
1610Please respect copyright.PENANAdE4hvrUKjj
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1610Please respect copyright.PENANASSh1DpvDQM
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1610Please respect copyright.PENANAuQzyyGmeGJ
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1610Please respect copyright.PENANAl1Ei4w2kTR
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1610Please respect copyright.PENANAFIhSlLjv3J
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1610Please respect copyright.PENANAubJRC6IGzA
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1610Please respect copyright.PENANAmc74zQ7hwn
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1610Please respect copyright.PENANAK5X6CKhKm7
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1610Please respect copyright.PENANA1TIdFcpAc7
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1610Please respect copyright.PENANAC7KjEWH7Hm
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1610Please respect copyright.PENANACaDk9KlgBO
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1610Please respect copyright.PENANAZJG0GKEl3J
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1610Please respect copyright.PENANArZqTN21BOS
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1610Please respect copyright.PENANAywNWhMxsye
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1610Please respect copyright.PENANAAKcZKi9SCx
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1610Please respect copyright.PENANAyzdq2ofuIR
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1610Please respect copyright.PENANAJkGPcXze5J
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1610Please respect copyright.PENANAJuDY7IlOw9
"Bu Rina?"
1610Please respect copyright.PENANACUCtSdGRKK
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1610Please respect copyright.PENANAJQU9jg6wf5
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1610Please respect copyright.PENANAC2R5AWlpz6
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1610Please respect copyright.PENANAVJm33YDH1k
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1610Please respect copyright.PENANAhCaPVosEjI
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1610Please respect copyright.PENANAb4wEk6NBz1
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1610Please respect copyright.PENANAKJJR07bMiE
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1610Please respect copyright.PENANAruCXzmmd2V
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1610Please respect copyright.PENANAVV52HJyXO6
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1610Please respect copyright.PENANA1FavopBakQ
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1610Please respect copyright.PENANAtdQMbquF4Z
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1610Please respect copyright.PENANAdk24EZIVlr
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1610Please respect copyright.PENANA32V5JzyJ1L
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1610Please respect copyright.PENANAwrYzvy8Hex
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1610Please respect copyright.PENANAj6URocG7nm
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1610Please respect copyright.PENANAaqfjiSw64Q
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1610Please respect copyright.PENANAHg0OfFICUH
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1610Please respect copyright.PENANAdy2amOrPut
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1610Please respect copyright.PENANALFi4aq55ZM
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1610Please respect copyright.PENANAdm7Pmhgjqj
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1610Please respect copyright.PENANAJqQsnnJsCg
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1610Please respect copyright.PENANAjMP3xLiOAe
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1610Please respect copyright.PENANAgQFo38UCDg
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1610Please respect copyright.PENANAUJmu8lIMGj
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1610Please respect copyright.PENANAxXmwMYSrRT
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1610Please respect copyright.PENANAEqCHvaAYbz
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1610Please respect copyright.PENANAUOsgMC9wBH
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1610Please respect copyright.PENANALpqqz4n2NO
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1610Please respect copyright.PENANAG6PE4bpUWt
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1610Please respect copyright.PENANAdMXxyLw4Fg
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1610Please respect copyright.PENANAWeksl9jc8I
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1610Please respect copyright.PENANARzBQoOAOPt
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1610Please respect copyright.PENANACLGf3VeS93
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1610Please respect copyright.PENANAC0esFpyyvb
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1610Please respect copyright.PENANAk9gfbnD1Nw
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1610Please respect copyright.PENANAWaLlDKZGAg
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1610Please respect copyright.PENANA5Pi8CopAbu
Begitu saja?
1610Please respect copyright.PENANAVcl6uiqFnM
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1610Please respect copyright.PENANAX2nEW8h8MV
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1610Please respect copyright.PENANArK1VKNCN5J
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1610Please respect copyright.PENANATr0OPEm2eT
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1610Please respect copyright.PENANAZ8ptWkMAmQ
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1610Please respect copyright.PENANA7w56brEuWY
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1610Please respect copyright.PENANA0e9WwCgMqT
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1610Please respect copyright.PENANAIqnvnHB6Eo
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1610Please respect copyright.PENANAPEiap53Ptx
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1610Please respect copyright.PENANAzHO3Puy0JX
Malam itu begitu sunyi.
1610Please respect copyright.PENANA1c5KGu2vp9
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1610Please respect copyright.PENANAFOmR7p2LlS
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1610Please respect copyright.PENANAdEfR3o7JQi
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1610Please respect copyright.PENANAXPpcpkJL82
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1610Please respect copyright.PENANANxMFGoPfUX
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1610Please respect copyright.PENANAZTUzUJIP0r
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1610Please respect copyright.PENANADhMJblbgBx
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1610Please respect copyright.PENANAwvz1avqHf0
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1610Please respect copyright.PENANAfa7moQwWZq
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1610Please respect copyright.PENANAG5SIuScWno
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1610Please respect copyright.PENANA7DTisedaaA
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.197da2