x
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRyuSQuNyVP
Di pagi yang cerah, Kampung Angin kedatangan seorang pemuda yang sudah lama tak terlihat. Dani, pria yang dulu tumbuh besar di desa ini, akhirnya kembali setelah menyelesaikan kuliahnya di ibu kota. Dengan langkah santai dan senyum hangat, ia melangkah melewati jalanan desa yang sudah lama ia tinggalkan.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡevSmJVn0RO
Begitu melihatnya, para warga langsung menyambutnya dengan antusias. "Dani! Sudah lama sekali kau tak pulang!" seru seorang bapak tua di warung kopi. Para ibu-ibu yang sedang berkumpul pun ikut menyapa, mengingat betapa anak itu dulu sering membantu mereka sebelum pergi merantau.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnuIa9AH1t3
Dani menyambut semua sapaan itu dengan ramah. Ia memang bukan orang asing di sini—namanya dikenal sebagai pemuda yang baik hati dan suka membantu. Warga bangga melihatnya kembali setelah menuntaskan pendidikan, meskipun ada juga yang bertanya-tanya, mengapa ia memilih kembali ke desa setelah kuliah di kota besar?
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtSjjfcoulu
Namun, Dani hanya tersenyum setiap kali ditanya. Ia punya alasan tersendiri untuk kembali ke tempat yang membesarkannya. Sebuah alasan yang mungkin belum disadarinya sepenuhnya.
-----------------------------------------
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJDZSbCRcII
Sejak kepulangannya, Dani tak hanya berdiam diri. Ia mulai ikut andil dalam berbagai kegiatan desa, membantu memajukan pertanian dan memberi ide-ide baru untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Kehadirannya perlahan membawa perubahan—dan tanpa disadari, membawa dirinya lebih dekat dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡuUkqj1Iisz
Hari itu, Dani mendapat tugas dari ibunya untuk membeli banyak barang kebutuhan di warung desa. Dengan santai, ia berjalan menuju warung kecil di ujung jalan, tak menyangka bahwa warung itu kini dikelola oleh seseorang yang sudah berubah.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4vw6L4Ukwr
Saat ia mendorong pintu kayu warung dan masuk, suara tegas langsung menyambutnya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhyKUT3okZD
"Mau beli apa? Cepat bilang, jangan melamun di depan pintu!"
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAI2JTCMjD0
Dani tersentak, kaget mendengar nada ketus itu. Ia menoleh dan menemukan Rina, sosok yang dulu ia kenal sebagai wanita lembut, kini berdiri di balik meja kasir dengan tatapan tajam. Ia mengenali wajah itu, tapi auranya kini berbeda—lebih keras, lebih berwibawa, lebih… galak.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ67QzqupSe2
"Bu Rina?" Dani mengerjap, berusaha memastikan penglihatannya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8Bumkxm28O
"Siapa lagi? Hantu?" Rina menyilangkan tangan di dada. "Kamu Dani, kan? Anak Bu Siti. Sudah gede ternyata."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjaKeuCf3sJ
Dani mengangguk, masih agak terkejut. "Iya, Bu. Lama nggak pulang. Dulu warung ini bukan punya Bu Rina, ya?"
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡQqLM1nD17a
"Dulu lain, sekarang lain." Rina menyodorkan kantong plastik kosong. "Mau beli apa? Cepat daftar belanjaannya. Saya nggak punya waktu untuk orang yang cuma berdiri bengong."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPmq40DiGzS
Dani terkekeh kecil, kini mulai paham. "Wah, Bu Rina sekarang galak, ya."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ2BoTKwUbKG
Rina mendelik. "Kenapa? Nggak boleh? Mau saya usir sekalian?"
