
1665Please respect copyright.PENANAIiTUXf5tav
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1665Please respect copyright.PENANAqN9ygp1m95
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1665Please respect copyright.PENANABiPLddjHWX
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1665Please respect copyright.PENANA6PdDMVbfHj
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1665Please respect copyright.PENANAEB0W7Iizi0
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1665Please respect copyright.PENANAlECZ54HjZ3
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1665Please respect copyright.PENANACjs275IuAL
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1665Please respect copyright.PENANAWamYiG5vzG
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1665Please respect copyright.PENANAGyShDGZbxR
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1665Please respect copyright.PENANAgSjkX3NTOa
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1665Please respect copyright.PENANA9d59M08JVJ
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1665Please respect copyright.PENANAW52rJdCK1C
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1665Please respect copyright.PENANAMRRnbaiUcQ
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1665Please respect copyright.PENANAAcN0rJOSy6
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1665Please respect copyright.PENANAmn3IVgklDg
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1665Please respect copyright.PENANADvWSAA0sKD
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1665Please respect copyright.PENANAzGKRe1Jsmc
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1665Please respect copyright.PENANA3Y9l7i9f2c
"Bu Rina?"
1665Please respect copyright.PENANAlfGX9enfxv
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1665Please respect copyright.PENANAlSx942paFk
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1665Please respect copyright.PENANAOe7CmCStIS
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1665Please respect copyright.PENANAdjzWz00sjs
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1665Please respect copyright.PENANAxl9ECCzWVZ
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1665Please respect copyright.PENANA2PqgIN5yuI
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1665Please respect copyright.PENANA4d5CyUdI9h
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1665Please respect copyright.PENANAS3afjHLq2E
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1665Please respect copyright.PENANAJaoESi5Oe2
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1665Please respect copyright.PENANAoDpzSkYmFn
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1665Please respect copyright.PENANACbZ6jgvpXq
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1665Please respect copyright.PENANAo2whQIz0ZP
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1665Please respect copyright.PENANAaNwuadRsmT
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1665Please respect copyright.PENANACrAt9CvnuT
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1665Please respect copyright.PENANAXRzqJn0oZS
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1665Please respect copyright.PENANAk5lmEsxhxk
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1665Please respect copyright.PENANAt4eBkoM70B
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1665Please respect copyright.PENANAaQNixQ1qA0
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1665Please respect copyright.PENANAHrx3qSCE99
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1665Please respect copyright.PENANAQhduczLQsY
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1665Please respect copyright.PENANAp4fCZBt2yq
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1665Please respect copyright.PENANAdTfdjCqz8G
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1665Please respect copyright.PENANA1LRKoNG3pR
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1665Please respect copyright.PENANAsUYT2hwVdX
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1665Please respect copyright.PENANADxHdT8x2mh
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1665Please respect copyright.PENANAM59UMvC6jK
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1665Please respect copyright.PENANA9DZ8Iofsx9
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1665Please respect copyright.PENANARR2QuEMr4z
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1665Please respect copyright.PENANA7NheRyT8ex
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1665Please respect copyright.PENANA7mfevVJ2pL
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1665Please respect copyright.PENANAiJ00PlT2t8
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1665Please respect copyright.PENANAKUcM2EDgMh
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1665Please respect copyright.PENANAXl1qM1lQIQ
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1665Please respect copyright.PENANAiNjWDUqZnE
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1665Please respect copyright.PENANAuPZdjX0uRX
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1665Please respect copyright.PENANAKg2HLvjNCx
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1665Please respect copyright.PENANAIbRt40QGjD
Begitu saja?
1665Please respect copyright.PENANAyoXpgseHpV
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1665Please respect copyright.PENANAzDKh5z2vgr
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1665Please respect copyright.PENANAzQNv1KvLDi
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1665Please respect copyright.PENANAEytuCTpQmY
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1665Please respect copyright.PENANAmoxkMqz8xx
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1665Please respect copyright.PENANA3FbKNdRiA7
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1665Please respect copyright.PENANA1sMoKdjlLe
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1665Please respect copyright.PENANAHdpbgzM1Y2
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1665Please respect copyright.PENANAnZVxREwfad
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1665Please respect copyright.PENANA9qS0pueeVW
Malam itu begitu sunyi.
1665Please respect copyright.PENANAjVHiUOPNoO
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1665Please respect copyright.PENANAyIbK2EAlcP
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1665Please respect copyright.PENANAvHYvA0aNba
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1665Please respect copyright.PENANAQ7Mdy3Ctyw
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1665Please respect copyright.PENANAgLFU381Xu8
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1665Please respect copyright.PENANAlBznZDs3JE
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1665Please respect copyright.PENANAiU8VcyIugD
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1665Please respect copyright.PENANAtE2XrLrQmq
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1665Please respect copyright.PENANAg8LjrPpJGq
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1665Please respect copyright.PENANAGGTHFqh5XO
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1665Please respect copyright.PENANAg53tiy6UgF
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.12da2