“Huft! Sekarang Gue bisa tidur dengan tenang deh.” Dengus Valen seraya bangkit dari atas ranjang dan melangkah pergi.
“Loh, Lu nggak jadi tidur bareng kita?” Tanya Allea.
“Gue tidur di kamar sendiri aja, tempat tidur kalian udah tercemari banyak cairan. Hahahahaha!’ Balas Valen dengan gelak tawa santai.
“Emang dia tadi ngapain ke sini sih?” Tanyaku setelah Valen menutup pintu kamar.
“Lagi berantem dia sama calon suaminya.”
“Lah? Mau nikah kok malah berantem sih?” Tanyaku lagi. Kami masih saling berpelukan, kurasakan cairan sperma mengalir keluar dari dalam vagina Allea, membasahi paha kami.
“Tau sendiri lah gimana Valen, apalagi calon suaminya itu gila kerja. Masa, di saat lagi momen kayak gini dia masih sibuk ngurusin proyek di luar pulau? Pantes lah kalo Valen ngamuk-ngamuk.” Cerocos Allea menjelaskas situasi yang tengah melanda sahabatnya itu.
“No comment deh kalo udah urusan rumah tangga orang. Hehehehehe.” Kataku mencoba untuk menghentikan sesi ghibah tentang Valen.
“Mandi yuk yang? Lengket banget badanku, pejumu banyak banget lagi.”
“Hahahahaha! Maaf sayang, efek sange banget.”
“Huuuuu, dasar suami cabul.” Ledek Allea sembari mencubit gemas pinggangku.
“By the way, kenapa tadi ngajak Valen ke sini waktu kita ngewe sih yang? Kamu nggak risih?” Tanyaku.
“Hmmm, penasaran aja sih aku yang. Kamu risih ya? Maaf ya sayang…” Rajuk Allea sembari memeluk tubuhku dan memberi ekspresi manja.
“Nggak kok sayang, aku cuma heran aja kenapa tiba-tiba kamu kayak gini.”
“Jangan-jangan tadi kamu sambil ngliatin Valen ya waktu ngewein aku? Hayooo ngakuuuuu…”
“E…Eh…Enak aja! Nggak kok, aku tadi fokus sama kamu doang sayang.” Elakku. Allea langsung tertawa keras melihat ekspresi kegugupanku.
“Ya udah, yuk mandi. Habis itu kita tidur, besok pasti bakal capek banget.”
“Siap tuan puteri! Mandi sambil ngewe lagi boleh ngga sih?” Kataku.
“Duuhh sayang, memekku masih sakit nih. Kontolmu tadi kenceng banget nyodoknya. Besok lagi aja nggak apa-apa kan? Please…”
“Hehehehe, iya sayang. Becanda kok. Yuk mandi dulu.”
2367Please respect copyright.PENANAA7pxVSyx9N
***
2367Please respect copyright.PENANAYBbemACMh9
Entah berapa lama aku terlelap sejak semalam. Kesadaranku kembali ketika mendengar pintu kamar terketuk dari luar. Kuamati sekeliling kamar hanya ada aku seorang diri. Di atas meja terlihat sebuah catatan kecil yang ditinggalkan oleh Allea.
“Sayang, aku ke gym sama Valen. Love You.”
Begitu pesan yang tertulis di selembar kertas itu. Kesadaranku masih belum benar-benar penuh ketika pintu kembali terketuk dari luar, kali ini jauh lebih keras dari sebelumnya. Setelah memakai celana pendek kupAkukan kakiku melangkah mendekati pintu. Betapa terkejutnya aku saat mengintip dari lubang pintu dan mendapati sosok Valen berdiri di sana.
“Ada apa?” Tanyaku sesaat setelah membuka pintu kamar hotel.
Bukannya menjawab Valen justru mendorong tubuhku ke dalam kamar. Setelah menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam, wanita bertubuh langsing nan semampai itu kemudian memelukku. Bukan sebuah pelukan biasa, melainkan pelukan nafsu. Aku bisa merasakan nafasnya menderu, bibirnya yang tipis seketika menyergap bibirku.
Wanita yang semalam menjadi saksi persetubuhanku dengan Allea itu seolah sedang terbakar birahi begitu tinggi. Mendapat ciuman tiba-tiba membuat tanganku secara reflek mencoba menjauhkan tubuh Valen yang sudah menempel begitu erat pada dadaku, tapi wanita itu seolah ingin sekali dipuaskan, tubuh rampingnya justru mendorong tubuhku jauh lebih dalam.