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ08KWA9tIM0
Dani mengangkat tangan menyerah. "Bukan gitu, Bu. Cuma… beda aja dari dulu."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaIwTvU4Neq
Rina mendengus, lalu mulai mengambil barang-barang yang Dani sebutkan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang muncul. Dani yang dulu bocah kecil, kini sudah jadi pria dewasa. Dan entah kenapa, meskipun ia tetap ingin galak, ada sesuatu yang mengusik hatinya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEo6RBgjuLR
Sementara Dani, meski sempat terkejut, akhirnya hanya bisa tersenyum. Rina memang berubah—tapi mungkin, itu bukan hal yang buruk.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1zdruFO4ee
Saat Dani melangkah pergi, suara lonceng kecil di atas pintu warung berbunyi pelan. Rina masih berdiri di balik meja, matanya tanpa sadar mengikuti punggung pemuda itu yang semakin menjauh.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXykbWMr6Ut
Ada sesuatu yang menyesak di dadanya. Rasa bersalah. Bukan karena ia galak—tapi karena ia merasa tak seharusnya bersikap seperti itu kepada Dani.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBRVOHWjcOb
Matanya melirik ke meja kayu di depannya. Ada gelas teh yang sejak tadi belum ia sentuh. Teh yang tadi masih mengepul, kini sudah dingin. Seperti hatinya yang tiba-tiba terasa kosong.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDQaP9YV4WR
Ia menghela napas panjang. Angin sore berhembus pelan dari jendela warung, mengibarkan tirai tipis berwarna krem. Seakan membawa sesuatu yang tak terlihat—sebuah perasaan yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡijHqHzapPh
Dani sudah pergi, tapi bayangan wajahnya masih tertinggal di dalam kepala Rina.
------------------------------
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡsOAn9aOueh
Sejak pertemuan pertama itu, Dani semakin sering datang ke warung Rina. Bukan karena ia sengaja, tapi karena ibunya kini kerap menyuruhnya membeli berbagai keperluan untuk arisan, masakan, atau sekadar titipan ibu-ibu lain.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTrsBBx3bo9
Awalnya, Rina tetap bersikap ketus setiap kali Dani datang. Namun, perlahan, ia mulai mengubah nada bicaranya. Tidak lagi terlalu kasar, meskipun masih berusaha menunjukkan sikap acuh.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLc7ywSeGuZ
"Beli lagi? Emangnya di rumah nggak ada makanan?" gumam Rina suatu hari saat Dani datang lagi.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPFu3ceGNUx
Dani hanya terkekeh. "Ibu saya sibuk, jadi saya disuruh beli ini itu. Kalau merepotkan, saya bisa ke warung lain, Bu."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡl5bduFEk94
Rina meliriknya tajam. "Siapa yang bilang kamu merepotkan? Kalau mau beli, ya beli aja. Nggak usah banyak omong."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡencilG60Ek
Dani tersenyum, menerima kantong belanjaan dengan santai. Ia bisa merasakan perubahan dalam sikap Rina. Meski masih berusaha keras terlihat dingin, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan dan cara bicaranya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7Y3Oh75F39
Di sisi lain, Rina sendiri mulai merasa aneh. Kenapa setiap kali Dani datang, dadanya terasa sedikit lebih hangat? Namun, ia tetap memaksa dirinya untuk bersikap biasa saja.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡAJoYl7xzru
Hari demi hari berlalu, dan Dani tetap menjadi pelanggan setia warungnya—meski bukan atas kehendaknya sendiri. Ia selalu datang dengan alasan titipan ibunya, tetapi dalam hati, ia tidak keberatan.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxPnbEib9uQ
Sementara itu, Rina mulai menyadari sesuatu. Ia memang masih galak, masih berusaha menjaga jarak, tapi… entah kenapa, saat Dani pergi, warungnya terasa lebih sepi dari biasanya.
-------------------------------
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡto4k1jxuAN
Saat Dani sedang memilih sayur yang disuruh ibunya, tiba-tiba Rina keluar dari dalam rumah dengan wajah sedikit panik.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfzm8lTgOAk
"Dani! Kamu bisa cek listrik nggak?" tanyanya cepat, suaranya terdengar lebih mendesak dari biasanya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIMJpTb5uk9
Dani menghentikan tangannya yang sedang memilah tomat. "Kenapa, Bu?"
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbMPEJbbB7k
"Listrik di rumah saya kayaknya konslet. Tadi sempat mati sendiri, terus nyala lagi. Saya takut ada yang korsleting."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNzkZVadBkb
Dani langsung meletakkan sayurannya. "Wah, itu bahaya, Bu. Coba saya cek dulu."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU1NnmLFqz6
Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam rumah Rina yang menyatu dengan warung. Begitu melihat panel listriknya, Dani bisa langsung menebak masalahnya. Kabel-kabel di rumah ini sudah usang, beberapa terlihat menghitam karena sering terkena arus berlebih.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCyIZOlMyzM
"Bu Rina, ini harus diganti, kabelnya udah tua. Bisa bahaya kalau dibiarkan."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡiEI7v5gq9o
Rina menghela napas, terlihat sedikit cemas. "Aduh… saya nggak ngerti soal ginian. Bisa kamu benerin nggak, Dani?"
