
1803Please respect copyright.PENANAzn4S91ffvR
Di pagi yang cerah, Kampung Angin kedatangan seorang pemuda yang sudah lama tak terlihat. Dani, pria yang dulu tumbuh besar di desa ini, akhirnya kembali setelah menyelesaikan kuliahnya di ibu kota. Dengan langkah santai dan senyum hangat, ia melangkah melewati jalanan desa yang sudah lama ia tinggalkan.
1803Please respect copyright.PENANAc4bl6vF5Lm
Begitu melihatnya, para warga langsung menyambutnya dengan antusias. "Dani! Sudah lama sekali kau tak pulang!" seru seorang bapak tua di warung kopi. Para ibu-ibu yang sedang berkumpul pun ikut menyapa, mengingat betapa anak itu dulu sering membantu mereka sebelum pergi merantau.
1803Please respect copyright.PENANAtZlcImszvI
Dani menyambut semua sapaan itu dengan ramah. Ia memang bukan orang asing di sini—namanya dikenal sebagai pemuda yang baik hati dan suka membantu. Warga bangga melihatnya kembali setelah menuntaskan pendidikan, meskipun ada juga yang bertanya-tanya, mengapa ia memilih kembali ke desa setelah kuliah di kota besar?
1803Please respect copyright.PENANADnLfxvhE3D
Namun, Dani hanya tersenyum setiap kali ditanya. Ia punya alasan tersendiri untuk kembali ke tempat yang membesarkannya. Sebuah alasan yang mungkin belum disadarinya sepenuhnya.
-----------------------------------------
1803Please respect copyright.PENANABT84mHWIh7
Sejak kepulangannya, Dani tak hanya berdiam diri. Ia mulai ikut andil dalam berbagai kegiatan desa, membantu memajukan pertanian dan memberi ide-ide baru untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Kehadirannya perlahan membawa perubahan—dan tanpa disadari, membawa dirinya lebih dekat dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya.
1803Please respect copyright.PENANAuQUG9Yg9zM
Hari itu, Dani mendapat tugas dari ibunya untuk membeli banyak barang kebutuhan di warung desa. Dengan santai, ia berjalan menuju warung kecil di ujung jalan, tak menyangka bahwa warung itu kini dikelola oleh seseorang yang sudah berubah.
1803Please respect copyright.PENANAhqF0Ry2qHQ
Saat ia mendorong pintu kayu warung dan masuk, suara tegas langsung menyambutnya.
1803Please respect copyright.PENANAJ2uryiL4iy
"Mau beli apa? Cepat bilang, jangan melamun di depan pintu!"
1803Please respect copyright.PENANAFMntRHWAaG
Dani tersentak, kaget mendengar nada ketus itu. Ia menoleh dan menemukan Rina, sosok yang dulu ia kenal sebagai wanita lembut, kini berdiri di balik meja kasir dengan tatapan tajam. Ia mengenali wajah itu, tapi auranya kini berbeda—lebih keras, lebih berwibawa, lebih… galak.
1803Please respect copyright.PENANAyyTd31vTqp
"Bu Rina?" Dani mengerjap, berusaha memastikan penglihatannya.
1803Please respect copyright.PENANApq0DdjmRgJ
"Siapa lagi? Hantu?" Rina menyilangkan tangan di dada. "Kamu Dani, kan? Anak Bu Siti. Sudah gede ternyata."
1803Please respect copyright.PENANA2djw5w9Oms
Dani mengangguk, masih agak terkejut. "Iya, Bu. Lama nggak pulang. Dulu warung ini bukan punya Bu Rina, ya?"
1803Please respect copyright.PENANAgGX9SEqnHe
"Dulu lain, sekarang lain." Rina menyodorkan kantong plastik kosong. "Mau beli apa? Cepat daftar belanjaannya. Saya nggak punya waktu untuk orang yang cuma berdiri bengong."
1803Please respect copyright.PENANAPCvnWoRKQc
Dani terkekeh kecil, kini mulai paham. "Wah, Bu Rina sekarang galak, ya."
1803Please respect copyright.PENANAjyKITg8q6W
Rina mendelik. "Kenapa? Nggak boleh? Mau saya usir sekalian?"
1803Please respect copyright.PENANAd8R4R8LaWm
Dani mengangkat tangan menyerah. "Bukan gitu, Bu. Cuma… beda aja dari dulu."
1803Please respect copyright.PENANAnND8xdc8jN
Rina mendengus, lalu mulai mengambil barang-barang yang Dani sebutkan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang muncul. Dani yang dulu bocah kecil, kini sudah jadi pria dewasa. Dan entah kenapa, meskipun ia tetap ingin galak, ada sesuatu yang mengusik hatinya.
1803Please respect copyright.PENANA48NB2OLlBv
Sementara Dani, meski sempat terkejut, akhirnya hanya bisa tersenyum. Rina memang berubah—tapi mungkin, itu bukan hal yang buruk.
1803Please respect copyright.PENANAzdrMbr6FCs
Saat Dani melangkah pergi, suara lonceng kecil di atas pintu warung berbunyi pelan. Rina masih berdiri di balik meja, matanya tanpa sadar mengikuti punggung pemuda itu yang semakin menjauh.
1803Please respect copyright.PENANAB3ndevoCmx
Ada sesuatu yang menyesak di dadanya. Rasa bersalah. Bukan karena ia galak—tapi karena ia merasa tak seharusnya bersikap seperti itu kepada Dani.
1803Please respect copyright.PENANAft1ggsdOpj
Matanya melirik ke meja kayu di depannya. Ada gelas teh yang sejak tadi belum ia sentuh. Teh yang tadi masih mengepul, kini sudah dingin. Seperti hatinya yang tiba-tiba terasa kosong.
1803Please respect copyright.PENANAR2evEuXLqp
Ia menghela napas panjang. Angin sore berhembus pelan dari jendela warung, mengibarkan tirai tipis berwarna krem. Seakan membawa sesuatu yang tak terlihat—sebuah perasaan yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.
1803Please respect copyright.PENANAWQqyjBjaYA
Dani sudah pergi, tapi bayangan wajahnya masih tertinggal di dalam kepala Rina.
------------------------------
1803Please respect copyright.PENANAyBhaOEeFBE
Sejak pertemuan pertama itu, Dani semakin sering datang ke warung Rina. Bukan karena ia sengaja, tapi karena ibunya kini kerap menyuruhnya membeli berbagai keperluan untuk arisan, masakan, atau sekadar titipan ibu-ibu lain.
1803Please respect copyright.PENANA38UcVgMqIE
Awalnya, Rina tetap bersikap ketus setiap kali Dani datang. Namun, perlahan, ia mulai mengubah nada bicaranya. Tidak lagi terlalu kasar, meskipun masih berusaha menunjukkan sikap acuh.
1803Please respect copyright.PENANArrv34lu503
"Beli lagi? Emangnya di rumah nggak ada makanan?" gumam Rina suatu hari saat Dani datang lagi.
1803Please respect copyright.PENANA7iMHFmWldu
Dani hanya terkekeh. "Ibu saya sibuk, jadi saya disuruh beli ini itu. Kalau merepotkan, saya bisa ke warung lain, Bu."
1803Please respect copyright.PENANAmG4aeQJFvB
Rina meliriknya tajam. "Siapa yang bilang kamu merepotkan? Kalau mau beli, ya beli aja. Nggak usah banyak omong."
1803Please respect copyright.PENANAaWVLHTP0zN
Dani tersenyum, menerima kantong belanjaan dengan santai. Ia bisa merasakan perubahan dalam sikap Rina. Meski masih berusaha keras terlihat dingin, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan dan cara bicaranya.
1803Please respect copyright.PENANA1PIlrw1PgU
Di sisi lain, Rina sendiri mulai merasa aneh. Kenapa setiap kali Dani datang, dadanya terasa sedikit lebih hangat? Namun, ia tetap memaksa dirinya untuk bersikap biasa saja.
1803Please respect copyright.PENANAnjezUBZmFP
Hari demi hari berlalu, dan Dani tetap menjadi pelanggan setia warungnya—meski bukan atas kehendaknya sendiri. Ia selalu datang dengan alasan titipan ibunya, tetapi dalam hati, ia tidak keberatan.
1803Please respect copyright.PENANAzAZEow6u3n
Sementara itu, Rina mulai menyadari sesuatu. Ia memang masih galak, masih berusaha menjaga jarak, tapi… entah kenapa, saat Dani pergi, warungnya terasa lebih sepi dari biasanya.
-------------------------------
1803Please respect copyright.PENANANOW2zsYmVv
Saat Dani sedang memilih sayur yang disuruh ibunya, tiba-tiba Rina keluar dari dalam rumah dengan wajah sedikit panik.
1803Please respect copyright.PENANAMfrIw15cj6
"Dani! Kamu bisa cek listrik nggak?" tanyanya cepat, suaranya terdengar lebih mendesak dari biasanya.
1803Please respect copyright.PENANA7EBxwdhR1B
Dani menghentikan tangannya yang sedang memilah tomat. "Kenapa, Bu?"
1803Please respect copyright.PENANA4TtXmSu7Op
"Listrik di rumah saya kayaknya konslet. Tadi sempat mati sendiri, terus nyala lagi. Saya takut ada yang korsleting."
1803Please respect copyright.PENANAtUdADlPZGc
Dani langsung meletakkan sayurannya. "Wah, itu bahaya, Bu. Coba saya cek dulu."
1803Please respect copyright.PENANATtGdC6YMex
Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam rumah Rina yang menyatu dengan warung. Begitu melihat panel listriknya, Dani bisa langsung menebak masalahnya. Kabel-kabel di rumah ini sudah usang, beberapa terlihat menghitam karena sering terkena arus berlebih.
1803Please respect copyright.PENANAfxrMQ9KK43
"Bu Rina, ini harus diganti, kabelnya udah tua. Bisa bahaya kalau dibiarkan."
1803Please respect copyright.PENANAB1bM59E937
Rina menghela napas, terlihat sedikit cemas. "Aduh… saya nggak ngerti soal ginian. Bisa kamu benerin nggak, Dani?"
1803Please respect copyright.PENANAn2qKe6II1d
Dani mengangguk. "Saya ambil perkakas dulu di rumah. Tunggu sebentar!"
1803Please respect copyright.PENANAoquxv6aGw6
Tanpa menunda waktu, Dani langsung pulang untuk mengambil peralatan listrik yang ia simpan. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan gulungan kabel baru dan peralatan lain.
1803Please respect copyright.PENANAN5jRRFlPTZ
Dengan cekatan, Dani mulai bekerja. Ia melepas kabel lama, mengganti dengan yang baru, dan memastikan semua sambungan aman. Tangannya terampil, sesekali ia mengusap keringat di dahinya. Rina, yang biasanya hanya galak, kini berdiri agak canggung di dekat pintu, melihat Dani bekerja tanpa banyak bicara.
1803Please respect copyright.PENANAIthD4lOTBq
Di dalam hatinya, ia merasa sedikit aneh melihat Dani begitu serius dan terampil dalam pekerjaannya.
1803Please respect copyright.PENANAKPZhXmShQg
Setelah selesai memperbaiki listrik, Dani menghela napas lega. "Udah beres, Bu. Sekarang harusnya nggak ada masalah lagi."
1803Please respect copyright.PENANAvqifOZcLcj
Rina, yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya tersenyum kecil. "Terima kasih, Dani. Kamu emang bisa diandalkan."
1803Please respect copyright.PENANAsPGbvwCmW8
Dani hanya tertawa ringan. "Sama-sama, Bu. Untung nggak sampai korslet besar."
1803Please respect copyright.PENANADAolMLdTt0
Tanpa banyak bicara, Rina masuk ke dalam dan kembali dengan beberapa lembar uang. Ia menyodorkannya ke Dani. "Ini upahnya. Kamu udah nolongin saya."
1803Please respect copyright.PENANADgN7itHijV
Dani menatap uang itu sejenak, lalu menerimanya dengan senyum santai. "Wah, rezeki nomplok, nih. Makasih, Bu Rina!"
1803Please respect copyright.PENANA7H2BcTDtJx
Setelah itu, ia kembali ke warung untuk melanjutkan belanjaannya. Tangannya cekatan memilih sayuran yang tadi sempat tertunda. Setelah semuanya terkumpul, ia berjalan ke meja kasir dan merogoh dompetnya.
1803Please respect copyright.PENANAgYbWfJ3oot
"Berapa semuanya, Bu?" tanyanya sambil bersiap membayar.
1803Please respect copyright.PENANAZLSYLmYLry
Namun, yang tak ia sangka, Rina justru menggeleng sambil tersenyum tipis.
1803Please respect copyright.PENANAWp9hSuuPZx
"Gratis. Anggap aja bonus karena udah nolongin saya."
1803Please respect copyright.PENANAkv1p4nAc6C
Dani mengerjap, agak terkejut. "Hah? Beneran, Bu?"
1803Please respect copyright.PENANAJPZNCEtdZf
"Saya kelihatan bercanda?" Rina menyilangkan tangan di dada, tapi kali ini tidak dengan ketus. Ada ekspresi berbeda di wajahnya—lebih lembut, lebih tulus.
1803Please respect copyright.PENANAtEY6uJSci4
Dani tersenyum lebar. "Kalau gitu, terima kasih banyak, Bu Rina! Saya pamit dulu, ya."
1803Please respect copyright.PENANAmbmCAzzRcm
Dengan langkah ringan, Dani keluar dari warung, meninggalkan aroma kehadirannya yang masih terasa di ruangan.
1803Please respect copyright.PENANAPRb6ppRDTf
Rina menatap punggungnya yang semakin menjauh, dan tanpa sadar, dadanya terasa hangat—seperti ada sesuatu yang perlahan mencair di dalam sana.
1803Please respect copyright.PENANA31L2LQ7i6W
Angin sore bertiup pelan, mengelus pipinya dengan lembut, seolah membisikkan sesuatu yang tak bisa ia abaikan. Matanya terus mengikuti langkah Dani, sampai pemuda itu benar-benar hilang di tikungan jalan.
1803Please respect copyright.PENANAZRIF3XDZrs
Sebuah senyum kecil muncul di sudut bibirnya—senyum yang bahkan tak ia sadari.
1803Please respect copyright.PENANAEXbwrP5wYD
Hati Rina bergetar. Ada sesuatu yang baru tumbuh di sana.
1803Please respect copyright.PENANACZyEbB4snz
Sebuah perasaan yang lama ia kubur dalam-dalam… kini mulai bangkit kembali.
1803Please respect copyright.PENANA8rHTxHduY5