x
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwtew5ImgfB
Di pagi yang cerah, Kampung Angin kedatangan seorang pemuda yang sudah lama tak terlihat. Dani, pria yang dulu tumbuh besar di desa ini, akhirnya kembali setelah menyelesaikan kuliahnya di ibu kota. Dengan langkah santai dan senyum hangat, ia melangkah melewati jalanan desa yang sudah lama ia tinggalkan.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD7VRDo2yOp
Begitu melihatnya, para warga langsung menyambutnya dengan antusias. "Dani! Sudah lama sekali kau tak pulang!" seru seorang bapak tua di warung kopi. Para ibu-ibu yang sedang berkumpul pun ikut menyapa, mengingat betapa anak itu dulu sering membantu mereka sebelum pergi merantau.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjNtM8QalBu
Dani menyambut semua sapaan itu dengan ramah. Ia memang bukan orang asing di sini—namanya dikenal sebagai pemuda yang baik hati dan suka membantu. Warga bangga melihatnya kembali setelah menuntaskan pendidikan, meskipun ada juga yang bertanya-tanya, mengapa ia memilih kembali ke desa setelah kuliah di kota besar?
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSdMLquWtj4
Namun, Dani hanya tersenyum setiap kali ditanya. Ia punya alasan tersendiri untuk kembali ke tempat yang membesarkannya. Sebuah alasan yang mungkin belum disadarinya sepenuhnya.
-----------------------------------------
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡD90hfJt94P
Sejak kepulangannya, Dani tak hanya berdiam diri. Ia mulai ikut andil dalam berbagai kegiatan desa, membantu memajukan pertanian dan memberi ide-ide baru untuk meningkatkan kesejahteraan warga. Kehadirannya perlahan membawa perubahan—dan tanpa disadari, membawa dirinya lebih dekat dengan seseorang yang tak pernah ia duga sebelumnya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡzWbEHyLCzy
Hari itu, Dani mendapat tugas dari ibunya untuk membeli banyak barang kebutuhan di warung desa. Dengan santai, ia berjalan menuju warung kecil di ujung jalan, tak menyangka bahwa warung itu kini dikelola oleh seseorang yang sudah berubah.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvFReMzheY3
Saat ia mendorong pintu kayu warung dan masuk, suara tegas langsung menyambutnya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡU5MIXy47zj
"Mau beli apa? Cepat bilang, jangan melamun di depan pintu!"
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5VlMqs0U31
Dani tersentak, kaget mendengar nada ketus itu. Ia menoleh dan menemukan Rina, sosok yang dulu ia kenal sebagai wanita lembut, kini berdiri di balik meja kasir dengan tatapan tajam. Ia mengenali wajah itu, tapi auranya kini berbeda—lebih keras, lebih berwibawa, lebih… galak.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1iLGSyQmYh
"Bu Rina?" Dani mengerjap, berusaha memastikan penglihatannya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡm9x02B3Gas
"Siapa lagi? Hantu?" Rina menyilangkan tangan di dada. "Kamu Dani, kan? Anak Bu Siti. Sudah gede ternyata."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1qjvBVsSoa
Dani mengangguk, masih agak terkejut. "Iya, Bu. Lama nggak pulang. Dulu warung ini bukan punya Bu Rina, ya?"
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg4mXtnOEnm
"Dulu lain, sekarang lain." Rina menyodorkan kantong plastik kosong. "Mau beli apa? Cepat daftar belanjaannya. Saya nggak punya waktu untuk orang yang cuma berdiri bengong."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡSZmH0ili73
Dani terkekeh kecil, kini mulai paham. "Wah, Bu Rina sekarang galak, ya."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyIIfdd03Sa
Rina mendelik. "Kenapa? Nggak boleh? Mau saya usir sekalian?"