"Emmmpphhh!!!Emmmpphh!!! Valen cukup!!" Kataku setelah dengan sekuat tenaga berhasil melepaskan ciumannya.
"Jo..."
"Apa-apaan kamu ini?! Kalo Allea tau gimana?" Kataku masih dengan terkejut.
"Jo, please…Gue lagi pengen banget sekarang." Valen kembali mendekatkan tubuhnya padaku, langkahnya sedikit terhenti setelah tanganku mencegahnya maju lebih dekat.
Meskipun ini bukanlah kali pertama kami bercumbu, tapi tetap saja melakukannya di dalam kamar hotel yang juga ditempati oleh istriku adalah sebuah perjudian besar. Aku tak mau mahligai rumah tanggaku hancur hanya karena kebodohan semacam ini. Aku bahkan tak tau kapan istriku akan kembali ke kamar setelah dari gym hotel.
"Stop Valen! Aku nggak bisa kalo kayak gini, lagipula hari ini kan Lu menikah! Ntar malem Lu bisa puas-puasin sama suamimu!" Aku mencoba menyadarkan wanita ini yang entah karena apa seperti sedang terangsang hebat.
"Please Jo, kali ini saja. I need You. Suami Gue nggak punya kontol sebesar punya Lu." Tangan Valen tiba-tiba sudah meremas selangkanganku, jujur saja remasannya bukan saja mengagetkanku tapi juga langsung membangunkan si "junior" yang sedari tadi tertidur pulas.
"Valen, please stop!"
Bukannya berhenti, Valen malah semakin beringas meremas-remas selangkanganku, bibirnya juga sudah menempel di leherku, kakinya sedikit menjinjit, mencoba meraih leherku dengan usapan-usapan lidahnya. Aku seperti tak kuasa menahan gejolak yang dirasakan oleh Valen, justru Aku mulai ikut larut dalam permainan wanita ini. Dua tanganku mulai ikut meremas pantatnya yang semok, sementara tanpa Aku sadari tangan wanita ini dengan cepat melepas celanaku, kemudian setelah leluasa, tanpa halangan berarti tubuhku sudah telanjang bulat di hadapannya.
"Valen...."
Desisku saat merasakan jemari lentik wanita ini sudah bersentuhan dengan kulit penisku, membuatnya perlahan namun pasti mulai menegang. Valen semakin intens menjilati leherku, sementara tangan kanannya sudah mulai mengocok pelan si "junior" yang sudah keluar dari sangkarnya.
"I want You Joshua…." Desis Valen.
Aku sendiri mulai ikut terangsang, tak menunggu rengekan dari Valen lagi, Aku mulai menciumi bibir tipis wanita cantik itu. Detik berikutnya kami mulai terlibat ciuman panas, lidah kami saling menjilat, memilin, memuaskan dahaga birahi. Perlahan Valen mulai menurunkan badannya. Sesekali bibirnya mampir di kedua putingku, memberinya sedikit ciuman dan jilatan. Jemari lentik Valen juga semakin intens memainkan batang penisku, Aku sempat menahan nafas saat ujung jempolnya mengusap-usap lubang kencingku, geli dan sedikit ngilu.
"Eeeeemmcchhhhh!" Desahku saat bibir Valen mulai menciumi ujung kepala penisku.
"Aku paling suka kontol dari Timur kayak gini. Besar, panjang dan tentu saja hitam…" Kata Valen sambil tersenyum padaku dan mulai membenamkan seluruh batang penisku ke dalam mulutnya.
“Ouucchhh! Fuck!”
Aku tak kuasa menahan desahanku kala penisku sudah berada di dalam rongga mulutnya. Tak hanya mengulum dan menghisap saja, lidahnya juga begitu lincah menjilati sekujur batangku. Harus kuakui jika kemampuan Valen dalam hal memberikan blowjob jauh lebih handal jika dibandingkan dengan istriku. Wanita yang berprofesi sebagai seorang pramugari di sebuah maskapai penerbangan internasional itu begitu lihai menggunakan bibir serta lidahnya untuk memuaskan kelamin lawan mainnya.
Lidahnya mengular makin ke bawah, kali ini giliran bola-bola testisku yang jadi sasarannya. Tanpa ampun mulutnya mencaplok testisku, menghisapnya kuat hingga membuatku melenguh karena rasa ngilu yang teramat sangat. Tangan kanannya pun tak berdiam diri, diraihnya batangku yang sudah mengeras sempurna, mengocoknya dnegan sangat cepat.
“Ahhh! Pelan Valen! Anjing!” Umpatku sembari sedikit menjambak rambutnya agar mengendorkan hisapan mulutnya pada bola testisku.
Valen melirik ke atas, matanya genit diiringi semburat senyum wajah binal, seolah ingin memberitahuku jika permainan belum usai. Kuangkat kedua tanganya kemudian menekuknya ke belakang kepala, kini satu-satunya akses penisku hanya bisa dilakukan oleh mulutnya yang mungil. Raut wajah Valen seketika berubah saat pinggulku bergerak maju mundur, pun begitu pula dengan batang penisku yang kekar di dalam mulutnya.
“Eeemmcchhh! Eeemmchh!!”
Hanya itu yang terdengar dari mulut Valen, penisku benar-benar telaj menjajah seluruh rongga pengecapnya. Sesekali kutekan kuat-kuat pinggulku ke depan, membuat penisku melesak terlalu dalam nyaris menyentuh bagian tenggorokannya. Sontak kepala Valen menggeleng-geleng putus asa, matanya nyaris mengeluarkan air karena tersedak dan kesulitan bernafas.
“HAAAAH! HAAHHHH! Anjing Lu Jo!” Umpatnya saat kulepaskan batang penisku dari dalam mulutnya. Air liur menetes membasahi bibir serta lehernya, nafasnya masih tersenggal beberapa kali.
“Hehehehehe, salah sendiri gangguin uler tidur.” Balasku seraya memamerkan batang penisku yang hitam legam dan sekarang sudah basah kuyup karena liur Valen.
Kuangkat tubuh Valen hingga kami sama-sama saling berdiri berhadapan. Untuk kedua kalinya kami saling memagut mesra, lidah saling membelit, bertukar liur tanpa rasa jijik sedikitpun. Kuajak Valen masuk ke dalam kamar mandi, di sana dia langsung kembali berjongkok di bawah tubuhku, bersiap untuk kembali melakukan blowjob. Tapi aku punya kejutan untuk sahabat dekat istriku itu.
“Wait…” Kataku seraya menahan kepalanya agar tak maju terlebih dahulu. Valen menatapku heran.
Kuarahkan ujung penisku tepat di hadapan wajahnya yang cantik. Beberapa detik kemudian tanpa ampun kusemprotkan cairan kemihku berupa air kencing tepat ke wajahnya. Valen mendeli kaget namun secara sukarela dia membuka lebar-lebar mulutnya guna menampung sebagian air kencingku. Seketika wajahnya basah kuyup, pun begitu pula dengan bajunya. Aroma pesing sama sekali tak membuat birahi kami menurun, namun sebaliknya.
“Pagi-pagi udah dapet golden shower aja Gue.” Cibir Valen saat tetesan terakhir air kencingku tandas menerpa wajahnya.
“Lu makin bikin nafsu kalo habis dikencingin kayak gini.” Kataku seraya kembali mengangkat tubuhnya agar kembali berdiri.
“Lu mau ngapain Jo?” Tanya Valen saat mencoba mengarahkan tubuhnya agar membelakangiku.
“Ngewein Lu lah, mau ngapain lagi?” Tanyaku balik.
“Don’t! Khusus buat hari ini jangan dulu.” Valen kembali berbalik badan, kami saling bertatap mata.
“Maksudnya? Lu nggak pengen ngewein kontol dari Papua ini?” Kataku seraya menempelkan ujung penisku pada bagian perutnya. Valen menggeleng dengan sutas senyum berada di bibirnya.
“Gue ntar malam mau nikah Jo, kalo sekarang Lu ewein meki Gue, ntar suami Gue bakalan curiga. Kontol Lu gede banget, bikin memek jadi longgar tau.” Ujarnya.
“Yee…Gitu ngapain tadi maen sepong aja sih? Nanggung banget kalo nggak ngewe.” Gerutuku dengan raut wajah kecewa.
“Maaf deh, Gue sange banget soalnya sejak semalem gara-gara liat Lu ngewe sama Allea. Kalo hari ini Gue nggak nikah pasti udah Gue ewein kontol Lu.”
“Terus sekarang gimana? Asli nggak enak banget kalo kentang kayak gini.” Kataku.
“Tenang, kan mulut atas Gue masih bisa Lu ewein.”
Valen kembali berjongkok di bawah tubuhku. Mulutnya untuk kesekian kalinya tersumpal batangku yang menagih untuk segera dipuaskan. Kami memaksimalkan waktu yang ada sebelum Allea kembali dari tempat gym hotel.
ns216.73.216.205da2