tangan Arifah dan menggenggamnya erat. "Santai aja Rifah. Itu nggak apa-apa bagi aku dan pacarku kok. Kamu nggak perlu buru-buru ngambil keputusan. Terserah ama kamu. Kalau kamu mau mencoba, kamu bisa. Kalau kamu merasa nggak siap, itu juga nggak apa-apa."
5172Please respect copyright.PENANA1z3AW72bMO
Arifah mengangguk, merasa sedikit lebih tenang dengan kata-kata Intan. "Terima kasih, kak. Aku benar-benar menghargai kalian semua karena bersikap terbuka dan pengertian padaku."
5172Please respect copyright.PENANAf1lE1rFHzG
Intan tersenyum hangat. "Kami hanya ingin kamu merasa nyaman dan tahu bahwa kamu aman bersama kami, Rifah. Lagian kamu bisa menikmati ini dengan masih tetap perawan kok Rifah."
5172Please respect copyright.PENANARSAKAeobmA
Bersambung
ns18.117.246.69da2