“LANTAS JIKA KAMU PERGI KAMI AKAN BAIK-BAIK SAJA?!!”
Percayalah, itu suara Stellar yang berteriak kencang. Semuanya menatapnya termasuk Noel yang awalnya sibuk tenggelam pada luka tiga belas tahun lalu. Stellar nampak terengah-engah setelah berteriak, tapi dia menarik napas panjang dan mulai berbicara lagi. “Kamu tahu sendiri meninggalkan hanya akan melukai perasaan. Lantas jika kamu meninggalkan kami, kami tidak terluka?” ucapnya. Netra amber itu menatap Stellar lurus lalu menggeleng pelan.
“Kalian akan baik-baik saja” jawab Noel akhirnya
Stellar yang kini menggeleng.
“Meninggalkan ataupun ditinggalkan itu akan selalu memberi luka. Jika kamu bisa berkata kami akan baik-baik saja ditinggalkan olehmu. Bagaimana denganmu yang ditinggalkan tiga orang yang kamu sayang selama ini? Kamu bahkan tidak baik-baik saja, Noel. Kamu tidak pernah tersenyum tulus, selalu berpura-pura untuk baik-baik saja. Kami tidak buta untuk tidak menyadari hal itu”
Stellar mengambil satu langkah, “Luka itu akan selalu disana Noel, tinggal kamu sendiri yang memilih untuk menyembuhkannya atau tidak”
Kevin sudah semakin dekat dan lagi pegangan Noel pada pagar pembatas itu mulai mengendur. Sepertinya ucapan Stellar benar-benar tercetak jelas di benaknya, “Tapi Tuhan tidak pernah membiarkanku bahagia. Dia merebut mereka dariku, Dia merebut semuanya” gumam Noel. Artemis memanggilnya lirih, mata cokelat itu sudah memerah begitu juga hidungnya. Bocah itu sudah terisak sejak tadi, “Tuhan yang tidak pernah membiarkan kakak bahagia a━atau kakak sendiri yang menolak kebahagian dari jalan lain?” ucapnya sedikit tercekat.
Pelan, tapi sungguh itu membuat Noel terhenyak.
“Aku tahu kakak terluka, tapi senyum dan tawa saat perayaan natal kemarin sungguh yang paling indah yang pernah kulihat dan kudengar. Aku ingin terus melihat senyum dan tawa seperti itu kak, aku ingin seperti itu bersama denganmu”
Air mata bocah SMA itu mengalir diiringi seulas senyum lebar.
Tuhan, bagaimana bisa anak itu mirip sekali dengan Luna?
“Noel, bibi Elora ingin berbicara padamu” ucap Eve
Netra amber dan manik almond itu saling bertatapan.
“Ibu tahu, ibu tidak akan pernah termaafkan atas apa yang ibu lakukan padamu dulu bahkan selama ini, mungkin ibu tidak pantas mendapat pengampunan━” Elora terdiam sejenak
“Tapi Noel, bisakah kita memulai dari awal? Kita membuka awal baru?”
Bulir air mata mengalir dari salah satu netra amber itu.
“Ibu tidak perlu pengampunan darimu, sayang. Ibu hanya ingin mengembalikan milikmu yang hilang”
Elora nyaris tidak tahan melihat akibat dari perbuatannya, bagaimana bisa dia berpikir untuk meninggalkan putranya tiga belas tahun lalu hanya untuk mewujudkan impiannya. Bagaimana bisa dia pergi membawa janji untuk segera kembali. Tanpa mengetahui bahwa dia telah menghancurkan pondasi rumah kecil mereka. Meninggalkan dua cahaya kecil serta cinta abadinya dalam badai kehancuran. Elora sungguh memilih ingin kembali ke masa itu dan menghentikan dirinya untuk pergi.
“Ibu ingin mengembalikannya padamu sayang” ucap Elora
135Please respect copyright.PENANAkQsv90x9u5
135Please respect copyright.PENANAVagxpvZusr
135Please respect copyright.PENANAiKYx7Axig4
135Please respect copyright.PENANAIqFp7JT2mf
135Please respect copyright.PENANAIOZJ9RC954
135Please respect copyright.PENANAW6BVL7MHw7
135Please respect copyright.PENANAl1BnYZwPWd
135Please respect copyright.PENANAGUG8ZKMGoi
135Please respect copyright.PENANAYxUqdzXsVd
135Please respect copyright.PENANAtjC1lnpnhS
“Ibu ingin mengembalikan sosok ibu yang telah pergi darimu selama ini”
135Please respect copyright.PENANAM8fJ0n47Rs
135Please respect copyright.PENANAA8hVRBtiRa
135Please respect copyright.PENANAN1EMIXkI57
Kacau-balau.
135Please respect copyright.PENANAjC1h7XEgSj
135Please respect copyright.PENANAnMgu4KODmg
135Please respect copyright.PENANAJOckFEEH3S
Noel sudah menangis saat kalimat itu keluar, hati dan pikirannya porak-poranda seperti diterjang badai. Keduanya masih saling menatap satu sama lain, tapi ketakutan itu menyelimuti Noel. Keraguan itu sepenuhnya mengungkungnya. Pertanyaan ‘bagaimana’ yang terus berputar-putar di benaknya.
Bagaimana jika ibunya berbohong?
Bagaimana jika ibunya hanya menetap sementara?
Bagaimana jika ibunya kembali pergi?
Bagaimana jika ....
“Kita akan selalu melewatinya bersama Noel” pandangannya beralih pada Kevin yang sudah ada di dekatnya. Hanya satu langkah lagi. Netra amber itu mengedar menatap semua orang satu-persatu, angin musim dingin bulan Januari menerbangkan beberapa helai rambut dan baju rumah sakitnya tanpa pakaian tebal lainnya.
Bagaimana Eve dan Kevin selalu membantunya untuk menyembuhkan lukanya, bagaimana Yova menolongnya untuk bisa bertahan hidup, bagaimana Stellar yang selalu berada di dekatnya, menjadi temannya dan selalu mengganggunya. Bagaimana Artemis datang mengingatkannya pada sosok adiknya yang selalu tersenyum dan bersemangat, menyapu rasa sepi di kamar sewanya yang terlalu senyap. Juga bagaimana Elora yang datang dalam hangatnya perayaan bulan kasih sayang.
“Bersama? Oke?” tangan Kevin terulur padanya
Perlahan dengan sedikit keraguan Noel mencoba menyambut uluran itu.
Luna akan selalu bahagia untuk kak Noel disini.
Sret!
Sial, kakinya tergelincir saat dia mendengar suara adiknya.
“NOEL/KAK NOEL!!!”
Semua berteriak panik saat pegangannya pada pagar pembatas itu terlepas dan tubuh itu jatuh dari sana.135Please respect copyright.PENANAadFaY7bxTZ