Qistina menundukkan dirinya, meletakkan suction-cup dildo di atas bibir Sofia, dan mula beraksi ke atasnya. Ini menyebabkan istriku tidak lagi bersuara, dan satu-satunya yang memisahkan cipapnya dan mulut istriku adalah telur dildo itu.
Sofia mula mengerang dan menggoyangkan punggungnya dengan kuat. Qistina tiba-tiba bangun dan memarahinya, "berhenti aunty!"
Dia memandang QIstina dengan mata terbuka luas, jelas menunjukkan rasa frustrasinya. Namun, setelah beberapa saat, dia menarik nafas dalam-dalam, cuba mengawal emosinya, dan akhirnya menurut seperti hamba yang patuh.
Qistina kemudian perlahan-lahan menarik keluar dildonya, pergerakannya bersahaja. Dia memandang Sofia dengan senyuman nakal bermain di bibirnya sebelum berkata, "Tukar mainan dengan saya, aunty"
Sofia mengeluarkan vibrator pinknya dan menyerahkannya kepada Qistina. Dia kemudian mengambil dildo lutsinar itu, "omg, basah lencun!." Dia kemudian menolak dildo yang baru sahaja ditukar masuk ke dalam cipapnya. Qistina mengangkat vibrator pink itu ke wajahnya dan berkata, "Aunty Sofia, banyak betul jus aunty! nakal..." Dia kemudian menjilatnya dari bawah ke atas, mengumpul semua air mani putih tebal itu kedalam mulutnya.
Aunty Sofia, sekarang Qis faham kenapa uncle suka sangat menjilat cipap aunty, jika QIs mempunyai cipap yang rasa seperti ini di sebelah Qis setiap malam, Qis akan makan cipap aunty setiap hari.
Sofia mula bergerak dengan lebih cepat dan penuh semangat, mendengar kata-kata nakal gadis remaja itu. Matanya terpaku pada mulut yang kini sibuk membersihkan vibrator itu, setiap jilatan Qistina seolah-olah memberikan tenaga sensual kepada Sofia.
Qistina menghidupkannya dan menyelipkannya ke dalam dirinya dan berkata "dildo itu menyeronokkan dan lebih besar tetapi vibrator ini terasa jauh lebih baik!".
Dia mula memuaskan dirinya sendiri, meningkatkan getaran ke tahap maksimum, tepat di atas wajah Sofia. Aku dapat melihat betapa kuatnya getaran itu sehingga semua jusnya mengalir dan memercik ke arah muka Sofia. "Sumpah, aku sanggup lakukan apa sahaja untuk berada di tempat vibrator itu sekarang."
"Umphhhhh~ahhhh.." Qistina mulai mendesah dan belakangnya melengkung dengan mulut sedikit ternganga kesedapan "please pancut air mani uncle ke muka Qis".
Aku sudah bersedia untuk memancut air maniku, tetapi aku tidak tahu apa yang perlu dilakukan. Kemudian Sofia perlahan berkata seakan memberi kebenaran, "Pancut air mani u di teteknya, i tahu u sudah memikirkannya beribu kali."
Qistina mengerang lebih kuat dan membongkok ke depan dan mengejutkan, "Qis tidak akan menyentuhnya." dan dia membuka mulutnya seluas-luasnya dan kepala koteku menghala tepat ke dalam mulutnya yang bernafsu ketika aku melancapkan koteku. Dia menepati janjinya dan terus membuka mulutnya tanpa menyentuhku langsung.
Sofia mulai klimaks dan berkata, "Pancut banyak-banyak dear, keluarkan semuanya ditubuh Qistina."
Qistina juga sedang klimaks dan merayu dengan mulut terbuka, "please uncle!"
Aku mula klimaks dan memancutkan air mani ku ke dalam mulutnya. Dia menutup mulutnya selepas dua tembakan pertama dan selebihnya mengenai wajahnya dan turun ke arah dua belah teteknya. Percikan terakhir mendarat di puting kecilnya yang keras dan tergantung di situ selama satu saat sebelum jatuh, menitik ke leher Sofia.
Qistina memasukkan semula vibrator itu ke dalam cipapnya dan berkata, "sumpah, sedap uncle, air mani uncle sangat banyak. Habis satu badan Qis kena cum."
