x
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiKqhoIPDLr
Di pagi yang cerah, Kampung Angin kedatangan seorang pemuda yang sudah lama tak terlihat. Dani, pria yang dulu tumbuh besar di desa ini, akhirnya kembali setelah menyelesaikan kuliahnya di ibu kota. Dengan langkah santai dan senyum hangat, ia melangkah melewati jalanan desa yang sudah lama ia tinggalkan.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNfrindybIA
Begitu melihatnya, para warga langsung menyambutnya dengan antusias. "Dani! Sudah lama sekali kau tak pulang!" seru seorang bapak tua di warung kopi. Para ibu-ibu yang sedang berkumpul pun ikut menyapa, mengingat betapa anak itu dulu sering membantu mereka sebelum pergi merantau.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSpjMCXrh6G
Dani menyambut semua sapaan itu dengan ramah. Ia memang bukan orang asing di sini—namanya dikenal sebagai pemuda yang baik hati dan suka membantu. Warga bangga melihatnya kembali setelah menuntaskan pendidikan, meskipun ada juga yang bertanya-tanya, mengapa ia memilih kembali ke desa setelah kuliah di kota besar?
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8QstLUuiUE
Namun, Dani hanya tersenyum setiap kali ditanya. Ia punya alasan tersendiri untuk kembali ke tempat yang membesarkannya. Sebuah alasan yang mungkin belum disadarinya sepenuhnya.
-----------------------------------------
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDG0Zntd8EF
Sejak kepulangannya, Dani tak hanya berdiam diri. Ia mulai ikut andil dalam berbagai kegiatan desa, membantu memajukan pertanian dan memberi ide-ide baru untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Kehadirannya perlahan membawa perubahan—dan tanpa disadari, membawa dirinya lebih dekat dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzlbzHdfDuc
Hari itu, Dani mendapat tugas dari ibunya untuk membeli banyak barang kebutuhan di warung desa. Dengan santai, ia berjalan menuju warung kecil di ujung jalan, tak menyangka bahwa warung itu kini dikelola oleh seseorang yang sudah berubah.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt5nQIkT2WW
Saat ia mendorong pintu kayu warung dan masuk, suara tegas langsung menyambutnya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4tyRJQN3dj
"Mau beli apa? Cepat bilang, jangan melamun di depan pintu!"
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwOowVQIdJK
Dani tersentak, kaget mendengar nada ketus itu. Ia menoleh dan menemukan Rina, sosok yang dulu ia kenal sebagai wanita lembut, kini berdiri di balik meja kasir dengan tatapan tajam. Ia mengenali wajah itu, tapi auranya kini berbeda—lebih keras, lebih berwibawa, lebih… galak.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡySPenAFUYM
"Bu Rina?" Dani mengerjap, berusaha memastikan penglihatannya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡd5ZCFFkMwT
"Siapa lagi? Hantu?" Rina menyilangkan tangan di dada. "Kamu Dani, kan? Anak Bu Siti. Sudah gede ternyata."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡoDHBScTcU3
Dani mengangguk, masih agak terkejut. "Iya, Bu. Lama nggak pulang. Dulu warung ini bukan punya Bu Rina, ya?"
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhxI59WY4CL
"Dulu lain, sekarang lain." Rina menyodorkan kantong plastik kosong. "Mau beli apa? Cepat daftar belanjaannya. Saya nggak punya waktu untuk orang yang cuma berdiri bengong."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcwk9Po9h2m
Dani terkekeh kecil, kini mulai paham. "Wah, Bu Rina sekarang galak, ya."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡC6XELWpqNd
Rina mendelik. "Kenapa? Nggak boleh? Mau saya usir sekalian?"