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTKSl5WLk99
Dani mengangkat tangan menyerah. "Bukan gitu, Bu. Cuma… beda aja dari dulu."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDP62lKlkug
Rina mendengus, lalu mulai mengambil barang-barang yang Dani sebutkan. Namun, di dalam hatinya, ada perasaan aneh yang muncul. Dani yang dulu bocah kecil, kini sudah jadi pria dewasa. Dan entah kenapa, meskipun ia tetap ingin galak, ada sesuatu yang mengusik hatinya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpvstlWRxL1
Sementara Dani, meski sempat terkejut, akhirnya hanya bisa tersenyum. Rina memang berubah—tapi mungkin, itu bukan hal yang buruk.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡA1AsgrTqGj
Saat Dani melangkah pergi, suara lonceng kecil di atas pintu warung berbunyi pelan. Rina masih berdiri di balik meja, matanya tanpa sadar mengikuti punggung pemuda itu yang semakin menjauh.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhLc4tOsnjG
Ada sesuatu yang menyesak di dadanya. Rasa bersalah. Bukan karena ia galak—tapi karena ia merasa tak seharusnya bersikap seperti itu kepada Dani.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡs6YZttMSj3
Matanya melirik ke meja kayu di depannya. Ada gelas teh yang sejak tadi belum ia sentuh. Teh yang tadi masih mengepul, kini sudah dingin. Seperti hatinya yang tiba-tiba terasa kosong.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvFaKCOTPvg
Ia menghela napas panjang. Angin sore berhembus pelan dari jendela warung, mengibarkan tirai tipis berwarna krem. Seakan membawa sesuatu yang tak terlihat—sebuah perasaan yang belum bisa ia pahami sepenuhnya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWsI6LywaiM
Dani sudah pergi, tapi bayangan wajahnya masih tertinggal di dalam kepala Rina.
------------------------------
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7sLrOrY1Fr
Sejak pertemuan pertama itu, Dani semakin sering datang ke warung Rina. Bukan karena ia sengaja, tapi karena ibunya kini kerap menyuruhnya membeli berbagai keperluan untuk arisan, masakan, atau sekadar titipan ibu-ibu lain.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5b2DO88f4D
Awalnya, Rina tetap bersikap ketus setiap kali Dani datang. Namun, perlahan, ia mulai mengubah nada bicaranya. Tidak lagi terlalu kasar, meskipun masih berusaha menunjukkan sikap acuh.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5V7KbgtS48
"Beli lagi? Emangnya di rumah nggak ada makanan?" gumam Rina suatu hari saat Dani datang lagi.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu9Wd1z2phg
Dani hanya terkekeh. "Ibu saya sibuk, jadi saya disuruh beli ini itu. Kalau merepotkan, saya bisa ke warung lain, Bu."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXFrN7ho2Mg
Rina meliriknya tajam. "Siapa yang bilang kamu merepotkan? Kalau mau beli, ya beli aja. Nggak usah banyak omong."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIvXVF0QOPu
Dani tersenyum, menerima kantong belanjaan dengan santai. Ia bisa merasakan perubahan dalam sikap Rina. Meski masih berusaha keras terlihat dingin, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan dan cara bicaranya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9qYQ1wIUis
Di sisi lain, Rina sendiri mulai merasa aneh. Kenapa setiap kali Dani datang, dadanya terasa sedikit lebih hangat? Namun, ia tetap memaksa dirinya untuk bersikap biasa saja.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡwXDmI2fxU2
Hari demi hari berlalu, dan Dani tetap menjadi pelanggan setia warungnya—meski bukan atas kehendaknya sendiri. Ia selalu datang dengan alasan titipan ibunya, tetapi dalam hati, ia tidak keberatan.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ1lv2hOPUVl
Sementara itu, Rina mulai menyadari sesuatu. Ia memang masih galak, masih berusaha menjaga jarak, tapi… entah kenapa, saat Dani pergi, warungnya terasa lebih sepi dari biasanya.
-------------------------------
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfHHNGQqjbj
Saat Dani sedang memilih sayur yang disuruh ibunya, tiba-tiba Rina keluar dari dalam rumah dengan wajah sedikit panik.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUVnah99Q5r
"Dani! Kamu bisa cek listrik nggak?" tanyanya cepat, suaranya terdengar lebih mendesak dari biasanya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ31xXxIo7za
Dani menghentikan tangannya yang sedang memilah tomat. "Kenapa, Bu?"
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtPgl7Rz0J1
"Listrik di rumah saya kayaknya konslet. Tadi sempat mati sendiri, terus nyala lagi. Saya takut ada yang korsleting."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWzc5RcGM4K
Dani langsung meletakkan sayurannya. "Wah, itu bahaya, Bu. Coba saya cek dulu."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0HmfEwZQwW
Dengan langkah cepat, ia masuk ke dalam rumah Rina yang menyatu dengan warung. Begitu melihat panel listriknya, Dani bisa langsung menebak masalahnya. Kabel-kabel di rumah ini sudah usang, beberapa terlihat menghitam karena sering terkena arus berlebih.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0zbvZjdg1E
"Bu Rina, ini harus diganti, kabelnya udah tua. Bisa bahaya kalau dibiarkan."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLXt56nRv6n
Rina menghela napas, terlihat sedikit cemas. "Aduh… saya nggak ngerti soal ginian. Bisa kamu benerin nggak, Dani?"