Dia mengambil vibrator itu dan meletakkan lendiran kebasahnya di atas tetek Sofia. Dia kemudian menundukkan dirinya kira-kira 2 inci dari muka Sofia. Aku dapat melihat dua titis air mani nya yang jernih menitik jatuh dari cipap comelnya.
Sofia memandang Qistina dengan mata yang bersinar, ekspresinya penuh dengan rasa kagum yang tulus. "Qistina, body u memang sempurna dalam setiap aspek," katanya, suaranya lembut tetapi penuh makna. Dia mengeluarkan lidahnya dan menjilat cairan yang menitis itu ke dalam mulutnya. "urmphhhhh.."
Aku melihat dinding pertahanannya runtuh sepenuhnya. Dia mencapai tangannya ke atas dan menarik peha Qistina ke bawah sehingga cipapnya yang basah berada di wajahnya.
QIstina memandang aku, sambil mengenyit matanya, "apa saja yang Qis mahukan, Qis akan dapat."
Dia mula menggoyangkan punggungnya dan menggesel cipapnya dengan kasar ke muka Sofia, "Akhirnya, makan cipap Qis aunty!... tak perlu ikut rule bodoh itu lagi..."
Sofia mengerang di atas cipap Qistina dengan kata-katanya itu. Aku sudah mulai merasa terangsang. Aku seakan tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Sofia sedang melahap cipap gadis remaja ini dengan rakus. Aku telah bermimpi melakukan perkara yang sama berkali-kali sejak kali pertama melihat Qistina.
Satu idea datang, dan aku berlutut di sisi Qistina dan berbisik sesuatu di telinganya, "hisap cipap aunty Sofia!". Aku meletakkan tanganku di belakang kepalanya dan dengan lembut menolaknya ke hadapan sehingga kepalanya sampai ke cipap Sofia.
Qistina mencium dengan lembut dan tulang belakang Sofia segera melengkung ke atas disebabkan kesedapan itu. Qistina menolak masuk lidahnya dan menjilat cipapnya dengan ganas dan rakus.
Batang koteku sudah keras sepenuhnya sekali lagi. Aku sedang menonton pornografi lesbian paling panas secara langsung didepan mataku, dibintangi oleh istriku dan gadis remaja cantik yang telah aku idamkan selama beberapa tahun kebelakangan ini.
Qistina berhenti sebentar untuk bernafas dan berkata, "Qis boleh hisap dan jilat cipap aunty bila-bila masa, di mana sahaja yang aunty minta." Dia kemudian memasukkan kembali lidahnya, menjilat tanpa henti.
Beberapa minit kemudian, "ummpppphhh~ahhhhhh~ahhhhh.." kedua-duanya mencapai klimaks serentak. Mereka mengerang sekuat mungkin sambil mengekalkan mulut mereka pada cipap masing-masing.
Qistina selesai dan terjatuh terlentang di atas badan Sofia dengan wajahnya masih di antara celah pahanya. Dia berbaring di situ selama beberapa saat sebelum bangun, berlutut dan berpusing untuk melihat Sofia.
"Ini adalah kali pertama Qis klimaks dimakan dan dijilat oleh seorang gadis," kata Qistina sambil mendekat dan mencium Sofia dengan dalam.
Sofia berhenti sejenak, jelas terganggu oleh pemikiran yang baru terlintas di pikirannya. "Tapi Qis dengan Arissa…???"
Qistina hanya tersenyum kecil, wajahnya penuh dengan keyakinan dan sedikit usikan. "Arissa tak 'makan' Qis aunty. Dia cuma guna dildo itu pada Qis dan, itu juga sangat luar biasa" katanya dengan nada santai tetapi penuh maksud.
Sofia memandang Qistina dengan senyuman lembut yang penuh makna. "Qis," katanya perlahan, suaranya hampir seperti bisikan, "Qis pun adalah yang pertama bagi aunty... dan aunty tak rasa ada apa-apa yang boleh jadi lebih baik dari ini."
Aku memandang mereka, hampir terpaku dengan dinamika hubungan mereka berdua. Senyuman kecil bermain di bibir Sofia dan Qistina, mata mereka memandang aku dengan pandangan penuh maksud. "u nak duduk saja di situ, atau nak sertai kami?" katanya dengan nada menggoda.
Aku menarik nafas dalam, cuba menyembunyikan kegembiraan yang aku tak dapat sembunyikan lagi. "Ingatkan u’all dah lupa kan i," aku menjawab dengan senyuman, impian ku akhirnya jadi kenyataan!