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8yKRCXbV9t
Dani mengangguk. "Saya ambil perkakas dulu di rumah. Tunggu sebentar!"
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ29f2OqXexo
Tanpa menunda waktu, Dani langsung pulang untuk mengambil peralatan listrik yang ia simpan. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan gulungan kabel baru dan peralatan lain.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9C3lJxbtfK
Dengan cekatan, Dani mulai bekerja. Ia melepas kabel lama, mengganti dengan yang baru, dan memastikan semua sambungan aman. Tangannya terampil, sesekali ia mengusap keringat di dahinya. Rina, yang biasanya hanya galak, kini berdiri agak canggung di dekat pintu, melihat Dani bekerja tanpa banyak bicara.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmap6Xigwxf
Di dalam hatinya, ia merasa sedikit aneh melihat Dani begitu serius dan terampil dalam pekerjaannya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8txpUd6gXC
Setelah selesai memperbaiki listrik, Dani menghela napas lega. "Udah beres, Bu. Sekarang harusnya nggak ada masalah lagi."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHabXUSrgmq
Rina, yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya tersenyum kecil. "Terima kasih, Dani. Kamu emang bisa diandalkan."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJweoxUop55
Dani hanya tertawa ringan. "Sama-sama, Bu. Untung nggak sampai korslet besar."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxqqwHRVfI4
Tanpa banyak bicara, Rina masuk ke dalam dan kembali dengan beberapa lembar uang. Ia menyodorkannya ke Dani. "Ini upahnya. Kamu udah nolongin saya."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡudpBUZNMrS
Dani menatap uang itu sejenak, lalu menerimanya dengan senyum santai. "Wah, rezeki nomplok, nih. Makasih, Bu Rina!"
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUDT7LnfLwI
Setelah itu, ia kembali ke warung untuk melanjutkan belanjaannya. Tangannya cekatan memilih sayuran yang tadi sempat tertunda. Setelah semuanya terkumpul, ia berjalan ke meja kasir dan merogoh dompetnya.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHwWLobFb2B
"Berapa semuanya, Bu?" tanyanya sambil bersiap membayar.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqhT9JbI20F
Namun, yang tak ia sangka, Rina justru menggeleng sambil tersenyum tipis.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7mDtsaJjnS
"Gratis. Anggap aja bonus karena udah nolongin saya."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr0dZRwgi5n
Dani mengerjap, agak terkejut. "Hah? Beneran, Bu?"
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxLwgJkuzjE
"Saya kelihatan bercanda?" Rina menyilangkan tangan di dada, tapi kali ini tidak dengan ketus. Ada ekspresi berbeda di wajahnya—lebih lembut, lebih tulus.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3UmMo3n569
Dani tersenyum lebar. "Kalau gitu, terima kasih banyak, Bu Rina! Saya pamit dulu, ya."
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUxeE8Vyv1s
Dengan langkah ringan, Dani keluar dari warung, meninggalkan aroma kehadirannya yang masih terasa di ruangan.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5xs3iH6sgF
Rina menatap punggungnya yang semakin menjauh, dan tanpa sadar, dadanya terasa hangat—seperti ada sesuatu yang perlahan mencair di dalam sana.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzaOtIJ96Ci
Angin sore bertiup pelan, mengelus pipinya dengan lembut, seolah membisikkan sesuatu yang tak bisa ia abaikan. Matanya terus mengikuti langkah Dani, sampai pemuda itu benar-benar hilang di tikungan jalan.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡscqoQpt8LW
Sebuah senyum kecil muncul di sudut bibirnya—senyum yang bahkan tak ia sadari.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3cAnsIlJgz
Hati Rina bergetar. Ada sesuatu yang baru tumbuh di sana.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlGrT7LCOcN
Sebuah perasaan yang lama ia kubur dalam-dalam… kini mulai bangkit kembali.
2012Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡukiyDOANWF
