Karena tak bisa membeli tiket konser Muse, Nadya sampai merengek-rengek di bawah pohon eucalyptus di belakang sekolah. Ia hampir menangis, bahkan sampai menelungkupkan kepalanya karena frustrasi.
Namun, saat ia mengangkat kepalanya, ada seorang cowok yang berdiri di hadapannya.
Bukan, cowok itu bukan orang asing.
Cowok itu adalah Aldo Nugraha. Blasteran Prancis-Indonesia, Ketua OSIS, kapten tim basket, dan siswa terpintar di angkatan mereka. Dengan senyum yang secerah matahari, Aldo dikenal sebagai sosok yang ramah dan menyenangkan. Baik cewek maupun cowok, semua orang menyukai kehadirannya.
Namun, di hari itu, ia mendekati Nadya dengan satu kalimat yang mengubah segalanya:
"Kamu mau tiket konser Muse?"
"Iya," jawab Nadya, masih manyun.690Please respect copyright.PENANAdW3VMeKMKa
"Aku punya satu tiketnya," ucap Aldo. "tapi kamu yakin?"690Please respect copyright.PENANANT1eW5mnkV
"Yakin kenapa?" tanya Nadya bingung.690Please respect copyright.PENANA0cB7hrRVBF
"Ada perjanjiannya."690Please respect copyright.PENANAcNvustp2Qd
"Hah?" Nadya mengernyitkan dahi. Perjanjian apa?
Ah, bodo amat! Yang penting dia bisa dapat tiketnya!
"Oke, oke, nggak apa-apa! Apa aja perjanjiannya asal aku dapet tiketnya!" ujar Nadya mantap. Ia memang penggemar berat Muse.690Please respect copyright.PENANA7A9IMMXUEX
"Oke. Perjanjiannya itu..." ujar Aldo, matanya menatap Nadya dengan lekat.
Cowok itu pun tersenyum manis, lalu melanjutkan:
"Kamu jadi pacar aku."
690Please respect copyright.PENANAzRTjKr5m95
690Please respect copyright.PENANAmYtmXarWYs
690Please respect copyright.PENANAsT8ysevpBl
690Please respect copyright.PENANA8PfHYeq4wh
690Please respect copyright.PENANAb6vxWRhNBX
******
Buku ini sudah diterbitkan pada tahun 2018 dan masih tersedia di Google Play Books.
ns216.73.216.65da2