Sofia dan Qistina perlahan-lahan berpusing ke sisi, menghadap satu sama lain. Gerakan mereka penuh kelembutan, seolah-olah segala-galanya dalam momen itu mengalir dengan semula jadi. Mereka mulai saling mendekat, dan bibir mereka bersatu dalam ciuman yang penuh rasa dan kehangatan.
Aku berbaring di sebelah Qistina, memerhati mereka dengan rasa kagum yang tak dapat disembunyikan. Sofia mengangkat kepalanya sedikit, dan matanya bertemu dengan mataku.
Untuk pertama kalinya, aku merasakan sentuhan kulit bogel Qistina pada kulitku. Kehalusan kulitnya terasa seperti satin, dan tubuhnya yang tegang dan padat memberikan sensasi yang sangat luar biasa.
Aku merangkul lengan ku di sekelilingnya dan tanganku menemui tetek kecilnya dan jari-jemariku memicit, menggentel putingnya dengan lembut. "hnghhhhhhhh!.." Aku mengeluh kepuasan.
Sofia tersenyum dengan nada menggoda, matanya melirik Qistina dengan penuh maksud. "Qistina tahu tak," katanya lembut tetapi penuh usikan. "Betapa dia suka dengan gadis kecil yang comel dengan tetek kecil seperti awak."
Qistina menjawab, "Qis tahu, uncle selalu intai tetek dan punggung Qis setiap kali Qis datang rumah ni."
Kemudian dia menolak punggungnya ke arah batang koteku, menggesel celahan punggungnya kearah kepala koteku, batangku perlahan-lahan ditekan ke lubang punggungnya yang kebasahan. "emphhhhhhh..." nikmat yang tak terucap...
Sofia mencium Qistina dengan lembut. Aku melihat mereka berciuman dengan penuh perasaan, sangat mendalam, seakan sesuatu yang lebih daripada sekadar keinginan dan Qistina menggerakkan punggungnya dengan perlahan mengikut tempo gerakan isteriku. Aku dapat merasakan kepala koteku sudah masuk sedikit kedalam lubang punggungnya, terasa sempit, sangat sempurna dan sangat menggoda pada masa yang sama.
Sofia mengangkat kepalanya, memandangku dengan senyum dan bertanya, "u nak jolok Qistina?"
Aku seakan tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Aku tidak mahu nampak terlalu gelojoh di depan isteriku dan berhenti sejenak sebelum menjawab, "So you bagi permission dekat i untuk pergi lebih jauh ke ni?" walaupun sebenarnya kepala koteku sudah pun menerjah masuk ke lubang punggung Qistina.
Sofia tersenyum, "I bagi u permission this time only, gunakan sebaik-baiknya, jangan pancut dalam dia, u sudah cum dalam mulut dia tadi, yang seterusnya akan berada dalam diri i pula."
Sebaik sahaja Sofia selesai bercakap, Qistina menggerakkan punggungnya ke arahku dengan kasar dan aku dapat merasakan batang koteku meluncur masuk ke dalam lubang punggungnya.
"Omg!". Lubang punggungnya terasa sangat ketat. Koteku terasa seperti diramas, di kepal dengan sangat kuat. "uummmppphhhhh.." Aku menolak koteku lebih kuat untuk masuk sepenuhnya ke dalam punggungnya.
"ermphhhhh~ahhhh..pelan-pelan uncle.." Dia mengerang di bawah jolokan kasar batang koteku itu dan, selepas berjaya menyesuaikan diri, dia perlahan-lahan bertanya, "Apa pendapat anda uncle, adakah punggung Qis seperti yang uncle idamkan?"
"Qistina, kamu adalah gadis paling ketat yang pernah uncle jumpa. uncle akan sentiasa ketagih untuk merasa tubuh kecilmu." Aku mula menghentak masuk dan keluar batang ku darinya. Sofia bergerak ke bawah dan menghisap puting kirinya ke dalam mulutnya dan aku memegang serta meramas yang teteknya yang disebelah kanan di tangan ku.
Dia mendesah perlahan, "Oh Tuhan, sangat sedap, sangat nikmat... hisap tetek Qis dalam mulut aunty, hisap kuat-kuat sambil suami aunty menjolok Qis dengan batang besarnya!."