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8B0tspalfF
Dani mengangkat tangan menyerah. "Bukan gitu, Bu. Cuma… beda aja dari dulu."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFndY9pgx2i
Rina mendengus, lalu mulai mengambil barang-barang yang Dani sebutkan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang muncul. Dani yang dulu bocah kecil, kini sudah jadi pria dewasa. Dan entah kenapa, meskipun ia tetap ingin galak, ada sesuatu yang mengusik hatinya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnOqWGUcy2M
Sementara Dani, meski sempat terkejut, akhirnya hanya bisa tersenyum. Rina memang berubah—tapi mungkin, itu bukan hal yang buruk.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡseAeP26ksd
Saat Dani melangkah pergi, suara lonceng kecil di atas pintu warung berbunyi pelan. Rina masih berdiri di balik meja, matanya tanpa sadar mengikuti punggung pemuda itu yang semakin menjauh.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡgWXpyvg0Y0
Ada sesuatu yang menyesak di dadanya. Rasa bersalah. Bukan karena ia galak—tapi karena ia merasa tak seharusnya bersikap seperti itu kepada Dani.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡngeYYBbMcc
Matanya melirik ke meja kayu di depannya. Ada gelas teh yang sejak tadi belum ia sentuh. Teh yang tadi masih mengepul, kini sudah dingin. Seperti hatinya yang tiba-tiba terasa kosong.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFD6sVNkk8Z
Ia menghela napas panjang. Angin sore berhembus pelan dari jendela warung, mengibarkan tirai tipis berwarna krem. Seakan membawa sesuatu yang tak terlihat—sebuah perasaan yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNTt01j7ST4
Dani sudah pergi, tapi bayangan wajahnya masih tertinggal di dalam kepala Rina.
------------------------------
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSOyCJQN5XZ
Sejak pertemuan pertama itu, Dani semakin sering datang ke warung Rina. Bukan karena ia sengaja, tapi karena ibunya kini kerap menyuruhnya membeli berbagai keperluan untuk arisan, masakan, atau sekadar titipan ibu-ibu lain.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeEQK1GY0nc
Awalnya, Rina tetap bersikap ketus setiap kali Dani datang. Namun, perlahan, ia mulai mengubah nada bicaranya. Tidak lagi terlalu kasar, meskipun masih berusaha menunjukkan sikap acuh.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnVe90eprNV
"Beli lagi? Emangnya di rumah nggak ada makanan?" gumam Rina suatu hari saat Dani datang lagi.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6mVg85AqXA
Dani hanya terkekeh. "Ibu saya sibuk, jadi saya disuruh beli ini itu. Kalau merepotkan, saya bisa ke warung lain, Bu."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdIoqufaSqs
Rina meliriknya tajam. "Siapa yang bilang kamu merepotkan? Kalau mau beli, ya beli aja. Nggak usah banyak omong."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTX16phqvVJ
Dani tersenyum, menerima kantong belanjaan dengan santai. Ia bisa merasakan perubahan dalam sikap Rina. Meski masih berusaha keras terlihat dingin, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan dan cara bicaranya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL9ilj1u1xJ
Di sisi lain, Rina sendiri mulai merasa aneh. Kenapa setiap kali Dani datang, dadanya terasa sedikit lebih hangat? Namun, ia tetap memaksa dirinya untuk bersikap biasa saja.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKjXonpF9M4
Hari demi hari berlalu, dan Dani tetap menjadi pelanggan setia warungnya—meski bukan atas kehendaknya sendiri. Ia selalu datang dengan alasan titipan ibunya, tetapi dalam hati, ia tidak keberatan.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnus7jKKfLG
Sementara itu, Rina mulai menyadari sesuatu. Ia memang masih galak, masih berusaha menjaga jarak, tapi… entah kenapa, saat Dani pergi, warungnya terasa lebih sepi dari biasanya.
-------------------------------
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwJ0iUtYPOJ
Saat Dani sedang memilih sayur yang disuruh ibunya, tiba-tiba Rina keluar dari dalam rumah dengan wajah sedikit panik.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnSMYDlVwML
"Dani! Kamu bisa cek listrik nggak?" tanyanya cepat, suaranya terdengar lebih mendesak dari biasanya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhVe8oqNvzs
Dani menghentikan tangannya yang sedang memilah tomat. "Kenapa, Bu?"
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3noIMlv5Au
"Listrik di rumah saya kayaknya konslet. Tadi sempat mati sendiri, terus nyala lagi. Saya takut ada yang korsleting."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLbKt0E1CIg
Dani langsung meletakkan sayurannya. "Wah, itu bahaya, Bu. Coba saya cek dulu."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNfVOxY14oy
Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam rumah Rina yang menyatu dengan warung. Begitu melihat panel listriknya, Dani bisa langsung menebak masalahnya. Kabel-kabel di rumah ini sudah usang, beberapa terlihat menghitam karena sering terkena arus berlebih.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡESKub8sppV
"Bu Rina, ini harus diganti, kabelnya udah tua. Bisa bahaya kalau dibiarkan."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJw6QJEKjXz
Rina menghela napas, terlihat sedikit cemas. "Aduh… saya nggak ngerti soal ginian. Bisa kamu benerin nggak, Dani?"