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡtrFL1vEuaG
Dani mengangguk. "Saya ambil perkakas dulu di rumah. Tunggu sebentar!"
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjMB8n8fk89
Tanpa menunda waktu, Dani langsung pulang untuk mengambil peralatan listrik yang ia simpan. Beberapa saat kemudian, ia kembali dengan gulungan kabel baru dan peralatan lain.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPOG1kxqvhR
Dengan cekatan, Dani mulai bekerja. Ia melepas kabel lama, mengganti dengan yang baru, dan memastikan semua sambungan aman. Tangannya terampil, sesekali ia mengusap keringat di dahinya. Rina, yang biasanya hanya galak, kini berdiri agak canggung di dekat pintu, melihat Dani bekerja tanpa banyak bicara.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGopaXxuRIz
Di dalam hatinya, ia merasa sedikit aneh melihat Dani begitu serius dan terampil dalam pekerjaannya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlmBfv2tbpn
Setelah selesai memperbaiki listrik, Dani menghela napas lega. "Udah beres, Bu. Sekarang harusnya nggak ada masalah lagi."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡY55ZFPAfNg
Rina, yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya tersenyum kecil. "Terima kasih, Dani. Kamu emang bisa diandalkan."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu5y82JKopM
Dani hanya tertawa ringan. "Sama-sama, Bu. Untung nggak sampai korslet besar."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡylTGAOWwmw
Tanpa banyak bicara, Rina masuk ke dalam dan kembali dengan beberapa lembar uang. Ia menyodorkannya ke Dani. "Ini upahnya. Kamu udah nolongin saya."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg3zh2wWKEH
Dani menatap uang itu sejenak, lalu menerimanya dengan senyum santai. "Wah, rezeki nomplok, nih. Makasih, Bu Rina!"
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3kwuaGgk8p
Setelah itu, ia kembali ke warung untuk melanjutkan belanjaannya. Tangannya cekatan memilih sayuran yang tadi sempat tertunda. Setelah semuanya terkumpul, ia berjalan ke meja kasir dan merogoh dompetnya.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZ1koAOBHMs
"Berapa semuanya, Bu?" tanyanya sambil bersiap membayar.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWIfSOlGYUA
Namun, yang tak ia sangka, Rina justru menggeleng sambil tersenyum tipis.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLBzWFl5n8n
"Gratis. Anggap aja bonus karena udah nolongin saya."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡGv3oS1V2Cy
Dani mengerjap, agak terkejut. "Hah? Beneran, Bu?"
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3T0fFeSF4T
"Saya kelihatan bercanda?" Rina menyilangkan tangan di dada, tapi kali ini tidak dengan ketus. Ada ekspresi berbeda di wajahnya—lebih lembut, lebih tulus.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡnPkbed7zw0
Dani tersenyum lebar. "Kalau gitu, terima kasih banyak, Bu Rina! Saya pamit dulu, ya."
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡR3aILANEVU
Dengan langkah ringan, Dani keluar dari warung, meninggalkan aroma kehadirannya yang masih terasa di ruangan.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxaOGWvuc3Z
Rina menatap punggungnya yang semakin menjauh, dan tanpa sadar, dadanya terasa hangat—seperti ada sesuatu yang perlahan mencair di dalam sana.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvX4k2g8jsP
Angin sore bertiup pelan, mengelus pipinya dengan lembut, seolah membisikkan sesuatu yang tak bisa ia abaikan. Matanya terus mengikuti langkah Dani, sampai pemuda itu benar-benar hilang di tikungan jalan.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdMo0lPLV5N
Sebuah senyum kecil muncul di sudut bibirnya—senyum yang bahkan tak ia sadari.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9DWh6LlpHJ
Hati Rina bergetar. Ada sesuatu yang baru tumbuh di sana.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmhu0dQEeVq
Sebuah perasaan yang lama ia kubur dalam-dalam… kini mulai bangkit kembali.
2011Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRgQLW4tj6g