Sofia semakin bergelora dengan erangan nakal itu, menggigit putingnya dan menariknya ke atas dan aku dapat melihat putingnya meregang.
"Ahhhhhh~emrphhhhh~ahhhhh.." Qistina menjerit dengan penuh keseronokan dan kesedapan.
Sofia melepaskan putingnya dan Qistina merengek, "Tolong jangan berhenti aunty," rayuannya berhenti apabila dia menyedari Sofia semakin turun kebawah.
Sofia mengangkat kaki Qistina apabila dia sampai kebawah. Beberapa saat kemudian, aku dapat merasakan lidah Sofia, "slurpppp..slurpppp.." menyedut dan menjilat biji kelentik Qistina, kadang-kadang menyentuh telur koteku yang melambung-lambung, mengikut batang ku masuk dan keluar dari lubang punggungnya.
Badan Qistina mulai menggigil dan aku merasakan dia seakan sudah mulai klimaks. "Jangan berhenti uncle, jolok lebih keras, lebih dalam lagi..sedap sangat!"
Aku dapat merasakan setiap otot di dalam dirinya mengencang dan menggenggam erat batang koteku ketika dia mencapai orgasma. Tiba-tiba aku merasakan aliran cecair squirt dan mendengar Sofia sedikit terkejut.
Qistina baru sahaja squirt ke seluruh muka Sofia, namun istriku tidak berhenti. Aku masih boleh merasakan lidahnya menjilat cipap comel itu. Qistina menggigil dengan kesenangan. Dia secara spontan menolak Sofia dari kelentitnya dan perlahan-lahan menggoyangkan punggungnya sehingga aku terlepas darinya akibat derianya yang terlalu sensitif.
"Maaf aunty Sofia., Qis tidak tahu yang Qis boleh jadi begini...first time Qis squirt, ini adalah seks yang terbaik yang pernah Qis alami." katanya sedikit malu sambil menutup mukanya.
Koteku berdenyut-denyut dan aku sangat memerlukan pelepasan dengan segera. Sofia duduk dan memanjat ke atas Qistina dan menciumku. Mukanya dipenuhi dengan air squirt Qistina dan rasanya sangat sedap.
Dia kemudian menolak badanku ke atas katil dan memegang batang koteku sambil memasukkan kedalam cipapnya yang sudah kebasahan, "emmphhhh..ahhhhh.." dengan muka sangat menghairahkan. Dia mula menunggangiku dengan keras dan pantas. Dia meraih tangan Qistina dan menariknya ke atas. Tiba-tiba tubuh kecil Qistina berada di atas badanku. Cipapnya yang berwarna merah jambu lembut, yang sangat basah diturunkan perlahan-lahan ke arah ke wajahku.
"Bersihkan cipap comel Qis sementara u penuhi i dengan air mani u!," kata Sofia sambil menggoyangkan punggungnya dengan kasar.
Sebentar sahaja cipap comel Qistina menyentuh mukaku dan rasanya memenuhi keseluruhan mulut ku. "Crottttt....crotttt.." aku mula klimaks tanpa dapat dikawal lagi. Terasa seperti berada di surga. Adegan threesome yang aku impikan selama ini termakbul.
Sofia menunggang dengan kasar, memerah sehingga setiap titisan air mani keluar dariku telurku. Setelah beberapa minit, sedikit lelah, dia berhenti dan badannya jatuh terlentang disebelahku, "Qistina, kamu mahu membersihkan pussy aunty?"
Qistina berada di antara kakinya dalam sekelip mata sahaja. Dia membuka bibir cipap isteriku dengan jarinya dan aku boleh melihat lelehan air maniku keluar mengalir melalui celah pahanya, melimpah ruah banyak.
"Mmpphh, sexy nya aunty" Qistina tersenyum nakal.
Air mani itu mengalir keluar darinya dan Qistina tanpa membuang masa, memasukkan mulutnya ke dalamnya. Dia menghisap air mani aku dari cipap isteriku dan itu adalah salah satu perkara terpanas yang pernah aku lihat. "Wow.."
"Bersihkan cipap aunty my little slut! Hisap sampai habis air mani suami aunty sampai licin." desak Sofia seakan memberi arahan.
Aku agak terkejut dengan kata-kata nakal yang keluar dari mulut isteriku itu. Matanya seakan terpejam dengan mulut sedikit terngangga, jelas sangat menikmati sesi threesome ini.
