
1615Please respect copyright.PENANAvvNXXdR1Zm
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1615Please respect copyright.PENANAyoIOnh69Ir
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1615Please respect copyright.PENANA67kkQzqMa9
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1615Please respect copyright.PENANAh7KNeZsXmK
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1615Please respect copyright.PENANAagZ6dAGJuv
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1615Please respect copyright.PENANAp8IpH0vHnF
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1615Please respect copyright.PENANAGoe6vsRP7Z
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1615Please respect copyright.PENANAxoO7sLzqFM
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1615Please respect copyright.PENANAFMdXrnXZeg
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1615Please respect copyright.PENANAyUpj9rtCji
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1615Please respect copyright.PENANA5xfx8Ws5To
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1615Please respect copyright.PENANA1J9H61zkG2
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1615Please respect copyright.PENANAIymdPNMDVR
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1615Please respect copyright.PENANAfWXpoXy83c
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1615Please respect copyright.PENANAkNKLhzZG4n
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1615Please respect copyright.PENANAIUUcr3vmO3
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1615Please respect copyright.PENANAPEfFxuHex5
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1615Please respect copyright.PENANAzBNef5Ocgz
"Bu Rina?"
1615Please respect copyright.PENANAMdx956n4uj
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1615Please respect copyright.PENANAGWFZTHJKQn
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1615Please respect copyright.PENANAA8lULqTgqA
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1615Please respect copyright.PENANAxsbp4PBAmE
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1615Please respect copyright.PENANAuUKJxlOVB9
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1615Please respect copyright.PENANAlCEq9SETmX
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1615Please respect copyright.PENANAR65j1xgwyl
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1615Please respect copyright.PENANA3Q63m3s2dM
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1615Please respect copyright.PENANAOjtAj8NAZZ
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1615Please respect copyright.PENANAcxLvbG5Wyt
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1615Please respect copyright.PENANA3vzkDh4qHw
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1615Please respect copyright.PENANA3SoQgh4syX
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1615Please respect copyright.PENANAsDvM2RndPj
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1615Please respect copyright.PENANA4hIb0hN0tM
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1615Please respect copyright.PENANAmVhrNdfpqE
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1615Please respect copyright.PENANAkMTo1MOw6R
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1615Please respect copyright.PENANARvbyy9erSs
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1615Please respect copyright.PENANAvM6JOz2EBN
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1615Please respect copyright.PENANAxPtuz6id0z
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1615Please respect copyright.PENANA8VjE6IaWj2
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1615Please respect copyright.PENANAkZXAAtOBPv
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1615Please respect copyright.PENANAFgN51cswvT
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1615Please respect copyright.PENANA6shVmi9nlz
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1615Please respect copyright.PENANAldiTDwJw3T
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1615Please respect copyright.PENANA66AHXLHYK1
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1615Please respect copyright.PENANA4eixcUIwQK
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1615Please respect copyright.PENANAPfkR0FFuZB
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1615Please respect copyright.PENANAYAU85jeMtf
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1615Please respect copyright.PENANAUPMbzgJ03C
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1615Please respect copyright.PENANAg66Y3ZLNXY
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1615Please respect copyright.PENANAIvbAiD2Uij
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1615Please respect copyright.PENANAScJN4B5fUC
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1615Please respect copyright.PENANAAcGlwEW9nP
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1615Please respect copyright.PENANAoRuwHnV8wV
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1615Please respect copyright.PENANAyC5sX3aqVp
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1615Please respect copyright.PENANAo6FO2MucKo
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1615Please respect copyright.PENANAVWFKqps6lO
Begitu saja?
1615Please respect copyright.PENANAII4kxRYIFO
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1615Please respect copyright.PENANAVZxY0ag68c
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1615Please respect copyright.PENANA5KfklXKAwt
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1615Please respect copyright.PENANArKdmEKWAEl
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1615Please respect copyright.PENANAma4W5kaiEr
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1615Please respect copyright.PENANAExLGDE56Eu
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1615Please respect copyright.PENANAvSdFVYLWGp
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1615Please respect copyright.PENANAOmj7KFaf7p
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1615Please respect copyright.PENANACrA2tDDtRI
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1615Please respect copyright.PENANAFDSwvHLDEy
Malam itu begitu sunyi.
1615Please respect copyright.PENANAarKiDXnvNF
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1615Please respect copyright.PENANArryOrqRKYU
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1615Please respect copyright.PENANAbTavCc7UT0
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1615Please respect copyright.PENANA2KvI0kMySY
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1615Please respect copyright.PENANAiADORgCy3q
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1615Please respect copyright.PENANAqhObUqa0Au
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1615Please respect copyright.PENANAfwK98I8vUO
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1615Please respect copyright.PENANAuMd6j9LZCF
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1615Please respect copyright.PENANAvcN1Ku6FUP
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1615Please respect copyright.PENANAERGUFzFynt
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1615Please respect copyright.PENANATfOVSdrDFk
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.197da2