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrlplFh2qFH
Dani mengangguk. "Saya ambil perkakas dulu di rumah. Tunggu sebentar!"
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD2a924yLCU
Tanpa menunda waktu, Dani langsung pulang untuk mengambil peralatan listrik yang ia simpan. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan gulungan kabel baru dan peralatan lain.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhQflfiJbqZ
Dengan cekatan, Dani mulai bekerja. Ia melepas kabel lama, mengganti dengan yang baru, dan memastikan semua sambungan aman. Tangannya terampil, sesekali ia mengusap keringat di dahinya. Rina, yang biasanya hanya galak, kini berdiri agak canggung di dekat pintu, melihat Dani bekerja tanpa banyak bicara.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpaJAd6WOIj
Di dalam hatinya, ia merasa sedikit aneh melihat Dani begitu serius dan terampil dalam pekerjaannya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUDSY0tdQgr
Setelah selesai memperbaiki listrik, Dani menghela napas lega. "Udah beres, Bu. Sekarang harusnya nggak ada masalah lagi."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuOpWl002vY
Rina, yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya tersenyum kecil. "Terima kasih, Dani. Kamu emang bisa diandalkan."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsq95QWp72i
Dani hanya tertawa ringan. "Sama-sama, Bu. Untung nggak sampai korslet besar."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXnhK7B0yWc
Tanpa banyak bicara, Rina masuk ke dalam dan kembali dengan beberapa lembar uang. Ia menyodorkannya ke Dani. "Ini upahnya. Kamu udah nolongin saya."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ61chT70WBX
Dani menatap uang itu sejenak, lalu menerimanya dengan senyum santai. "Wah, rezeki nomplok, nih. Makasih, Bu Rina!"
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡorcPJtH4cW
Setelah itu, ia kembali ke warung untuk melanjutkan belanjaannya. Tangannya cekatan memilih sayuran yang tadi sempat tertunda. Setelah semuanya terkumpul, ia berjalan ke meja kasir dan merogoh dompetnya.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpaIrJq4SKV
"Berapa semuanya, Bu?" tanyanya sambil bersiap membayar.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡe6qroTPhmm
Namun, yang tak ia sangka, Rina justru menggeleng sambil tersenyum tipis.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr48WrUzJ9q
"Gratis. Anggap aja bonus karena udah nolongin saya."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmpXJuEqAdc
Dani mengerjap, agak terkejut. "Hah? Beneran, Bu?"
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡYdeJoHmK9o
"Saya kelihatan bercanda?" Rina menyilangkan tangan di dada, tapi kali ini tidak dengan ketus. Ada ekspresi berbeda di wajahnya—lebih lembut, lebih tulus.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfuUXjbKL4r
Dani tersenyum lebar. "Kalau gitu, terima kasih banyak, Bu Rina! Saya pamit dulu, ya."
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsH74QmlAbY
Dengan langkah ringan, Dani keluar dari warung, meninggalkan aroma kehadirannya yang masih terasa di ruangan.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVd0OB3dowU
Rina menatap punggungnya yang semakin menjauh, dan tanpa sadar, dadanya terasa hangat—seperti ada sesuatu yang perlahan mencair di dalam sana.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzqerTTT4Wl
Angin sore bertiup pelan, mengelus pipinya dengan lembut, seolah membisikkan sesuatu yang tak bisa ia abaikan. Matanya terus mengikuti langkah Dani, sampai pemuda itu benar-benar hilang di tikungan jalan.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqvsfoMiILo
Sebuah senyum kecil muncul di sudut bibirnya—senyum yang bahkan tak ia sadari.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtudU3JuuNk
Hati Rina bergetar. Ada sesuatu yang baru tumbuh di sana.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHOKszpvnjP
Sebuah perasaan yang lama ia kubur dalam-dalam… kini mulai bangkit kembali.
1953Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdksECOYBiW
