
1663Please respect copyright.PENANAjd3XskAlgf
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1663Please respect copyright.PENANAj1CF9fxc3L
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1663Please respect copyright.PENANAFquqOBcJ1w
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1663Please respect copyright.PENANAyiBz4kCgAf
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1663Please respect copyright.PENANAheRybcniiP
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1663Please respect copyright.PENANAXmu6Xq2OGy
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1663Please respect copyright.PENANATYXm5OTZ1r
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1663Please respect copyright.PENANAyyFOvd6Gg7
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1663Please respect copyright.PENANAGMy3OjDSqh
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1663Please respect copyright.PENANA9VuntrYqK0
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1663Please respect copyright.PENANALXmxa42EUG
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1663Please respect copyright.PENANAGM7suyJKIC
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1663Please respect copyright.PENANAn0SzrGxXMv
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1663Please respect copyright.PENANAQcXQiuEjxK
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1663Please respect copyright.PENANAlMz3IIKCv8
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1663Please respect copyright.PENANAqiviWnG1UK
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1663Please respect copyright.PENANAfBPzUPPMLt
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1663Please respect copyright.PENANACiow1iS0HP
"Bu Rina?"
1663Please respect copyright.PENANA8nEZAbbE5C
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1663Please respect copyright.PENANAMEb1ApOnXo
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1663Please respect copyright.PENANAD3FAkiniTY
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1663Please respect copyright.PENANA6CLpU5Nmet
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1663Please respect copyright.PENANAVMePwEXoQv
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1663Please respect copyright.PENANAzQKI69BKL3
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1663Please respect copyright.PENANANzSA1Kr1Iw
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1663Please respect copyright.PENANA0cZoQU0hMA
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1663Please respect copyright.PENANAysWqZnC2bH
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1663Please respect copyright.PENANAbGxB7LLX9D
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1663Please respect copyright.PENANAMiypTCLIhh
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1663Please respect copyright.PENANAp04aB6hGfl
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1663Please respect copyright.PENANAwpspnI7Vwb
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1663Please respect copyright.PENANAvOe1EBFLt5
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1663Please respect copyright.PENANAaDdVu3icEy
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1663Please respect copyright.PENANAQLnLAxNHKh
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1663Please respect copyright.PENANA7mgYK8jN3H
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1663Please respect copyright.PENANAczBigIWJ48
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1663Please respect copyright.PENANAkFiqXjP6u0
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1663Please respect copyright.PENANAZbt3TGkhkK
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1663Please respect copyright.PENANAIMQJ8GV7Z4
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1663Please respect copyright.PENANAPGfY4Dvd9N
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1663Please respect copyright.PENANAh6sYuegN8p
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1663Please respect copyright.PENANA5saYlcaQW3
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1663Please respect copyright.PENANAXRkNtY8dnb
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1663Please respect copyright.PENANAUbC0b0oknR
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1663Please respect copyright.PENANAWyOQCbwd7S
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1663Please respect copyright.PENANAFtKpdzfUhj
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1663Please respect copyright.PENANANq0Rgfv4ly
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1663Please respect copyright.PENANAc2nsfBUUG8
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1663Please respect copyright.PENANA4op5CuFRCU
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1663Please respect copyright.PENANAgl1NEkpxOu
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1663Please respect copyright.PENANADIBfpjZpFL
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1663Please respect copyright.PENANAfbjZrHa4Wv
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1663Please respect copyright.PENANAxdA7pco4hc
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1663Please respect copyright.PENANAow5nQrmZwq
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1663Please respect copyright.PENANA1JZ2mBgO0z
Begitu saja?
1663Please respect copyright.PENANAxaHq7XcPwW
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1663Please respect copyright.PENANA7lWGwL2zkh
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1663Please respect copyright.PENANA6ZkMZxQZP0
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1663Please respect copyright.PENANAej6wbUEXua
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1663Please respect copyright.PENANADnOkklpKtw
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1663Please respect copyright.PENANAwqAlzmFhO9
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1663Please respect copyright.PENANAzRbFbq07B8
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1663Please respect copyright.PENANA5q392JCKYG
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1663Please respect copyright.PENANAZTbIQWvvL2
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1663Please respect copyright.PENANAb9Br2SXg3Z
Malam itu begitu sunyi.
1663Please respect copyright.PENANAEZdvpfmm0s
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1663Please respect copyright.PENANAj0fqbnrqj4
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1663Please respect copyright.PENANA3PRKZrgdY8
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1663Please respect copyright.PENANAqcAyWHpLP6
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1663Please respect copyright.PENANAPAp0AXnVjs
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1663Please respect copyright.PENANAS6TIV6hHDY
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1663Please respect copyright.PENANADwhpnzA2pE
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1663Please respect copyright.PENANArZE6vb8xof
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1663Please respect copyright.PENANAjl4SjqEPYG
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1663Please respect copyright.PENANA8iHFggRuzZ
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1663Please respect copyright.PENANAuCu15KSxsk
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.219da2