Beberapa minit kemudian dia mencapai klimaks hasil dari jilatan dari mulut Qistina. Dia tercungap-cungap kerana kekurangan nafas, "... sungguh menakjubkan."
Qistina duduk dan menciumku, memutar lidahnya di sekitar mulutku. Aku dapat merasakan rasa cipap isteri ku dan air mani ku bercampur di lidahnya. "air mani uncle sedap tetapi, ia rasa lebih menarik lagi kalau ia keluar dari cipap aunty."
Aku tersenyum, "Uncle setuju, sebab tu uncle suka jilat aunty selepas kami beromen."
Keterkejutannya jelas terpancar di wajah Qistina dan dia berkata, "Tiada budak lelaki sebaya Qis yang sanggup buat begitu."
Aku memandang Qistina, mengernyitkan mata, "Itu kerana mereka masih lagi mentah dan tidak menghargai wanita macam uncle!."
Sofia duduk, memelukku dan Qistina, dan kami berkongsi ciuman bergilir-gilir sesama kami secara tiga hala.
Telefon bimbit Qistina berdering dari bilik Arissa, dan tanpa sebarang amaran, dia melompat dari katil dan berlari ke arah bunyi tersebut dengan tubuh bogelnya. Aku hanya mampu duduk di situ, masih terpesona dengan keanggunan tubuh remajanya yang bergerak dengan lincah dengan punggungnya yang bergetar padu.
Saat Qistina menjawab panggilan, suaranya berubah sedikit lebih lembut. "Hi, Arissa," katanya, nada suaranya sedikit santai.
Dia kembali ke bilik kami semula sambil mendengar Arissa bercakap serta mengambil tetek Sofia ke dalam mulutnya dan menghisap putingnya sambil mendengar dengan penuh tekun.
Qistina melepaskan tetek isteriku dan menjawab pertanyaan Arissa, "sebenarnya Qis masih di rumah awak, dengan your parents."
Dia mendengar dengan penuh perhatian, bibirnya melengkung sedikit dalam senyuman nakal. "eh tak buat apa-apa pun, just sembang santai, beramah mesra" katanya, suaranya masih santai tetapi ada nada penuh maksud di dalamnya.
Dia diam sejenak, mendengar di hujung talian sebelum tersenyum lebih lebar. "Menarik, beritahu saya semua tentangnya apabila awak sampai di sini." katanya sebelum menamatkan panggilan.
Qistina meletakkan teleponnya ke sisi, matanya masih bersinar dengan sesuatu yang sukar ditafsirkan. Dia memandang tepat ke arah Sofia, dan dengan nada yang hampir berbisik tetapi jelas menggoda, dia berkata, "My other play mate dalam perjalanan pulang. Saya patut bersiap-siap dahulu."
Sofia hanya menatapnya, tetapi aku dapat melihat sesuatu di dalam matanya—sesuatu yang menyerupai rasa cemburu yang tidak pernah aku lihat sebelum ini.
Qistina bangun perlahan-lahan, tubuhnya bergerak dengan penuh keyakinan, seolah-olah dia tahu betul kesan kehadirannya terhadap Sofia. Setiap langkahnya terasa seperti permainan yang disengajakan, dan Sofia melihatnya pergi, matanya masih menyala dengan emosi yang bercampur baur.
Sofia menoleh kepadaku dengan wajah penuh tanda tanya. "You rasa Qistina ada sesuatu dengan Arissa ke?"
Aku mengangkat bahu dan menjawab dengan nada ragu, "Maksud u... macam... hubungan sesama jenis ke? I tak tahu...tapi Qistina a bit hot, maybe."
Sofia memandangku sejenak, cuba membaca reaksi aku. Aku bukannya homofobia atau menolak idea itu, cuma aku tak pernah betul-betul mempertimbangkan kemungkinan tersebut.
"Maksud i, mereka nampak rapat, tapi mungkin cuma kawan baik.. Lagipun Arissa kan dah ada Boyfriend?" Aku menambah, masih cuba mencari logik dalam situasi ini.
Sofia menghela nafas, "Betul juga tu.. hmmm.. Entahlah... tapi cara mereka tengok satu sama lain... rasanya macam lebih daripada sekadar kawan."
1392Please respect copyright.PENANAl6x2gJKxfa